PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini ialah :
1. Mengetahui apa saja yang termasuk perilaku reproduksi.
2. Mengetahui tentang seks dan hormon sebagai awal pembentukan perilaku reproduksi.
3. Memahami variasi perilaku seksual menjadi perilaku reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Hewan Pengerat
b. Manusia
Perubahan suatu hormon dapat meningkatkan bahkan menurunkan
kegairahan seksual. Hormon seksual ini juga dapat mempengaruhi beberapa
sistem otak yang fungsinya tidak langsung berkaitan dengan seks.
Pria
Pada seorang pria, sebuah kenikmatan seksual yang tertinggi
akan terjadi ketika kadar testosteronnya sudah berada di level tertinggi
yaitu sekitar usia 15 – 25 tahun. Hormon oksitosin pun berperan dalam
kenikmatan seksual.
Secara umum, penurunan kadar testosteron itu akan
menurunkan kenikmatan seksual seorang pria. Tetapi kadar testosteron
yang rendah juga bukan merupakan sebuah alasan umum adanya
penyebab impotensi, yaitu ketidakmampuan ereksi. Salah satu hal
terpenting bagi ereksi adalah fakta bahwa testosteron akan
meningkatkan pelepasan nitrit oksida (NO), yang mana akan
memfalisilitasi neuoron – neuoron hipotalamus yang penting bagi
perilaku seksual dan dapat meningkatkan aliran darah menuju penis.
Dan terdapat sebuah obat yang bernama sildenafil (Viagra) yang
memiliki fungsi untuk meningkatkan kemampuan seksual seorang pria
dengan cara memperpanjang efek nitrit oksida.
Pelaku kejahatan seksual merupakan sebuah kelompok yang
beragam, dimana sebagian besar memiliki kadar testosteron yang
normal. Tetapi dalam salah satu sudi mengatakan bahwa pelaku
pelecehan anak – anak itu memiliki kadar testosteron yang tinggi –
bahkan dalam sehari mereka dapat bermastrubasi 4 hingga 5 kali -.
Sejumlah pelaku kejahatan seksual ini telah diterapi
menggunakan siproteron, yaitu sebuah obat yang dapat mengahambat
pengikatan testosteron di dalam sel. Dan lainnya diterapi menggunakan
medroksiprogesteron yang menginbihisi gonadotropin, yaitu sebuah
hormon yang berasal dari kalenjar pituitari. Akan tetapi, obat – obat itu
tidak selalu efektif dan juga menimbulkan efek samping : depresi,
pertumbuhan dada, penambahan berat badan dan juga penggumpalan
darah.
Terdapat sebuah obat yang menjanjikan harapan besar, yaitu
triptorelin. Sebuah obat yang memiliki efek jangka panjang terhadap
penghambatan gonadotropin, hingga menurunkan produksi testosteron.
Penyuntikkan triptorelin ini sebulan sekali, menyebabkan kadar
testosteron dari pelaku kejahatan turun hingga 5% dari kadar yang
awal dan juga dapat menghilangkan fantasi seksual dan perilaku
seksual yang menyimpang.
Wanita
Kelenjar hipotalamus dan juga pituitari wanita berinteraksi
dengan ovarium untuk menghasilkan sebuah menstruasi. Setelah akhir
dari periode menstruasi ini, pituitari anterior akan melepaskan sebuah
follicle stimulating hormone (FSH) yang mana akan memicu
pertumbuhan folikel dalam ovarium. Pada pertengahan siklus
menstruasi, folikel akan membentuk reseptor FSH terus menerus.
Walaupun terjadi penurunan konsentrasi FSH di dalam darah,
pengaruh FSH pada folikel justru semakin meningkat. Meningkatnya
pelepasan ekstradiol ini akan menyebabkan meningkatnya pelepasan
FSH dan juga pelepasan luteinizing hormone (LH). Gabungan dari
FSH dan LH akan menyebabkan folikel melepaskan ovum.
Sisa – sisa folikel (korpus luteum) akan melepaskan hormon
progesteron yang telah mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum
yang telah terfertilisasi. Jika ovum difertilisasi maka akan terjadi
peningkatan yang bertahap dari kadar hormon estradiol dan juga
progesteron selama masa kehamilan. Salah satu konsekuensi tingginya
kadar estradiol dan juga progesterol adalah terjadinya aktivitas
fluktuatif pada reseptor serotonin 3 ( 5HT3 ) yang memiliki tanggung
jawab terhadap rasa mual.
Pil pengendalian kehamilan yang paling banyak digunakan
ialah pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progestron hingga
dapat mencegah pelepasan FSH dan LH yang dapat memicu pelepasan
ovum. Tapi perlu di ingat adalah, jika pil itu tidak dapat melindungi
penyakit tularan seksual.
Pada masa di tengah – tengah siklus menstruasi, yaitu pada
periode periovulatori – itu adalah masa subur tertinggi yang dapat
meningkatkan kadar estrogen -.
Hormon seks juga memengaruhi perhatian wanita terhadap sebuah
stimulus yang berkaitan dengan seks. Artinya, hormon yang
diasosiasikan dengan kesuburan akan memengaruhi prefensi wanita
untuk memilih pria yang terlihat dan berperilaku lebih maskulin.
3. Perilaku Parental
Pada burung dan mamalia dengan pengecualian manusia, perubahan hormon
mempersiapkan induk betina untuk perilaku parental. Pada masa akhir kehamilan
induk behna menyekresi estradiol, prolaktin, dan oksitoksin dalam jumlah tinggi.
Prolaktin dibutuhkan untuk memproduksi susu dan beberapa aspek perilaku
maternal. Oksitoksin adalah hormon yang sangat mengagumkan, memiliki efek yang
besar dari perilaku maternal sehingga kegairahan seksual, keterkaitan sosial, dan
penguatan proses pembelajaran.
Selain menyekresi hormon-hormon.tersebut, induk betina juga merubah pola
reseptor hormon. Perubahan kadar hormon tersebut meningkatkan perhatian induk
terhadap anak yang baru dilahirkan. Hormon berkerja melalui peningkatan aktivitas
area praoptik medial dan hipotalamus anterior, yaitu area-area yang dibutuhkan
dalam perkembangan perilaku maternal pada tikus. Area praoptik hipothalamus
anterior atau POA/AH yang berperan penting dalam pengaturan suhu, rasa halus,
dan perilaku seksual. Hormon penting lainya adalah vasopresin.
Pada hari pertama kelahiran hewan, perilaku maternal hewan pengerat
bergantung pada hormon. Tetapi ketergantungan tersebut akan berkurang pada tahap
selanjutnya. K ka seekor tikus betina yang belum pernah mengandung diletakkan di
dekat bayi-bayi tikus, maka pada awalnya tikus tersebut akan mengabaikannya,
tetapi secara bertahap akan menjadi lebih perhatian terhadap bayi-bayi tersebut.
Karena bayi tikus tidak dapat bertahan hidup tanpa perawatan induk, peneliti harus
mengganti bayi tikus tersebut dengan bayi tikus yang baru dan sehat secara periodik.
Artinya, manusia bukan satu-satunya spesies dimana ibu dapat mengadopsi
anak tampa harus menjalani proses kehamilan. Hormon berperan penting dalam
perilaku parental manusia karena perubahan hormon diperlukan oleh wanita agar
dapat menyusui, selain itu, perubahan hormon tidak dibutuhkan untuk
mempersiapkan manusia untuk merawat bayi. Pria dan wanita yang belum pernah
hamil dapat menjadi orang tua asuh yang sangat baik. Perubahan hormon mungkin
memfasilitasi atau meningkatkan jumlah aspek perilaku parental manusia.
b. Feminiasi Testikular
Beberapa individu tertentu yang memiliki pola kromosom XY,
memiliki tampilan kelamin wanita. Kondisis tersebut dikenal dengan
ketidaksentifan androgen atau feminisasi testikular. Individu tersebut
mengkahsilkan androgen dalam kadar yang normal (termasuk testoteron),
tetapi mereka kekurangan reseptor androgen yang berfungsi untuk
mengaktivasi gen di dalam inti sel. Olah karena itu, sel-sel menjadi tidak
sesitif terhadap androgen perkembangan langsung seolah-olah terdapat kadar
sangat rendah dari hormon testoteron dan hormon lain yang terkait. Kondisi
tersebut berlangsung dengan tingkat yang bervariasi, sehingga efek
anatominya mulai dari ukuran penis yang lebih kecil dari rata-rata sehingga
tampilan kelamin yang menyerupai wanita normal.
Pada beberapa kasus , tidak ada orang yang menduga bahwa individu
tersebut mengalami feminisasi testikular, mereka mengangap sebagai anak
perempuan normal sampaisaat memasuki masa pubertas. Pada masa ini
meskipun payudara berkembang dan dan pinggulnya melebar, tidak menjadi
menstruasi. Hal tersebut terjadi karena di dalam tubuhnya terdapat sepasang
testis daripada ovarium dan sebuah uterus ( vaginanya pendek dan tidak
terdapat apapun di pangkalnya) rambut kemaluan pun sangat jarang atau tidak
ada karena paca pria dan wanita hal tersebut hal tersebut tergantung pada
androgen.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Demi Kesempurnaan makalah ini, Penyusun sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan, kelancaran dan kesempurnaan
makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Kallat, J.W.2010.Biopsikologi ( Biological Psychology ) Buku 2 Edisi 9.Jakarta;Salemba
Himanioka ( Hal 88-122)