Anda di halaman 1dari 17

 SEHAT : menurut WHO (1947)

Status “sehat” : FISIK, MENTAL-ROHANI, SOSIAL.

Bukan keadaan yg terbebas dari : PENYAKIT, CACAT,


KELEMAHAN

Lebih melibatkan “psychological well being” (kesejahteraan


psikologik)

2
 Mnt Gochman (1988) → Sehat
mengandung 3 komponen minimal :
a. bio-medis.
b. personal.
c. sosiokultural.

3
 Kesehatan fisik harus dilatih dengan olah raga,
juga harus di jaga dengan makan makanan
yang bergizi. Yang di maksud dengan kesehatan
fisik, ialah keadaan baik, artinya bebas dari sakit
seluruh badan dan bagian-bagiannya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud-Balai
Pustaka, Jakarta 1996).
 Seseorang yang fisiknya sehat dan kuat lebih
beruntung dibanding dengan orang yang sakit-
sakitan, kurus dan lemah. Ia dapat melakukan
aktivitas dalam lingkungan masyarakat dan
lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan
memberikan pengalaman-pengalaman baru
baginya yang merupakan modal
perkembangan selanjutnya.
 kesehatan mental, ialah kemampuan seseorang
menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan
perkembangan sesuai kemampuannya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya
sendiri. Contoh: menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan
masyarakat serta teman sebaya. Seseorang akan
dapat mengikuti atau melakukan suatu aktivitas
dengan baik bila ia sehat secara mental.
 sehat secara mental adalah adanya rasa aman,
kasih sayang, kebahagiaan dan rasa diterima oleh
orang lain. Sebaliknya seseorang akan mengalami
hambatan mengikuti atau melakukan suatu aktivitas
bila kesehatan mentalnya terganggu, seperti
adanya: rasa cemas, sedih, marah, kesal, khawatir,
rendah diri, kurang percaya diri dan lain-lain.
 Individual level
 Societal level
 Mass media
 Primary prevention – intervening to
modify behaviours before the diseases
begin
 Secondary prevention – intervening to
modify behaviours to prevent progression
of disease.
 Perilaku tertentu menyebabkan resiko thd
suatu penyakit (merokok, pola makan)
 Perilaku secara langsung mengurangi resiko
sakit: exercise, pola perilaku dari tipe
personality (tipe A dan C)
 Lingkungan sosial dan psikologi yang
mempengaruhi status kesehatan: social
support, SES
 Health-enhancing behavior (exercise,
healthy diet)
 Health protective behavior (health
screening attendance, vaccination,
condom use)
 Health-harming behavior (smoking,
excessive alcohol consumption)
 Sick-role behavior (compliance with
medical regimen, adherence)
 Manusia selalu membutuhkan orang lain sejak bayi
sampai masa lanjut usia, dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya, seperti lingkungan fisik
maupun nonfisik. Sikap orang lain disekitarnya
sangat penting karena akan memberikan bentuk
pada perilaku seseorang nantinya. Perilaku
manusia sangat kompleks dan psikologi akan
membahas, meramalkan, merencanakan serta
mengendalikan. Psikologi Klinis sebagai ilmu
terapan bertujuan untuk membantu seseorang
yang mempunyai masalah dalam upaya
mensejahterakan manusia.
 Penyesuaian dalam kehidupan sehari-hari
 Keluhan2 fisik yang bersumber dr
psikologis.
 Sedih yang berkepanjangan sehingga
akan bunuh diri.
 Situasi sosial yang mengganggu, spt
terlibat hutang, dipecat/PHK, bangkrut,
ditipu orang.
 Trauma pribadi (ditinggal suami/isteri,
melihat/ mengalami kecelakaan)
maupun lingkungan sosial (banjir,
kebakaran, tragedi ttt).
 DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders)

 ICD-10 (International Clasification


Diagnostic of Mental Disorder)

 PPDGJ III (Pedoman Penggolongan


Diagnostik Gangguan Jiwa)
 Mencakup informasi yang komprehensif (Gangguan jiwa,
Kondisi Medik Umum, Masalah Psikososial dan Lingkungan,
Taraf Fungsi Secara Global) sehingga dapat membantu
dalam :
1. Perencanaan terapi
2. Meramalkan prognosis
 Format yang mudah dan sistematik sehingga dapat
membantu dalam :
1. Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis
2. Menangkap kompleksitas situasi klinis
3. Menggambarkan heterogenitas individual dengan
diagnosis klinis yang sama
 Memacu penggunaan model bio-psiko-sosial dalam
bidang klinis, pendidikan dan penelitian
 Aksis I :
1. Gangguan Klinis
2. Kondisi lain yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
 Aksis II :
1. Gangguan Kepribadian
2. Retardasi Mental
 Aksis III : Kondisi Medik Umum
 Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
 Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global (GAF
Scale)
Sejak mengandung S, ibu S sering mengalami sakit kepala hebat
berkepanjangan hampir selama kehamilan muda hingga menjelang kelahiran. S
lahir dalam keadaan normal hingga usia 6 bulanan, S sering menggerak-gerakkan
kaki seperti mengayuh sepeda dalam keadaan tidur dan dilakukan berulang-
ulang tanpa rasa capek.
Usia 2 bulan, S banyak diasuh oleh suster karena ibu S yang sudah sibuk
dengan pekerjaannya menyanyi, sehingga S sering ditinggal dengan baby sitter
di rumah demikian pula dengan ayah S yang selalu sibuk bekerja, semasa tumbuh
kembangnya tersebut S kehilangan perhatian dan kehangatan kasih sayang
orang tuanya dan kurang terstimulasi baik secara fisik dan perkembangan
emosinya. Hal tersebut membuat gangguan tingkah laku dan perkembangan S
tidak terdeteksi sejak dini, hingga usia 3 tahun baru nampak adanya perilaku
aneh dan tidak seperti anak normal yang lain, dimana jika dipanggil S tidak
pernah menoleh dan memandang orang, suka asyik sendiri dan cuek terhadap
orang lain, namun saat usia tersebut S sudah mampu berkata-kata dan dapat
diajak berbicara.
Usia 3 tahun pula orang tua S mengalami perceraian dan ibu S pergi dari
rumahnya, sehingga pengasuhan penuh dipegang oleh baby sitternya, dan ayah
S bertambah kesibukannya di kantor. Ayah S hanya mengajak jalan ke Mall jika
liburan saja. Pada saat usia 3 tahun ini, banyak sekali gangguan dalam diri S di TK
tempatnya sekolah S dinyatakan suka asik sendiri, selalu berjalanjalan mengitari
kelas tanpa memperdulikan guru, suka memukul dan mendorong temannya.
Perilaku S tersebut membuat nenek S merasa bertangguang jawab dan
akhirnya membawa S untuk diasuh oleh nenek. Saat ini S sudah berusia 6,5 tahun
dan banyak sekali hambatan dari segi motorik, kemandirian, dan self direction
yang rendah
Axis I = 299.80 Asperger’s Disorder
Axis II = No Diagnosis
Axis III = Pernah mengalami kejang saat
usia 4 tahun tapi tidak pernah kambuh lagi
Axis IV = Problem with primary support
group (Problem in family ; divorce and
estrangement ; removal from the home,
neglected of child)
Axis V = GAF Scale 60 – 51 Moderate
Symptons (e.g flat affect and circumstantial
speech, occasional panic attacks)
Pada masa kanak subjek, terdapat konflik motivasi antara keinginan dan
kebutuhan untuk bisa dekat dengan orang tuanya dengan keinginan serta usaha
subjek untuk bisa mandiri. Keinginan serta usaha dari subjek untuk bisa mandiri ini
dipengaruhi oleh kesibukan orang tuanya dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Namun begitu konflik motivasi yang dirasakan subjek
semakin lama semakin kuat, sampai akhirnya subjek merasakan perasaan
keterpisahan dari orang tuanya, merasa kesepian karena memandang dirinya
selalu sendiri. Kondisi kesibukan orang tua dan kurangnya waktu orang tua bagi
anak memunculkan kesempatan orang luar untuk melakukan pencabulan pada
subjek hingga terjadi 2 kali.
Peristiwa pencabulan yang subjek alami menjadi kejadian pencetus
munculnya konflik motivasi lainnya dalam diri subjek. Ia berusaha untuk menerima
keadaan yang menimpa dirinya. Namun begitu usahanya untuk menerima
keadaan ini masih kurang adekuat karena peristiwa tersebut menyebabkan
munculnya perasaan kecewa pada orang tuannya, merasa tidak aman, dan
semakin kuatnya perasaan bahwa ia tidak berdaya dalan menghadapi peristiwa
tersebut. Perasaan-perasaan di dalam diri subjek ini diperparah oleh faktor eksternal
di luar diri subjek, dimana terdapat perbedaan pandangan orang tua terhadap
kasus yang menimpa anaknya. Di satu sisi sang ayah menganggap hal tersebut
adalah masalah serius yang mengharuskan pemrosesan secara hukum, sebaliknya
di sisi lain sang ibu meskipun merasakan kesedihan tetapi perilaku yang ia
munculkan tidak terlalu mempermasahkan kasus tersebut. Sebagai wujud
ketidakmampuan subjek dalam mengatasi masalahnya memunculkan perilaku
yang selalu menuntut terpenuhinya semua keinginan subjek, mengigau dan atau
mengompol di malam hari, serta mengempeng dengan bibi.
Aksis I : Z. 03. 02 Tidak ada diagnosis
aksis I
Aksis II: Z. 03. 02 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III :-
Aksis IV : Masalah dengan primary support
(keluarga)
Penelantaran anak secara
psikologis
Perbedaaan pandangan atas nilai
dalam pengasuhan anak
Aksis V : 80 – 71 = Gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial

Anda mungkin juga menyukai