Anda di halaman 1dari 8

3.

Klasifikasi gangguan tidur

Menurut PPDGJ III dan DSM-5 gangguan tidur terbagi dalam dua kelompok

besar, yaitu:

1. Dissomnia, adalah kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah

jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional,

misalnya: insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga.

A. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

kualitas maupun kuantitas.

Jenis Insomnia

a. Bedasarkan tipe tidurnya, ada 3 macam insomnia :

1) insomnia inisial

Insomnia inisial yakni bila seseorang kesulitan tidur saat hendak

memulai tidur.

2) insomnia intermitten

Insomnia intermitten yakni bila seseorang tidak mampu

mempertahankan tidurnya atau sering terbangun saat ia tidur.

3) insomnia terminal

Insomnia terminal yakni seseorang terbangun terlalu dini dan tidak

dapat tidur kembali.


b. Berdasarkan jangka waktu berlangsungnya, ada 2 macam insomnia :

1) Insomnia Akut

Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara

1 malam sampai beberapa minggu. Insomnia akut adalah gejala yang

paling umum terjadi dan biasanya diakibatkan oleh situasi seperti

stress.

2) Insomnia Kronis

Insomnia kronis yaitu bila penderita mengalaminya selama minimal

3 malam perminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih.

c. Berdasarkan penyebabnya, ada 2 macam insomnia :

1) Insomnia Primer

Insomnia primer bersumber dari masalah psikis/psikiologis sepeti

perubahan hidup yang dapat memicu insomnia primer seperti stress

yang berkepanjangan dan pengaruh emosional.

2) Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder berarti merupakan efek samping dari suatu

masalah medis seperti kondisi kesehatan, pengaruh penyakit,

pengaruh obat dan lain-lain.


B. Hipersomnia

Merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari yang berlangsung

selama sebulan atau lebih. Adanya serangan tidur / “sleep attack” dan atau

transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar

sepenuhnya.

C. Narkolepsi

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada

siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1

jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2- 3 jam

berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%.

Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.

Berbagai bentuk narkolepsi:

- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik

sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop

- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat jatuh

tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka pikiran

normal.

- Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk tidur

sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya.

D. Gangguan bernafas saat tidur

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway

obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah

gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih
dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami

episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode

apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut

sangat dominan.

Gangguan saluran nafas (obstructive sleep apnea) pada saat tidur

ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha

otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui

obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan

saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur

pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian

menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat

pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan

respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi

medula, dengan akibat pasien terjaga dan respirasi kembali normal secara

reflek.

E. Gangguan irama tidur sirkadia

Gangguan tidur ritme sirkadian semua melibatkan masalah dalam waktu

ketika seseorang tidur dan bangun.

Setiap gangguan tidur ritme sirkadian melibatkan salah satu dari dua

masalah ini:

• Anda mengalami kesulitan memulai tidur.

• Anda berjuang untuk mempertahankan tidur, sering bangun di malam hari.

• Anda cenderung bangun terlalu pagi dan tidak dapat kembali tidur.
• Anda tidur dengan kualitas nonrestorative atau buruk

Tipe-tipe irama tidur sirkadia:

a. Gangguan fase tidur tertunda (DSP)

DSP terjadi ketika seseorang secara teratur tidur dan bangun lebih

dari dua jam lebih lambat dari yang dianggap normal. Orang dengan

DSP cenderung menjadi "tipe malam" yang biasanya tetap terjaga

sampai jam 1 atau lebih dan bangun di pagi hari atau sore.

b. Gangguan fase tidur lanjutan (ASP):

ASP terjadi ketika seseorang secara teratur tidur dan bangun

beberapa jam lebih awal dari kebanyakan orang. Orang dengan ASP

cenderung menjadi “tipe pagi” siapa biasanya bangun antara jam 2 pagi

dan 5 pagi dan tidur antara jam 6 sore dan 9 malam.

c. Gangguan pergantian jadwal kerja

Gangguan shift kerja terjadi ketika jam kerja seseorang dijadwalkan

selama periode tidur normal. Kantuk selama shift kerja adalah hal biasa,

dan berusaha tidur di siang hari ketika kebanyakan orang lain bangun

dapat menjadi perjuangan. Jadwal shift kerja termasuk shift malam, shift

pagi dan rotasi bergilir.

d. Irama tidur-bangun yang tidak teratur

Gangguan ini terjadi ketika seseorang memiliki siklus tidur-bangun

yang tidak terdefinisi. Tidur seseorang terpecah menjadi serangkaian

tidur siang yang terjadi selama 24 jam. Penderita mengeluhkan insomnia

kronis, kantuk berlebihan atau keduanya. Sebuah ritme sirkadian rendah


atau tidak teratur pola tidur-bangun dapat dilihat dalam hubungan dengan

gangguan neurologis seperti demensia dan pada anak-anak dengan

keterbelakangan mental.

2. Parasomnia

parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang melibatkan kejadian atau

pengalaman yang tidak diinginkan saat tertidur, tidur, atau berjalan. orang yang

menderita parasomnia mungkin sulit tidur sepanjang malam atau bangun dengan

kelelahan.

a. Somnabulisme (tidur berjalan)

Tidur berjalan ketika Anda bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan

meskipun Anda masih tidur. Anda dapat bangun di ruangan lain atau di luar

rumah dan tidak ingat bagaimana Anda sampai di sana.

b. Gangguan teror dalam tidur

Teror tidur dicirikan oleh gairah tiba-tiba yang terkait dengan jeritan menusuk

atau menangis dalam beberapa jam pertama dari onset tidur. Selama teror tidur,

pasien dapat bertindak dengan takut, gelisah, cemas, dan panik.

Ketidakmampuan adalah fitur yang mencolok. Biasanya, anak tidak ingin

disentuh atau dihibur selama kejadian, dan menjadi kejutan bagi orang tua.

Verbalisasi selama episode ini tidak koheren dan persepsi tentang lingkungan

tampak berubah. Anak bisa berlari ke dinding atau dalam lingkaran dan bahkan

berlari keluar, mungkin sebagai akibat dari persepsi dan kepanikan yang
berubah. Kejadian-kejadian ini dapat berpotensi berbahaya, dan dapat

membahayakan diri sendiri atau yang tidur dengan mereka.

c. Gangguan mimpi buruk

Merupakan proses terjaga dari tidur secara berulang-ulang karena mimpi

yang menakutkan. Setiap orang memiliki mimpi buruk sekarang dan kemudian.

Namun, jika Anda mengalami gangguan mimpi buruk, maka Anda sering memiliki

mimpi buruk dan mendistribusikan mimpi buruk yang mengganggu tidur Anda.

episode dapat meningkat selama masa stres, terutama setelah peristiwa

traumatis.

4. Apakah ada hubungan antara insomnia dengan keluhan yang penderita alami,

walaupun dokter menyatakan tidak ada penyakit dan hasil laboratorium normal ?

Iya, ada. Dimana penderita mengeluhkan sakit pada beberapa bagian

tubuhnya. Kadang ia merasa sakit dibagian perut dan di dada. Sehingga

berdasarkan klasifikasi insomnia menurut penyebabnya, penderita termasuk

mengalami insomnia primer yaitu bersumber dari masalah psikis/psikiologisnya.

Referensi :

1. M L Perlis and P Gehrman, Types of insomnia. University of Pennsylvania,

Philadelphia, PA, USA. 2013. Elseiver

2. American Academy of Sleep Medicine. Circadian Rhythm Sleep Disorders.

Diakses di www.aasmnet.org ©AASM 2008


3. American Academy of Sleep Medicine. Understanding parasomnias

Diakses di www.aasmnet.org

4. Alon Y. Avidan, MD, MPHa, Neeraj Kaplish, MD. The Parasomnias: Epidemiology,

Clinical Features, and Diagnostic Approach. 2010 Elsevier Inc. All rights reserved

5. Rusdi Maslim, SpKJ,M.Kes. Diagnosis gangguan jiwa: PPDGJ – III dan DSM-5

Anda mungkin juga menyukai