Anda di halaman 1dari 172

SOP KKD

MODUL NEU
DAFTAR ISI
I. SOP Keterampilan Klinik Anamnesis (hal 3)
• ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT EKSTREMITAS/KEDUA TUNGKAI ( hal 4)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT
EKSTREMITAS/KEDUATUNGKAI(hal 5)
• ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN( hal 6)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN (hal 7)
• ANAMNESIS NYERI KEPALA (hal 8)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS NYERI KEPALA (hal 9)
• ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN (hal 10)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN (hal 11)
• ANAMNESIS KEJANG (hal 12)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KEJANG (hal 13)
• ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH (hal 14)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH (hal 13)ANAMNESIS PUSING
BERPUTAR/VERTIGO (hal 16)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS PUSING BERPUTAR/VERTIGO (hal 17)

II. SOP Keterampilan Klinik Pemeriksaan Fisik (hal 18)


• PEMERIKSAAN KESADARAN (hal 19)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN KESADARAN (hal 20)
• PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL (hal 21)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL (hal 22)
• PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL (hal 23)
• SARAF OTAK I ( N. OLFAKTORIUS ) (hal 23)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OLFAKTORIUS (hal 24)
• SARAF OTAK II ( N. OPTIKUS ) (hal 25)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OPTIKUS (II) (hal 26)
• SARAF OTAK III, IV, VI (N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, ABDUCENS) (hal 27)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OKULARIS (III, IV, VI) (hal 28)
• SARAF OTAK V ( N. TRIGEMINUS ) (hal 29)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF TRIGEMINUS (V) (hal 30)
• SARAF OTAK VII (N. FASIALIS) (hal 31)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF FACIALIS (VII) (hal 32)
• SARAF OTAK VIII (N. VESTIBULOCOCHLEARIS) (hal 33)
• SARAF OTAK IX & X ( N. GLOSOFARINGEUS & N. VAGUS) (hal 33)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF VESTIBULOCOCHLEARIS GLOSOFARINGEUS DAN
VAGUS (VIII, IX, X) (hal 34)
• SARAF OTAK XI ( N. AKSESORIUS) (hal 35)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF AKSESORIUS (XI) (hal 35)
• SARAF OTAK XII ( N. HIPOGLOSUS ). (hal 36)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF HIPOGLOSUS (XII) (hal 36)
• PEMERIKSAAN MOTORIK (hal 37)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN MOTORIK ((hal 38)
• PEMERIKSAAN SENSORIK (hal 39)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN SENSORIK (hal 41)
• PEMERIKSAAN REFLEKS (hal 42)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN REFLEKS (hal 45)
• PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI (hal 46)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI (hal 48)
• PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR (hal 49)
• Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination) (hal 50)
• PENILAIAN PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR (hal 51)

Page 2 of 51
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Standard Operasional Prosedur Departemen Ilmu Penyakit Saraf

Tanggal terbit : No. Revisi : Halaman :

III. SOP Keterampilan Klinik Anamnesis

Pengertian :
Melakukan tanya jawab dengan pasien/keluarga pasien mengenai hal yang terkait
dengan masalah klinis pasien

Tujuan :
❖ Dapat bersikap dan berpenampilan memadai untuk berkomunikasi dan membina
hubungan dokter – pasien/ keluarga pasien dengan baik
❖ Dapat melakukan komunikasi secara verbal/ nonverbal dengan baik sehingga
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penegakkan diagnosis.
❖ Dapat mencatat anamnesis secara lengkap, sistematik dan terinci dalam rekam medis
pasien

Pelaksana :
- instruktur
- mahasiswa
- pasien simulasi

Peralatan :
1. Meja dokter
2. Dua kursi
3. Alat tulis (kertas/rekam medis, pulpen)
4. Lembar panduan anamnesis

Prosedur :
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien yang diperlukan
2. Mahasiswa menanyakan hal berikut:
a. keluhan utama
b. riwayat penyakit sekarang
c. riwayat penyakit dahulu/ riwayat keluarga
d. riwayat kebiasaan
e. riwayat sosial-ekonomi
3. Mahasiswa mencatat anamnesis secara lengkap, sistematik dan terinci dalam rekam
medis pasien
4. Panduan umum pertanyaan dalam anamnesis keluhan utama dan riwayat penyakit
sekarang mencakup: Onset, Durasi, Intensitas, Frekuensi, penCetus, mempeRingan,
Jenis/karakteristik, Lokasi, Defisit lainnya (disingkat: ORDIFCeRiJeLoDe).
5. Latihan dibimbing oleh instruktur berdasarkan lembar panduan anamnesis yang
disediakan
6. Skor Penilaian :
a. Ditanyakan dengan baik/lengkap : 2
b. Ditanyakan dengan kurang baik / lengkap : 1
c. Tidak ditanyakan : 0
Page 3 of 51
ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT EKSTREMITAS/KEDUA TUNGKAI

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3 dalam ceklist: sudah jelas


2. Menanyakan onset sejak kapan, untuk mengetahui keakutan dan kegawatdaruratannya
3. Menanyakan kejadian mendadak atau perlahan untuk mengetahui patomekanisme terjadinya
keluhan, pada kelumpuhan yang sifatnya mendadak biasanya berkaitan dengan penyebab
vaskular ataupun trauma
4. Gangguan sensorik dijelaskan berupa keluhan kesemutan/baal/kebas/panas/dingin/nyeri
5. Rasa nyeri secara umum dijabarkan sebagai bentuk nyeri nosiseptif/neuropatik/campuran.
Nyeri nosiseptif sifatnya lokal, nyeri neuropatik merupakan nyeri yang sifatnya radikuler
(menjalar), sedangkan nyeri tipe campuran merupakan gabungan kedua tipe nyeri tersebut.
6. Menanyakan penjalaran kelumpuhan dari bawah ke atas juga untuk menjelaskan progresifitas
penyakit terkait poin nomor 5
7. Menanyakan penjalaran satu sisi dulu kemudian sisi lain juga untuk menjelaskan progresifitas
penyakit serta simetrisitas
8. Gangguan pernafasan berkaitan dengan adanya keterlibatan dari otot-otot pernafasan
9. Menanyakan hilang-timbul/menetap untuk mengetahui adanya kondisi relaps/remisi pada
kelemahan ekstremitas
10. Menanyakan perburukan dengan aktivitas/membaik dengan istirahat. Terkait gangguan pada
neuromuscular junction/penyakit saraf tepi seperti myasthenia gravis, paralisis hipokalemia,
dsb.
11. Menanyakan faktor pencetus, seperti kelemahan timbul saat sedang beraktivitas/saat bangun
dari tidur, dsb.
12. Menanyakan poin nomor 14 dan 15 bertujuan untuk mendapatkan penyebab tersangka pada
kasus-kasus saraf tepi. Contoh, pada kasus SGB dan CIDP, infeksi pernafasan/sal. Cerna yang
telah sembuh pada minggu-minggu sebelumnya dicurigai berperan terhadap terjadinya reaksi
autoimun. Pada kasus paralisis hipokalemia, kondisi diet ketat, konsumsi tinggi karbohidrat,
muntah, dan diare berperan terhadap hilangnya elektrolit terutama kalium
13. Menanyakan riwayat trauma untuk menyingkirkan diagnosis banding trauma medulla spinalis
14. Menanyakan penggunaan obat diuretika dan laksantia memiliki tujuan yang sama dengan poin
no 15
15. Menanyakan poin nomor 18 berkaitan dengan keluhan paralisis bulbar yang biasa terjadi pada
myasthenia gravis dan SGB tipe Miller-Fisher
16. Menanyakan poin nomor 19-21: sudah jelas

Page 4 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

KELEMAHAN KEEMPAT EKSTREMITAS/KEDUA TUNGKAI

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: Lumpuh keempat extremitas/kedua tungkai
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Kelumpuhan mendadak/perlahan
6 Disertai gangguan sensorik?
7 Disertai rasa nyeri ?
8 Dari bawah ke atas ?
9 Satu sisi dulu kemudian sisi lain ?
10 Disertai gangguan pernafasan ?
11 Hilang timbul/menetap?
12 Memburuk bila aktivitas/membaik dengan istirahat
13 Faktor pencetus?
14 Didahului infeksi pernafasan /sal. Pencernaan
15 Muntah, diare, diit
16 Trauma
17 Penggunaan obat (diuretika,laxantia)
18 Mata menutup / dobel, suara sengau/serak, ggn menelan
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
19
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
20 Riwayat penyakit dahulu : Kekurangan kalium
21 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL

NILAI = (TOTAL /40) X 100 =

Jakarta,
Penilai

( Dr. )

Page 5 of 51
ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3: sudah jelas


2. Menanyakan onset sejak kapan, untuk mengetahui keakutan dan kegawatdaruratannya
3. Menanyakan kejadian mendadak atau perlahan untuk mengetahui patomekanisme terjadinya
keluhan, pada kelumpuhan yang sifatnya mendadak biasanya berkaitan dengan penyebab
vaskular ataupun trauma
4. Menanyakan kelemahan memberat atau perbaikan karena perburukan dapat terjadi pada
keadaan iskemik karena adanya tromboemboli dan pada kondisi serangan iskemik sepintas,
keluhan dapat resolusi dalam waktu kurang dari 24 jam. Selain itu kondisi perburukan juga
dapat terjadi pada kasus dengan etiologi infeksi ataupun neoplasma
5. Menanyakan poin nomor 7: sudah jelas
6. Menanyakan poin nomor 8, 9, 15, 16 untuk mengetahui adanya keterlibatan saraf kranialis
7. Menanyakan poin nomor 10 dan 11 untuk mengetahui adanya kecurigaan peningkatan tekanan
intrakranial yang menyertai.
8. Menanyakan rasa berputar atau telinga berdenging untuk mengetahui adanya keterlibatan dari
sistem vestibuler ataupun saraf kranial
9. Menanyakan riwayat trauma kepala untuk mengetahui penyebab kelemahan berkaitan atau
tidak dengan mekanisme trauma. Menanyakan demam untuk melihat faktor risiko infeksi
10. Menanyakan riwayat penggunaan obat-obatan. Pada penggunaan pengencer darah, trauma
kepala ringan sekalipun dapat menyebabkan perdarahan di otak. Pengguna narkoba, terutama
narkoba suntik berisiko tinggi mengalami infeksi penyakit menular seperti hepatitis B dan
HIV.
11. Menanyakan poin nomor 19, 20, 21, 22: sudah jelas

Page 6 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: lemah sesisi ekstremitas kiri/kanan
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Kelumpuhan mendadak/perlahan
6 Apakah kelemahan semakin berat atau perbaikan?
7 Disertai gangguan sensorik?
8 Disertai bicara pelo atau cadel?
9 Disertai mulut mencong?
10 Apakah disertai nyeri kepala?
11 Adakah nyeri kepala kronis progresif?
12 Disertai muntah2 proyektil?
13 Disertai penurunan kesadaran atau kejang?
14 Apakah disertai rasa berputar atau telinga berdenging?
15 Disertai gelap sesaat atau penglihatan ganda?
16 Disertai gangguan menelan?
17 Riwayat trauma, demam?
18 Penggunaan obat (pengencer darah, narkoba)
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
19
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
20 Riwayat penyakit dahulu : riw stroke sebelumnya
Riw kebiasaan : merokok, makan makanan berlemak, kurang
21
olahraga, obesitas
22 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL

NILAI = (TOTAL /42) X 100 =

Jakarta,

( Dr. )

Page 7 of 51
ANAMNESIS NYERI KEPALA

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3: sudah jelas


2. Menanyakan poin nomor 4 untuk mendapatkan onset akut atau kronis
3. Menanyakan poin nomor 5 untuk mendapatkan durasi serangan. Durasi serangan pada sakit
kepala primer migren dan klaster khas, yaitu 4-72 jam untuk migren dan kurang dari 4 jam
4. Menanyakan poin nomor 6 dan 7 untuk mengetahui pengaruh dari aktivitas terhadap nyeri
kepala. Contohnya migren, aktivitas biasa dapat memperberat nyeri kepala, sedangkan istirahat
dapat mengurangi keluhan. Pada sefalgia sekunder nyeri kepala dapat memberat pada aktivitas
yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial seperti batuk dan mengedan.
5. Menanyakan frekuensi serangan untuk melihat pola serangan, apakah ada progresifitas atau
tidak. Selain itu juga untuk melihat seberapa sering nyeri timbul.
6. Menanyakan sifat/karakteristik nyeri: sudah jelas
7. Menanyakan lokasi nyeri: sudah jelas
8. Menanyakan poin nomor 11 bertujuan untuk mengetahui adanya aura atau tidak (pada migren).
9. Menanyakan poin nomor 12 bertujuan untuk mengetahui adanya karakteristik khas pada
migren berupa fotofobia dan fonofobia
10. Menanyakan gejala muntah pada nyeri kepala merupakan penanda adanya peningkatan
tekanan intrakranial (nyeri kepala sekunder). Muntah biasanya tidak disertai rasa mual/nyeri
perut, muntah muncul tiba-tiba (menyembur/menyemprot). Menanyakan diare dapat berkaitan
dengan sakit kepala akibat infeksi intrakranial pada kasus-kasus imunokompromise (HIV).
11. Menanyakan riwayat penggunaan obat, mengetahui jenis obat yang digunakan, dosis obat yang
dikonsumsi, lama penggunaan, efek samping akibat obat tertentu
12. Menanyakan riwayat nyeri kepala serupa di keluarga bertujuan untuk mengetahui faktor risiko.
Pada beberapa tipe nyeri kepala primer, genetik diduga menjadi faktor risikonya.
13. Menanyakan keluhan lainnya (poin 18, 19) berkaitan dengan kemungkinan nyeri kepala
sekunder. Gangguan penglihatan biasanya terkait peningkatan tekanan intrakranial. Poin 19
berhubungan dengan adanya faktor risiko infeksi serta port d’entrée-nya.
14. Menanyakan poin 20 untuk pertanyaan yang mengarah pada kekhasan dari nyeri kepala tipe
klaster.
15. Menanyakan poin nomor 21, 22, 23, 24: sudah jelas

Page 8 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

NYERI KEPALA

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama : nyeri kepala
4 Berapa lama sudah menderita nyeri kepala
Berapa lama nyeri kepala berlangsung pada saat serangan ? berapa
5
jam, hari
6 Apakah nyeri kepala mengganggu aktifitas ?
7 Hal apa yang memperberat dan meringankan nyeri kepala
8 Frekwensi serangan nyeri kepala, sekali sebulan atau tiap hari
9 Sifat nyeri: berdenyut, tegang, seperti ditusuk
Lokasi nyeri: seluruh kepala, tengkuk, sekitar mata, separuh
10
kepala.
Sebelum nyeri kepala datang apakah ada tanda peringatan seperti:
- pengelihatan kabur
11
- terlihat cahaya, bintang
- tanda peringatan lain
Apakah nyeri kepala disertai keluhan tidak tahan cahaya terang
12
atau tidak tahan suara. (fotofobia atau fonofobia)
13 Apakah nyeri kepala disertai muntah dan diare
14 obat apa yang bisa diminum untuk mengurangi nyeri
Apakah dalam keluarga ada juga yang menderita nyeri kepala
15
seperti pasien?
Apakah ada keadaan yang mencetuskan serangan nyeri seperti :
16 stres, cahaya terang, makan terlambat, terlalu capai, makanan
tertentu.
17 Untuk wanita apakah serangan terjadi saat menstruasi?
18 Apakah gangguan pengelihatan seperti kabur (visus, diplopia)
Apakah disertai adanya panas badan, gigi, mata, telinga, hidung,
19
tenggorokan yang sakit?
Disertai mata merah, hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung
20
sesisi.
21 Apakah disertai Kejang?
22 Apakah ada keluhan bicara pelo/mulut mencong?
23 Apakah ada keluhan kelemahan/baal2 sesisi anggota gerak ?
24 RPD: hipertensi ?
TOTAL
NILAI = (TOTAL /46) X 100 = Jakarta,

( Dr. )

Page 9 of 51
ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3, 4: sudah jelas


2. Menanyakan lama penurunan kesadaran berkaitan dengan prognosis dan masalah apa saja yang
akan dihadapi serta penanganan yang perlu dilakukan
3. Menanyakan sudah pernah tidak sadar sebelumnya untuk mengetahui fluktuasi kesadaran
pasien. Contohnya pada trauma kepala curiga perdarahan epidural dapat terjadi interval lucid
4. Menanyakan lokasi ditemukan saat tidak sadar sekaligus untuk mencari tahu petunjuk di
sekitar lokasi ditemukannya pasien (contoh bekas tabrakan, darah, muntahan)
5. Menanyakan poin nomor 7: sudah jelas
6. Menanyakan terjadinya penurunan kesadaran mendadak/perlahan berkaitan dengan
patomekanisme penurunan kesadaran.
7. Menanyakan keluhan lain (poin nomor 9, 10, 13, 18): sudah jelas
8. Menanyakan adanya muntah, terutama berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial
ataupun kemungkinan dehidrasi/intake sulit akibat muntah yang berlebihan
9. Menanyakan adanya diare berkaitan dengan kemungkinan adanya dehidrasi ataupun
kecurigaan adanya imunokompromise (pada diare lama >1 bulan)
10. Menanyakan adanya demam berkaitan dengan kecurigaan penyebab merupakan reaksi
inflamasi
11. Menanyakan sakit kepala progresif, berkaitan adanya proses di intrakranial yang dapat
meningkatkan tekanan intrakranial ataupun adanya penekanan pada reseptor nyeri
12. Menanyakan riwayat penggunaan obat-obatan. Pada penggunaan pengencer darah, trauma
kepala ringan sekalipun dapat menyebabkan perdarahan di otak. Pengguna narkoba, terutama
narkoba suntik berisiko tinggi mengalami infeksi penyakit menular seperti hepatitis B dan
HIV.
13. Menanyakan poin nomor 17, berkaitan dengan klinis syok/ gejala otonom
14. Menanyakan poin nomor 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25: sudah jelas

Page 10 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

PENURUNAN KESADARAN

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap keluarga pasien, menyapa dan
memperkenalkan diri
2 Alloanamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama tidak sadar
4 Sejak kapan, berapa lama tidak sadar
5 Sudah pernah tidak sadar sebelumnya
6 Dimana ditemukan tidak sadar
7 Ada bekas obat-obatan atau minuman
8 Terjadinya tidak sadar mendadak atau turun kesadaran perlahan-
lahan
9 Sebelum tdk sadar adakah kelumpuhan/baal2 separuh badan
10 Sebelum tdk sadar adakah keluhan bicara pelo / mulut mencong
11 Sebelum tidak sadar ada muntah
12 Sebelum tidak sadar ada diare
13 Sebelum tidak sadar ada kejang
14 Sebelum tidak sadar ada demam tinggi
15 Sebelum tidak sadar ada sering sakit kepala yang makin tambah
berat
16 Konsumsi obat-obatan atau narkoba sebelumnya
17 Gejala lain sebelumnya : lemes, keringat dingin, kunang-kunang
18 Riwayat trauma
19 Riwayat DM
20 Riwayat hipertensi
21 Riwayat penyakit ginjal
22 Riwayat penyakit liver
23 Riwayat kejang, epilepsi
24 Riwayat stroke
25 Riwayat penyakit keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL /48) X 100 =

Jakarta,

( Dr. )

Page 11 of 51
ANAMNESIS KEJANG

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3: sudah jelas


2. Menanyakan pertama kali kejang untuk mengetahui onsetnya. Pada kejang yang sudah dimulai
sejak kecil, kemungkinan kejang idiopatik, kecuali diketahui adanya kelainan di otak
3. Mengetahui poin 5, untuk menentukan kegawatdaruratan, prognosis, dan tatalaksana
selanjutnya. Kejang >5 menit atau serangan dengan frekuensi dua kali saja dan antar serangan
tidak terdapat perbaikan kesadaran sudah dapat dinyatakan sebagai status epileptikus. Kejang
dengan frekuensi 2-5 kali dalam 24 jam dan diantara serangan terdapat perbaikan kesadaran
ke semula, tidak dinyatakan sebagai status, tetapi kejang berulang.
4. Menanyakan poin nomor 6 dan 7 untuk mengetahui adanya lateralisasi dan keterlibatan dari
bagian otak
5. Menanyakan poin 8, untuk membedakan serangan fokal atau ada penyebaran gelombang
epileptik selama serangan yang melibatkan satu/kedua belah otak, penegakan diagnosis,
penentuan tatalaksana serta prognosis
6. Menanyakan mulut berbusa untuk mengetahui adanya hipersalivasi (keterlibatan otonom saat
kejang), sedangkan lidah tergigit untuk mengetahui bangkitan yang sifatnya
tonik/klonik/tonik-klonik (pasien mengalami kaku otot rahang sehingga lidah tergigit)
7. Menanyakan poin nomor 10, 11, untuk mengetahui keterlibatan dari jaras motorik/sensorik
ataupun kemungkinan adanya Todd paralysis (kelumpuhan sementara pascakejang)
8. Menanyakan poin nomor 12, 13 (aura) merupakan bagian dari serangan kejang subjektif
(hanya dapat dirasakan oleh pasien) dan biasa mendahului serangan kejang konvulsif.
Bertujuan untuk menentukan suatu sindrom epilepsi.
9. Menanyakan poin muntah/diare dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik seperti
hipernatremia yang dapat menimbulkan kejang.
10. Menanyakan demam, berkaitan dengan kecurigaan adanya infeksi/reaksi inflamasi
(meningitis, ensefalitis) ataupun bila terjadi pada anak usia <5tahun dapat merupakan suatu
kejang demam.
11. Menanyakan poin 16, berkaitan adanya proses space occupying lesion (dapat berupa
perdarahan, inflamasi, neoplasma)
12. Menanyakan poin 18, dapat berhubungan dengan gangguan metabolik terutama
hipoglikemia/hiperglikemi
13. Menanyakan poin 19, 20, 26 berkaitan dengan onset dan pemicu kejang sejak kecil
14. Menanyakan poin 21, 22, 23, 24, 25, 27: sudah jelas
15. Menanyakan riwayat keluarga karena faktor keturunan memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan kejang

Page 12 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

KEJANG

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien atau keluarga, menyapa dan
memperkenalkan diri
2 Alloanamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama kejang
4 Kapan kejang pertama kali
5 Durasi dan frekuensi kejang
6 Gambaran klinik kejang atau bentuk kejang bagaimana
7 Dimulai dari bagian tubuh tertentu atau langsung seluruh tubuh
8 Disertai dengan penurunan kesadaran atau tidak
9 Disertai mulut berbusa, lidah tergigit
10 Disertai kelumpuhan/baal2 separuh badan
11 Disertai keluhan bicara pelo / mulut mencong
12 Sebelum kejang ada aura gangguan penglihatan
13 Sebelum kejang ada aura gangguan penciuman
14 Sebelum kejang ada muntah atau diare
15 Sebelum kejang ada demam tinggi
16 Sebelum kejang ada sering sakit kepala yang makin tambah berat
17 Konsumsi obat-obatan atau narkoba sebelumnya
18 Gejala lain : keringat dingin, lemes
19 Riwayat dalam kandungan dan persalinan
20 Riwayat perkembangan fisik dan mental
21 Riwayat trauma
22 Riwayat DM
23 Riwayat hipertensi
24 Riwayat penyakit ginjal
25 Riwayat penyakit liver
26 Riwayat kejang sebelumnya, kejang demam
27 Riwayat stroke
28 Riwayat penyakit keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL /54) X 100 =

Jakarta,

( Dr. )

Page 13 of 51
ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH

Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3, 4: sudah jelas


2. Menanyakan poin nomor 5 untuk mendapatkan penyebabnya. Contoh, nyeri timbul akibat
trauma, atau membungkuk saat angkat benda berat.
3. Menanyakan poin nomor 6 untuk mengetahui onset nyeri sifatnya akut atau kronis, muncul
tiba-tiba atau terdapat progresifitas dari intensitas dan durasi nyeri
4. Menanyakan sifat nyeri untuk mengetahui tipe nyeri nosiseptif, neuropatik, campuran, atau
nyeri visceral
5. Menanyakan poin nomor 8 , 9, 10 untuk memperjelas sifat nyeri dari poin nomor 7
6. Menanyakan poin nomor 11, 12, 15 untuk mengetahui keterlibatan dari radiks dan medulla
spinalis
7. Menanyakan poin nomor 13 untuk mengetahui adanya instabilitas organ peka nyeri, biasa
terjadi pada hernia nucleus pulposus
8. Menanyakan poin nomor 14 untuk mengetahui tatalaksana lanjutan. Sebagai contoh, apabila
telah mengonsumsi obat tertentu dan keluhan masih sama, maka pasien tidak dapat diberikan
jenis obat yang sama.
9. Menanyakan poin nomor 16 untuk mengarahkan diagnosis dengan kecurigaan infeksi tulang
(lebih spesifik ke arah spondylitis TB)
10. Menanyakan penggunaan steroid jangka panjang, untuk mengetahui adanya kecurigaan
osteoporosis (lebih spesifik ke arah fraktur kompresi akibat osteoporosis)
11. Menanyakan riwayat keganasan, untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya
metastasis.
12. Menanyakan riwayat trauma, lebih spesifik ke arah mekanisme trauma regio punggung
13. Menanyakan poin nomor 20, 21: sudah jelas

Page 14 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

NYERI PUNGGUNG BAWAH

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama : nyeri punggung bawah
4 Lokasi nyeri
5 Bagaimana nyeri dapat terjadi
6 Sudah berapa lama dirasakan, sejak kapan
7 Bagaiamana sifat nyeri : Apakah lokal
8 - Apakah menjalar ketungkai
9 - Apakah nyeri terasa pada saat telah duduk kemudian akan berdiri
10 - Apakah nyeri terasa bila berjalan agak jauh
11 Apakah disertai rasa kesemutan atau kebas pada salah satu
tungkai/keduanya.
12 Apakah disertai kelemahan pada tungkai
13 Apakah nyeri bertambah hebat pada saat bersin/batuk, mengejan
14 Apa saja yang sudah dilakukan untuk menghilangkan nyeri tersebut,
apakah sudah ada jenis obat yang diminum, apakah dipijat
15 Apakah disertai gangguan BAK / BAB
16 Riwayat batuk lama / TBC
17 Riwayat pemakaian steroid jangka panjang
18 Riwayat keganasan : paru, mammae, gastrointestinal,
genitourianrius
19 Riwayat trauma
20 Riwayat mengangkat benda berat / salah posisi
21 Pekerjaan dan cara bekerjanya
TOTAL

NILAI = (TOTAL /40) X 100 =

Jakarta,

( Dr. )

ANAMNESIS PUSING BERPUTAR/VERTIGO

Page 15 of 51
Tujuan pertanyaan:

1. Menanyakan poin 1, 2, 3: sudah jelas


2. Menanyakan poin nomor 4 untuk mengetahui onset sifatnya akut (biasanya diakibatkan oleh
lesi sentral) atau kronis (biasanya hilang timbul, karena lesi perifer).
3. Menanyakan poin 5, 7, 8, 9, 10, 12 biasanya terjadi pada vertigo tipe perifer dan klinis sangat
berat
4. Menanyakan gangguan sensorik karena pada lesi sentral biasanya disertai oleh gangguan
sensorik berupa perioral numbness (baal sekitar mulut) atau kesemutan/baal/kebas setengah
wajah/tubuh.
5. Menanyakan poin nomor 6 untuk mengetahui onset nyeri sifatnya akut atau kronis, muncul
tiba-tiba atau terdapat progresifitas dari intensitas dan durasi nyeri
6. Menanyakan hilang-timbul atau menetap, biasanya pada tipe perifer, klinis hilang timbul,
sedangkan sentral menetap
7. Mengetahui ada/tidaknya faktor pencetus, seperti poin nomor 5 (perubahan posisi, biasanya
mendadak)
8. Menanyakan poin 14, 15, 16 berkaitan dengan vertigo tipe sentral, poin nomor 14 dan 16
menunjukkan adanya keterlibatan dari saraf kranial
9. Poin nomor 17, 18 dapat terjadi pada vertigo maupun nonvestibuler, sentral maupun perifer
10. Menanyakan riwayat trauma, dalam hal ini terutama trauma kepala, memiliki insidensi
terjadinya vertigo pascatrauma kepala yang cukup tinggi dengan/tanpa lesi yang tervisualisasi
dari CT scan kepala
11. Menanyakan penggunaan obat, seperti penggunaan streptomisin yang sifatnya ototoksik
12. Menanyakan poin 21-22: sudah jelas

Page 16 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS

PUSING BERPUTAR/VERTIGO

NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: pusing berputar
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Apakah dipicu atau diperberat dgn perubahan posisi?
6 Disertai gangguan sensorik?
7 Disertai rasa mual dan muntah?
8 Disertai keringat dingin?
9 Disertai telinga berdenging ?
10 Disertai gangguan pendengaran ?
11 Hilang timbul/menetap?
12 Memburuk bila aktivitas/membaik dengan istirahat
13 Faktor pencetus?
14 Disertai bicara pelo atau mulut mencong ?
15 Disertai dgn kelemahan sebelah anggota gerak ?
16 Disertai penglihatan ganda?
17 Disertai gangguan keseimbangan ?
18 Disertai gangguan koordinasi ?
19 Trauma ?
20 Penggunaan obat ?
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
21
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
22 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL

NILAI = (TOTAL /42) X 100 =

Jakarta,

( Dr. )

Page 17 of 51
IV. SOP Keterampilan Klinik Pemeriksaan Fisik

Pengertian :
Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan masalah klinik pasien dengan menerapkan
prinsip menggunakan tehnik pemeriksaan yang benar dan sistematik/runut

Tujuan :
❖ Bersikap baik dan dapat melakukan pendekatan kepada pasien/ keluarga pasien dengan
baik sehingga pasien dan keluarganya merasa nyaman.
❖ Dapat melakukan pemeriksaan fisik secara benar dengan memperhatikan kenyamanan
pasien selama pemeriksaan sehingga dapat memperoleh data yang akurat.
❖ Dapat mencatat hasil pemeriksaan fisik secara lengkap, sistematik dan terinci dalam
rekam medis pasien.

Pelaksana :
- instruktur
- mahasiswa
- pasien simulasi

Peralatan :
1. Meja periksa
2. Wadah tertutup yg masing2 berisi : kopi, teh, tembakau
3. Pen light
4. Kapas /tusuk gigi
5. Botol yg masing2 berisi cairan dgn rasa : manis, asin, asam dan pahit
6. Pipet tetes / cotton buds
7. Spatula lidah
8. Reflex hammer
9. Ophtalmoskop
10. Garputala
11. Alat ukur/meteran

Prosedur Umum

❖ Memperkenalkan diri dan meminta ijin secara lisan ke pasien/ keluarga pasien untuk
melakukan pemeriksaan pada pasien
❖ Mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien
❖ melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien
❖ memperhatikan kenyamanan pasien
❖ melakukan tindakan sesuai prioritas
❖ menunjukkan rasa hormat kepada pasien
❖ Skor Penilaian :
o Dilakukan dengan baik/lengkap : 2
o Dilakukan dengan kurang baik / lengkap : 1
o Tidak dilakukan : 0

PEMERIKSAAN KESADARAN
Page 18 of 51
a. Secara kualitatif
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).

b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )


1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat
dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam
satu kalimat.
(2); suara tanpa arti (mengerang)
(1); tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi
saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
Setelah dilakukan skoring maka dapat diambil kesimpulan :
GCS: 15 (Compos Mentis); GCS 14-13 (Somnolen); GCS: 12-9 (Sopor); GCS: 8-4 (Soporo-
coma); GCS: 3 (Coma)

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESADARAN


Page 19 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan kesadaran secara kualitatif
4 Melakukan pemeriksaan dan penilaian komponen mata/eye (E) pada
skala koma Glasgow
5 Melakukan pemeriksaan dan penilaian komponen verbal (V) pada
skala koma Glasgow
6 Melakukan pemeriksaan dan penilaian komponen motorik (M) pada
skala koma Glasgow
7 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan kesadaran dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
8 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/12 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

Page 20 of 51
Kaku Kuduk
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:
Posisi pasien terlentang dan dalam posisi mendatar,
sebelumnnya pasien diminta utk menoleh ke kiri dan ke
kanan, atau digerakkan secara pasif bila pasien tidak sadar.
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan
diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku
Tes Kaku kuduk
kuduk dapat bersifat ringan atau berat.

Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)


Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada pasien
untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I
positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan
fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik. Tes Brudzinsky I

Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan pada sendi panggul. Bila
timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul
ini menandakan test ini positif.

Tanda Kernig
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135 derajat, maka dikatakan Kernig sign positif
Tes Kernig

Tanda Lasegue
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang
berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan),
kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi
harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada
keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa
sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka
disebut tanda Lasegue positif.
Tes Laseque
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60 derajat.

PENILAIAN PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

Page 21 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan kaku kuduk
4 Melakukan pemeriksaan Laseq pada tungkai kanan dan kiri
5 Melakukan pemeriksaan Kerniq pada tungkai kanan dan kri
6 Melakukan pemeriksaan Brudzinsky I
7 Melakukan pemeriksaan Brudzinsky II pada tungkai kanan dan kiri
8 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan kesadaran dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
9 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/15 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

Page 22 of 51
SARAF OTAK I ( N. OLFAKTORIUS ).

• Tujuan pemeriksaan: untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk
mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung
lokal.
• Cara pemeriksaan
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang
tidak merangsang .Tiap lubang hidung diperiksa\ satu persatu dengan jalan menutup lubang
hidung yang lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah: teh, kopi,tembakau,sabun, jeruk
• Pelaporan hasil
Normal; anosmia (tidak dapat mencium bau), hiposmia (kurang dapat mencium bau),
parosmia/kakomia (bau yang dicium tidak sesuai dengan bahan yang dipakai); tentukan
kiri/kanan/bilateral

PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OLFAKTORIUS (I)

Page 23 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien bahwa daya penciumannya akan
diperiksa
3 Melakukan pemeriksaan utk memastikan tdk ada sumbatan atau
kelainan pada rongga hidung
4 Memperkenalkan kepada pasien media yang digunakan (kopi, teh,
tembakau)
5 Meminta pasien untuk menutup mata dan menutup salah satu lubang
hidung
6 Meminta pasien untuk mencium bau-bauan tersebut melalui salah
satu lubang hidung
7 Meminta pasien untuk menyebutkan jenis bau yang diciumnya
8 Pemeriksaan yang sama dilakukan juga utk lubang hidung yang
sebelahnya
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/17 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 24 of 51
SARAF OTAK II ( N. OPTIKUS ).

Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan (visus) dan menentukan apakah kelainan pada
penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf. Untuk mempelajari
lapang pandang.
Cara pemeriksaan:
1. Pemeriksaan tajam penglihatan ( visus )
• Menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter.
contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter
Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter.
• Jika kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan, maka visusnya ialah
1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak
3 meter.
• Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila
dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien tersebut
adalah nol.
• Bila hendak melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup
dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.
• Pelaporan hasil: Normal; visus mata (kiri/kanan) …/…

2. Pemeriksaan lapang pandang.


Yang paling mudah adalah dengan munggunakan
metode Konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini pasien
duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan
pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa mata kanan
maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan
tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya.
Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri
pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa
menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan
gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari
pemeriksa, ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan (visual field)
maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini
dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.
Pelaporan hasil: Normal; terdapat gangguan lapang pandang (anopia total
(kiri/kanan)/hemianopia,/quadranopia (superior/inferior)/altitudinal)

3. Pemeriksaan Funduskopi (lihat KKD Bagian Mata)


• Pemeriksa memegang oftalmaskop dengan tangan
kanan.
• Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi pasien.
• Pemeriksa menyandarkan dahinya pd dorsum
manus tangan kiri yang memegang dahi pasien.
• Mata kanan pasien diperiksa dgn mata kanan
pemeriksa, begitu sebaliknya.
• Pemeriksa menilai retina & papil nervus optikus.
• Pelaporan hasil: Normal; papil edema (kiri/kanan)

PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OPTIKUS (II)


Page 25 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN VISUS
3 Meminta pasien untuk menutup salah satu mata
4 Meminta pasien utk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yg
diperlihatkan kepadanya pd jarak 1 meter
5 Jika pasien bisa menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa mundur terus sampai jarak 6 meter (sesuai ruangan)
6 Jika pasien tidak bisa menyebutkan jumlah jari dengan benar pada
jarak 1 meter, maka pemeriksa menggunakan lambaian tangan atau
cahaya lampu senter
7 Melakukan prosedur yang sama utk mata yg sebelahnya
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
8 Meminta pasien untuk duduk berhadapan dgn pemeriksa pada jarak
1 meter
9 Meminta pasien utk menutup salah satu matanya dan mata yang lain
terfiksasi melihat hidung pemeriksa
10 Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri
dan dari atas ke bawah
11 Meminta pasien utk mengatakan bila masih melihat jari-jari tersebut
12 Melakukan prosedur yang sama utk mata yg sebelahnya
13 Melaporkan hasil pemeriksaan
14 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/25 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 26 of 51
SARAF OTAK III, IV, VI (N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, ABDUCENS)

Fungsi N. III, IV, VI saling berkaitan dan diperiksa bersamaan. Fungsinya ialah menggerakkan
otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur otot pupil.
Cara pemeriksaan terdiri dari:
1. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya/ ada keluhan penglihatan
ganda. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau dua bola mata. Pasien diminta untuk
menggerakan sendiri bola matanya.

Pelaporan hasil: Normal; Terdapat paresis nervus (III/IV/VI) (sinistra/dextra)

• Tes nistagmus
Lihat ada/tidaknya nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien). Nistagmus
adalah gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik. Pasien diminta melirik
terus ke satu arah (misal ke kanan, kiri, atas atau bawah) sekitar 5 detik, tetapi mata
tidak boleh terlalu jauh dilirikkan, sebab bisa terjadi nistagmus pada orang normal (end
position nistagmus)
Pelaporan hasil: nistagmus (positif/negatif), unidireksional (kiri/kanan)/bidireksional,
horizontal/ vertikal/rotatoar/pendular

2. Pemeriksaan kelopak mata


Membandingkan lebar celah palpebra kiri dan kanan. Ptosis adalah kelopak mata yang
menurun/ lebar celah palpebra sempit.
Pelaporan hasil: Ptosis (mata kiri/kanan)

3. Pemeriksaan pupil
• Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm. Bandingkan kiri dengan kanan (isokor
atau anisokor). Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
• Pelaporan hasil: Pupil (bulat/ireguler) (isokor/anisokor) diameter …mm/…mm
• Pemeriksaan refleks pupil:
Refleks cahaya
▪ Direk/langsung: cahaya ditujukan
seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat
adanya cahaya maka pupil akan mengecil (
miosis ).
▪ Indirek/tidak langsung: refleks cahaya
konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu
pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
▪ Pelaporan hasil: Refleks cahaya langsung (kiri/kanan) (positif/negatif) dan refleks
cahaya tidak langsung (kiri/kanan) (positif/negatif)
Page 27 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OKULARIS (III, IV, VI)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN GERAK BOLA MATA
3 Meminta pasien utk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yg
digerakkan ke segala jurusan
4 Mengamati ada tidaknya hambatan/parese pd pergerakan matanya
(bisa terjadi pada satu atau kedua mata)
5 Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan pasien
(nistagmus)
6 Meminta pasien utk menggerakkan sendiri bola matanya
PEMERIKSAAN KELOPAK MATA
7 Meminta pasien utk membuka kedua mata dan menatap ke depan
8 Pemeriksa melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap celah
mata dan membandingkan lebar celah mata kanan dan kiri
9 Mengidentifikasi ada tidaknya ptosis
PEMERIKSAAN PUPIL
10 Melihat diameter pupil pasien
11 Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri
12 Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak
13 Memeriksa refleks cahaya langsung dan tidak langsung
14 Melaporkan hasil pemeriksaan
15 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/27 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 28 of 51
SARAF OTAK V ( N. TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan:
• Pemeriksaan motorik.
o Pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba m. Masseter dan m.
Temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama.
o Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi rahang
bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi. Sebagai
pegangan diambil gigi seri atas dan bawah yang harus simetris. Bila terdapat paresis
di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri.

• Pemeriksaan sensorik
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan raba, kemudian lakukan
pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.

• Pemeriksaan refleks
Refleks Kornea: kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup matanya.
Pelaporan hasil: refleks kornea (positif/negatif)

• Pelaporan pemeriksaan: Normal, terdapat lesi N. V (cabang 1/2/3) komponen


(motorik/sensorik) (sinistra/dextra)

Page 29 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF TRIGEMINUS (V)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN MOTORIK
3 Meminta pasien utk merapatkan gigi sekuat-kuatnya
4 Pemeriksaan m. Maseter dan m. Temporalis (apakah kekuatan
kontraksi sisi kiri dan kanan sama)
5 Meminta pasien utk membuka mulut dan pemeriksa mengamati
apakah ada deviasi rahang bawah
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS
6 Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan tusuk gigi pada daerah
dahi, pipi dan rahang bawah kiri dan kanan
7 Melakukan pemeriksaan sensasi raba dengan kapas/kuas pada
daerah dahi, pipi dan rahang bawah kiri dan kanan
PEMERIKSAAN REFLEKS KORNEA
8 Pasien diminta melirik ke salah satu arah
9 Menyentuh kornea pasien dengan kapas dari arah yang berlawanan
10 Melaporkan hasil pemeriksaan
11 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/19 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 30 of 51
SARAF OTAK VII (N. FASIALIS)

• Pemeriksaan fungsi motorik.


Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan wajah pasien kiri dan kanan apakah
simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan dahi, tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan
kulit nasolabial dan sudut mulut. Kemudian pasien diminta untuk menggerakan wajahnya
antara lain:
o Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
o Mengangkat alis
o Menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa.
o Moncongkan bibir atau menyengir.
o Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah
sama kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh.

• Pemeriksaan fungsi sensorik.


Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah ,
kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan/ diteteskan cairan manis, asam, atau asin.
Sedangkan pada 1/3 bagian belakang lidah untuk rasa pahit (N. IX/ Glosofaringeus) Pasien
cukup menuliskan apa yang terasa di atas secarik kertas.
• Kelumpuhan sentral : kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah sedangkan bagian
atasnya tidak, sehingga pasien masih dapat mengerutkan dahi dan menutup mata.
• Kelumpuhan perifer : kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian atas maupun bawah
• Pelaporan hasil: Normal, paresis N. VII (perifer/sentral) (sinistra/dextra)

Page 31 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF FACIALIS (VII)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN MOTORIK
3 Meminta pasien utk mengerutkan dahi atau mengangkat kedua alis
mata
4 Meminta pasien utk menutup kedua mata dengan rapat, lalu
pemeriksa mencoba membukanya dgn tangan
5 Meminta pasien utk senyum dan diamati lipatan nasolabialis simetris
atau tidak
6 Meminta pasien menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan
pipi kiri dan kanan apakah kekuatannya sama
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS
7 Meminta pasien menjulurkan lidahnya
8 Meneteskan cairan manis/asam/asin pada bagian depan/kiri/kanan
lidah (2/3 bagian depan lidah)
9 Meneteskan cairan pahit pada bagian belakang/pangkal lidah (1/3
bagian belakang lidah)
10 Meminta pasien utk menunjukkan apa yg dirasakannya
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/21 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 32 of 51
SARAF OTAK VIII (N. VESTIBULOCOCHLEARIS)
Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji
Tes Rinne, Weber dan Swabach (Lihat KKD Bagian THT)
Pelaporan: Normal; terdapat lesi N. VIII (kiri/kanan)
Catatan: Disebut lesi N. VIII bila didapatkan hasil pemeriksaan berupa tuli perseptif

SARAF OTAK IX & X ( N. GLOSOFARINGEUS & N. VAGUS)


Cara pemeriksaan:
• Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf “ a” dinding pharynx
terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak
miring tertarik kesisi yang sehat.
• Pemeriksa menggoreskan atau meraba dengan spatula lidah pada dinding pharynx kanan
dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
• Pelaporan hasil: Normal; terdapat paresis N. IX dan X (sinistra/dextra)

Page 33 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF VESTIBULOCOCHLEARIS
GLOSOFARINGEUS DAN VAGUS (VIII, IX, X)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Pemeriksa memerintahkan sesuatu kepada pasien utk mengetahui
apakah pasien ada gangguan pendengaran
4 Meminta pasien apakah bisa mendengarkan gesekan jari pemeriksa
atau detik jam tangan
5 Meminta pasien utk berbicara apakah ada suara serak atau sengau
(disfonia)
6 Meminta pasien utk membuka mulut dan mengatakan “aaa”
7 Pemeriksa mengamati apakah arkus faring terangkat simetris dan
uvula di tengah
8 Pemeriksa melakukan reflex muntah
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/17 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 34 of 51
SARAF OTAK XI ( N. AKSESORIUS)

Cara pemeriksaan;
• Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan menekan pundak pasien dan pasien diminta
untuk mengangkat pundaknya.
• Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri
dan ditahan oleh pemeriksa, kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.
Pelaporan hasil: Normal; terdapat paresis N. aksesorius (sinistra/dextra)

PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF AKSESORIUS (XI)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Meminta pasien utk menolehkan kepala ke kiri atau ke kanan dan
ditahan oleh pemeriksa
4 Pemeriksa meraba dan menilai kekuatan kontraksi m.
Sternokleidomastoideus
5 Meminta pasien utk mengangkat kedua bahunya dan ditahan oleh
pemeriksa
6 Pemeriksa meraba dan menilai kekuatan kontraksi m. Trapezius
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
8 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/13 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 35 of 51
SARAF OTAK XII ( N. HIPOGLOSUS ).

Cara pemeriksaan.
• Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan perkataan tidak dapat
diucapkan dengan baik hal demikian disebut: disartria
• Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.
• Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.
• Kelumpuhan perifer dapat dilihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah.
Pelaporan hasil: Normal; paresis N. XII (perifer/sentral) (sinistra/dextra)

PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF HIPOGLOSUS (XII)

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Meminta pasien utk berbicara apakah ada gangguan artikulasi
(bicara pelo)
4 Meminta pasien utk menjulurkan lidahnya apakah ada deviasi
5 Meminta pasien utk mendorong lidahnya ke pipi, pemeriksa
membandingkan kekuatannya sisi kiri dan kanan
6 Pemeriksa mengamati adanya atrofi dan atau fasikulasi pada otot
lidah
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
8 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL

NILAI = (TOTAL/13 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 36 of 51
PEMERIKSAAN MOTORIK

1. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:
• Mengangkat kedua lengan pada sendi bahu.
• Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
• Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
• Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
• Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
• Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
• Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
• Gerakan jari-jari kaki.
2. Gerakan involunter : tremor, chorea, atetosis, balismus
Jenis tremor:
• Tremor postural : terlihat terutama pada saat pasien dalam keadaan
mempertahankan posisi atau bergerak secara lambat
• Tremor istirahat : terlihat terutama pada saat pasien dalam keadaan istirahat dan
berkurang pada saat aktifitas atau mempertahankan posisi tertentu
• Tremor kinetik : terlihat terutama pada saat pasien bergerak / aktifitas dan
semakin memburuk jika akan mencapai target dengan pergerakan yang spesifik
3. Pemeriksaan trofi otot
• Perhatikan bentuk dan ukuran otot apakah tampak normal (eutrofi), membesar
(hipertrofi) atau mengecil (atrofi)
• Bila terdapat asimetri maka pengukuran diameter otot yang sama harus dilakukan
dan dibandingkan kiri dan kanan
4. Pemeriksaan tonus otot statis dan dinamis
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang
normal terdapat tahanan yang wajar.
5. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
Cara menilai kekuatan otot sama seperti pada pemeriksaan gerakan volunter namun
dengan memberikan tahanan pada setiap gerakan

Skala kekuatan otot dengan menggunakan angka dari 0-5.


0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi ).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan
ringan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ). Dapat melawan tahanan kuat yg diberikan

Interpretasi :
• Normal, kekuatan motorik pada keempat ekstremitas 5555
• Hemiparesis/plegi; tetraparesis/plegi; paraparesis/plegi; monoparesis/plegi dengan
kekuatan motorik ekstremitas atas kanan …. kiri …. dan ekstremitas bawah kanan
…. kiri ….

Page 37 of 51
• Untuk pelaporan tetra/para disertai dengan keterangan tipe UMN/LMN. Contoh:
terdapat paraparesis UMN dengan kekuatan motorik ekstremitas bawah kiri dan
kanan 2222
• Pelaporan motorik pada penurunan kesadaran cukup dengan menyebutkan
terminologi saja, tidak perlu menyebutkan kekuatan motorik

Cara penulisan kekuatan motorik di status

atas 5555 5555

bawah 5555 5555

kanan kiri

PENILAIAN PEMERIKSAAN MOTORIK

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan gerakan volunter
4 Melakukan pemeriksaan trofi otot
5 Melakukan pemeriksaan tonus otot statis dan dinamis
6 Melakukan pemeriksaan kekuatan otot-otot lengan kanan dan kiri
7 Melakukan pemereiksaan kekuatan otot-otot tungkai kanan dan kiri
8 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan motorik dan mencatat pada
format lembaran pemeriksaan
9 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/15 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 38 of 51
PEMERIKSAAN SENSORIK

Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering digunakan.


1. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari:
• Sensibilitas nyeri dan raba (taktil)
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini dapat berupa jarum pentul, tusuk gigi atau
kapas/kuas
Prosedurnya :
o mata pasien tertutup
o pemeriksa harus mencobakan alat pd dirinya sendiri terlebih dahulu
o pemeriksa melakukan pemeriksaan sesuai dermatom atau sesuai keluhan yang
dirasakan pasien
o pemeriksa meminta pasien menjawab mengenai tingkat ketajaman atas rangsang yg
diberiikan atau apakah rangsang yg diberikan tajam atau tumpul
o hipalgesia/hipestesia bila terjadi penurunan kepekaan rangsang, analgesia/anestesia
bila tdk ada kepekaan thd rangsang, hiperalgesia/hiperestesia bila terjadi peningkatan
kepekaan thd rangsang
• Sensibilitas suhu (panas/dingin)
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan sensasi suhu adalah tabung yang diisi dengan air
panas dan air dingin. Sensasi dingin memerlukan air bersuhu 5-10°C dan sensasi panas
memerlukan air bersuhu 40-50°C. Kurang dari 5°C atau lebih dari 45°C akan menimbulkan
nyeri.
Prosedurnya : Mata pasien tertutup dan pemeriksa harus mencobakan sensasi pada dirinya
sendiri dulu

2. Sensibilitas proprioseptif. :
• Tekanan
Menggunakan benda tumpul atau ujung jari, dengan mata ps tertutup berikan tekanan pada
otot atau tendon , tanyakan pd pasien adakah tekanan yg dirasakan dan minta ps
menyebutkan lokasinya
• Getaran /vibrasi
Menggambarkan kemampuan merasakan setiap getaran ketika garputala disentuhkan pada
tiap-tiap tulang. Tulang yang disentuh diantaranya jari kaki I, maleolus lateral atau medial,
tibia, spina iliaka anterior superior, sacrum, prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula,
prosesus styloideus radius/ulna
Prosedur : getarkan garputala dgn memukulkan jari-jarinya ke benda keras, tempatkan
garputala sesegera mungkin di area tulang yg diperiksa
• Arah gerak dan posisi
Pemerksaan ini tidak memerlukan alat khusus, dengan mata pasien tertutu. Jari-jari yg
diperiksa tidak boleh bergerak-gerak, harus bebas dan rileks dan dapat digerakkan secara
pasif oleh pemeriksa, sentuhlah secara halus tanpa penekanan terhadap jari-jari tsb. Pasien
akan ditanya apakah ada gerakan pd jari yang diperiksa dan arah gerakannya.

3. Sensibilitas diskriminatif
• Daya untuk mengenal bentuk/ukuran. (stereognosis)
pasien harus menyebutkan benda yang digenggamnya dengan mata tertutup (biasanya
menggunakan anak kunci)

Pelaporan hasil pemeriksaan sensibilitas:


• Pada lesi intrakranial, klinis gangguan sensibilitas sifatnya hemisferikal, contoh pelaporan:
hemi-hipestesi (sinistra/dextra)
• Pada lesi medulla spinalis/ radiks klinis gangguan sensibilitas bersifat dermatomal, contoh
pelaporan: terdapat hipestesi setinggi dermatomal servikal 4 sampai torakal 6 dan anestesi
setinggi dermatomal torakal 7 ke bawah
• Pada neuropati saraf perifer klinis gangguan sensibilitas tidak dermatomal, tetapi
socks(/stocking) and/or gloves (seperti menggunakan kaus kaki/stoking dan sarung tangan).
Contoh pelaporan: terdapat socks and gloves paresthesia atau terdapat parestesi kaus kaki
dan sarung tangan bilateral.
Page 39 of 51
Catatan:

• Pada kasus intrakranial, modalitas sensorik yang dibandingkan adalah kiri dengan kanan
• Pada kasus medulla spinalis, modalitas sensorik yang dibandingkan adalah atas dan bawah
(dermatomal)
• Pada kasus intrakranial dengan kecurigaan batang otak, hendaknya membandingkan
modalitas sensorik kiri dengan kanan di wajah

Page 40 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SENSORIK

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Mempersiapkan dan memilih alat-alat yang akan digunakan
4 Melakukan pemeriksaan sensibilitas nyeri
5 Melakukan pemeriksaan sensibilitas raba
6 Melakukan pemeriksaan sensibilitas suhu
7 Melakukan pemeriksaan sensibilitas tekanan
8 Melakukan pemeriksaan sensibilitas getaran / vibrasi
9 Melakukan pemeriksaan arah gerak dan posisi
10 Melakukan pemeriksaan stereognosis
11 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan sensorik dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/21 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 41 of 51
PEMERIKSAAN REFLEKS

Refleks superficial
Refleks dinding perut (abdominal) :
Stimulus : Goresan dinding perut daerah,epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral
ke medial.
Respons : kontraksi dinding perut
Pelaporan : reflex dinding perut superficial (positif/negatif)

Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )


• Refleks biseps ( B P R ) :
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa
yang ditempatkan pada tendonm. Biseps\
brachii, posisi lengan setengah ditekuk
pada sendi siku.
Respons : fleksi lengan pada sendi siku
Saraf : n. musculucutaneus ( c 5-6 )

• Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps
brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi
siku
Saraf : n. radialis ( C 6-7-8 )

• Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena
kontraksi m. quadriceps Femoris.
Saraf : n. femoralis ( L 2-3-4 )

• Refleks achilles ( A P R )
Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena
kontraksi m. gastrocnemius
Saraf : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

Page 42 of 51
Refleks patologis
• Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan(fanning) jari – jari kaki.

• Chaddock
Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis
dari posterior ke anterior.
Respons : seperti babinski

• Klonus lutut
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus berlangsung.
• Klonus kaki /achilles
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
• Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksi

• Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman

Page 43 of 51
Refleks primitive
• Reflex menghisap (rooting reflex)
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah–olah menyusu
• Reflex menggenggam (grasp reflex)
Stimulus : penekanan / penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal
• Reflex glabela
Stimulus : ketukan pada dahi
Respon : kedua mata berkedip sesuai stimulus (kontraksi m.orbicularis oculi)
• Reflex palmomental
Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian Thenar.
Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris ipsilateral.

Penulisan reflex di status ++/++


Ka ki
Interpretasi hasil pemeriksaan reflex fisiologis
• + : reflex menurun
• 2+ : reflex normal
• 3+ : reflex meningkat
• 4+ : reflex meningkat disertai klonus

Contoh pelaporan: refleks fisiologis biseps-triseps normal/(+2) kiri dan kanan, refleks
fisiologis patella-Achilles meningkat (+3) kiri dan kanan

Page 44 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN REFLEKS

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Mempersiapkan dan memilih alat-alat yang akan digunakan
4 Melakukan pemeriksaan refleks biceps pada lengan kanan dan kiri
5 Melakukan pemeriksaan refleks ticeps pada lengan kanan dan kiri
6 Melakukan pemeriksaan refleks patella / knee pada tungkai kanan
dan kiri
7 Melakukan pemeriksaan refleks Achilles / ankle pada tungkai kanan
dan kiri
8 Melakukan pemeriksaan refleks Babinsky pada tungkai kanan dan
kiri
9 Melakukan pemeriksaan refleks Chaddock pada tungkai kanan dan
kiri
10 Melakukan pemeriksaan refleks abdominal
11 Melakukan pemeriksaan refleks Hoffmann-tromner pada tangan
kanan dan kiri
12 Melakukan pemeriksaan klonus patella
13 Melakukan pemeriksaan klonus achilles
14 Melakukan pemeriksaan refleks palmomental
15 Melakukan pemeriksaan refleks glabela
16 Melakukan pemeriksaan refleks rooting
17 Melakukan pemeriksaan refleks grasp
18 Melakukan maneuver Jendrassik
19 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan refleks dan mencatat pada
format lembaran pemeriksaan
20 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/37 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 45 of 51
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI

Macam-macam pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi :


• Pemeriksaan gait (gaya berjalan)
o Circumflection gait : berjalan dengan menyeret tungkai, hingga terayun seolah
membuat gerakan melengkung membentuk setengah lingkaran
o Stamping gait : melangkah lebar-lebar, mengangkat tungkai tinggi-tinggi dan
dijatuhkan keras- keras pada seluruh telapak kakinya seperti alu
o Parkinson gait : berjalan membungkuk, lengan aduksi dan fleksi pada sendi siku
dan lutut dengan langkah kecil-kecil diseret, lambat dan kaku serta sulit
menghentikan langkahnya
o Spastic gait : berjalan dengan kedua tungkai spastik
o Scissors gait : berjalan dengan kekakuan otot-otot adduktor kedua paha akibat
paraplegia
o Ataxic gait : berjalan seperti orang mabuk
o Stappage gait : berjalan dengan mengangkat tungkai tinggi-tinggi hingga jari-
jari kakinya tidak lagi menyentuh tanah, lalu waktu diturunkan yang menyentuh
tanah lebih dulu adalah jari-jarinya

• Test Romberg
Pasien berdiri tanpa alas kaki dengan sikap kedua tumit bertemu dan pemeriksa berdiri
di belakang pasien. Pertama pemeriksaan dengan mata terbuka setelah itu diminta utk
memejamkan mata, diobservasi apakah pasien merasa goyah/oleng dan terjatuh ke
salah satu sisi kiri atau kanan.
Interpretasi: Normal; Romberg positif jatuh ke …

• Tes tandem walking/tandem gait (Heel to toe)


Pasien diminta berjalan mengikuti garis lurus dengan tumit kaki yang satu berada di
depan jari2 kaki yang lainnya. Pemeriksaan positif bila pasien cenderung jatuh ke salah
satu sisi.
Interpretasi: tes tandem gait normal; Tandem gait terganggu jatuh ke …

• Tes telunjuk-telunjuk (finger to finger)


Minta pasien merentangkan kedua lengannya ke samping. Kmd minta ps
mempertemukan kedua jari telunjuknya di depan. Pertama dengan mata terbuka lalu
dengan mata tertutup.
Interpretasi: Test finger to finger normal; Tes finger to finger terdapat
(dismetria/tremor) pada tangan (kiri/kanan)

• Tes telunjuk hidung (finger to nose)

Interpretasi: Normal; Tes finger to finger terdapat (dismetria/tremor) pada tangan


(kiri/kanan)

Page 46 of 51
• Tes tumit – lutut (Heel to knee)
Minta pasien meletakkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai sebelahnya, kmd
minta ps menggerakkan tumit itu meluncur dari lutut ke pergelangan kaki menyusuri
tulang tibia dan melewati dorsum pedis sampai ke ibu jari kaki.
Interpretasi: tes tumit-lutut (kiri/kanan) (normal/terganggu)

• Tes disdiadokokinesis
Pasien diminta merentangkan kedua tangannya ke depan, kmd diminta untuk
melakukan gerakan supinasi dan pronasi secara bergantian dan cepat. Pemeriksaan
positif bila gerakan lamban dan tidak teratur.
Interpretasi: Disdiadokokinesia (positif/negatif)

• Test fenomena rebound


Minta pasien menarik lengannya sementara pemeriksa menahannya sehingga seperti
sedang beradu panco. Kemudian dgn tiba2 pemeriksa melepaskan tahanannya.
Perhatikan apakah lengan ps segera berhenti atau terjadi gerakan sampai memukul
dirinya sendiri.
Interpretasi: Fenomena rebound (positif/negatif)

Page 47 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan gait
4 Melakukan pemeriksaan Romberg
5 Melakukan pemeriksaan Tandem
6 Melakukan pemeriksaan tes jari – jari / finger to finger
7 Melakukan pemeriksaan tes jari – hidung / finger to nose
8 Melakukan pemeriksaan tes tumit – lutut / heel to knee
9 Melakukan pemeriksaan tes disdiadokokinesis
10 Melakukan pemeriksaan rebound fenomena
11 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi dan mencatat pada format lembaran pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL

NILAI = (TOTAL/21 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 48 of 51
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR

1. Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)


• Orientasi
• Registrasi
• Atensi dan kalkulasi
• Recall
• Language (bahasa)
• Konstruksi
2. Penilaian MMSE
• Nilai Normal : 24 – 30
• Probable gangguan kognitif : 17 - 23
• Definit gangguan kognitif : 0 - 16

Catatan: dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat


pendidikan dan usia responden

Alat bantu periksa:


Siapkan kertas kosong, pinsil, arloji, tulisan yang harus dibaca dan gambar yang harus
ditiru / disalin.
Contoh:
Angkatlah tangan kiri Anda

Dikutip dari: Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul psikiatri geriatri.
(Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.

Page 49 of 51
Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)
(modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:………………..( Lk / Pr ) Umur:………………Pendidikan……...........……Pekerjaan:........…………

Riwayat Penyakit: Stroke( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny. Lain…................…………………..

Pemeriksa:…………………………….. Tgl ………………

ITEM TES Nilai


NILAI
Maks
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 .…………

2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5 .…………


(lantai/kamar)

REGISTRASI (Immediate Recall)


3. Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik,
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap 3 .…………
nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI/Kalkulasi
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “ 5 .…………
WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (Recall)
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 .…………

BAHASA

6. Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, 2 .…………


arloji)

7. Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau 1 .…………
tetapi ”

8. Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan 3 .…………


tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.

9. Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan 1 .…………


kiri anda”

10. Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 .…………

KONSTRUKSI
11. Pasien diminta meniru gambar di bawah ini

1 .…………

Total Skor: 30 ( )

Page 50 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR

NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan orientasi
4 Melakukan pemeriksaan registrasi
5 Melakukan pemeriksaan atensi dan kalkulasi
6 Melakukan pemeriksaan recall
7 Melakukan pemeriksaan language /bahasa
8 Melakukan pemeriksaan visuokonstruksi
9 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan fungsi luhur dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL SCORE

NILAI = (TOTAL/17 X100) =

Jakarta,

( Dr. )

Page 51 of 51
SOP KKD
MODUL GHP
PEMERIKSAAN
TELUR
CACING
PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Standard Operasional Prosedur Departemen Parasitologi

Tanggal terbit : No. Revisi : Halaman :

I. SOP Keterampilan Klinik Pembuatan Sediaan Feses

Pengertian : Membuat sediaan feses agar dapat dilakukan analisa telur


cacing
Tujuan : Mampu membuat sediaan feses untuk analisa telur cacing
secara mandiri
Pelaksana : Staf pengajar dan instruktur Departemen Parasitologi FK
TRISAKTI
Peralatan :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Mikroskop binokuler
4. Pot plastik 100cc
5. Pipet, kaca objek dan penutup
6. Bak air
7. Lisol

Prosedur :
1. Memakai masker dan sarung tangan.
2. Menyiapkan dan membersihkan mikroskop (lensa okuler menggunakan
kapas/tissue kering dan lensa objektif menggunakan kapas etanol).
3. Mengambil kaca objek dipegang di tangan kiri / kanan sesuai kenyamanan
dalam keadaan mendatar , dapat pula diletakkan di atas meja.
4. Mengambil air dengan pipet.
5. Meneteskan 1 tetes air di tengah-tengah kaca objek.
6. Mengambil lidi, memasukkan lidi ke dalam botol feses, mengaduk-aduk
suspensi feses supaya tercampur dan menempel pada lidi.
7. Lalu mengaduk-aduk feses yang sudah ada di ujung lidi pada tetesan air yang
sudah ada pada kaca objek membuat suspensi sampai homogen.
8. Membuang lidi ke dalam bak lisol.
9. Mengambil kaca penutup dan menutupkan kaca penutup pada suspensi feses
yang sudah dibuat dengan cara memiringkan kaca penutup 45 derajat dan
menurunkannya perlahan-lahan.
10. Meletakkan preparat yang sudah dibuat pada meja mikroskop. Setelah itu buka
sarung tangan dan letakkan di samping (digunakan kembali saat akan membuat
preparat baru).
11. Memeriksa preparat dengan lensa objektif pembesaran 10 x dari ujung atas ke
bawah dan bergeser ke kiri atau ke kanan, atau bergerak dari ujung kanan ke
ujung kiri lalu bergeser ke atas atau ke bawah demikian seterusnya sampai
seluruh lapangan sambil mencari telur-telur cacing.
12. Bila menemukan telur cacing, lensa objektif dibesarkan dengan pembesaran 40x
agar morfologi telur dapat dilihat dengan jelas.

13. Setelah selesai memeriksa preparat atau saat akan membuat preparat baru, buang
preparat ke bak lisol.
14. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, membersihkan meja, mikroskop
dimatikan dan dibersihkan (lensa okuler menggunakan kapas/tissue kering dan
lensa objektif menggunakan kapas etanol).
KKD PARASITOLOGI

By : Suriyani
Ascaris lumbricoides (telur yang dibuahi)
Ascaris lumbricoides (telur yang tidak dibuahi)
Telur Cacing Tambang / Hookworm
Telur Trichuris trichiura / cacing
cambuk
Telur Toxocara Sp
Telur Taenia sp
 ANAMNESIS
DAN
PEMERIKSAAN
FISIK MODUL
GHP
 PEMASANGAN
NGT

ILMU PENYAKIT DALAM


MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

Fakultas Kedokteran ANAMNESIS ABDOMEN


USAKTI Jakarta
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Raditya Wratsangka, SpOG(K)

Pengertian Anamnesis adalah upaya untuk menggali keluhan dan perjalanan penyakit
pasien melalui wawancara

Tujuan Mampu melakukan anamnesis dengan urutan kronologis dan kaidah yang
benar

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Lembar anamnesis status

Prosedur Anamnesis menurut urutan baku :


1. Keluhan Utama
 Jelaskan satu keluhan yang membuat pasien datang berobat ke
dokter
 Jelaskan berapa lama keluhan tersebut telah berlangsung
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 Jelaskan perjalanan penyakit sekarang
 Dimulai dari kondisi sebelum sakit sampai keadaan sekarang
 Penyakit yang diderita seumur hidup juga termasuk RPS,
seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Asma dsb yang mungkin
berkaitan dengan penyakit yang diderita pasien saat ini
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Jelaskan penyakit yang pernah diderita pasien, serta
perawatan di RS sebelumnya (jika ada)
 Penyakit yang dijelaskan disini adalah penyakit yang bukan
diderita seumur hidup, melainkan yang telah selesai pada
pengobatan sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Anggota keluarga yang mempunyai kesamaan gejala dan
tanda2 penyakit
 Anggota keluarga yang berpenyakit kronik atau menular
5. Riwayat Kebiasaan
 Jelaskan riwayat kebiasaan pasien yang mungkin berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita
6. Riwayat Sosial-Ekonomi
 Jelaskan riwayat kehidupan social pasien, seperti pekerjaan
atau penghasilan satu bulan dan sebagainya
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN :


Fakultas Kedokteran
USAKTI Jakarta
INSPEKSI
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr raditya Wratsangka, SpOG(K)

Pengertian Pemeriksaan inspeksi abdomen adalah pemeriksaan terhadap abdomen


untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi tertentu seorang pasien,
dilakukan dengan cara melihat daerah abdomen

Tujuan Mampu melakukan inspeksi abdomen dengan teknik yang baik dan benar

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Lembar pemeriksaan fisik status pasien

Prosedur PERSIAPAN :
 Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi penderita
terlentang. Dinding perut penderita harus dalam keadaan “relax”.
Sebaiknya penderita bernafas melalui mulut atau diajak bercakap-
cakap. Kedua tungkai jika perlu dalam keadaan fleksi pada sendi paha
dan lutut. Vesika urinaria sebaiknya dalam keadaan kosong
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi
 Dinding abdomen dibagi dalam 9 regio yaitu :
1. Regio epigastrium
2. Regio hypochondrium kanan
3. Regio hypochondrium kiri
4. Regio umbilikalis
5. Regio lumbalis kanan
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio hipogastrika (suprapubika)
8. Regio inguinalis (iliaka) kanan
9. Regio inguinalis (iliaka) kiri

BENTUK ABDOMEN :
 Normal simetris, mendatar
 Pada anak-anak agak membuncit hingga masa pubertas
 Perut yang tampak membuncit pada orang dewasa kemungkinan
disebabkan oleh obesitas, kehamilan, tumor intra-abdominal,
meteorismus, ascites, retensio urine
 Perut yang “scapoid” (cekung) dapat dijumpai pada orang yang
kekurangan makan atau dehidrasi
 Bentuk perut yang seperti perut kodok yaitu buncit dengan “saging”
pada pinggang (bila berbaring terlentang, disertai dengan umbilicus
yang tertarik ke kiri dan ke kanan (“smilling umbilicus”) terdapat pada
ascites. Bila pasien ascites di inspeksi dalam posisi tegak, tampak perut
buncit, umbilicus menonjol, tidak smilling
 Pada kehamilan atau tumor intra abdominal, pada posisi tegak
maupun berbaring terlentang, perut tampak buncit tanpa saging pada
pinggang dan tanpa smilling pada umbilicus
 Bentuk perut asimetris dapat disebabkan oleh adanya penonjolan
pada salah satu sisi, misalnya karena adanya tumor atau pembesaran
hepar/lien

KULIT DINDING PERUT DAN UMBILICUS :


 Kulit yang keriput menandakan bahwa dinding perut pernah
mengalami distensi seperti misalnya karena kehamilan, atau pernah
ascites. Juga terdapat pada keadaan dehidrasi
 Pada pembesaran perut, kulit dinding perut akan tampak tegang, licin
dan berkilat
 Venae kulit mungkin tampak tapi tidak menonjol dan berkelok-kelok.
Bila tampak demikian, disebabkan oleh dilatasi vena yang mungkin
disebabkan oleh adanya obstruksi vena porta (misalnya pada sirosis
hati), atau obstruksi vena cava superior dan inferior.
 Bedanya adalah :
1. Pada obstruksi vena porta, vena yang berdilatasi terutama
vena dibagian tengah dinding perut. Arah aliran darah pada
vena yang terletak di atas umbilicus arah alirannya dari atas ke
bawah, sedangkan pada vena yang terletak di bawah
umbilicus, arah alirannya dari bawah ke atas

2. Pada obstruksi vena cava, vena yang berdilatasi adalah vena


yang terdapat di daerah perifer dinding abdomen. Pada
obstruksi vena cava superior, arah aliran darah semuanya dari
atas ke bawah. Sedangkan pada obstruksi vena cava inferior,
semua aliran darah didalam vena itu dari bawah ke atas
 Pada umbilicus dapat terjadi hernia atau neoplasma. Pada tumor intra
abdominal atau kehamilan, umbilicus dapat menonjol. Pada obesitas,
walaupun perut membuncit tetapi umbilicus tidak menonjol. Smilling
umbilicus terjadi pada ascites

GERAK DINDING PERUT DALAM KEADAAN STATIS DAN SAAT BERNAFAS :


 Pulsasi dapat tampak pada dinding perut di daerah epigastrium yang
mungkin disebabkan oleh hipertrofi ventrikel kanan
 Pulsasi juga tampak pada orang normal yang sangat kurus. Pulsasi ini
berasal dari denyut aorta abdominalis yang diteruskan ke dinding
perut. Tapi bila aorta abdominalisnya mengalami aneurisma, maka
denyut itu tampak walaupun pasiennya tidak kurus. Denyutnya juga
bersifat ekspansif (berdenyut ke segala arah
 Pada penderita tumor lambung, pulsasi di daerah epigastrium pun
akan tampak lebih menonjol
 Pulsasi di daerah hipokondrium kanan dapat berasal dari hepar pada
pasien yang menderita insufisiensi katup trikuspidalis
 Normalnya dinding perut akan mengembang saat inspirasi dan akan
mengempis saat ekspirasi. Hal ini terjadi secara simetris. Pada
kelumpuhan diafragma misalnya pada abses subdiafragma, gerakan
dinding perut menjadi sebaliknya
 Pada peritonitis, tidak ada pergerakan dinding perut sama sekali
 Pada ascites yang sangat besar, pergerakan dinding perut saat
bernafas juga tidak tampak

GERAK PERISTALTIK USUS YANG TAMPAK PADA DINDING PERUT


 Normal tidak tampak gerak peristaltik
 Tapi pada obstruksi usus, akan tampak gerak peristaltik disebelah
proksimal dari tempat obstruksi traktus digestivus
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN :


Fakultas Kedokteran
USAKTI Jakarta
AUSKULTASI
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Raditya Wratsangka,SpOG (K)

Pengertian Pemeriksaan auskultasi abdomen adalah pemeriksaan di bagian abdomen


pasien untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi tertentu seorang
pasien, dilakukan dengan cara mendengar dengan menggunakan stetoskop
yang ditempelkan di daerah abdomen

Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Lembar pemeriksaan fisik status pasien


2. Stetoskop

Prosedur BISING USUS (BUNYI PERISTALTIK) :


 Bising usus disebabkan karena bunyi udara dan cairan di dalam usus
yang bergerak karena peristaltic usus
 Letakkan stetoskop pada seluruh kuadran abdomen
 Normal bising usus akan terdengar 1-3 x per menit
 Bila peristaltic meningkat (misalnya pada diare, gastroenteritis), bising
usus dapat terdengar 10-15 x per menit hingga sekali tiap 2-3 detik.
Pada keadaan peristaltic yang meningkat, nada bising usus juga akan
lebih tinggi dan nyaring
 Bila selama 3-10 menit tidak terdengar sekalipun bising usus, keadaan
ini disebut “silent abdomen” misalnya terdapat pada peritonitis, ileus
paralitikus
 Pada obstruksi usus (ileus obstruktif), didapatkan nyeri kolik disertai
bising usus yang meningkat dan nyaring

SUARA PEMBULUH DARAH :


 Suara bising yang berasal dari arteri disebut ‘arterial bruit’, yang
berasal dari vena disebut ‘venous hum’
 Arterial bruit terdengar pada aneurisma aorta abdominalis bila
stetoskop diletakkan di daerah epigastrium beberapa cm di atas
umbilicus, dan sedikit di sebelah kiri dan kanan umbilicus. Arterial
bruit terdengar pada fase sistolik jantung, bersamaan atau tepat
setelah ictus cordis
 Arterial bruit juga mungkin terdengar pada stenosis arteria renalis
atau arteria celiac, atau pada keadaan arteriosclerosis aorta
abdominalis
 Arterial bruit harus dibedakan dengan bising jantung (‘cardiac
murmur’) yang menyebar dan berasal dari jantung
 Venous hum terdengar lebih halus dari pada arterial bruit dan nadanya
lebih tinggi. Terdengar sepanjang fase sistolik dan diastolic jantung.
Paling sering terdengar di region umbilicalis atau di daerah hepar
(region hipochondrium)
 Venous hum mungkin berasal dari vena cava orang normal, tapi
mungkin juga terdengar karena pasien menderita sirosis hati dengan
hipertensi portal

BUNYI GESEK :
 Bunyi ini sama kedengarannya seperti bunyi gesek pleura atau
pericardial tapi terdengar bersamaan dengan inspirasi dan ekspirasi.
Mungkin terdengar di daerah hati atau lien. Bunyi gesek yang
terdengar di daerah hati mungkin dijumpai pada hepatoma atau
cholecystitis. Bunyi gesek yang terdengar di daerah lien mungkin
disebabkan oleh peradangan atau infark limpa
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN :


Fakultas Kedokteran
USAKTI Jakarta
PERKUSI
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Raditya Wratsangka,SpOG(K)
Pengertian Pemeriksaan perkusi abdomen adalah pemeriksaan di bagian abdomen
pasien untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi tertentu seorang
pasien, dilakukan dengan cara mengetuk daerah abdomen

Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan perkusi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Lembar pemeriksaan fisik status pasien

Prosedur PERSIAPAN :
 Teknik perkusi abdomen sama dengan teknik perkusi thorax, tapi
dilakukan lebih ringan.
 Normal bunyinya adalah timpani

GAS DALAM USUS :


 Adanya gas yang berlebihan di dalam saluran pencernaan
menyebabkan bunyi perkusi timpani yang meningkat (nyaring) tetapi
daerah pekak hati tetap ada. Bila terjadi perforasi usus sehingga udara
memasuki rongga abdomen, maka selain timpani yang nyaring, juga
daerah pekak hati menjadi tidak pekak lagi (lihat kembali Bab Perkusi
Thorax)

ASCITES
 Bila cairan ascites tidak banyak dan cara periksa dengan palpasi kurang
meyakinkan, maka ascites dapat cara shifting dullness dan undulasi
 Pasien dalam posisi terlentang diperkusi dari garis tengah sedikit di
bawah umbilicus ke arah lateral kiri. Pada tempat mulainya terjadi
perubahan bunyi dari timpani ke redup (dullness). Beri tanda.
Kemudian pasien diminta berbaring pada sisi kanannya. Pada perkusi
yang dilakukan dalam posisi ini seperti tadi, tempat perubahan bunyi
dari timpani ke redup bergeser ke lebih lateral karena cairan yang
tadinya berada di sisi kiri abdomen pada posisi pasien berbaring miring
pada sisi kanannya akan ‘jatuh’ mengalir ke sisi kanan sebagai tempat
terbawah, sehingga daerah yang pada posisi terlentang diperkusi
terdengar redup sekarang menjadi timpani. Ini berarti telah terjadi
“shifting dullness”
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN :


Fakultas Kedokteran
USAKTI Jakarta
PALPASI
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Raditya Wratsangka, SpOG(K)

Pengertian Pemeriksaan palpasi abdomen adalah pemeriksaan di bagian abdomen pasien


untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi tertentu seorang pasien,
dilakukan dengan cara perabaan daerah abdomen

Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan palpasi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Lembar pemeriksaan fisik status pasien

Prosedur PERSIAPAN :
 Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi pasien terlentang.
Dinding perut penderita harus dalam keadaan “relax”. Sebaiknya
penderita bernafas melalui mulut atau diajak bercakap-cakap. Kedua
lengan disamping. Kedua tungkai dalam keadaan fleksi pada sendi paha
dan lutut. Vesika urinaria sebaiknya dalam keadaan kosong
 Perabaan dilakukan dengan telapak tangan pemeriksa dan tekan
dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi metakarpofalangea.
Lengan pemeriksa harus sehorizontal mungkin (tidak boleh tegak lurus
terhadap dinding perut pasien)
 Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tidak dapat
diraba, kecuali pada orang kurus yang berdinding perut lembek. Dalam
keadaan demikian, dapat teraba : sedikit ujung hepar di bawah
procesus xiphoideus, kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalis,
vertebrae lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid > 3 bulan,
vesika urinaria yang penuh

RIGIDITAS DINDING PERUT/DEFENSE MUSCULAIR :


 Dinding perut yang normal teraba “supel”
 Rigiditas dinding perut dirasakan seperti meraba papan
 Defense musculair dipastikan dengan cara meletakkan kedua telapak
tangan pada M. Rectus Abdominalis kanan dan kiri. Kemudian tangan
yang satu menekan, dan tangan yang lain merasakan apakah dinding
perut menjadi teraba seperti papan. Defense musculair positif bila
teraba dinding perut seperti papan
 Rigiditas dinding perut terjadi pada tetanus
 Defense musculair terjadi pada peritonitis (disertai dengan hiperestesia
kulit dinding perut)

NYERI TEKAN/RABA DAN NYERI LEPAS :


 Peradangan peritoneum menyebabkan nyeri tekan dan nyeri lepas
 Peradangan intra abdominal menyebabkan nyeri tekan
 Pada kolik abdomen, penekanan pada dinding perut justru
meringankan rasa sakit

ADA TIDAKNYA ASCITES :


 Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya undulasi atau
membuktikan adanya gelombang cairan atau getaran cairan (“fluid
wave/fluid thrill”)
 Cara :
1. Pasien berbaring terlentang
2. Tangan pasien diletakkan pada garis tengan abdomen, dengan
telapak tangan menghadap ke samping kanan atau kiri. Hal ini
bisa juga dilakukan oleh asisten pemeriksa
3. Dilakukan penekanan dengan sisi telapak tangan di garis tengah
abdomen. Hal ini dilakukan agar mencegah getaran dinding
perut pasien agar tidak mengganggu pemeriksaan
4. Tangan pemeriksa diletakkan pada salah satu dinding perut,
sedangkan tangan yang lainnya mengetuk-ngetuk sisi dinding
perut lainnya kea rah medial.
5. Bila rongga abdomen berisi cairan (ascites) maka ketukan pada
salah satu sisi tadi akan menyebabkan timbulnya gelaombang
cairan yang seolah “memukul” tangan pemeriksa yang
diletakkan pada sisi perut lainnya
 Ascites yang diperiksa dengan cara ini harus ascites yang banyak/besar.
Jika ascitesnya hanya sedikit, dapat diperiksa dengan cara lain (perkusi)

TUMOR EKSTRA DAN INTRA ABDOMINAL


 Tumor pada abdomen harus dibedakan apakah intra atau ekstra
abdominal
 Caranya dengan membuat dinding abdomen pasien menjadi tegang,
sehingga bila tumor itu intra abdominal maka tumor itu akan
“tenggelm” atau masuk ke rongga abdomen saat dinding perut tegang.
Sedangkan bila tumor itu ekstra abdominal maka tumor itu akan tetap
berada ditempatnya
 Cara menegangkan dinding perut pasien ialah dengan meminta pasien
yang tidur terlentang untuk mengangkat kepalanya sambil dahinya kita
tekan ke bawah
 Tetapkan lokasi tumor, ukuran, konsistensi, suhu, permukaan, nyeri
atau tidak, dapat atau tidak dapat digerakkan dari dasarnya dan dari
kulit/dinding perut diatasnya. Tetapkan asal jaringan atau organ asal
tumor

HEPAR
 Palpasi hepar dilakukan mulai dari bawah ke atas (caudal ke cranial)
sepanjang linea midklavikularis kanan
 Letakkan tangan pemeriksa di dinding abdomen saat pasien ekspirasi,
kemudian pasien diminta untuk melakukan inspirasi. Tangan pemeriksa
berusaha menyentuh hepar yang bergerak turun bersamaan dengan
inspirasi tadi
 Bila hepar teraba oleh tangan pemeriksa, tetapkan :
1. Berapa cm tempatnya teraba dari arcus costae
2. Bagaimana konsistensinya (lunak, kenyal, keras atau seperti
batu)
3. Bagaimana permukaannya (licin, kasar, berbenjol)
4. Nyeri tekan atau tidak
 Hepar normal tidak teraba sampai batas arcus costae
 Bila teraba di bawah arcus costae kemungkinan terdapat pembesaran
hepar atau hepar turun (ptosis)
 Konsistensi hepar normal adalah kenyal, permukaan licin dan tepinya
tajam
 Pada peradangan hati (hepatitis) : hepar membesar, konsistensi dapat
kenyal atau lunak, nyeri tekan (+), permukaan licin, tepi dapat tajam
atau tumpul bila sudah kronik
 Pada sirosis hati : hepar dapat mengecil hingga tak teraba dari
sebelumnya yang mungkin teraba dengan permukaan kasar dan tepi
tumpul atau berbenjol
 Pada neoplasma : konsistensi hepar keras seperti batu, tepi tumpul
berbenjol, permukaan berbenjol, nyeri tekan (+)
 Pada dekompensasio kordis kanan : hepar membesar, konsistensi
kenyal atau lunak, tepi tumpul, nyeri tekan (+)

VESIKA FELEA
 Normal Vesika felea tak teraba
 Perabaan Vesika felea dilakukan pada sudut yang dibentuk oleh arcus
costae kanan dengan sisi lateral dari M. Rektus Abdominalis kanan.
Mintalah pasien untuk menarik nafas panjang. Bentuk vesika felea
seperti buah peer
 Pada peradangan yang menyebabkan vesika felea membengkak, vesika
felea dapat teraba saat pasien inspirasi dan terasa nyeri sehingga
pasien tiba2 berhenti menarik nafas panjang. Nyeri ini disebabkan
karena vesika felea yang meradang tersentuh oleh jari tangan saat
inspirasi. Tanda ini disebut Murphy sign (+), menunjukkan pasien
menderita cholesistitis
 Penyebab lain pembesaran kandung empedu adalah karena
tersumbatnya saluran empedu oleh batu atau terjepit carcinoma caput
pancreas

LIEN
 Cara melakukan pemeriksaan palpasi lien pada dasarnya sama dengan
pemeriksaan hepar, tetapi arah pemeriksaan lien adalah dari SIAS
(Spina Iliaca Anterior Superior) kanan ke titik perpotongan linea
midklavikularis kiri dengan arcus costae kiri
 Garis yang menghubungkan ke2 titik itu dan melalui umbilicus, dibagi
menjadi 8 bagian yang sama. Titik2 yang membagi garis itu dinamakan
titik Schuffner. SIAS kanan adalah titik Schuffner 8 (S8), umbilicus
adalah titik Schuffner 4 (S4) dan perpotongan arcus costae kiri dengan
garis midklavikularis kiri adalah titik Schuffner 0 (S0)
 Bila lien teraba di umbilicus, berarti lien teraba di S4, bila pada titik2
bagi diatasnya = S3, S2, S1; bila teraba di bawah umbilicus = S5, S6,S7
atau S8
 Lien yang teraba harus disebutkan konsistensinya, tepi dan
permukaannya, nyeri tekan atau tidak
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )

Fakultas Kedokteran NASOGASTRIC TUBE (NGT)


USAKTI Jakarta
No Dokumen No Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl Terbit Ditetapkan oleh
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Raditya W, SpOG (K)

Pengertian Pemasangan selang NGT melalui rongga hidung sampai ke lambung

Tujuan 1. Memasukkan makanan/obat yang dicairkan


2. Dekompresi cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
3. Irigasi perdarahan/keracunan dalam lambung
4. Mencegah /mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan
atau trauma
5. Pengambilan specimen dalam lambung

Pelaksana Staf pengajar dan instruktur FK Usakti

Peralatan 1. Selang NGT no 14/16 (untuk anak-anak lebih kecil ukurannya)


2. Jelly Xylocain
3. Tongue spatel
4. Handscoen steril
5. Lampu senter
6. Spuit/alat suntik ukuran 50 cc
7. Plester
8. Stetoskop
9. Handuk
10. Tissue
11. Bengkok/nierbekken

Prosedur 1. Menjelaskan ke pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan


tujuannya
2. Memposisikan pasien pada posisi semi fowler
3. Mencuci tangan
4. Periksa kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung dengan lubang hidung yang lain ditutup. Ulangi pada
lubang hidung yang lain. Bersihkan mucus dan sekresi hidung dengan
kassa/lidi kapas
5. Letakkan handuk diatas dada pasien
6. Buka kemasan NGT, letakkan dalam bak instrument steril
7. Mengenakan sarung tangan
8. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari hidung pasien ke ujung telinga atas lalu
dilanjutkan sampai procesus xiphoideus
9. Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester
10. Oleskan jelly pada NGT yang akan digunakan sepanjang 10-20 cm dari
ujung selang tersebut
11. Masukkan selang perlahan sepanjang 5-10 cm. mintalah pasien untuk
menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan
12. Masukkan selang terus sampai batas yang telah diberi tanda
13. Mengecek kepatenan
 Masukkan ujung pipa sampai terendam dalam mangkok berisi air.
Buka klem dan lihat apakah ada gelembung udara di mangkok air
atau tidak. Bila selang NGT benar masuk ke dalam lambung maka
yidak ada gelembung udara
 Masukkan udara ke dalam lambung sebanyak 10-20 cc dengan spuit
sambil kita mendengarkan bunyi udara melalui stetoskop. Bila
selang NGT benar masuk ke dalam lambung, maka akan terdengar
bunyi udara (blub). Kemudian udara dikeluarkan kembali dengan
menarik spuit
14. Pasang spuit atau corong pada pangkal selang NGT apabila sudah yakin
selang telah masuk ke dalam lambung
15. Fiksasi selang NGT pada hidung pasien dengan plester
16. Melepas sarung tangan
17. Mencuci tangan
  ANAMNESIS
DAN
PEMERIKSAAN
FISIK KASUS
BEDAH
ABDOMEN
 PEMERIKSAAN
COLOK DUBUR
(RECTAL
TOUCHER)

ILMU BEDAH
SOP ANAMNESIS DAN PF ABDOMEN (DIGESTIF)
( Revisi)

ANAMNESIS DAN PF ABDOMEN (DIGESTIF)


Fakultas Kedokteran
USAKTI
Jakarta
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 dari 1
Tgl. Terbit Ditetapkan
STANDAR Dekan
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr. Suriptiastuti, DAP & E.,MS


Pengertian Keterampilan anamnesis & pemeriksaan fisik abdomen khususnya saluran cerna
adalah keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen
khususnya saluran cerna pada pasien dengan penyakit atau kelainan abdomen
khususnya saluran cerna.

Tujuan Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen pada pasien
dengan penyakit/kelainan pada abdomen yang berkaitan dengan ilmu bedah
untuk menegakkan diagnosis

Pelaksana Instruktur dan mahasiswa

Peralatan 1. Meja dan tempat duduk standar


2. Tempat tidur periksa
3. Wastafel
4. Sabun antiseptik
5. Blanko status pasien dan ballpoint
6. Senter/lampu periksa
7. Stetoskop
8. Sarung tangan non steril
9. Vaselin
10. Manekin RT
11. OP

Prosedur A. ANAMNESIS
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2. Menanyakan identitas (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, & kebangsaan/suku)
3. Menanyakan keluhan utama
4. Menanyakan onset
5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang beserta keluhan yang
menyertainya seperti perubahan berat badan, perubahan suhu tubuh,
ada mual muntah tidak, perubahan nafsu makan. Pada wanita
perubahan menstruasi.
6. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
7. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
8. Menanyakan riwayat kebiasaan atau perilaku sehubungan dengan
penyakitnya
B. PEMERIKSAAN FISIK
Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan fisik

a. STATUS GENERALIS
1. Melakukan penilaian keadaan umum
2. Melakukan pemeriksaan tanda vital, tensi, nadi, suhu dan
pernafasan.
3. Memeriksa jaringan seluruh tubuh dari kepala, mata, hidung,
telinga, leher, thorak, abdomen, ektremitas atas, ektremitas
bawah dan genetalia.
4. Khusus pemeriksaan abdomen : tampak membuncit atau tidak.,
ada benjolan apa tidak., yang sesuai dengan keluhan utama
dituangkan dalam status lokalis.

b. STATUS LOKALIS
1. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
abdomen
2. Inspeksi : abdomen membuncit apa tidak , tampak benjolan apa
tidak, warna kulit normal atau ada bagian yang berbeda.
3. Palpasi : Bila ada benjolan konsistensinya bagaimana,
permukaannya rata atau tidak dan jumlah benjolan berapa banyak.
4. Ada nyeri tekan atau tidak, defans muskuler positif / negative.
5. Ada perbedaan suhu dengan bagian tubuh yang lain atau tidak.
6. Perkusi : dinilai bunyi ketukan : pekak berarti berisi jaringan keras
(tulang, liver, limpa, atau keganasan )
Redup berisi jaringan lunak atau cairan (asites, tumor jinak/ kista,
atau lipoma.
Timpani berisi udara (perforasi usus atau luka tembus dinding
abdomen)
7. Auskultasi : menilai bising usus (tinggi, normal atau negative)
Tinggi : ileus obstruksi atau diare
Negative : peritonitis atau ileus paralitik

C. PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk pemeriksaan usus buntu : nyeri tekan/ lepas di titik McBurney
1. Memeriksa tanda Rovsing (nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
bawah) jika diperlukan
2. Memeriksa tanda Bloomberg (nyeri kanan bawah bila tekanan
sebelah kanan bawah (pada titik Mc.Burney) dilepaskan) jika
diperlukan
3. Melakukan uji obturator (nyeri perut kanan bawah pada m. obturator
jika lutut & paha kanan difleksikan dan diendorotasikan) jika
diperlukan
4. Melakukan uji iliopsoas (nyeri pada perut kanan bawah karena
kontraksi m. iliopsoas jika dilakukan ekstensi pasif sendi panggul
kanan) jika diperlukan
5. Melakukan rectal toucher
6. Pemeriksaan Kandung Empedu : Murphy Sign
Penderita diminta untuk ekspirasi, jari pemeriksa menekan perut
kanan atas di bawah iga kearah proksimal kemudian penderita disuruh
inspirasi. Bila ada rasa sakit maka Murphy Sign positif, kalau tidak
ada rasa sakit Murphy Sign negative.
7. Membedakan hernia inguinalis medialis/lateralis
Pemeriksaan finger test, caranya : Jari telunjuk melalui skrotum
dimasukkan ke kanalis inguinalis, pasien disuruh mengejan. Bila
tersentuh massa di ujung jari maka diagnosisnya Hernia inguinalis
lateralis, bila yang tersentuh massa di sebelah medial jari maka
diagnosisnya hernia inguinalis medialis.
8. Transiluminasi : membedakan hernia skrotalis atau hidrokel 
dengan senter di sisi skrotum yang membesar dinyalakan bila sinar
tembus ke sisi kontralateral diagnosisnya hidrokel, kalau sinar tidak
tembus maka diagnosisnya hernia skrotalis.

D. RECTAL TOUCHER
1. Memposisikan pasien (phantom) pada posisi lithotomi (terbaik),
miring ke kiri (Sims) atau knee chest
2. Memakai sarung tangan
3. Melakukan inspeksi pada daerah anus, apakah ada benjolan, ulkus,
fisura, dll
4. Melakukan palpasi di sekitar anus, untuk memeriksa apakah ada
indurasi, nyeri tekan, dll
5. Mengoles jari telunjuk dengan vaselin
6. Memasukkan jari telunjuk dengan terlebih dahulu mengendorkan m.
sfinkter ani dengan cara memberi tekanan yang lembut dengan palmar
jari sampai terbuka dengan sedikit memutar jari sambil merasakan
tonus sfinkter ani
7. Memeriksa hal-hal berikut ini :
a. Sesuai tujuan/indikasi
b. Kualitas otot sfinkter ani (tonus sfinkter ani)
c. Apakah ada benjolan atau tidak
d. Apakah ampula rektum kolaps atau tidak
e. Apakah mukosa rektum licin atau tidak dan ada benjolan atau
tidak
f. Menilai prostat (membesar atau tidak, permukaan rata atau tidak.
Batas kranial teraba atau tidak, nodul ada atau tidak , Lobus
kanan-kiri sama atau tidak. Menilai sulkus medianus dan lateralis.
Pada BPH sulkus medianus dan lateralis dangkal, normal atau
dalam. Konsistensi kenyal atau keras. Apakah ada nyeri atau tidak
(pada jam berapa)
g. Melepaskan jari dari lubang anus dengan perlahan dan menilai apa
yg menempel pada sarung tangan (feses, darah, atau lender, atau
tidak ada sama sekali)
h. Bersihkan area anus dari bekas lubrikan
SOP KKD
MODUL NUG
SOP KKD3
MODUL SISTEM
NEFROUROGENITAL
(NUG)

Pemeriksaan carik celup dan sedimen urin


Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Urologi
Keterampilan Kateterisasi
Keterampilan Sirkumsisi
Radiologi NUG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI

2020
Bagian : Patologi Klinik
Keterampilan : Pemeriksaan carik celup dan sedimen urin

Pengertian :
Pemeriksaan carik celup adalah pemeriksaan menggunakan reagen yang mengandung zat
kimia dan dilekatkan pada carik kertas yang selanjutnya terjadi reaksi kimia dan perubahan
warna bila carik tersebut kontak dengan urin.
Pemeriksaan sedimen urin adalah pemeriksaan mikroskopis urin untuk melihat unsur organik
dan anorganik di urin

Tujuan :
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan carik celup dan sedimen urin
2. Mengetahui jenis parameter yang dapat diperiksa dengan carik celup.
3. Mengetahui unsur-unsur yang terdapat didalam sedimen urin (unsur organik dan
anorganik)

Bahan: Urin pagi hari, urin sewaktu

Peralatan : wadah/botol penampung urin, carik celup, sentrifus, tabung sentrifus, pipet pasteur,
kaca obyek, kaca penutup, mikroskop

Prosedur pemeriksaan:

1. Urin ditampung dengan metode midstream/urin porsi tengah

2. Tampung urin dalam wadah/botol yang bersih.

3. Homogenisasi urin, tuang urin yang ada didalam botol/wadah penampung ke dalam
tabung sentrifus sebanyak 12 ml.

4. Ambil 1 buah tes strip/carik celup dari botolnya dan segera tutup kembali botol, periksa
tanggal kadaluarsanya.

5. Cocokkan warna tes strip dengan warna pita negatif pada botol tes strip untuk
mengetahui apakah reagensia masih baik (tidak teroksidasi).

6. Celupkan tes strip ke dalam tabung sentrifus sampai semua reagen yang terdapat di
carik celup tersentuh dengan urin, segera angkat dan tiriskan dengan menggunakan
kerta tisu.

1
7. Baca tes strip dengan membandingkan perubahan warna yang ada di tes strip dengan
label warna yang ada di botol carik celup, catat hasil pemeriksaan carik celup untuk 10
parameter.

8. Setelah itu, tabung sentrifus dimasukan ke dalam alat sentrifus. Jumlah tabung di dalam
alat sentrifus harus genap dan diletakkan berseberangan 1800 (bila ganjil tabung dapat
pecah) Misal: bila alat pemusing mempunyai 4 buah tempat tabung, maka tempatkan
tabung pada posisi no 1 berpasangan dengan no 3 atau no 2 dengan no 4. Bila alat
sentrifus mempunyai 8 buah tempat tabung, maka tempatkan tabung pada posisi no 1
berpasangan dengan no 5 atau no 4 berpasangan dengan no 8 dan seterusnya.

9. Putar alat sentrifus pad kecepatan 1500 RPM selama 5 menit.

10. Setelah sentrifus berhenti, angkat tabung dan buanglah cairan atas urin (supernatan)
dengan gerakan cepat namun luwes lalu tegakkan kembali tabung dengan maksud agar
cairan yang menempel di dinding tabung akan turun ke dasar tabung, tersisa kira-kira
sebanyak 0,5 ml urin. (sedimen urin)

11. Resuspensikan/homogenisasi sedimen dengan mengocok tabung, lalu dengan pipet


pasteur taruhlah 1 atau 2 tetes diatas kaca obyek dan tutup dengan kaca penutup.
Hindari terbentuknya gelembung udara pada sediaan. Lalu periksa dibawah mikroskop.

12. Untuk penggunaan mikroskop dengan sediaan basah harus digunakan cahaya sekecil
mungkin yaitu dengan menurunkan kondensor dan mengecilkan diafragma mikroskop.

13. Periksa sedimen mula-mula dengan lensa obyektif 10 x (LPK/Lapang pandang kecil)
lalu dengan obyektif 40 x (LPB/lapang pandang besar)

14. Laporkan unsur sedimen yang ditemukan:


a. LPK untuk silinder, epitel, kristal
b. LPB untuk eritrosit, leukosit

15. Nilai untuk eritrosit 0-1/LPB, leukosit 0-5/LPB, silinder 0-1/LPK ( secara kuantitatif),
untuk epitel, kristal secara semikuantitaif (-, +,++,+++,++++) dan disebutkan jenisnya
seperti epitel squamosa, epitel tubuli, kristal calsium oxalat, kristal triple fosfat.

16. Laporkan juga unsur-unsur lain yang ditemukan seperti jamur, parasit, bakteri.

2
1. 10 parameter yang dapat diperiksa dengan carik celup:
a. Makroskopis/sifat fisik: pH dan Berat Jenis (BJ)
b. Kimiawi : Protein, Glukosa, Keton, Bilirubin(bilirubin terkonjugasi), Urobilinogen
c. Mikroskopis : Eritrosit, Leukosit, Nitrit (untuk bakteri)
Catatan: pemeriksaan nitrit pada carik celup berdasarkan kemampuan
kuman/bakteri mereduksi nitrat menjadi nitrit, tetapi tidak semua bakteri dapat
merubah nitrat menjadi nitrit hanya bakteri golongan Gram negatif yang dapat
mengubah nitrat menjadi nitrit.

2. Nilai-nilai rujukan untuk carik celup:


pH: 5,5-8,0
BJ: 1003-1030
Protein (albumin): negatif
Glukosa: negatif
Keton: negatif
Bilirubin: negatif
Urobilinogen: normal (< 0,1 EU)
Eritrosit : negatif
Leukosit esterase : negatif
Nitrit : negatif

3. Faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya silinder: pH urin asam, aliran


lambat, urin pekat ,terdapat protein Tamm Horsfall.

4. Silinder terbentuk di tubuli ginjal dan lebih banyak terbentuk di tubuli distal dan
tubuli koligentes karena didaerah tersebut pH urin asam.

5. Seharusnya dalam keadaan normal tidak dijumpai silinder dalam sedimen urin, akan
tetapi diperbolehkan ada silinder hyalin yang normalnya hanya 0-1/LPK karena
dalam keadaan sangat sedikit sekali yang umumnya tidak terdeteksi dengan cara
biasa, protein dikeluarkan oleh nefron.

6. Silinder hyalin merupakan silinder yang hanya mengandung protein, sedangkan


silinder lainnya merupakan turunan dari silinder hyalin, misalnya silinder
berbutir/bergranula merupakan silinder hyalin yang mengandung unsur sedimen lain
yang hancur sehingga memberikan gambaran berbutir-butir dimana bisa
mengandung butir kasar atau halus tergantung dari proses pembentukannya.

7. Eritrosit seharusnya tidak dijumpai dalam sedimen urin karena sama sekali tidak
ada peranannya didalam urin. Leukosit dalam keadaan normal dijumpai dalam
sedimen urin 0-5/LPB karena sel ini dibutuhkan sebagai fagosit.

3
Gambar unsur sedimen urin

Gambar Sel leukosit


Gambar Sel epitel transisional

Gambar Silinder hialin

4
Gambar Silinder eritrosit

Gambar Kristal Calcium oxalat

Gambar Silinder lilin

5
Lembar Penilaian
Pemeriksaan Sedimen Urin

A
No Komponen Penilaian 0 1 2
1 Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
Memberikan penjelasan kepada pasien maksud dan tujuan
2
pemeriksaan
3 Mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan
4 Menggunakan sarung tangan dengan baik dan benar
Homogenisasi urin sebelum pemeriksaan, menuang urin ke
5
dalam tabung sentrifus sebanyak 12 ml
Mengambil strip carik celup, lihat tanggal kadaluarsa, dan
6 cocokkan warna strip dengan warna pita negatif pada botol
strip
Celupkan tes strip ke dalam tabung sentrifus, angkat dan segera
7
tiriskan dengan menggunakan kertas tissue
Baca carik celup dengan membandingkan warna tes strip
8
dengan warna label yang ada di botol carik celup tersebut
Menyebutkan 10 parameter yang dapat dinilai dengan carik
9 celup (pH, BJ, Protein, Glukosa,Keton, Bilirubin, Urobilinogen,
Eritrosit, Leukosit, Nitrit)
Letakkan tabung sentrifus yang telah berisi urin ke dalam alat
10
sentrifus dan diputar pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit
Angkat tabung sentrifus dan buang cairan supernatan, sisakan
11
urin 0,5 ml
Homogenisasi sisa urin setelah di sentrifus, ambil 1 tetes
menggunakan pipet pasteur dan letakkan diatas kaca obyek lalu
12
ditutup dengan kaca penutup, hindari adanya gelembung udara
pada sediaan
Meletakkan kaca obyek di mikroskop, turunkan kondensor,
13
kecilkan diafragma mikroskop
Lihat unsur yang terdapat pada sedimen urin tersebut.
14
Menggunakan pembesaran 10x dan 40x
Menyebutkan semua unsur yang terdapat di sedimen urin :
15 unsur organik seperti eritrosit, leukosit, epitel dan unsur
anorganik seperti kristal, silinder
Nilai Total Maksimal 27

B
No Komponen Penilaian 0 1 2
Menentukan/menyebutkan unsur sedimen urin (konfirmasi ke
1
penguji)
2 Menyebutkan nilai normal carik celup
3 Menyebutkan nilai normal sedimen urin
Nilai Total Maksimal 6

KKD3 NUG
Sedimen Urin

6
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik NUG

I. Pengertian :
Keterampilan Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Urologi adalah keterampilan melakukan pemeriksaan
pada pasien dengan penyakit atau kelainan urologi pada semua umur dengan cara wawancara
untuk menggali informasi gejala klinis dan pemeriksaan fisik fokus pada SSK termasuk genital
eksterna laki-laki dengan prosedur yang benar untuk dapat menegakkan diagnosis urologi.

II. Tujuan Umum :


Setelah mengikuti pelatihan mahasiswa memahami dan dapat melakukan pemeriksaan anamnesis
dan pemeriksaan fisik berbagai macam kasus urologi, seperti contoh-contoh pada lembar pelatihan

III. Tujuan Khusus :


Diharapkan mahasiswa :
1. Mampu berkomunikasi dengan pasien secara baik
2. Menguasai anatomi normal & abnormal, fisiologi & patologi pada SSK termasuk genital laki-laki
3. Meyakini pemeriksaan secara lengkap sistematik dapat untuk menegakkan diagnosis urologi.

IV. Metode Pelatihan :


1. Demostrasi pelatihan oleh instruktur
2. Latihan oleh mahasiswa secara bersama / mandiri

V. Sarana & Prasarana :


1. Ruang pelatihan yang terang dan nyaman
2. Bangku periksa pasien +perlak
3. Meja + kursi instruktur
4. Sarung tangan ( box S,M,L)
5. Sabun antiseptik, jelly
6. Manequin abdomen dan PCD prostat
7. Kursi-kursi mahasiswa
8. Lembar pelatihan untuk mahasiswa dan instruktur

VI. Materi : ‘Lembar Pelatihan’ Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Urologi terlampir

VII. Sistem Evaluasi : Uji oral prosedur pemeriksaan sesuai di ‘Lembar Pelatihan’

7
ANAMNESIS UROLOGI
No Bahasan Uraian
Anamnesis: adalah pemeriksaan subyektif dengan cara tanya-jawab tentang
ANAMNESIS masalah / penyakit yang dikeluhkan sekarang.
Auto anamnesis jika pasien bisa diajak tanya-jawab dengan baik.
Allo anamnesis jika pasien tidak bisa diajak tanya-jawab dengan baik ( bayi, anak
rewel, gelisah, tidak sadar, pikun, gangguan jiwa, mabuk, bisu-tuli) Hasil anamnesis
dicatat di rekam medis yang diregistrasi dan ditulis tanggal periksa dan nama tanda-
tangan pemeriksa.
1 Perkenalan Menyapa secara ramah dan memkenalkan diri kepada pasien / pengantar
2 Identitas 1. Nama pasien: ………………. …… L/P, Umur: …..th / bln; Agama,: ……..
Status ( K / TK ), Bangsa: ………………. Pekerjaan: ..……….. …………
Alamat.: ………………………………………………………………………….
2. Penanggung jawab/ penjamin:
Nama: ( perorangan, dinas, asuransi ): ……………………………………….
No. KTP / Identitas; ………………………… Alamat: ………………………..
Apa hubungannya dengan pasien: ……….
3. Tanggal periksa : ……………………… jam: ………
4. Dokter pemeriksa : …………………….. Paraf dokter: ……………..

3 Keluhan utama Keluhan utama pasien di bagian urologi dapat berupa: ……………………..
1. Keluhan umum : keluhan sistemik yang mungkin berkaitan dengan
kelainan / penyakit urologis
2. keluhan khusus: keluhan dari sistem urogenital, ada lima kelompok:
1.. Sakit organ dan kolik,
2.. Gangguan miksi / aliran urine.
3.. Pembengkakan / benjolan / deformitas.
4.. Perlukaan dan ulkus.
5.. Gangguan seksual dan infertilitas pada pria.

3.1 Keluhan umum Contoh keluhan umum yang mungkin berkaitan dengan kelainan urologis.
1. Lemah-lesu, pucat ( mungkin terkait penyakit kronis urologi).
2. Demam menggigil,mual/muntah( mungkin PNA/ Abses /Urosepsis)
3. Sakit kepala, pusing, mual/muntah, badan mengurus, napas bau urin
( mungkin penderita gagal ginjal).
4. Demam mata sembab ( mungkin radang ginjal / GNA )
5. Edema sebelah tungkai ( desakan vena oleh tumor buli atau prostat).
6. Ginekomastia ( mungkin berkaitan dengan karsinoma testis).

3.2 Keluhan khusus

3.2.1 Sakit organ dan Pengertian sakit organ dan kolik: …………………………………………
kolik * Sakit organ timbul karena peregangan kapsul / dinding organ.
Sakit organ akut karena peradangan akut / edema / bendungan di organ.
Sakit organ kronis karena tumor / kista / batu / radang kronis.
* Kolik: mendadak kesakitan di pinggang sangat tajam berulang-ulang
timbul karena hiperperistaltik di UPJ / ureter untuk mendorong penyumbat.
Rasa sakit bisa menjalar ke bawah sampai lipat paha, penderita gelisah
dan kadang disertai mual / muntah.

Pasien yang mengeluh sakit diminta menunjukkan lokasi dan sifat sakitnya:

Lokasi sakit (‘local pain’) ditunjukkan dengan jari pasen di badannya;


kadang ditunjukkan penjalaran rasa sakit (=‘referred pain’)
Sifat sakit:
- Kualitas: samar-samar/ dirasa sebagai desakan /pegal /pedih / tertusuk-tusuk /
tenesmus / kolik.
- Intensitas: ringan/ nyeri sedang/.nyeri sangat / makin berat/ konstan/ intermitten.
- Lamanya: akut/ kronis/menetap (.. jam/ hari/ minggu/ bulan )
- Faktor yang mempengaruhi: sikap / posisi badan, aktifitas, trauma, dehidrasi,
konsumsi obat.

Contoh keluhan sakit organ dan kolik:

1. Sakit ginjal: ……………………………………………………………………


Keluhan : Pegal / sakit pinggang menetap ( di sudut kostovertebral )
sampai ke perut depan ( curiga: HN, PNK, batu, kista, tumor ginjal).
8
2. Nyeri ginjal : …………………………………………………………………..
Keluhan: nyeri pinggang sampai perut depan disertai demam menggigil
dan.mual/muntah:( curiga.PNA/AbsesGinjal).
3. Kolik: …………………………………………………………………………..
Keluhan: Tiba-tiba sangat nyeri hilang timbul di pinggang, sakitnya
terasa sampai di lipat paha dan kelamin ipsilateral dan disertai mual /
muntah/ berkeringat / gelisah .( sumbatan UPJ / ureter proksimal)
4. Sakit buli-buli ……………………………………………….. …………….
Keluhan Sakit / rasa penuh di perut bawah yang semakin terasa.
( curiga retensio urine / batu buli / tumor buli ).
Keluhan : Nyeri perut bawah suprapubik sa’at miksi: ( curiga sistitis ).
5. Nyeri prostat ………………….. ………………………………………..
Keluhan: Sakit /rasa tidak enak di selangkangan, dubur, daerah sakrum
dan sering disertai anyang-anyangan. ( curiga prostatitis ).
6 Nyeri penis: ………………………………………………………………….
Keluhan : Sakit/ terasa panas di kemaluan setiap kencing,
(- peradangan leher buli / uretra ).
Keluhan: Sakit di ujung penis menetap, ( radang preputium, batu di
meatus, parafimosis).
Keluhan : Sakit sa’at ereksi ( penyakit Peyronie, priapismus )
7. Sakit skrotum: ………………………………………………………………
Keluhan: Sakit kantong buah zakar menetap. ( edema, radang kulit,
regangan karena hernia / hidrokel/ tumor testis);
Keluhan : Sakit dalam skrotum ( orkhitis, torsi testis, hidrokel ,hernia,
Varikokel )
8. Nyeri uretra pars bulbaris: ………………………….. …………………..
Keluhan : Nyeri selangkangan sehabis balap sepeda ( ‘straddle injury)’.

3..2. Gangguan miksi 1. Gangguan yang bersifat iritatif (peradangan), keluhan berupa……….
2 / -- sering kencing ( frekuensi ),( diuresis, jika volume urine banyak ).
aliran urine -- sering kencing malam ( nokturia ), siang(diuria) ok.sekresi urin tambah
-- kencing sakit ( disuria ),
-- tidak bisa menahan hasrat mau kencing ( urgensi ),
-- anyang-anyangan (polakisuria = frekuensi + urgensi + disuria ),

2. Gangguan yang bersifat obstruktif (sumbatan), keluhan berupa: .........


-- pancaran kencing lemah (hesitancy, pada BPH);
-- pancaran kencing kecil tetapi kuat; ( fimosis pada bayi / anak );
-- pancaran kencing kecil bercabang tetapi deras ( striktur uretra anterior );
-- kencing harus mengejan ( pada sumbatan parsiel bladder neck / uretra);
-- kencing tersendat-sendat (intermittency, pada batu buli),
-- kencing menetes (dribbling, pada BPH);
-- kencing menetes dan tenesmus (stranguria, pada uretritis berat)
-- kencing tidak lampias ( residu urine banyak = retensio urine kronis );
--.kencing macet / tak bisa b.a.k. ( inability to urinate, retensi urine akut);

3. Kelainan pada urine, keluhan dapat berupa ……………………………..


-- urine merah darah pada awal kencing ( initial hematuria),
-- urine merah darah pada akhir kencing ( terminal hematuria )
-- urine merah terus ( total hematuria, makroskopis hematuria, atau
mungkin hemoglobinuria, mungkin pseudohematuria)
-- kencing nanah / ada discharge (pyuria),
- -kencing batu / kencing berpasir (urolithiasis),
-- kencing keruh ( cloudy urine, mungkin: pneumaturia, hematospermia)

4. Kelainan pada volume urine , keluhan berupa: …. …………………….


-- kencingnya banyak dan sering (polyuria)
-- jarang sekali kencing, kencingnya sedikit (oliguria)
-- tak ada kencing , tak ada hasrat b.a.k. (anuresis, anuria)

3.2.3 Pembengkakan/ Minta ditunjukkan lokasi bengkak / benjolan / deformitas, contoh…….


Benjolan / 1 .bengkak pinggang (flank) kanan / kiri ( ginjal membesar? / ruptur? )
Deformitas 2 .bengkak perut bawah (suprapubik) ( buli membesar ? ).
3 bengkak batang penis/ ujung penis ( oedem / penis ? )
4. bengkak preputium di leher penis ( parafimosis )
5. deformitas penis ( hipospadia?, korde?, penyakit Peyroni?, tumor? )
6. benjolan lipat paha ( hernia ?, hidrokel ? KGB ?, testis ektopik ? )
7. bengkak kantong buah zakar (skrotum) sebelah / seluruhnyal;
( edema / radang skrotum ?, atau hidrokel / hernia / tumor testis ?.
9
8 .bengkak buah zakar kanan /kiri ( radang/tumor /hidrokel /torsio testis?)
9. bengkak perineum sehabis balap sepeda (straddle injury- ruptur uretra )

3.2.4 Perlukaan, ulkus Contoh: ……………………………………………………………………………


1. Luka robek penis ( vulnus, ruptur fasia / korpus kavernosum / uretra ).
2 .Nyeri penis karena tertekuk tiba-tiba sa’at ereksi kuat ( fraktur penis )
3. Penis terpotong ( amputasi penis )
4. Luka lama di penis ( ulkus molle?, ulkus durum?, ulkus genital?, Ca? )
5. Luka robek skrotum ( luka kotor, perhatikan funikulus, testis, epididimis

4 RPS Ditanya: 1. waktu, 2. penyebab, 3. proses /perjalanan penyakit /intensitas


4.1 Kapan terjadi Contoh: ……………………………………………………………………………
1. Baru saja / tiba-tiba (… jam yang lalu) akut
2. Sudah lama (hari/minggu/ bulan/ tahun/ sejak lahir ) kronis /kongenital
3. hilang, timbul lagi residif.

4.2 Penyebab Ditanya penyebab yang menimbulkan keluhan, contoh: ………………….


1. trauma ( sebutkan jenis dan mekanisme trauma ). Contoh:
skrotum terbentur sadel sepeda balap; pernah operasi striktur uretra;
2. penyakit: Contoh: kencing nanah, kencing batu, kencing darah,
3. tidak tahu penyebabnya. (Misalnya pada kelainan kongenital, infeksi,
keganasan, gangguan metabolik, kelemahan, .degeneratif ).

4.3 Perjalanan / Contoh: ……………………………………………………………………………


Intensitas 1. pertama kali / berulang,
2. terus menerus / hilang timbul / sa’at istirahat / sa’at bergerak;
3. menetap / semakin berat,
4. disertai gejala sistemik misalnya demam, mual-muntah, anemia, dsb.
5. sudah / belum pernah berobat

5 RPD Contoh: …………………………………………………………………………..


1..pernah mengalami trauma tulang belakang / pelvis / perineum / penis
2. pernah operasi pada saluran kemih,
3. pernah menderita sakit berat / pernah mengkonsumsi obat jangka lama.

6 RPK Contoh : …………………………………………………………………………


1. penyakit / kelainan serupa dalam keluarga,
2. penyakit kronis / tbc, kencing batu dalam keluarga

7 R. Kebiasaan Contoh: ……………………………………………………………………………


1. olah raga berat, kerja berat, 4. makanan tinggi purin / oksalat,
2. beraktivitas di tempat panas, 5. peminum miras / narkoba,
3. jarang minum, 6. kurang gerak

straddle injury
Referred pain

10
PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI

No Bahasan Uraian
1 Status generalis Pemeriksaan fisik umum
1.1 Keadaan umum Pasien baring terlentang di bangku periksa.
Periksa: Kesadaran ( sadar penuh / kesadaran menurun / tak sadar ),
Kondisi ( tenang / tampak menderita / kesakitan / gelisah )
1.2 Tanda-tanda vital Periksa : - Sistem Kardio-vaskuler: Nadi, TD, Jantung, Suhu.
- Sistem Pernafasan: Jalan napas, Pernafasan, Bau nafas.
- Sistem Pencernaan: . Mual / muntah, peritonismus
- Sistem Urogenital:: Tanda-tanda sumbatan akut / cedera.
( Perut bawah membuncit, jejas / perlukaan pasca trauma)
1.3 Periksa Pakaian pasien dibuka ganti selimut.
menyeluruh Periksa adakah kelainan pada: kepala, leher, mata, THT, toraks, perut, punggung, tulang
belakang, ekstremitas, genital eksterna, KGB.
Contoh kelainan: kulit turgor kurang, anemis, meradang, cedera / perlukaan,
perdarahan, fraktur, bengkak, edema, pembesaran,
NB.: Kasus trauma berat curiga mencederai TUG, penanganan awal mengikuti prosedur
ATLS, yaitu survei primer ABCDE dan BLS.
2 Status urologi Periksa per organ yang dicurigai (ginjal,buli genital eksterna, prostat) dengan Inspeksi,
Pa;pasi, Perkusi ( ginjal, buli ), PCD ( prostat, buli )
2.1 Ginjal: 1.Kasus curiga ginjal membesar / sakit ………………………..
Inspeksi: - Posisi terlentang : Abdomen tidak simetris / menonjol ke samping
- gerakan benjolan ke kaudal waktu inspirasi dalam.
- kadang ada sikap terpaksa badan laterofleksi kearah ginjal sakit.
2.Kasus curiga cedera ginjal diperhatikan: (pada survei primer ): ……
- Adakah jejas/ luka tembus di perut kwadran atas ?:
- Adakah jejas / pembengkakan / hematom / luka di daerah CVA?:
- Adakah terus memegangi satu sisi flank: (pada kolik / nyeri ginjal).
- Adakah gejala peritonismus ? ( pada ruptur ginjal / ureter ).

1. Kasus curiga ginjal membesar / sakit: posisi litotomi.


Palpasi: A. Palpasi bimanual ginjal kanan : …………………………………..
• pemeriksa di sebelah kanan pasien,
• tangan kiri meraba daerah distal costa XII dan ujung jari di CVA dan mengangkat
jaringan lunak ke ventral.
• tangan kanan meraba dan menekan perut kwadran lateral atas kanan di lateral
otot rektus abdominalis dan minta pasen rileks daninspirasi dalam, maka teraba
bagian bawah ginjal yang membesar : dinilai besarnya, permukaan, konistensi,
nyeri, mobilitas, hilus.
• pada ekspirasi teraba gerakan massa ginjal kembali ke kranial.
Pemeriksaan ballottement ( konfirmasi benjolan adalah ginjal ): pasen inspirasi,
tangan kanan menekan benjolan ke dorsal, terasa gerakan massa kembali ke ventral
memantul seperti dribel bola.
B. Palpasi bimanual ginjal kiri : ……………………………………….
pemeriksa di sebelah kiri pasien, tangan kanan menyangga di CVA, tangan kiri
meraba perut lateral atas kiri dan seterusnya.
--- Pembesaran ginjal jika bilateral,, waspada gagal ginjal.

2. Kasus curiga ginjal yang cedera : tidak dilakukan palpasi (karena sakit dan perut
agak tegang)

Pasien duduk agak membungkuk, pemeriksa meraba CVA dengan tangan kiri dan
Perkusi: tangan kanan mengketok punggung tangan kiri beberapa kali, pasen merasa nyeri jika
ada hidronefrosis atau tumor; pada ginjal normal tidak terasa sakit.
Perkusi ginjal dari daerah perut sulit dilakukan.

2.2 Buli-buli: Posisi terlentang periksa abdomen:


Inspeksi: 1. Pada kelainan kongenital: ……………………………………………..
-- Bayi pusatnya basah terus dan bau urine ( Urachus persistent ).
-- Dinding perut suprapubik berlubang, basah urin (Ectopic vesicae)
2. Pada pembesaran buli: …………………………………………………
-- Perut bawah suprapubik membuncit.( bedakan gravid.pada wanita)

11
3. Pasca trauma perut bagian bawah ( sa’at buli penuh ):………………
-- Daerah suprapubik ada jejas dan kesakitan ( curiga kontusio buli )
-- Daerah suprapubik ada jejas / luka dan tampak oedem ( curiga ruptur buli
ekstraperitoneal).
-- Abdomen tegang dan kesakitan ( curiga ruptur buli intraperitoneal)

Palpasi Pada pembesaran buli ( Retensio urine, batu buli, tumor buli )
-- Perut bawah suprapubik teraba massa membulat permukaan licin batas atas 2-5 jari
atas simfisis bisa setinggi pusat, nyeri tekan,fluktuasi ⊕.
-- Palpasi bimanual buli-buli : abdominorektal pada laki-laki,
abdominovaginal pada wanita, posisi litotomi:Tangan kiri menekan suprapubik,
tangan kanan rectal toucher (laki) atau vaginal toucher (wanita ).menilai massa di
buli.

Perkusi Perkusi di daerah suprapubik pada buli membesar bunyinya redup, sekaligus
menentukan batas atas sampai terdapat bunyi timpani.

2.3 Uretra
Inspeksi Adakah kelainan uretra :
- Muara uretra di dorsum penis (epispadia);
- Muara uretra di ventral penis: ( hipospadia; tipe glandis, tipe shaft penile, tipe
penoskrotal, tipe perineal)
- Muara uretra di vagina ( urine mengalir di vagina ).
- Meatus / OUE meradang atau ada discharge ( uretritis.)
- Meatus basah urine ( inkontinensia ) atau darah ( cedera uretra)

Palpasi Palpasi uretra laki-laki dari meatus sampai bulbus, bisa menemukan adanya indurasi
(stenosis, striktur) , edema (radang / cedera), batu.

2.4 Penis
Inspeksi Posisi litotomi atau berdiri : ……………………………………………….
- Adakah kelainan (mikropenis, makropenis, chordee, curvatura penis fibrosis, fimosis,
parafimosis, sirkumsisi )
- Adakah peradangan ( abses, balanitis, balanoposthitis)
- Adakah tumor ( veruca, kondiloma, ulkus, karsinoma)

Palpasi Menentukan adanya fibrosis kulit penis, fibrosis di corpus cavernosum penis
(Peyronie’s disease), peradangan, menilai tumor.

2.5 Skrotum.
Inspeksi Adakah kelainan : ……………………………………………………………
1 Skrotum terbelah dan hipoplasia ( pada hipospadia tipe perineal ).
2 Skrotum kecil hipoplasia, skrotum kecil sebelah ( testis tidak turun );
3 Pembesaran skrotum hilang timbul ( hidrokel komunikan ).
4 Seluruh skrotum membesar menetap (oedema, limfedema, selulitis, hematoma,
infiltrat urine );
5 Skrotum membesar sebelah (hernia skrotalis, hidrokel testis,orkhitis,tumor
testis,varikokel berat).
Pemeriksaan transiluminasi ( tempelkan senter nyala terang pada sisi skrotum dan
dilihat sisi seberangnya dengan menempelkan teropong).Transiluminasi positip ( isi
skrotum bersinar kemerahan ) berarti isi skrotum cairan misalnya hidrokel /
hematokel.
6 Kulit skrotum : oedem, radang, abses, fistel, hematom, sikatriks, tumor
7 Inguinal: adakah benjolan / penonjolan.

Palpasi Adakah kelainan : …………………………………………………………….


1. Kulit skrotum : teraba massa/nodus/ sikatriks, abses, fistel, oedem,
2. Kantong skrotum : kosong (anorkhismus), membesar kistik (hidrokel/ hematoma),
membesar kenyal ( hernia skrotalis ), membesar padat ( orkhitis, tumor testis).
3. Isi skrotum:
Testis: banyaknya, besarnya (kecil / besar), permukaan berbenjol, konsistensi
(lunak / keras), nyeri, posisi (melintang/ torsi/ retraktil) Testis tidak teraba pada
hidrokel testis. Jika testis tidak ada / belum turun harus dicari letak ektopiknya.
Epididimis: oedem nyeri (epididimitis), malposisi (torsio testis).
4. Funikulus spermatikus: oedem nyeri ( funikulitis/ torsio testis), kistik ( hidrokel
funikuli), massa seperti cacing ( varikokel besar).
5. Inguinal dan sekitar: teraba benjolan ( hidrokel/ hernia / testis / KGB)

Auskultasi Auskultasi dilakukan pada pemeriksaan hernia dan varikokel


12
2.6 Prostat
Inspeksi Dapat dipriksa gejala pembesaran prostat yang menyumbat:
1. Sa’at miksi pancarannya lemah / bercabang, terakhir menetes,
Volume urin yang keluar hanya sedikit. ( Jika pasen mau dipriksa ini ).
2. Buli membuncit ( terjadi Retensio urine pada obstruksi berat ).
3. Kadang tampak adanya hernia inguinalis ( akibat sering mengejan ).

Palpasi Palpasi prostat dengan cara rectal toucher ( pemeriksaan colok dubur ):
1. Sering ditemukan hemoroid.
2. Tonus sfingter ani normal ( pada neurogenic bladder tonus flaccid ).
3. Mukosa rektum diperiksa.
4. Palpasi prostat:
- Besarnya prostat (satu / dua lobi, simetris/tidak, ukurannya, batas ),
- Permukaannya ( licin / ada nodul )
- Konsistensi ( kenyal / bagian keras/ nodul keras ).
- Mobil / terfiksir.

13
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Prosedur Kateterisasi Uretra

I. Pengertian :
1. Keterampilan Kateterisasi Uretra adalah keterampilan dalam melakukan
tindakan infasif memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra pada
pasien yang memerlukannya, dengan langkah-langkah yang benar.
2. Tujuan (indikasi) kateterisasi uretra adalah :
a. Tujuan terapeutik :
1. Mengosongkan buli-buli, misalnya pada retensio urin
2. Agar uretra tetap paten pada durante/post op
3. Irigasi/instilasi buli-buli
4. Dilatasi uretra; splinting
5. Bladder training
b. Tujuan diagnostik:
1. Mengukur residu urine
2. Mengambil sampel urine untuk kultur
3. Memasukkan bahan kontras untuk sistografi
4. Monitor balans cairan pada terapi cairan

3. Kontraindikasi kateterisasi uretra adalah :


a. K.I absolut :
1. Urethritis berat
2. Sumbatan total uretra (striktur, batu, tumor)
3. Cedera/curiga cedera uretra, fraktur pelvis
b. K.I relatif :
1. Fimosis
2. Striktur ringan
3. BPH Obstruktif
4. Pasien menolak

4. Kateter yang digunakan :


a. Pada kateterisasi sesaat : dipakai kateter Nelaton
Pada kateterisasi menetap : dipakai kateter dengan pengunci , misalnya :
• Kateter balon (Foley) terbanyak dipakai
• Kateter bersayap (Malecot)
• Kateter bentuk jamur (Pezzer)
Pada kateterisasi menetap dipakai system drainase tertutup, yaitu kateter
disambung ke ‘urine bag’ dan sebaiknya dipilih kateter ‘silicone coated’ atau
silicone 100%.

b. Ukuran Kateter :
• Anak-anak : Fr. 8, 10,12
• Dewasa wanita : Fr. 14, 16
• Dewasa laki-laki : Fr. 16, 18
• Kateter Fr. 20, 22, 24 untuk irigasi/instilasi pasien dewasa, sebaiknya
dipakai 3 way kateter
c. Kateter logam /kateter dengan mandrain : tidak direkomendasikan

14
II. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pelatihan mahasiswa kompeten melakukan tindakan kateterisasi
uretra sesuai dengan SOP

III. Tujuan Khusus :


4. Menguasai anatomi normal & abnormal dari SSK terutama SSK bawah
5. Mampu menetapkan indikasi, kontraindikasi serta penyulit pada tindakan
kateterisasi uretra
6. Pada kasus darurat mengetahui alternatif tindakan apabila kateterisasi uretra
tidak bisa dilakukan

IV. Metode Pelatihan : 1. Demostrasi /pelatihan oleh instruktur


2. Latihan oleh mahasiswa secara mandiri
3. Dipraktekkan selama menjalani Ko.As di RS

V. Sarana & Prasarana :


9. Ruang pelatihan yang terang dan nyaman
10. Bangku periksa pasien (+perlak)
11. Meja + kursi instruktur +kursi mahasiswa
12. Manequin kateterisasi uretra
13. Meja instrument + alkes set kateterisasi
14. Tempat cuci tangan, sabun antiseptik
15. Form SOP kateterisasi untuk mahasiswa

VI. SOP kateterisasi uretra terlampir (Dauer Kateterisasi uretra pada laki-laki dewasa)

VII. Sistem Evaluasi : Uji SOP oral

===================

15
Nama Mahasiswa : Tanggal :
NIM : Penguji :
Tandatangan : T.tangan :

PROSEDUR DAUER KATETERISASI URETRA PADA LAKI-LAKI DEWASA


No Bahasan Uraian 0 1 2
1 Perlengkapan 1. Ruangan khusus tertutup dan nyaman, dgn. perlengkapan
- bangku periksa diberi alas perlak; sediakan selimut,
- tempat sampah medis di kaki bangku periksa;
- lampu sorot statis;
- almari penyimpanan alkes;
- meja instrument / trolley;
- meja dokter dengan ATK dan form RM;2
- tempat cuci tangan dan pengering;
- apron;

2. Alkes set kateterisasi uretra semua steril, terdiri dari……….


- 1 psg sarung tangan, nomor disesuaikan;
- 1 bh kateter Foley silicone coated Fr. 16;
- 1 bh urine bag ;
- 1 bh preparat xylocain gel dalam spuit;
- 1 bh spuit disposibel 20 ml;
- 1 btl aquadest steril 20 ml;
- 1 bh mangkuk kecil isi cairan povidon yodine 10%;
- 10 lembar kassa steril;
- 1 bh pinset anatomis;
- 1 bh bengkok;
- 1 rol micropore 1 inch;
- 1 lbr doek lubang;
- 1 lbr doek alas meja instrument;
2 Persiapan 1. Menyapa pasen dengan ramah dan memperkenalkan diri.
2. Tanya identitas dan dicocokkan dengan di rekam medis
3.. Priksa pasen di bangku periksa, mencocokkan diagnosis
dengan diagnosis sementara di RM.
4. Memberi penjelasan yang bisa dimengerti oleh pasien
tentang maksud tujuan kateterisasi, sekaligus menanyakan
riwayat alergi.
5. Membuat surat persetujuan dan ditandatangani oleh pasen /
keluarganya dan dokter.
3 Tindakan 1. Posisi pasien terlentang kedua tungkai ekstensi, celana dilepas
sementara diselimuti, lampu sorot difokus ke genital.
2. Meja instrument lengkap dengan set kateterisasi ditaruh disisi
pasien agar mudah dijangkau dokter
3. Dokter cuci tangan, dikeringkan terus buka set kateterisasi
tanpa menyentuh isinya, terus pakai sarung tangan.
4. Pangkal kateter disambungkan ke slang urine bag
5. A & antisepsis seluruh penis dan sekitarnya , terus tutup
doek lubang sehingga hanya penis saja yang tampak.
6. Pegang penis dengan tangan kiri dan ditarik ke ventral
dan bersihkan glans penis dan OUE ( jika tidak sunat lebih dulu
dorong preputium ke korona );
7. Xylocaine gel dimasukkan ke uretra terus tutup OUE dengan
ibu jari tangan kiri tanpa melepas pegangan penis.
8. Ujung kateter dimasukkan dari OUE ke uretra didorong secara
lembut ke arah buli sampai kateter hanya tersisa
percabangannya. Jika selama pendorongan kateter terasa
tertahan, pasen diminta rileks dan tarik napas dalam, dorongan
dilanjutkan.
9.Pastikan urine yang tampak dalam slang mengalir lancar
K.p. tekan perut bawah suprapubik atau merubah posisi kateter.

16
10. Masukkan aquades dengan spuit pelan-pelan ke balon
kateter minimal 10 ml ( sebaiknya 15 ml ), kemudian tarik kateter
sampai terasa tertahan. Preputium dikembalikan ke posisi
semula ( bagi yang tidak sunat )
11.Perhatikan urine yang keluar : pastikan kelancarannya, warna,.
kejernihannya, volume urine awal dan reaksi pasien.
12. Fiksasi:
Pasen rawat jalan: kateter difiksasi di sisi dalam paha dan
slang digulung bersama urine bag di fiksasi kuat di sisi
dalam paha dan pasen dapat memakai celana.
Pasen rawat inap : kateter difiksasi di lipat paha, urine bag
digantung di sisi bed, pasen pakai celana atau diselimuti
4 Pencatatan 1. Telah terpasang dauer kateter Foley silicone coated Fr.16,
dan instruksi kateter masuk tanpa hambatan, isi balon 10 ml.
2. Urine keluar lancar, warna kuning muda, tidak keruh,
volume awal 600 ml, setelah itu pasen merasa lebih enak.
3. Kateter dipertahankan selama menjalani pemeriksaan lanjutan
Jaga kebersihan kateter dan urine bag, bersihkan OUE pagi
sore. Urine bag penuh segera dikosongkan dan tutup lagi.
Dilaporkan : - jumlah volume urine selama 24 jam.
- apabila ada gangguan / keluhan
4. Pencabutan / penggantian kateter diputuskan oleh dokter
5. Paraf dokter
Total Nilai

Total Nilai
Nilai akhir = X 100 =
40 ………………

17
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Sirkumsisi

Definisi
Sirkumsisi adalah tindakan membuang preputium penis.
Dorsumsisi adalah tekhnik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal
(jam 12) sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan
sirkuler ke kiri dan ke kanan sejajar sulcus coronarius.

Indikasi medis Sirkumsisi :


1. Phimosis
Adalah suatu keadaan dimana preputium dari penis tidak dapat di retraksi dari glans
penis karena lubang yang terlalu sempit. Dapat terjadi pada segala usia dan sering
pada bayi baru lahir. Dapat disebabkan karena infeksi (balanitis) atau pembentukan
skar sebagai akibat dari trauma atau inflamasi kronis.
Gejala: pancaran urin yang kecil, harus mengedan saat bak, balloning dari preputium.
Penatalaksanaan: Sirkumsisi

2. Paraphimosis
Adalah suatu keadaan dimana preputium yang teretraksi tidak dapat dikembalikan
kembali ke posisi semula.
Penatalaksanaan: akut dikembalikan ke posisi semula dengan tekhink tertentu bila
gagal sirkumsisi

3. Balanophostitis
Balanitis adalah Infeksi dari glans sedangkan phostitis adalah infeksi dari preputium. ing
dijumpai pada pria dewasa atau anak laki-laki yang belum dilakukan sirkumsisi dan
mereka dengan higine yang kurang.
Gejalanya : kemerahan, inflamasi, gatal, nyeri dan bau tidak sedap.
Penatalaksanaan :
- Sesuai dengan penyebab
- Apabila penyebab nya karena preputium tidak dapat diretraksi (phimosis) maka
sirkumsisi sebagai penatalaksanaan.

4. Mengurangi kejadian infeksi saluran kemih berulang

5. Mencegah terjadinya kanker penis

6. Agama

7. Ritual tradisi

Kontraindikasi Sirkumsisi:
1. Hipospadia
2. EpispadiA
3. Burried Penis
4. Kelainan pembekuan darah

18
Alat dan bahan :
1. Sirkumsisi set : 3 klem bengkok, 1 klem lurus
Pinset
Gunting jaringan, gunting benang
Needle holder
2. Spuid 3cc
3. Obat anestesi lokal
4. Jarum jahit jaringan dan benang catgut plain
5. Povidone iodine
6. Duk steril
7. Kassa steril
8. Sarung tangan steril

Prosedur tindakan/pelaksanaan :
1. Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan dan
penyembuhan luka, kelainan hipospadi dan epispadia)
2. Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilakan pasien untuk
berbaring)
5. Meminta pasien membuka celana dan menenangkan pasien dengan sopan
6. Melakukan cuci tangan dan Memakai sarung tangan steril
7. Melakukan desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara
melingkar
8. Mamasang duk steril
9. Melakukan anestesi blok pada nervus Pudensus atau pada nervus Dorsalis Penis
10. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
11. Membuka preputium perlahan-lahan lalu dilakukan retraksi sampai corona glandis
terlihat. Bersihkan penis dari smegma menggunakan kassa betadine
12. Kembalikan preputium pada posisi semula
13. Klem preputium pada jam 11, 1, dan 6
14. Gunting preputium pada jam 12 sampai kira-kira 0.5 cm proksimal dari sulcus
coronarius
15. Melakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
16. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum pada
jam 6
17. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan
melingkar)
18. Jahit secara matras horisontal pada frenulum
19. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
20. Lakukan jahitan melingkar
21. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik disekeliling luka jahitan
22. Balut luka dengan kassa steril (optional)
23. Buka duk, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
24. Buka sarung tangan dan cuci tangan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien

19
anestesi blok n.pudensus

20
21
Nama
Mahasiswa :
NIM :
Skor
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1.
Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan hipospadi dan epispadia)
2.
Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilakan
pasien untuk berbaring)
5. Meminta pasien membuka celana dan menenangkan pasien dengan
sopan
6. Melakukan cuci tangan dan Memakai sarung tangan steril
7. Melakukan desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis
secara melingkar
8. Memasang duk steril
9. Melakukan anestesi blok pada nervus Pudensus atau pada nervus
Dorsalis Penis
10. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
11. Membuka preputium perlahan-lahan lalu dilakukan retraksi sampai
corona glandis terlihat. Bersihkan penis dari smegma menggunakan
kassa betadine
12. Kembalikan preputium pada posisi semula
13. Klem preputium pada jam 11, 1, dan 6
14. Gunting preputium pada jam 12 sampai kira-kira 0.5 cm proksimal dari
sulcus coronarius
15. Melakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
16. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan
frenulum pada jam 6
17. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi
dengan jahitan melingkar)
18. Jahit matras horisontal pada frenulum
19. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
20. Lakukan jahitan melingkar
21.
Kontrol luka dan jahitlan, oleskan salep antibiotik disekeliling luka jahitan
22. Balut luka dengan kassa steril (optional)
23.
Buka duk, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
24. Buka sarung tangan dan cuci tangan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien

Keterangan :
: tidak dilakukan atau disebut sama
0 sekali
: dilakukan tapi kurang
1 sempurna
: dilakukan dengan
2 sempurna
Nilai = Total skor (.........../50) x 100%
`

22
SOP KKD
MODUL PSI
KETERAMPILAN KLINIK DASAR (KKD)
MODUL PSIKIATRI (Mo-PSI)
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FK USAKTI

BENTUK KETERAMPILAN :
Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Psikiatrik

MATERI AJAR :
I. Diagnosis Psikiatrik (Blok F0-9) dan Evaluasi Multiaksial (Axis I-V)
II. Pemeriksaan Psikiatrik (Bina Rapport, Riwayat Psikiatrik, Status Mental)
III. Penatalaksanaan Psikiatrik (Psikofarmaka dan Psikoterapi)
P.I.C.
SESI MATERI AJAR TOPIK BAHASAN WAKTU
Per sesi
Penggolongan Diagnosis
Diagnosis
I-a Gangguan Mental Perilaku ATWR 1 jam
Psikiatrik
KKD - 1 (Pemutaran Film Psikiatrik)
Pemeriksaan Anamnesis Psikiatrik
I-b ATWR 1 jam
Psikiatrik-1 (Bina Rapport) & Latihan
KKD - 2 II Tentamen-1 Anamnesis Psikiatrik / Bina Rapport 2 jam
Pemeriksaan Pemeriksaan Riwayat-
III-a ATWR ½ jam
KKD - 3 Psikiatrik-2 Psikiatrik & Latihan
III-b Tentamen-2 Riwayat Psikiatrik 1½ jam
Pemeriksaan Status Mental
IV-a Pemeriksaan EI 1½ jam
KKD - 4 & Latihan Tentamen
Psikiatrik-3
IV-b Evaluasi Multiaksial (GAF) EPN ½ jam
KKD - 5 V Tentamen-3 Status Mental 2 jam
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
VI-a RMWL 1 jam
Psikiatrik-1 Psikofarmaka & Latihan
KKD - 6
Penatalaksanaan
VI-b Psikoterapi & Latihan DPV 1 jam
Psikiatrik-2
VII a-b Tentamen-4 Psikofarmaka dan Psikoterapi 1½ jam
KKD - 7 EI/
VII-c Rangkuman KKD Mo-PSI (Persiapan Ujian) RMWL
½ jam
KKD - 8 VIII UJIAN KKD Mo-PSI (Latihan OSCE Psikiatrik) 2 jam

Dr. dr. Agnes Tineke WR, SpKJ (ATWR)


dr. Erita Istriana, Sp.KJ
(EI)
(KPM Mo-PSI)
dr. Eunice P Nayoan, Sp.KJ (EPN)

dr. Rivo Mario WL, SpKJ


dr. Dyani P Velyani, SpKJ (DPV) (RMWL)
(SM Mo-PSI & P.I.C. KKD)

Penyusun Buku Materi KKD Modul Psikiatri


(Edisi-1 s.d. Edisi revisi November 2020)
Dr. dr. Agnes Tineke Waney R, SpKJ

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 1


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 2


MATERI KKD - 1 (Sesi I-a): DIAGNOSIS PSIKIATRIK

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 3


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 4


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 5


MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 6


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 7


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 8


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 9


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 10


PENUNTUN WAWANCARA PSIKIATRIK

(hanya sebagai penuntun, bukan suatu Protokol Wawancara)

1. PERTIMBANGAN / DAYA NILAI DAN TILIKAN


- Apakah yang menyebabkan anda datang/ dibawa ke rumah sakit?
- Sudah berapa lama anda dirawat di rumah sakit?
- Apakah anda membutuhkan pengobatan? Obat-obatan? Perawatan? Apakah obat-obatan tersebut
menolong anda?
- Apakah perawatan anda di rumah sakit merupakan suatu kesalahan? Suatu hukuman? Bagian dari
suatu rencana atau persekongkolan?
- Apakah anda mempunyai gangguan kejiwaan/ gangguan seperti yang anda alami saat ini ? Pernahkan
anda mengalaminya pada masa lalu?
- Apa gejala-gejala penyakit atau gangguan yang anda alami?
- Untuk alasan apa anda masih tinggal di rumah sakit?
- Apakah anda sudah siap untuk keluar dari rumah sakit?
- Apakah rencana-rencana anda dalam waktu dekat? Rencana-rencana anda untuk waktu yang akan
datang?
- Apakah anda akan memakan obat-obat untuk masalah-masalah anda setelah keluar dari rumah sakit?

2. ORIENTASI
- Hari apakah ini? Tanggal berapakah hari ini? Bulan dan tahun berapakah hari ini?
- Musim apa sekarang?
- Apa nama alamat tempat tinggal anda sekarang?
- Dimanakah kita sekarang? ( Kota, Negara, dan Alamat )?
- Apakah nama rumah sakit ini? Di bangsal apakah kita berada?
- Siapakah nama anggota-anggota staf rumah sakit disini? Siapa nama Dokter yang mengobati anda?
Apa pekerjaan mereka?
- Siapakah nama teman-teman anda dirumah sakit? Siapa nama teman-teman anda dirumah?
- Tahukah anda nama Presiden kita? Gubernur kita?

3. HALUSINASI
- Apakah anda pernah mengalami pengalaman yang tidak seperti biasanya? Mendengar suara gaduh
yang asing?
- Kadang-kadang orang menceritakan pada saya bahwa mereka dapat mendengar bunyi-bunyi atau
suara-suara dalam kepalanya yang tidak didengar orang lain, bagaimana dengan anda?
- Apakah anda kadang-kadang mendengar sesuatu yang tidak didengar oleh orang lain? Mendengar
suara-suara yang padahal saat itu tidak ada orang lain di tempat itu? Suara apa yang anda dengar?
- Apakah anda kadang-kadang menerima komunikasi pribadi dari televisi atau radio? Dari Tuhan?
Setan?
- Dapatkah anda kadang-kadang mendengar pikiran-pikiran anda dengan keras dari dalam kepala anda?
Apakah bunyinya seperti suara-suara?
- Apakah anda kadang-kadang mendengar suara-suara dari dalam kepala anda? Kapan? Seringkah?
Seberapa jelas? Seberapa keras?
- Suara-suara siapa yang anda dengar di dalam kepala anda? Berapa banyakkah suara-suara tersebut?
Apakah suara-suara tersebut berbicara pada anda, mengomentari anda, atau berbicara satu dengan
yang lainnya?
- Apakah yang dikatakan oleh suara-suara tersebut? Baik atau burukkah suara tersebut?
- Apakah anda takut pada suara-suara tersebut?
- Apakah suara-suara tersebut menyuruh anda untuk melakukan sesuatu? Memberikan perintah
langsung?

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 11


- Apakah anda patuh pada perintah suara-suara tersebut? Haruskah anda patuh?
- Apakah yang anda lakukan dengan suara-suara (pengelihatan) tersebut?
- Bagaimanakah munculnya suara-suara (pengelihatan) tersebut?
- Apakah ini merupakan suatu pengalaman yang wajar?
- Apakah suara-suara tersebut mengganggu pikiran dan aktivitas anda?
- Apakah benda-benda yang biasa dilihat pernah tampak asing atau menyimpang?
- Apakah anda pernah mempunyai pengelihatan atau melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain?
Seringkah? Seberapa jelaskah pengelihatan tersebut?
- Apakah pengelihatan-pengelihatan tersebut terjadi bersamaan dengan suara-suara, ataukah terpisah?
- Apakah anda pernah mencium bau yang tidak dicium oleh orang lain?
- Apakah anda merasakan sensasi asing dari dalam tubuh anda atau merasakan sesuatu yang asing
dalam diri anda?

4. DELUSI / WAHAM & ISI PIKIR YANG TIDAK BIASA


- Adakah sesuatu yang mengganggu pikiran anda akhir-akhir ini? Dapatkah anda menceritakan pada
saya mengenai pikiran-pikiran anda?
- Ketika anda sedang sendiri apakah yang anda pikirkan?
- Apakah keyakinan-keyakinan atau kepercayaan-kepercayaan anda tentang kehidupan?
- Apakah anda memiliki filosofi tertentu yang anda anut?
- Dapatkah anda membaca pikiran orang lain? Bagaimana caranya?
- Dapatkah orang lain membaca pikiran anda? Bagaimana mereka dapat melakukannya?
- Adakah alasan seseorang ingin membaca pikiran anda?
- Siapakah yang mengendalikan pikiran-pikiran anda?

5. IDE-IDE TUDUHAN DIRI DAN KEJARAN


- Bagaimana pergaulan anda dengan orang lain?
- Apakah anda menyukai orang? Tidak menyukai orang? Apakah sering orang merasa kesal terhadap
anda?
- Anda takut pada orang? Mengapa?
- Apakah orang menyukai anda? Tidak menyukai anda? Mengapa?
- Apakah anda mempercayai sebagian besar orang yang anda kenal?
- Adakah beberapa diantaranya yang tidak anda percayai? Siapa? Mengapa?
- Apakah orang kadang-kadang membicarakan anda di belakang anda?
- Apakah yang mereka katakan? Mengapa?
- Apakah beberapa orang mempunyai maksud buruk terhadap anda?
- Apakah buktinya? Siapa yang berada di balik semua itu? Mengapa itu terjadi?

6. RASA KEBESARAN
- Bagaimana anda membandingkan diri anda dengan orang lain pada umumnya? Lebih baikkah atau
lebih burukkah? Atau sama?
- Apakah anda istimewa dalam beberapa hal? Dalam hal apa?
- Apakah anda mempunyai bakat-bakat atau kemampuan yang tidak dimiliki orang lain atau sebagian
besar orang?
- Apakah anda mempunyai indera ke-enam? Dapatkah anda membaca pikiran orang lain?
- Bagaimana perasaan anda mengenai diri anda sendiri?
- Apakah anda mempunyai kekuasaan yang istimewa atau yang tidak biasa?
- Apakah anda menganggap diri anda kaya? Terkenal? Pernahkah anda muncul di televisi, radio, film,
atau pentas? Membuat rekaman?
- Apakah anda menilai diri anda lebih tinggi dari orang lain dalam hal standar moral? Apakah ini
membuat anda mendapatkan kehormatan istimewa?
- Apakah anda mempunyai misi khusus dalam kehidupan? Bagaimana hal ini terjadi?

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 12


- Apakah anda seorang yang religius? Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Apakah anda lebih
dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan orang lain?
- Apakah anda salah satu dari malaikat Tuhan? ( nabi, utusan, dsb ) ?
- Apakah anda menganggap diri anda sebagai Tuhan?

7. RASA BERSALAH
- Apakah anda merasa kurang berharga daripada orang lain pada umumnya?
- Apakah anda menganggap diri anda sebagai orang yang buruk dalam beberapa hal?
- Apakah anda merasa bersalah tentang sesuatu yang mungkin sudah anda lakukan di masa lalu?
- Sudahkah anda melakukan sesuatu yang pantas mendapatkan hukuman?
- Hukuman macam apa yang pantas anda terima?
- Apakah keadaan anda saat ini ( perawatan di rumah sakit, keadaan sakit, dsb ) merupakan semacam
hukuman? Bagaimanakah anda tahu?
- Punyakah anda pikiran-pikiran untuk mencelakakan diri sendiri sebagai hukuman? Pernahkah anda
melaksanakan pikiran-pikiran tersebut?

8. WAHAM

Waham Pertanyaan
- Waham kejar ( misalnya, seseorang sedang Apakah anda mengalami kesulitan dalam bersama-
diikuti, suratnya telah dibuka, rumahnya sama dengan orang lain?
dipasang alat perekam, diamati pemerintah ) Apakah anda merasa bahwa orang-orang menentang
- Persecutory anda?
Apakah seseorang telah mencoba untuk
membahayakan diri anda atau bersekongkol
menentang anda?
- Waham cemburu (misalnya, pasangan Apakah anda takut bahwa pasangan anda tidak jujur?
memiliki hubungan gelap) Bukti apa yang anda miliki?
- Jealousy
- Waham dosa atau bersalah (misalnya Apakah anda merasa bahwa anda telah melakukan hal
seseorang telah melakukan dosa yang yang menakutkan?
menakutkan, seseorang telah Apakah anda merasa layak mendapatkan hukuman
bertanggungjawab atas tindakan yang tidak atasnya?
termaafkan, seseorang patut untuk dihukum) Apakah ada yang mengganggu kesadaran anda? Apa
- Sin / guilt itu?
- Waham kebesaran ( misalnya, seseorang Apakah anda memiliki kekuatan, bakat, atau
memiliki kekuatan, kemampuan, identitasnya kemampuan khusus?
khusus ) Apakah anda merasa bahwa anda akan mencapai hal
- Grandiose, megaloman yang besar?
- Waham somatik (misalnya, seseorang yakin Apakah ada gangguan dengan cara kerja tubuh anda?
bahwa tubuhnya menderita penyakit, Apakah anda melihat adanya perubahan dalam
abnormal, atau berubah) penampilan anda?
Apa penyebabnya?
- Gagasan atau waham menyangkut diri Apakah anda berjalan ke dalam ruangan dan berpikir
sendiri (ideas and delusion of reference) bahwa orang lain sedang membicara-kan anda atau
(misalnya, seseorang yakin bahwa tanda, menertawakan anda?
pernyataan, atau peristiwa yang tidak Apakah anda melihat di majalah atau TV yang
penting adalah ditujukan pada dirinya atau menyebut diri anda atau memiliki arti khusus bagi
memiliki arti khusus ) anda?
- Idea of influence: ide mirip waham dirinya Apakah anda telah menerima pesan khusus dengan
dipengaruhi kekuatan luar suatu cara?

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 13


Waham aneh Pertanyaan
- Perubahan pikiran, siar/ sisip /sedot pikir Apakah anda mendengar pikiran anda berbicara,
- Thought broadcasting seakan-akan ada suara di luar kepala anda?
Apakah anda merasa bahwa pikiran anda disiarkan
- Thought insertion sehingga orang lain dapat mendengarnya?
Apakah anda merasa bahwa pikiran telah dimasukkan
- Thought withdrawal ke dalam kepala anda oleh sumber atau orang di luar?
Apakah anda merasa bahwa pikiran anda telah diambil
oleh sumber atau orang di luar?

9. KEPRIHATINAN / KEKUATIRAN SOMATIK


- Bagaimana perasaan anda mengenai kesehatan anda selama ini?
- Apakah anda mengalami masalah dengan kesehatan fisik anda? Dengan fungsi tubuh anda?
- Apakah anda mempunyaki keluhan-keluhan sakit ( illness ) atau penyakit ( disease ) medik? Bila ada
seberapa parahkah?
- Bagaimana dengan kepala anda? Bagaimana dengan jantung anda?
- Adakah kesulitan dengan paru-paru anda? Lengan? Tungkai? Dengan bagian lain dari tubuh anda?
- Apakah kepala dan tubuh anda terasa asing?
- Apakah penyebab masalah ini? Apa yang menyebabkan perubahan-perubahan itu?
- Dapatkah anda jelaskan?

10. DEPRESI
- Apa yang anda rasakan sekarang? Seperti apakah ciri alam perasaan anda?
- Apakah anda pada umumnya merasa bahagia? Sedih? Mengapa?
- Ketidakbahagiaan yang bagaimana yang anda rasakan?
- Kapan anda merasakan paling sedih? Berapa lama perasaan ini berlangsung?
- Pernahkah pada seminggu terakhir anda merasakan perasaan sedih atau tidak bahagia?
- Apakah anda kadang-kadang menangis? Seringkah?
- Apakah alam perasaan anda mempengarui nafsu makan anda? Tidur? Kemampuan untuk bekerja?
- Sudahkah anda mempunyai pikiran untuk mencelakakan diri sendiri atau mengakhiri hidup anda?
Sudahkah anda berusaha bunuh diri?

11. ANXIETAS
- Adakah sesuatu yang mencemaskan anda? Pernahkah anda merasakan gugup? Tegang?
- Apakah yang telah membuat anda merasa gugup ( cemas, tidak tenang, tidak santai )?
- Coba anda luruskan tangan anda ke depan ( untuk memeriksa tremor ).
- Sekarang bolehkah saya melihat telapak tangan anda? ( untuk memeriksa keringat)
- Pernahkah anda merasa jantung anda berdebar-debar kencang?
- Apakah anda takut pada sesuatu? Seseorang?
- Seberapa cemaskah atau gugup pernah anda rasakan? Apakah pernah sampai pada keadaan panik?
- Apakah kecemasan/ kegugupan mempengaruhi nafsu makan anda? Tidur? Kemampuan bekerja?
- Apakah perasaan itu mempengaruhi aktivitas anda?

12. PIKIRAN ABSTRAK


Persamaan: Dalam hal apa mereka serupa atau apa persamaan mereka?
Apakah persamaan bola dan jeruk? Apel dan pisang? Pinsil dan pena?
Peribahasa: Ada gula ada semut, Ada udang di balik batu, Tong kosong nyaring bunyinya

(Sumber : Pedoman Definisi PANSS ( Positive And Negative Symptoms Scale ) & Sinopsis Psikiatri)

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 14


MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): LATIHAN TENTAMEN
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)


TIPE SOAL: A/B-1
LATIHAN / TENTAMEN - 1 Pasien Perempuan

Untuk

MAHASISWA

LATIHAN ANAMNESIS PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT

Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan ANAMNESIS/
WAWANCARA PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar
nantinya dapat melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah wawancara psikiatrik secara singkat.
5. Lakukanlah bina rapport dengan baik terhadap pasien, dari awal, pertengahan/
selama wawancara dan observasi hingga akhir/ terminasi wawancara.
6. Ingatlah tujuan tentamen ini adalah melatih keterampilan membina rapport,
sehingga Anda pada tentamen ini hanya menggali riwayat psikiatrik, yakni keluhan
utama, riwayat gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 6 menit).
7. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek,
dan tidak perlu mempresentasikan hasil pemeriksaan status mental, juga tanpa
pemberian terapi.
8. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data (± 1 menit).
9. Bila eksplorasi data dianggap cukup, lakukanlah terminasi atau mengakhiri
wawancara dengan pasien (± 1 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o Ny. Aci, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA
(tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan
perubahan perilaku lainnya yang dialami sejak dua minggu yang lalu.


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 15


TIPE SOAL: A/B-1 Pasien Perempuan
LATIHAN / TENTAMEN – 1


g
SKENARIO KASUS

Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan mendengar suara-
suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan perubahan perilaku lainnya sejak dua minggu yang lalu.

I. Identitas:
Ny. Aci, 35 tahun, menikah, Islam, Betawi, SMA (tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di
Tomang, Jakarta Barat.

II. Riwayat Psikiatrik:


1. Keluhan Utama:
Mendengar suara-suara tanpa ada orang lain di sekitarnya sejak seminggu yang lalu.
2. Riwayat Gangguan Sekarang:
- Sejak dua minggu ini pasien sering terlihat berbicara sendiri tanpa ada orang di sekitarnya.
- Suara-suara itu muncul saat pasien berada dalam kamar tidur, ketika sedang banyak pikiran atau saat
ia merasa tidak bisa berpikir apa-apa/ pikiran kosong.
- Menurut pasien suara-suara itu sangat jelas didengarnya, seperti suara suaminya atau ayah dan
ibunya. Suara-suara itu menyuruh pasien melakukan berbagai kegiatan, seperti menyuruh sholat,
membersihkan rumah/ pekarangan, siapkan makanan/ minuman di meja makan, atau suara-suara
kasar yang membentakinya. Hal itu membuat pasien merasa kesal dan marah.
- Pasien juga sering mengatakan bahwa suaminya tidak mencintainya, demikian pula ayah dan ibunya
yang lebih menyukai kedua kakaknya. Realitarnya pasien yang merupakan anak bungsu paling
disayang dalam keluarga.
- Dua minggu yang lalu ketika sedang bekerja di kantor, didapati pasien tampak kebingungan dalam
melakukan tugasnya, banyak berdiam diri, tampak tidak memahami pembicaraan, dan menolak
makan/ minum, sehingga terpaksa diantar pulang ke rumah.
- Perubahan perilaku ini sangat mengganggu kehidupan pasien, baik dalam rumah, hubungan dengan
keluarga, tetangga, kerabat kantor (saat ini pasien diberi izin cuti).
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik: pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti sekarang ini.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: pasien tak pernah mengalami trauma/penyakit yang serius.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan/ napza.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi: tidak ada data.
5. Riwayat Keluarga: tidak ada keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien.
6. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan: tidak ada data.

III. Pemeriksaan Psikiatrik:


1. Status Fisik: Tidak ada data (dianggap telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil normal).
2. Status Mental: Data tidak lengkap (dianggap telah melakukan pemeriksaan lengkap).
Gambaran umum pasien (data untuk pasien simulasi):
Penampilan: pakaian dan sisiran rambut kurang rapi, ekspresi tampak bingung. Perilaku dan
aktivitas psikomotor: selama pemeriksaan pasien duduk cukup tenang, namun ketika menyinggung
langsung tentang keluhan utamanya pasien tampak kesal. Pembicaraan: tak banyak, kecuali berkisar
tentang suara-suara tsb. Sikap: cukup kooperatif terhadap pemeriksa.-

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 16


TIPE SOAL: A/B-1 Pasien Perempuan
LATIHAN / TENTAMEN - 1

g
CUPLIKAN WAWANCARA
PSIKIATRIK

SKENARIO KASUS:
Ny. Aci, 35 tahun. Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan
keluhan mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya sejak dua minggu yang lalu.

(dari sebagian Skenario Percakapan dengan Pasien Simulasi / Standarized Patient – Pasien Standar - PS)

Dokter : Selamat pagi / siang, perkenalkan nama saya dokter …….. , silakan duduk ibu.
PS : Terima kasih, dok!
Dokter : Dengan Ibu Aci ya … ?
PS : Ya, saya … Ibu Aci.
(Catatan: Bila ditanya tentang identitas lengkap - alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama,
suku, dsb. maka penguji akan menginterupsi, karena data-data tsb.sudah lengkap tak perlu ditanyakan lagi. Tujuan
wawancara psikiatrik versi ini hanya meliputi satu gejala psikopatologi, bukan diagnosis kerja).

Dokter : Ada yang bisa saya bantu… Ibu Aci?


(Catatan: Bentuk pertanyaan lain: ….” Apa yang membuat Ibu Aci datang / dibawa ke sini ?” atau “Apa yang
menjadi keluhan Ibu Aci hingga datang ke sini ?”)

PS : Begini dok, saya terganggu sekali dengan suara-suara dari telinga saya.
(Catatan: ekspresi wajah sedih/ kecewa dan bingung)

Dokter : Maksudnya, apakah Ibu mendengar suara orang berbicara melalui telinga Ibu?
PS : Ya dok.
Dokter : Saat mendengar suara-suara itu Ibu sedang ada di mana? Apakah di luar rumah atau
dalam kamar atau dimana ibu? Dan kapan munculnya / biasanya saat Ibu sedang bikin
apa / ngapain?
PS : Dalam kamar tidur dok. Biasanya muncul kalau saya lagi banyak mikir, entah apa yang
dipikirin… atau sebaliknya kalau pikiran lagi kosong … terus muncul deh !.
Dokter : Jadi dalam kamar tidur, saat itu apakah ada orang yang mengajak Ibu bicara?
PS : Itulah dok yang bikin bingung. Tidak ada, tapi suaranya jelas sekali saya dengar.
(Catatan: ekspresi wajah tampak bingung juga sedikit kesal)

Dokter : Baik ibu. Jadi Ibu mendengar suara tanpa ada orangnya yang akhirnya membuat Ibu
bingung. Mungkin bisa ceritakan tentang suara- suara itu ibu?
PS : Ya dok, dua minggu yang lalu saya izin dari kantor, soalnya badan tiba-tiba kurang
“enak”, seperti mau sakit. Mau bilang demam juga tidak, akhirnya saya minum obat
turunkan panas, lalu saya masuk kamar. Nah, saat itulah timbul suara-suara.
Dokter : Jadi hal ini sudah berjalan dua minggu? Apakah sebelumnya juga pernah alami hal
yang sama? Atau pernah mengetahui / melihat orang lain atau keluarga seperti yang Ibu
alami saat ini?

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 17


PS : Saya sama sekali tidak pernah mengalami seperti ini, dari keluarga saya juga tidak. Oya,
saya alami mungkin lebih dua minggu tapi belum sebulan dok.
Dokter : Ya..selain perasaan seperti mau sakit, apakah Ibu mengalami gejala fisik lainnya?
Seperti sakit kepala, mual, diare, berdebar-debar, sesak nafas, lain-lainnya ibu?
PS : Tidak dok, sebelum ini saya sehat-sehat, jarang sekali sakit.
Dokter : Baik, jadi sebelumnya sehat-sehat ya ibu. Tapi saya ingin mengetahui apakah Ibu
mengkonsumsikan minuman kemasan/ soft drink atau … maaf ibu seperti minuman
beralkohol/ lainnya atau mungkin Ibu merokok?
PS : Wah dok … paling-paling ngopi, itupun sesekali, saya juga tidak merokok.
Dokter : Adakah akhir-akhir ini ada hal yang cukup menguras pikiran? Bila ada hal yang ingin
Ibu sampaikan, silahkan.. dan bila itu bersifat pribadi.. kami akan menjaga data tsb. Tapi
seandainya Ibu tidak bermaksud menceritakannya tidak apa ibu.
PS : Yah.. dok … saat ini saya belum siap menceritakannya.
Dokter : Baik ibu. Hm, … ya.. kalau saya tidak salah dengar Ibu tadi mengatakan mendengar
suara-suara, maksud Ibu …? Apakah suara-suara yang menyuruh untuk melakukan
sesuatu atau mengomentari sesuatu tentang diri Ibu… atau yang bagaimana ? Mungkin
Ibu bisa ceritakan ?
PS : Begini dok.. suara-suara itu lebih sering menyuruh saya untuk bikin ini..itu..
Dokter : Seperti apa misalnya ..?
PS : Yaaa…paling sering menyuruh saya sholat. Kadang suruh rapikan kamar tidur, lemari
pakaian, bersihkan rumah, pekarangan. Wah… nyuruhnya banyak dok.
Dokter : Apakah Ibu melakukan apa yang disuruh suara-suara itu?
PS : Sebagian ya, lainnya tidak dok. Tapi kalau sholat, tanpa disuruh saya kerjakan,
kewajiban agama dok.. saya malah berterimakasih karena diingatkan terus.
Dokter : Bagaimana perasaan Ibu saat itu?
PS : Yah.. bagaimana saya tidak bingung dok.. koq saya dengar suara-suara itu jelas sekali;
suaranya seperti suara suami, ayah-ibu saya. Tapi dok… orang-orang rumah katanya
tidak ada nyuruh-nyuruh seperti itu, apalagi marah-marah.
Dokter : Selain bingung tentang sumber suara, adakah hal lain yang Ibu rasakan?
PS : Yah.. ada dok, bagaimana tidak kesal, saya khan butuh istirahat.. sudah cuti dari kantor
masa’ disuruh kerja di rumah... Ya.. “bawaannya” jadi kesal-lah.
Dokter : Saat kesal seperti itu, apa yang Ibu lakukan? Apakah pernah berakibat lanjut?
PS : Maksud dokter.. seperti mengamuk begitu? Tidak dok, ya.. masih bisa nahan diri, paling
marah. Atau sembahyang dan berusaha mengalihkan suara-suara itu.
Dokter : Apakah usaha mengalihkan dapat meredakan suara-suara?
PS : Tidak juga, makanya saya ingin dokter bantu saya menghilangkan semuanya ini. Tolong
saya … dok.
Dokter : Baik ibu. Tapi saya ingin mengetahui juga, selain suara-suara apakah Ibu melihat
/mencium, mengecap atau merasa disentuh sesuatu yang orang lain tidak
mengalaminya? Atau kekuatiran tentang keadaan fisik Ibu?

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 18


PS : Tidak dok.
Dokter : Apakah dua minggu ini Ibu juga mengalami kejadian yang luar biasa yang
mengherankan dan hanya Ibu yang mengalaminya? Adakah keyakinan pada sesuatu
yang begitu kuat atau pikiran-pikiran yang berulang? Keyakinan bahwa pikiran Ibu
dipengaruhi/ dikendalikan sesuatu yang asing atau mencurigai seseorang – tetangga –
rekan kerja – orang rumah yang menyebabkan semua ini?
PS : Tidak dok.
Dokter : Baik ibu. Tapi saya ingin mengetahui juga, selain suara-suara, apakah Ibu melihat
/mencium /mengecap/ merasa disentuh sesuatu yang orang lain tidak mengalaminya?
Adakah kekuatiran tentang keadaan fisik? Apakah juga mempengaruhi konsentrasi?
PS : Tidak. Ya… yang ada suara-suara itu dok… itu yang mengganggu sekali.
Dokter : Ya… mendengar suara-suara sementara orang sekitar tidak mendengarnya … cukup
mengganggu ya ibu? Dan apakah hal ini turut mempengaruhi kehidupan sehari-hari Ibu,
dalam pekerjaan/ rumah /pergaulan dengan tetangga / kerabat?
PS : Ya dok betul sekali. Itu yang membuat saya memutuskan untuk minta cuti dari kantor.
Sementara istirahat di rumah tetap sulit karena suara-suara itu muncul kapan saja. Ya…
sangat mengganggu, saya jadi tambah sering bengong / berdiam diri di kamar, malas
mau bikin sesuatupun, juga malas ke luar rumah. Tolong bantu saya ya dok ?!.
Dokter : Baik ibu, saya akan mengevaluasi lagi kondisi Ibu, untuk itu saya harapkan Ibu dapat
kembali lagi minggu depan. Tapi sebelum mengakhiri percakapan kita, apakah saat ini
ada hal lain yang ingin Ibu sampaikan?
PS : Tidak dok, saya rasa cukup. Ya, saya berusaha datang minggu depan. Tapi tolong bantu
saya ya .. dok.
Dokter : Ya… saya berusaha membantu Ibu, tapi saya membutuhkan kerjasama Ibu dan
keluarga. Sampai ketemu minggu depan, ya ibu!
PS : Baik dok, terimakasih banyak ya… dok!

PENJELASAN KASUS:
Kasus ini khusus untuk Latihan Wawancara Psikiatrik atau Membina Rapport.
1. Gejala psikopatologi kasus Ny. Aci, 35 tahun berdasarkan keluhan utama adalah: Halusinasi
Auditorik / Halusinasi Dengar jenis Komando-Second Order. Kemungkinan diagnosis: Psikosis
Reaktif Singkat/ PRS (Brief Psychosis Disorder) atau disebut pula Psikosis Akut/ Sementara.
2. Penjelasan kasus:
a. Pasien mendengar suara-suara melalui telinganya tanpa ada orang di sekitar yang berbicara padanya.
Suara-suara itu berupa perintah (komando) yang menyuruh pasien melakukan sesuatu. Misalkan
berbunyi sbb: “Aci, kamu harus sholat, cepat lakukan”; “Kamu jangan bengong saja, ayo...
bersihkan rumah”, dsb. Suara itu menyebut nama pasien “Aci” atau memakai kata “kamu” (dalam
tata bahasa sebagai orang kedua tunggal/ second order).
b.Terdapat gejala positif dan negatif seperti pada Skizofrenia dan tanpa penyebab trauma/ penyakit
fisik serius atau zat-psikotropika, digolongkan dalam diagnosis blok F2 (Psikosis Non Organik/
Fungsional). Onset sejak dua minggu yang lalu/ belum satu bulan, diagnosis: PRS. Durasi bila
melebihi satu bulan namun belum enam bulan, diagnosis: Gangguan Skizofreniform. Bila lebih
enam bulan, diagnosis Skizofrenia (pada kasus: tipe Paranoid).

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 19


MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): EVALUASI
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-1
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)
(Bina Rapport, Komunikasi/ Edukasi, dan Sikap Profesional)

A. BINA RAPPORT

A. 1. Awal pemeriksaan: A.2. Selama wawancara:


1. memberi salam 7. observasi pasien dengan cermat
2. memperkenalkan diri 8. berkomunikasi dengan hangat
3. konfirmasi nama pasien 9. bahasa mudah dimengerti
mempersilahkan pasien duduk 10. tidak pasif, active-listening
4.
dengan nyaman 11. penuh empati
menenangkan pasien untuk 12. open-closed ended questions
5. menjalankan pemeriksaan 13. tidak konfrontatif
(yang bersifat rahasia) 14 tidak dominan
mengajukan pertanyaan awal 15. tanpa tendensi interogatif
(keluhan utama):
6. ”Apa yang bisa saya bantu”/ 16. tanpa kata kata keras/ kasar
”Apa yang membuat Anda datang”/ 17. tidak menghakimi
”Apa yang menjadi keluhan Anda” 18. tingkatkan percaya diri pasien
A.3. Akhir wawancara (terminasi):
19. memberi harapan yang realistis 23. mengucapkan terimakasih
20. klarifikasi hasil anamnesis
mempersilahkan pasien meninggalkan
21. menawarkan pasien bertanya 24.
tempat pemeriksaan
22. rencanakan tindak lanjut

B. SIKAP PROFESIONAL
25. terampil 29. tidak impulsif/ destruktif
26. obyektif menunjukkan rasa hormat kepada pasien/
30.
27. jujur tanpa manipulatif penguji
28. tak terkesan sombong

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 20


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 21


MATERI KKD - 2 (Sesi II): TENTAMEN
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)


TIPE SOAL: A/B-1 TENTAMEN - 1

Untuk

MAHASISWA

TENTAMEN ANAMNESIS PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT

Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan ANAMNESIS/
WAWANCARA PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya
dapat melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah wawancara psikiatrik secara singkat.
5. Lakukanlah bina rapport dengan baik terhadap pasien, dari awal, pertengahan/ selama
wawancara dan observasi hingga akhir/ terminasi wawancara.
6. Ingatlah tujuan tentamen ini adalah melatih keterampilan membina rapport, sehingga
Anda pada tentamen ini hanya menggali riwayat psikiatrik, yakni keluhan utama,
riwayat gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 6 menit).
7. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek, dan
tidak perlu mempresentasikan hasil pemeriksaan status mental, juga tanpa pemberian
terapi.
8. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data (± 1 menit).
9. Bila eksplorasi data dianggap cukup, lakukanlah terminasi atau mengakhiri
wawancara dengan pasien (± 1 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 22


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 23


MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): PEMERIKSAAN PSIIATRIK-2
RIWAYAT PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) :
Jenis kelamin :
Umur :
Bangsa / Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat (kel. / kec. / regio) :

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Anamnesis diperoleh dari :
Autoanamnesis (tanggal wawancara)
Alloanamnesis (tanggal wawancara, nama orang yang diwawancara, hubungannya dengan pasien)

A. Keluhan Utama
(Alasan berobat / indikasi perawatan)

B. Riwayat Gangguan Sekarang


(Uraikan secara kronologis onset gangguan kejiwaannya, perkembangan gejala, faktor-faktor yang
mempengaruhi (stresor organobiologik, psikososial), dampak gangguan pada fungsi pekerjaan, sosial dan
kegiatan sehari-hari, pernah diobati / dirawat dimana, diberikan obat apa, bagaimana reaksinya; upayakan
sedapat mungkin sampai didapat kesan diagnosis sementara gangguan jiwanya).

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
(Uraikan secara kronologis onset gangguan yang pertama kali, perkembangan gejala, faktor-faktor yang
mempengaruhi (stresor organobiologik, psikososial), dampak gangguan pada fungsi pekerjaan, sosial dan
kegiatan sehari-hari, pernah diobati / dirawat dimana, diberikan obat apa, bagaimana reaksinya; efek samping
obat, kepatuhan pengobatan, upayakan sedapat mungkin sampai didapat kesan diagnosis gangguan
kejiwaannya pada saat itu, hasil pengobatannya, gejala sisa (residual), remisi parsial / total, kegiatan setelah
terapi.
2. Riwayat gangguan medis
(Penyakit / gangguan fisik yang pernah dialami, diagnosis, terapi, kondisi setelah terapi).
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif (NAPZA)
(Uraikan jenis zat psikoaktif atau minuman beralkohol yang pertama kali digunakan, kapan, dosis,
frekuensi, cara pemakaian, dampak penggunaannya, gejala putus zat, terapi, sembuh / masih menggunakan
zat itu, pemakaian terakhir).

D. Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
(Riwayat perkembangan fisik dari dalam kandungan sampai dengan saat ini, kondisi ibu saat kehamilan,
keadaan pada saat partus / trauma lahir, cacat bawaan, perkembangan fisik, motorik, pernah sakit yang
bermakna, kecelakaan yang bermakna, kejang, operasi, dll)

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 24


(Riwayat perkembangan kepribadian mulai dari masa kanak, remaja, dewasa, lanjut usia : pola perkembangan
psikomotor, psikososial, kognitif dan moral; kualitas komunikasi orang tua – anak; sifat, temperamen, karakter;
gangguan perkembangan atau perilaku; pola pergaulan, hubungan sosial, hubungan interpersonal, persepsi diri;
identitas diri, citra diri, tokoh idola, hobi; problem emosional, gambaran kepribadian).

2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)


3. Riwayat masa kanak pertengahan (3 – 11 tahun)
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat Pendidikan
(Mulai dari masuk sekolah TK, SD, SMP, SMU, SMK dll).
(Prestasi pelajaran, kegagalan, keberhasilan, berhenti, pindah sekolah, kegiatan di luar sekolah, kegiatan
setelah berhenti sekolah)
b. Riwayat pekerjaan
(Mulai dari pertama kali bekerja, di mana, jenis pekerjaan, senang / tak senang, lama bekerja, alasan berhenti
pindah, gaji, hubungan dengan atasan / bawahan / teman sejawat dll)
c. Riwayat psikoseksual / pernikahan
(Masa pacaran, dijodohkan / pilihan sendiri, harapan terhadap pasangan hidup, kehidupan seksual,
keharmonisan pernikahan, kehamilan yang diharapkan, kelahiran anak I, II dst, siapa pencari nafkah
utama, alasan perceraian, alasan rujuk, alasan nikah lagi, dsb).
d. Riwayat kehidupan beragama
(Latar belakang pendidikan agama, sikap terhadap agama, ketaatan beribadah, pandangan agama tentang
kehidupan sekarang, bunuh diri, AIDS, dan gangguan jiwa, pengaruh agama dalam kegiatan / kehidupan
sehari-hari).
e. Riwayat pelanggaran hukum
(Pernah / tidak terlibat dalam proses pengadilan yang berkaitan dengan hukum).

E. Riwayat Keluarga
(Gambar pohon keluarga).
(Tuliskan identitas masing-masing anggota keluarga (umur, agama, suku, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, beri tanda bila mengalami gangguan jiwa, jenis gangguan jiwanya, sebab kematian,
dll).

F. Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang


(Sebaiknya dengan kunjungan rumah; kondisi fisik tempat tinggal; jumlah penghuni dalam rumah, hubungannya
dengan pasien; interaksi keluarga dengan pasien, sikap keluarga terhadap kondisi psikososial pasien; kesan
kondisi sosial ekonomi keluarga; pencari nafkah utama dalam keluarga).

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


(Bagaimana pasien menilai dirinya dan menyadari tentang sakit jiwanya serta bagaimana persepsi lingkungan
terhadap dirinya).

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 25


MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): LATIHAN TENTAMEN
RIWAYAT PSIKIATRIK

Pasien Simulasi/
TIPE SOAL: A/B-2 LATIHAN TENTAMEN-2 ALLO-ANAMNESIS:
Laki-laki

Untuk

MAHASISWA

LATIHAN PEMERIKSAAN RIWAYAT PSIKIATRIK



Instruksi :
1. Latihan tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN
RIWAYAT PSIKIATRIK!
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti melakukan
pemeriksaan psikiatrik terhadap keluarga pasien (Allo-anamnesis).
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat
melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik, yakni dimulai dengan
Keluhan Utama – Riwayat Gangguan Sekarang – Riwayat Gangguan Dahulu (D/. Axis I &
III) dan Riwayat Kehidupan Pribadi (D/. Axis II), Riwayat Keluarga, serta Riwayat
Lingkungan / Sosial Ekonomi pasien (D/. Axis IV & V) (4 – 5 menit).
6. Anda tidak perlu melakukan presentasi Status Mental dan tanpa pemberian terapi, karena
tujuan khusus tentamen ini adalah Pemeriksaan Riwayat Psikiatrik,
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara.
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Riwayat Psikiatrik pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Riwayat Psikiatrik pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o Alloanamnesis: suami pasien: Tn. Doni, 35 tahun, pegawai swasta.
o Ny. Tini, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA (tamat),
pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan sejak dua bulan ini mendengar suara-suara tanpa ada orang di
sekitarnya, dan satu minggu belakangan sering merasa sedih tanpa sebab yang
jelas. Perawatan diri kurang.
o Tanpa riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Ekonomi pasien kurang sehingga
pengobatan dibiayai oleh orangtuanya. Sejak kecil pasien dikenal sebagai anak
pendiam, jarang bergaul, senang menyendiri dan sikap acuh tak acuh.
o Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Pemeriksaan fisik/
penunjang normal.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 26


Pasien Simulasi/
ALLO-ANAMNESIS:
TIPE SOAL: A/B-2 Laki-laki
LATIHAN TENTAMEN-2

g
SKENARIO KASUS

Untuk INSTRUKTUR / PS

Pasien diantar oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan sejak dua
bulan yang lalu mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan satu minggu belakangan ini
sering merasa sedih tanpa sebab yang jelas.

I. Identitas:
Ny. Tini, 345 tahun, menikah, Islam, Betawi, SMA (tamat), pegawai administrasi kantor swasta,
tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
(Alloanamnesis – suami: Tn. Doni, 35 tahun, pegawai swasta).

II. Riwayat Psikiatrik:


1. Keluhan Utama:
Sejak dua bulan yang lalu mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan satu
minggu belakangan ini sering merasa sedih tanpa sebab yang jelas.

2. Riwayat Gangguan Sekarang:


- Sejak dua bulan ini pasien sering terlihat berbicara sendiri tanpa ada orang di sekitarnya.
- Suara-suara itu muncul saat pasien berada dalam kamar tidur, ketika sedang banyak pikiran
atau saat ia merasa tidak bisa berpikir apa-apa/ pikiran kosong.
- Menurut pasien suara-suara itu sangat jelas didengarnya, seperti suara suaminya atau ayah
dan ibunya. Suara-suara itu menyuruh pasien melakukan berbagai kegiatan, seperti
menyuruh berdoa, membersihkan rumah/ pekarangan, siapkan makanan/ minuman di meja
makan, atau suara-suara kasar yang membentakinya. Hal itu membuat pasien merasa kesal
dan marah.
- Pasien juga sering mengatakan bahwa suaminya tidak mencintainya, demikian pula ayah
dan ibunya yang lebih menyukai kedua kakaknya. Realitarnya pasien yang merupakan anak
bungsu paling disayang dalam keluarga.
- Sebulan yang lalu ketika sedang bekerja di kantor, didapati pasien tampak kebingungan
dalam melakukan tugasnya, banyak berdiam diri, tampak tidak memahami pembicaraan,
dan menolak makan/ minum, sehingga terpaksa diantar pulang ke rumah.
- Sejak satu minggu ini pasien sering merasa sedih, bahkan terlihat beberapa kali menangis
tanpa sebab yang jelas. Riwayat sebaliknya, seperti gembira atau aktivitas yang berlebihan
tidak dialami pasien.
- Perubahan perilaku ini sangat mengganggu kehidupan pasien, baik dalam rumah, hubungan
dengan keluarga, tetangga, kerabat kantor (saat ini pasien diberi izin cuti).

3. Riwayat Gangguan Dahulu:


a. Riwayat Psikiatrik: pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti sekarang ini.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: pasien tak pernah mengalami trauma/penyakit yang
serius.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan/ napza.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 27


4. Riwayat Kehidupan Pribadi
Sepengetahuan suami pasien, perkembangan pasien pada masa kanak dan remaja tidak ada
kelainan fisik yang berarti. Di sekolah prestasi rata-rata dan dikenal sebagai anak pendiam.
Pasien sejak kecil memang jarang terlihat bermain dengan anak seusianya, seperti tidak suka
bergaul, lebih sering menyendiri atau bermain sendiri dan lebih senang berada dalam kamar.
Menurut sang suami, tampak bersikap acuh tak acuh terhadap pujian/ kritikan, terkesan kaku
dan jarang bicara. Pasien bekerja sebagai tenaga administrasi. Menikah sudah 12 tahun dan
hingga saat ini belum dikaruniakan anak.

5. Riwayat Keluarga
Pasien anak bungsu dari tiga bersaudara. Interaksi keluarga cukup baik dari sejak masa kecil
pasien hingga saat ini. Dukungan keluarga setelah pasien mengalami gangguan tetap berjalan
baik. Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien.

Pohon keluarga/ Family tree/ Pedigree/ Silsilah Keluarga

6. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Sejak pasien mengalami gangguan, masalah perekonomian keluarga termasuk biaya
pengobatan ditanggung oleh orangtua pasien. Problem ini dirasakan cukup berat bagi
keluarga, sementara lainnya walaupun ada masalah dianggap tak bermakna.





Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 28


Pasien Simulasi/

TIPE SOAL: A/B-2 ALLO-ANAMNESIS:


Laki-laki
LATIHAN TENTAMEN-2

PENJELASAN KASUS

1. Kasus ini khusus untuk Latihan Pemeriksaan Psikiatrik untuk Riwayat Psikiatrik yang meliputi
Keluhan Utama, Riwayat Gangguan Sekarang dan Dahulu; Riwayat Kehidupan Pribadi,
Keluarga dan Lingkungan/ Kehidupan Sosial/ Ekonomi.
2. Kasus Ny. Tini, 35 tahun (Allo-anamnesis – suami: Tn. Doni, 35 tahun) berdasarkan skenario
kasus mengalami gejala positif dan negatif seperti pada Skizofrenia, namun kemudian disertai
gejala mood terdepresi, kemungkinan diagnosis (Axis I) mengarah pada Gangguan Skizoafektif
tipe Depresif.
3. Jadi hal utama yang dilakukan adalah memahami keluhan utama dan gejala/tanda penyerta lainnya.
Setelah itu mengembangkan wawancara berdasarkan data tadi dengan bertanya tentang kriteria
diagnostik dari perkiraan diagnosis tsb. Sindrom psikopatologi yang dialami pasien: gangguan
persepsi berupa halusinasi dengar (mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya);
gangguan isi pikir waham curiga (keyakinan bahwa suami/ keluarga tidak mencintainya,
berlawanan dengan realita); gejala positif lainnya berupa alogia (tak mampu berpikir/ bekerja
seperti biasanya); dan gejala negatif berupa diam/ tanpa dorongan kehendak (abulia), menarik diri
(asosialisasi)/ disfungsi sosial dan pekerjaan – sejak dua bulan yang lalu. Lalu sejak satu minggu
ini terdapat perasaan sedih (mood terdepresi) dan afek murung (menangis). Tanpa gejala manik
(gembira atau aktivitas, bicara/ pikiran yang sangat berlebihan).
4. Riwayat Gangguan Dahulu: pasien belum pernah mengalami gangguan seperti ini, kondisi medis
umum baik dan tanpa riwayat napza (Axis III tidak ada diagnosis).
5. Kemudian wawancara mengarah pada riwayat Kehidupan Pribadi: Masa kanak/ remaja (sebelum
gangguan/ pramorbid) dikenal sebagai anak pendiam, jarang bermain dengan anak
seusianya/ tidak suka bergaul, lebih sering menyendiri/ bermain sendiri dan lebih senang
berada dalam kamar, bersikap acuh tak acuh terhadap pujian/ kritikan, terkesan kaku dan
jarang bicara; mengarah pada diagnosis Axis II Gangguan Kepribadian Skizoid.
6. Riwayat Keluarga dan Kehidupan Sosial/ Ekonomi: tidak terdapat problem psikososial dan
lingkungan yang bermakna (diagnosis Axis IV tidak ada).
7. Diagnosis Axis V (taraf fungsi kehidupan setahun sebelum gangguan dan paling terkini): dibahas
pada materi Pemeriksaan Penunjang/ Psikometri/ GAF.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 29


MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): EVALUASI
MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): EVALUASI
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-2/
RIWAYAT PSIKIATRIK

A. IDENTIFIKASI DATA
Identitas pasien:
1. Nama, usia, alamat, bangsa/ suku/ agama
2. Pendidikan/ pekerjaan, status perkawinan
Sumber Allo-anamnesis
3.
(nama, usia, relasi dengan pasien)
B. RIWAYAT PASIEN
KELUHAN UTAMA:
4. Keluhan/ gejala utama
5. Onset/ durasi
6. Stresor/ penyebab
7. Keluhan lain/ penyerta
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG:
8. Penelusuran gejala menuju diagnosis
9. Penyingkiran diagnosis banding
10. Distres dan disfungsi
RIWAYAT GANGGUAN DAHULU:
11. Riwayat Gangguan Psikiatrik
12. Riwayat Kondisi Medis
13. Riwayat Penggunaan Zat/ NAPZA
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI:
Riwayat Pre/perinatal
14.
Riwayat Masa Kanak/ Remaja
15. Riwayat Pendidikan/ Pekerjaan
Psikoseksual/ Perkawinan,
16.
Kehidupan Beragama dan Hukum
RIWAYAT KELUARGA;
SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG DAN LINGKUNGAN:
17. Penelusuran riwayat keluarga
18. Lampiran pohon keluarga (X)
19. Sosial Ekonomi (dan Lingkungan)
20. Bina Rapport & Sikap Profesional

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 30


MATERI KKD - 3 (Sesi III-b): TENTAMEN
RIWAYAT PSIKIATRIK
Pasien Simulasi/
ALLO-ANAMNESIS:
Perempuan
TIPE SOAL: A/B-2 TENTAMEN - 2

Untuk

MAHASISWA

TENTAMEN PEMERIKSAAN RIWAYAT PSIKIATRIK

Instruksi :
1. Latihan tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN
RIWAYAT PSIKIATRIK!
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti melakukan
pemeriksaan psikiatrik terhadap keluarga pasien (Allo-anamnesis).
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb. sebaiknya
Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat melakukan
anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik, yakni dimulai dengan
Keluhan Utama – Riwayat Gangguan Sekarang – Riwayat Gangguan Dahulu (D/. Axis I & III)
dan Riwayat Kehidupan Pribadi (D/. Axis II), Riwayat Keluarga, serta Riwayat Lingkungan /
Sosial Ekonomi pasien (D/. Axis IV & V) (4 – 5 menit).
6. Anda tidak perlu melakukan presentasi Status Mental dan tanpa pemberian terapi, karena
tujuan khusus tentamen ini adalah Pemeriksaan Riwayat Psikiatrik,
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara.
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Riwayat Psikiatrik pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Riwayat Psikiatrik pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o Allo-anamnesis: Ny...
o Pasien: Tn.....

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 31


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 32


MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-3
STATUS MENTAL

STATUS MENTAL (autoanamnesis, tanggal pemeriksaan)

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
(Deskripsikan apa yang tampak: sikap, cara berpakaian, dandanan, riasan wajah, postur tubuh, warna
rambut, kebersihan diri, tampak lebih tua / muda / sesuai usia, kegiatan yang sedang dilakukan pasien dll).
2. Kesadaran
Kesadaran neurologik / biologik : (kuantitas kesadaran: compos mentis, apatis, somnolon, sopor, koma,
berkabut).
Kesadaran psikiatrik (kualitas kesadaran; kesadaran psikologis dan kesadaran sosial).
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
(Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien pada saat sebelum wawancara, selama wawancara, sesudah
wawancara).
4. Pembicaraan
(Kuantitas : banyak / sedikitnya kata-kata yang diucap; Kualitas : spontan / tidak, cepat / lambat, keras /
lemah, lancar, tersendat, gagap, dramatik, monoton, sambil menggerutu / bergumam dll; serta ide cerita
banyak / sedikit).
5. Sikap terhadap pemeriksa
(Kooperatif, indeferen, apatis, curiga, negativistik, bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen, tegang, seduktif
dll).

B. Alam Perasaan (Emosi)


1. Mood (suasana perasaan)
(Emosi yang bersifat menetap, berlangsung lama, internal, yang dapat dikemukakan pasien, dan
mempengaruhi persepsi / perilaku seseorang tentang dunia sekitarnya, secara obyektif dapat dilihat dari cara
berbicaranya, ekspresi wajahnya, gerak-gerik tubuhnya, nada suaranya, kecepatan berbicaranya, banyak /
sedikit pembicaraannya).
(Euthym : mood yang biasa, wajar, normal (normotim).
(Hiperthym : mood yang meningkat (bahagia, senang, gembira, puas, terhibur, ekstasi / kenikmatan indrawi,
hipoman ! mania).
(Dysthym : mood yang iritabel (marah, beringas, benci, jengkel, berang, tersinggung, bermusuhan,
mengamuk, kebencian patologik ! tindak kekerasan).
(Hipothym : mood yang menurun (murung, pedih, muram, sedih, melankolis, berkabung, putus asa, malu,
ditolak ! disforik, depresi).
2. Afek (ekspresi afektif)
(Respons emosional secara eksternal, yang tampak pada saat wawancara (hidup emosi), emosi yang sesaat /
jangka pendek; tampak dari reaksi yang timbul setelah membicarakan sesuatu hal ! afek normal / terbatas
/ tumpul / datar, yang dapat memicu emosi, yang dinilai adalah :
- stabilitas : stabil / labil
- pengendalian : cukup / terganggu
- echt / unecht : (sungguh-sungguh / dramatisasi)
- empati : ada / tidak ada (kemampuan meraba-rasakan emosi pasien atau juga kemampuan
pasien meraba-rasakan emosi pemeriksanya).
- dalam / dangkal
- skala diferensiasi : luas / sempit
- keserasian : serasi / tidak serasi

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 33


C. Gangguan Persepsi (Persepsi pancaindra)
1. Halusinasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
2. Ilusi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
3. Depersonalisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
4. Derealisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

D. Fungsi Intelektual (Sensorium dan Kognisi)


(Faktor organik spesifik yang mempengaruhi fungsi mental susunan saraf pusat).
a. Sensorium (kesadaran neurologik; fungsi luhur yang paling rendah).
b. Fungsi kognitif (fungsi luhur yang paling tinggi).
1. Taraf pendidikan : sesuai dengan tingkat pendidikan / akademik.
Taraf pengetahuan : luas, sempit, kurang
Taraf kecerdasan : di atas rata-rata, rata-rata, di bawah rata-rata (bila perlu IQ test)
2. Konsentrasi dan perhatian
3. Orientasi : waktu, tempat, orang
4. Daya ingat : jangka panjang, pendek, sesaat, segera
5. Kemampuan membaca dan menulis
6. Kemampuan visuospasial : (kemampuan menirukan gambar yang bertumpang tindih seperti pentagon,
segitiga, lingkaran, kemampuan menggambar jam)
7. Pikiran abstrak : (kemampuan berpikir konseptual, mengetahui arti peribahasa, mengetahui persamaan
beberapa benda)
8. Kemampuan menolong diri sendiri : (mandi, makan, mengganti pakaian dll)

E. Proses Pikir
1. Arus pikir :
a. Produktivitas (miskin / banyak ide, terbatas, logorrhea)
b. Kontinuitas (asosiasi longgar, inkoherensi, word salad dll)
c. Hendaya berbahasa : terganggu / tidak terganggu (afasia, disartri dll)
2. Isi pikir :
a. Preokupasi
b. Ide-ide mirip waham
c. Waham

F. Pengendalian Impuls
(Kemampuan mengendalikan impuls agresivitas, seksual, dorongan kehendak, dan perilaku psikososial yang bisa
membahayakan diri atau orang lain, seperti abulia, stupor, raptus, pyromania dll).

G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Persepsi pasien tentang perilakunya yang dinilai dengan normal sosial.
2. Uji daya nilai : Persepsi pasien tentang suatu peristiwa yang dikemukakan pemeriksa, sesuai dengan latar
belakang pendidikan pasien.
3. Penilaian Realita : terganggu dalam hal apa (ciri-ciri psikotik seperti waham, halusinasi, inkoherensi,
katatonia / perilaku kacau).

H. Tilikan : Derajat
1. Menyangkal bahwa dirinya sakit
2. Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang bersamaan
3. Menyalahkan orang lain / faktor eksternal seabgai penyebab sakitnya
4. Sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tak diketahui dalam dirinya
5. Sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan dalam mengatasinya (Tilikan intelektual)
6. Sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya sampai kesembuhannya
(Tilikan emosional sejati)

I. Taraf Dapat Dipercaya : dapat / tidak dapat dipercaya

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 34


MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): LATIHAN TENTAMEN
STATUS MENTAL

TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3

g
Untuk

MAHASISWA

LATIHAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN
STATUS MENTAL !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat
melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik untuk
memperoleh status mental, yakni dimulai dengan keluhan utama, lalu riwayat
gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 5 menit).
6. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek.
Juga tidak perlu memberikan terapi (psikofarmaka ataupun psikoterapi), karena tujuan
khusus tentamen ini adalah latihan Pemeriksaan Status Mental. Penggalian untuk Status
Mental inipun tidak dilakukan terhadap semua ranah, hanya pada ranah yang relevan dengan
kriteria diagnostik dan penyingkiran diagnosis banding.
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara (± 1 menit).
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Status Mental pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Status Mental pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o Ny. Detty, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA
(tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan sejak tiga hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk mengakhiri hidup, namun ia tidak mengikuti suruhan
tersebut.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 35


TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3

g
SKENARIO KASUS

Untuk INSTRUKTUR / PS

Pasien diantar oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan sejak tiga
hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidup, namun ia
tidak mengikuti suruhan tersebut.

I. Identitas:
Ny. Detty, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA (tamat), pegawai
administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
(Allo-anamnesis: Tn. Denny, 35 tahun, pegawai swasta).
II. Riwayat Psikiatrik:
1. Keluhan Utama:
Sejak tiga hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri
hidup, namun ia tidak mengikuti suruhan tersebut. Perubahan perilaku didahului dengan
berdiam diri, tampak murung, dan sering menangis.
2. Riwayat Gangguan Sekarang:
- Tiga minggu yang lalu: Keluarga pasien dikagetkan dengan berita dari kantor polisi bahwa
anak mereka bersama teman-teman sekolahnya terlibat penggunaan narkoba. Pasien sangat
terpukul akan kejadian tersebut, dan merasa sangat bersalah karena menganggap dirinya
telah gagal menjadi ibu/ isteri yang baik bagi keluarganya. Setelah itu mulai terlihat
perubahan perilaku pada pasien, lebih banyak berdiam diri, tampak murung, dan sering
menangis.
- Satu minggu yang lalu: Pasien mengeluh sukar tidur, rata-rata tertidur hanya dua jam.
Bangun dini hari dengan perasaan yang berat, tak bersemangat, rasa lelah walau tak
melakukan aktivitas apapun, dan nafsu makan berkurang.
- Tiga hari yang lalu: Pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri
hidup ketika berada sendiri di kamar. Sempat terlintas dalam pikiran pasien untuk mengikuti
suara-suara tersebut. Terlebih ketika itu ia menganggap dirinya adalah orang yang tidak
berguna lagi, karena telah mencoreng nama baik keluarga dan lingkup sosial keagamaannya.
Akhirnya suami dan keluarga membawa pasien berobat ke rumah sakit.
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik: Tahun lalu untuk pertama kalinya pasien mengalami perubahan
perilaku yang sangat berlawanan seperti saat ini: gembira berlebihan, sangat bersemangat
dan aktif, banyak berpergian ke luar rumah, tanpa rasa lelah, dan banyak bicara dengan
tema kehebatan diri, sering berbelanja dan membagi-bagikannya yang dianggap sebagai
tindakan beramal, sehingga perlu dirawat inap. Tiga bulan setelah itu kondisi pasien
kembali pulih seperti semula, bahkan dapat bekerja dengan baik.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: tidak pernah mengalami trauma kepala/ penyakit yang
serius.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: tidak pernah menggunakan napza atau tidak sedang
mengkonsumsi obat/ medikasi tertentu.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 36


4. Riwayat Kehidupan Pribadi:
Sepengetahuan suami pasien, perkembangan pasien pada masa kanak dan remaja tidak ada
kelainan fisik yang berarti. Menurut pengakuan keluarga, sejak usia remaja pasien sering
merasa tersaingi oleh sang adik, baik dari tampilan fisik, maupun tingkat kecerdasan. Di
sekolah pasien sering mengatakan bahwa ia sangat berjasa mengantar adiknya meraih predikat
juara kelas. Padahal realitanya, sang adiklah yang sering mengajari pasien dan membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah.
Pasien bekerja sebagai tenaga administrasi sejak 20 tahun belakangan ini. Hubungan dengan
teman sekantor juga kurang akrab. Pasien dikenal sebagai orang yang sombong, senang
membanggakan diri, dan sebaliknya menganggap orang lain lebih rendah.
Telah 12 tahun menikah dan memiliki seorang anak laki-laki (Doddy, 10 tahun).
5. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak sulung dari tiga bersaudara. Interaksi keluarga cukup baik, namun sejak kecil
hubungan pasien dengan sang adik kurang baik. Ibu pasien mengalami gangguan seperti
pasien, namun tidak pernah sampai dirawat di rumah sakit. Tiga tahun yang lalu ibu pasien
meninggal dunia akibat serangan jantung. Setahun yang lalu ayah pasien tewas dalam
kecelakaan pesawat terbang. Peristiwa itu membuat pasien sangat terpukul, karena kedekatan
hubungannya dibanding dengan sang ibu.
6. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Setelah anak pasien berurusan dengan polisi akibat penggunaan narkoba, keluarga baru
menyadari bahwa mereka sering dibohongi. Beberapa bulan belakangan ini si anak sering
meminta uang dalam jumlah yang besar dengan alasan tuntutan dari sekolah atau untuk
berbagai kebutuhan lainnya. Perekonomian keluarga turut terpengaruh setelah kejadian
tersebut, maka untuk biaya pengobatan pasien ditanggung oleh sang mertua.






















Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 37



TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3

g
PENJELASAN KASUS
Catatan untuk INSTRUKTUR:

1. Kasus ini khusus untuk Latihan Pemeriksaan Psikiatrik Status Mental.


2. Kasus Ny. Detty, 35 tahun (allo-anamnesis – suami: Tn. Denny, 35 tahun) berdasarkan skenario
kasus saat ini mengalami episode depresif yang tahun lalu mengalami episode manik, dan diantara
dua episode tersebut mengalami pulih/ remisi total seperti sebelumnya/ pramorbid. Kemungkinan
diagnosis (Axis I) mengarah pada Gangguan Bipolar I kini episode Depresif dengan ciri psikotik.
3. Pemeriksaan psikiatrik untuk Status Mental diperoleh dari wawancara – alam pikiran dan
perasaan (mood), serta observasi – alam perbuatan/ perilaku dan perasaan (afek). Pemeriksaan
dilakukan secara sitematis, dimulai dari keluhan utama dan gejala/tanda penyerta lainnya. Setelah
itu wawancara dikembangkan berdasarkan data tadi dengan bertanya tentang kriteria diagnostik
dari perkiraan diagnosis tsb. untuk memperoleh data tentang riwayat gangguan sekarang maupun
dahulu.
4. Skenario didahului dengan stresor berupa anak pasien ditahan di kantor polisi karena bersama teman-
teman sekolahnya terlibat penggunaan narkoba. Lalu terjadi perubahan perilaku pasien (= Episode
Depresif): lebih banyak berdiam diri, tampak murung, dan sering menangis, problem tidur -
kuantitas/ kualitas, bangun dini hari dengan perasaan yang berat, tak bersemangat, rasa lelah walau
tak melakukan aktivitas apapun, dan nafsu makan berkurang. Kemudian diikuti gejala mendengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidup ketika berada sendiri di kamar (halusinasi
dengar) (= Ciri Psikotik). Gangguan pertamakali dialami tahun lalu dan diikuti dengan remisi total/
sembuh seperti pramorbid, yaitu Episode Manik, berupa perilaku yang sangat berlawanan seperti
saat ini: gembira berlebihan, sangat bersemangat dan aktif, banyak berpergian ke luar rumah, tanpa
rasa lelah, dan banyak bicara dengan tema kehebatan diri, sering berbelanja dan membagi-
bagikannya yang dianggap sebagai tindakan beramal.
5. Setelah data yang diperoleh dianggap telah lengkap, maka saatnya hasil pemeriksaan Status Mental
dipresentasikan secara singkat dan sistematis, serta menyebut diagnosis gangguannya. (Catatan:
hanya ranah-ranah status mental yang relevan dengan penegakkan diagnosis Axis I yang
dipresentasikan; tak perlu menyebutkan diagnosis banding dan tak perlu memberikan terapi obat/
psikoterapi, karena penekanan hanya pada status mental).
6. Catatan tambahan:
a. Kondisi medis umum dalam kondisi normal dan tanpa riwayat napza (Axis III tidak ada
diagnosis). Berarti Gangguan Mood yang dialami pasien bukan karena penyakit/ trauma (blok F0)
ataupun napza (blok F1), sehingga kepastian diagnosis berada di blok F3.
b. Riwayat Kehidupan Pribadi: Masa kanak/ remaja (sebelum gangguan/ pramorbid) dikenal sebagai
anak yang tidak ingin disaingi, orang yang sombong, senang membanggakan diri, dan sebaliknya
menganggap orang lain lebih rendah (diagnosis Axis II: Gangguan Kepribadian Narsisistik).
c. Riwayat Keluarga dan Kehidupan Sosial/ Ekonomi (yang bermakna dalam satu terakhir): terdapat
problem psikososial dan lingkungan yang bermakna (diagnosis Axis IV: anak pengguna napza
dan sedang dalam tahanan polisi, serta masalah ekonomi keluarga).
d. Diagnosis Axis V (taraf fungsi kehidupan setahun sebelum gangguan dan paling terkini): dibahas
pada materi Pemeriksaan Penunjang/ Psikometri/ GAF.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 38



MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): EVALUASI
PRESENTASI HASIL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
KASUS: Ny. Detty, 35 tahun (allo-anamnesis: Tn. Denny, 35 tahun).

Deskripsi Umum:
Sesuai usia, pakaian dan sisiran rambut kurang rapi, ekspresi
1) Penampilan
tampak murung.
2) Kesadaran Kesadaran neurologis/ biologis compos mentis, kesadaran
A. (neurologis, psikologis, sosial) psikologis terganggu dan sosial tidak terganggu.
3) Pembicaraan Bicara sedikit, suara pelan, lambat.
Selama pemeriksaan pasien tampak pasif/ diam/ lambat
4) Perilaku dan aktivitas psikomotor
bergerak dengan kepala yang sering tertunduk.
5) Sikap terhadap pemeriksa Cukup kooperatif.
Alam Perasaan (Emosi):
Hipotim (Mood depresif)
6) Mood /suasana perasaan
(suasana perasaan diliputi kesedihan yang mendalam).
B. 7) Afek / ekspresi afektif Afek: serasi, stabil, pengendalian baik, empati dapat
(keserasian, stabilitas, pengendalian, dirabarasakan, echt (sunggug-sungguh/tanpa dramatisasi),
echt-unecht, empati, dalam-dangkal, (penghayatan emosi) dalam, skala diferensiasi menyempit
serasi, skala-diferensiasi) (dominan sedih).
Gangguan Persepsi:
Halusinasi dengar /auditorik; Tipe second order / Command
8) Halusinasi
C. (+ tipenya)
Hallucination. (ketika sedang sendirian di kamar terdengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidup).
9) Gangguan persepsi lainnya
Tidak ditemukan.
(ilusi, depersonalisasi, derealisasi)
Fungsi Intelektual (Fungsi kognitif):
10) Taraf inteligensi dan Kemampuan Sesuai dengan pendidikan pasien.
menolong diri sendiri Secara umum tanpa hambatan.
11) Daya ingat (jangka panjang, pendek) (tak perlu diperiksa secara spesifik, dan tidak dipresentasikan)
D. Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan ranah ini,
karena menganggap dirinya agak “telmi”, sering lupa, susah
12) Konsentrasi dan Perhatian
konsentrasi/perhatian. (Pemeriksaan melalui wawancara tak
langsung menunjukkan kognitif baik)
13) Orientasi;Kemampuan Visuospasial;
(tak perlu diperiksa secara spesifik dan tidak dipresentasikan)
Pikiran Abstrak
Proses Pikir:
14) Arus Pikir (produktivitas) Produktivitas kurang, blocking (bicara tidak tuntas/ berhenti di
15) Arus Pikir ( kontinuitas, hendaya tengah pembicaraan dan lupa apa yang akan dibicarakan).
E. berbahasa) Kontinuitas koheren, tanpa hendaya berbahasa.
Preokupasi: tak ada. Terdapat waham nihilistik (keyakinan
16) Isi Pikir (preokupasi/ide mirip waham)
tentang ketakberdayaan diri) dan waham bersalah, terdapat
17) Isi Pikir (waham + tipenya)
ide bunuh diri (tanpa tindakan).
18) Daya Nilai Tidak terganggu.
Tilikan: derajat tiga (III)
19) Tilikan; (pasien mengartikan stres berat = ggn jiwa, yang menurutnya
F. Taraf Dapat Dipercaya disebabkan oleh faktor eksternal, yakni akibat ulah si anak.
Taraf dapat dipercaya
20) Bina Rapport
Dilakukan dengan baik
dan Sikap Profesional

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 39


Skala GAF

! Diagnosis Aksis V:
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
Digunakan untuk melaporkan penilaian klinisi terhadap taraf fungsi seseorang secara
menyeluruh yang berguna untuk perencanaan pengobatan dan pengukuran hasilnya,
serta dalam memperbaiki hasil terapi dan taraf pemulihan.
Nilai skala GAF dilakukan terhadap fungsi psikologis, sosial, dan pekerjaan.
• Skala GAF dilaporkan pada aksis V: GAF Nilai 1 – 100 (rentang waktu mutakhir, taraf
tertinggi dalam tahun lalu, pada waktu masuk/pulang RS).
• Evaluasi Multiaksial (menurut S-PPDGJ-III) :
Axis I : F38.0 Gangguan suasana perasaan tunggal lainnya akibat hipotiroidi
Axis II : F60.4 Gangguan Kepribadian histrionik
Axis III : E02.0 Hipotiroidi
Axis IV : Tak ada problem
Axis V : GAF = 45 (pada saat masuk rumah sakit)
GAF = 65 (pada saat pemulangan)
Nilai 45 : Gejala berat (serious), hendaya berat.
Nilai 65 : Beberapa gejala ringan dan menetap, hendaya ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada problem yang tak
91 – 100
tertanggulangi

81 – 90
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
problem harian yang biasa
Gejala sementara dan dapat diatasi, hendaya ringan dalam social,
71 – 80
pekerjaan, sekolah, dll.
Beberapa gejala ringan dan menetap, hendaya ringan dalam
61 – 70
fungsi, secara umum masih baik

51 – 60 Gejala sedang (moderate), hendaya sedang

41 – 50 Gejala berat (serious), hendaya berat
Beberapa hendaya dalam hubungan dengan realitas dan
31 – 40
komunikasi, hendaya berat dalam beberapa fungsi

Hendaya berat dalam komunikasi dan daya nilai atau tidak
21 – 30
mampu berfungsi hampir semua bidang
Bahaya mencederai diri atau orang lain, hendaya sangat berat
11 – 20
dalam komunikasi dan mengurus diri

1 – 10 Seperti di atas " menetap/ persisten dan lebih serius
0 Informasi tidak adekuat

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 40

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 41


MATERI KKD - 5 (Sesi V): TENTAMEN
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

TIPE SOAL: A/B-3-Y


TENTAMEN - 3 Pasien Laki-laki

Untuk

MAHASISWA

TENTAMEN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb. sebaiknya
Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat melakukan
anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik untuk
memperoleh status mental, yakni dimulai dengan keluhan utama, lalu riwayat
gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 5 menit).
6. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek. Juga
tidak perlu memberikan terapi (psikofarmaka ataupun psikoterapi), karena tujuan khusus
tentamen ini adalah latihan Pemeriksaan Status Mental. Penggalian untuk Status Mental inipun
tidak dilakukan terhadap semua ranah, hanya pada ranah yang relevan dengan kriteria
diagnostik dan penyingkiran diagnosis banding.
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara (± 1 menit).
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Status Mental pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Status Mental pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.

Kasus :
o

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 42


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 43


MATERI KKD - 6 (Sesi VI-a): PENATALAKSANAAN PSIKIATRIK-1
PSIKOFARMAKA

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 44

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 45

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 46

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 47


MATERI KKD - 6 (Sesi VI-b): PENATALAKSANAAN PSIKIATRIK-2
PSIKOTERAPI

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 48


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 49


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 50


Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 51


MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): EVALUASI
PENATALAKSANAAN PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI

PSIKOFARMAKA PSIKOTERAPI
Menjelaskan arah dan tujuan terapi
Jenis Psikofarmaka yang dipilih secara singkat, jelas dan tegas
(informatif/ edukatif).
Memotivasi pasien agar mau menerima
terapi. Meyakinkan pasien bahwa terapis
mengerti keluhan pasien dan mampu
Penjelasan indikasi dan tujuan terapi membantu pasien.
yang diberikan Membantu pasien mengurangi keluhan,
misal: cara latihan nafas/ relaksasi,
memberi opsi dan konsekuensi solusi
problem sesuai indikasi.
Penjelasan cara pemberian obat dan
Pelaksanaan teknik atau prosedur jenis
Penjelasan efek samping obat yang
Psikoterapi utama yang dipilih
mungkin terjadi
Menjelaskan arah dan tujuan terapi
Penulisan/ pembuatan resep obat secara singkat, jelas dan tegas
(informatif/ edukatif).

Contoh Resep Obat

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 52


MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): LATIHAN TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI



TIPE SOAL: A/B- LATIHAN TENTAMEN - 4 Pasien Perempuan
4
g
Untuk

MAHASISWA

LATIHAN PSIKOFARMAKA & PSIKOTERAPI



Instruksi :
1. Anda adalah dokter Puskesmas.
2. Anda tak perlu mewawancarai pasien untuk menegakkan diagnosis, cukup membaca
skenario kasus vignette di bawah ini selama ± 2 menit.
3. Lalu tentukan dan sebutkan diagnosis kasus tersebut di depan penguji !
4. Sebutkan satu jenis obat pilihan utama (psikofarmaka) untuk kasus tersebut (dosis,
sediaan, cara pemakaian obat)! Anda diminta membuat tulisan resep obat yang
dipilih, dan menyerahkannya kepada penguji.
5. Jelaskan kepada pasien indikasi obat (psikofarmaka) yang akan diberikan !
6. Jelaskan kepada pasien efek samping obat tersebut yang mungkin terjadi !
7. Jelaskan kepada pasien tujuan terapi non obat (psikoterapi) yang akan diberikan !
8. Bantulah pasien mengurangi keluhannya saat itu (sesuai indikasi), misal: cara latihan
nafas/relaksasi atau memberi opsi dan konsekuensi solusi problem (problem solving).
9. Lakukanlah hubungan terapeutik yang baik terhadap pasien dengan tetap menjunjung
sikap profesionalisme selaku terapis.
10. Manfaatkanlah waktu yang disediakan dengan baik, total = 10 menit.

Kasus Vignette :
Ny. Anggrek, 35 tahun
datang dengan keluhan perubahan tingkah laku sejak 6 bulan ini.
Pasien sering marah-marah, mengamuk tanpa sebab yang jelas, mendengar
suara-suara tanpa ada orang di sekitar, berbicara dan tertawa sendiri,
meyakini ada orang yang bermaksud jahat. Bicara pasien sukar
dimengerti.
Hasil pemeriksaan fisik (dokter) sebelumnya normal, kecuali menderita
tekanana darah rendah, disarankan berobat ke bagian Psikiatri.
Kondisi ekonomi kurang.

Ny. Anggrek: Psikofarmaka: Berilah Obat Antipsikotik Tipikal/ Anti-Psikotik Generasi-I (APG-I) yang

aman untuk hipotensinya dengan inisial nama generik “H”.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 53


MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): LATIHAN TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI



TIPE SOAL: A/B-4 Pasien Laki-laki
LATIHAN TENTAMEN - 4
g
Untuk

MAHASISWA

LATIHAN PSIKOFARMAKA & PSIKOTERAPI



Instruksi :
1. Anda adalah dokter Puskesmas.
2. Anda tak perlu mewawancarai pasien untuk menegakkan diagnosis, cukup membaca
skenario kasus vignette di bawah ini selama ± 2 menit.
3. Lalu tentukan dan sebutkan diagnosis kasus tersebut di depan penguji !
4. Sebutkan satu jenis obat pilihan utama (psikofarmaka) untuk kasus tersebut (dosis,
sediaan, cara pemakaian obat)! Anda diminta membuat tulisan resep obat yang
dipilih, dan menyerahkannya kepada penguji.
5. Jelaskan kepada pasien indikasi obat (psikofarmaka) yang akan diberikan !
6. Jelaskan kepada pasien efek samping obat tersebut yang mungkin terjadi !
7. Jelaskan kepada pasien tujuan terapi non obat (psikoterapi) yang akan diberikan !
8. Bantulah pasien mengurangi keluhannya saat itu (sesuai indikasi), misal: cara latihan
nafas/relaksasi atau memberi opsi dan konsekuensi solusi problem (problem solving).
9. Lakukanlah hubungan terapeutik yang baik terhadap pasien dengan tetap menjunjung
sikap profesionalisme selaku terapis.
10. Manfaatkanlah waktu yang disediakan dengan baik, total = 10 menit.

Kasus Vignette :
Tn. Bintang, 35 tahun
datang dengan keluhan tidur yang terjadi sejak 2 minggu ini.
Pasien merasa sedih, kecewa sejak mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK), dengan dampak pada perekonomian keluarga yang semakin
terpuruk. Sukar memulai tidur, sering terbangun malam hari tanpa mimpi
buruk. Kondisi makin parah ketika bangun pagi hari - badan terasa lemah,
kurang semangat, tapi tak ada pikiran bunuh diri. Sebelumnya tak pernah
mengalami hal seperti ini.
Hasil pemeriksaan fisik (jantung) normal, disarankan ke bagian Psikiatri.
Kondisi ekonomi kurang.
Tn. Bintang: Psikofarmaka: Berilah Obat Antidepresi dengan inisial nama generik “A” yang
aman bagi pasien dengan kondisi fisik terutama jantung tanpa kelainan.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 54

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 55


MATERI KKD - 7 (Sesi VII a-b): TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI



TIPE SOAL: B-4 Pasien Laki-laki
TENTAMEN - 4
g
Untuk

MAHASISWA

LATIHAN PSIKOFARMAKA & PSIKOTERAPI



Instruksi :
1. Anda adalah dokter Puskesmas.
2. Anda tak perlu mewawancarai pasien untuk menegakkan diagnosis, cukup membaca
skenario kasus vignette di bawah ini selama ± 2 menit.
3. Lalu tentukan dan sebutkan diagnosis kasus tersebut di depan penguji !
4. Sebutkan satu jenis obat pilihan utama (psikofarmaka) untuk kasus tersebut (dosis,
sediaan, cara pemakaian obat)! Anda diminta membuat tulisan resep obat yang
dipilih, dan menyerahkannya kepada penguji.
5. Jelaskan kepada pasien indikasi obat (psikofarmaka) yang akan diberikan !
6. Jelaskan kepada pasien efek samping obat tersebut yang mungkin terjadi !
7. Jelaskan kepada pasien tujuan terapi non obat (psikoterapi) yang akan diberikan !
8. Bantulah pasien mengurangi keluhannya saat itu (sesuai indikasi), misal: cara latihan
nafas/relaksasi atau memberi opsi dan konsekuensi solusi problem (problem solving).
9. Lakukanlah hubungan terapeutik yang baik terhadap pasien dengan tetap menjunjung
sikap profesionalisme selaku terapis.
10. Manfaatkanlah waktu yang disediakan dengan baik, total = 10 menit.

Kasus Vignette :
Tn. .....

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 56


MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c):
RANGKUMAN KKD MODUL PSIKIATRI
(LATIHAN OSCE PSIKIATRIK / UJIAN KKD Mo-PSI)


Materi keterampilan Pelatihan:

Materi ajar yang diberikan menyangkut topik-topik bahasan sebelumnya atau rangkuman sesi I–VI,
dan sebagai persiapan menghadapi OSCE Mo-PSI (sesi VIII).
Strategi ujian OSCE Psikiatrik sebagai materi ajar untuk mahasiswa:
a. Pelajari skenario kasus dengan hierarki diagnostik (Blok F0-6 kasus dewasa; Blok 7-9 kasus
anak /remaja), dan menetapkan diagnosis kerja.
b. Diawali dengan melakukan anamnesis tentang keluhan utama, diikuti gejala (lain/ penyerta) dan
observasi tanda yang sesuai kriteria diagnostik untuk perkiraan diagnosisnya dan menyingkirkan
yang lain/ diagnosis banding agar memperoleh kepastian diagnosis.
c. Pemeriksaan status mental terkandung dalam anamnesis tersebut. Presentasi hasil pemeriksaan
status mental hanya pada ranah-ranah yang memiliki relevansi erat dengan diagnosis/ diagnosis
banding.
d. Melaporkan diagnosis (Axis I) dan diagnosis banding kepada penguji dan/ atau menjelaskan
kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya. Pada saat itu dapat pula menyebutkan kepada
penguji terapi yang akan diberikan.
e. Pemberian psikofarmaka (tanpa resep) dan psikoterapi yang tepat kepada pasien.
f. Sejak awal memasuki ruang ujian, mahasiswa menunjukkan rapport yang baik dan bersikap
profesional.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 57




CONTOH BAHASAN KASUS

SKENARIO KASUS :
Identitas:
Tn. Didi, 35 tahun, Betawi, agama Islam, suku Jawa, pendidikan SLTA (tamat),
pegawai swasta, status menikah, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
Keluhan Utama:
Mendengar suara-suara tanpa ada orang yang berbicara di sekitarnya sejak dua
bulan yang lalu dan belakangan sering merasa sedih.

1. Analisis Skenario Kasus:
# Sebagai persiapan untuk menyusun wawancara terhadap pasien.
# Bacalah skenario kasus (± 2 menit) sekaligus menganalisis kasus untuk memperkirakan
diagnosis pasien hingga dapat melakukan anamnesis/ wawancara psikiatrik dengan baik.

a. Keluhan utama pasien misalnya mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya
" Psikosis (Organik / Non-organik ?).
b. Keluhan utama lainnya yaitu adanya perasaan sedih yang belakangan timbul
" kemungkinan D/ Blok F3 : Mood Disorder / Ggn Suasana Perasaan/ Ggn Afektif (D/. Major
Depresif Disorder (MDD)?, Ggn Bipolar I episode depresif ?) (Distimia/ Neurosis depresif tak
penuhi onset harus ≥ 2 tahun dan pada pasien ini terdapat gejala psikotik).
c. Hasil pemeriksaan fisik normal " Psikosis Non-organik (D/. Blok F2):
(Skizofrenia?, Ggn Skizofreniform?, Ggn Waham/ Delusional disorder?, Ggn Psikotik Akut-
Sementara/ Psikosis Reaktif Singkat/ Brief Psychotic Disorder?, Ggn Skizoafektif ? ).
d. Gangguan psikotik dengan mood yang menonjol " tak memenuhi untuk D/. :
• Skizofrenia (onset/ durasi gangguan pasien baru 2 bulan).
• Gangguan Skizofreniform (walau onset/ durasi memenuhi > 1bulan / < 6 bulan).
• Brief Psychotic Disorder (onset harus < 1 bulan).
• Gangguan Waham (onset memenuhi minimal 1 bulan, walau tanpa waham bizarre,
namun pasien alami halusinasi auditorik yang tak boleh ada pada gangguan waham).
e. Pasien mengalami gangguan mood (depresi) yang menonjol, namun tanpa data lainnya,
diasumsikan pasien tidak memenuhi Epsiode Depresif, namun ada halusinasi (psikosis) " tak
penuhi D/. F3 : Major Depresif Disorder (MDD) taraf berat dengan ciri psikotik.
f. Pasien baru pertama kali alami gangguan ini dengan asumsi pasien tidak pernah mengalami
episode manik, namun terdapat halusinasi/ gambaran psikotik " tidak memenuhi D/. F3:
Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik.
g. Keluhan utama diawali dengan gejala psikosis/ mirip Skizofrenia dan belakangan timbul
perasaan sedih (mood depresif/ hipotim) seperti pada gangguan Afektik " Skizofrenia + Afektif
" kemungkinan D/. F2 : GANGGUAN SKIZOAFEKTIF Dengan Tipe Depresif.
h. Data lain yang belum diperoleh " dikembangkan dalam anamnesis.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 58


2. Wawancara Psikiatrik:
# (ketika berada dalam ruang pemeriksaan – wawancara ± 5 menit)
# Hasil wawancara yang sesuai kriteria diagnostik kasus akan menysun Status Mental dan
penegakkan Diagnosis/ Diagnosis Banding, sehingga mampu memberi terapi yang tepat.

a. Ingatlah lakukan wawancara dengan membina rapport yang baik terhadap pasien.
b. Pertama-tama lakukan anamnesis identitas pasien yang sangat relevan, seperti nama pasien:
misal Tn. Didi, usia 35 tahun. Untuk menghemat waktu, sebaiknya langsung menyebut nama
pasien Tn. Didi, dan perkenalkan saya Dr....... (lihat cuplikan wawancara). Usia juga tak perlu
ditanyakan, data dapat dilihat pada lembar instruksi untuk mahasiswa). Data identitas lainnya
tak perlu ditanyakan.
c. Pertanyaan pertama pada anamnesis adalah keluhan utama.
d. Selanjutnya anamnesis diagnosis banding:
o Anamnesis DD/. dimulai dengan blok yang sama dari D/ yang diperkirakan.
o Urutan pertanyaan fleksibel tergantung arus wawancara dan ingatlah lakukan anamnesis
yang benar-benar relevan berhubung adanya keterbatasan waktu.
o Pada D/. Blok F2 yang memenuhi hanya Gangguan Skizoafektif, artinya gangguan lain blok ini
tak perlu ditanyakan. Lanjutkan anamnesis DD/ Blok F0 (GMO), F1 (Napza). Dapat pula
dimulai pada Blok F3 (Major Depresif Disorder/ taraf berat dengan ciri psikotik dan
Gangguan Bipolar I episode depresif dengan ciri psikotik), dilanjutkan DD/. F0 dan F1 lalu F2
(Gangguan Skizoafektif).
o Uraian: Diagnosis banding :
! Psikosis Organik / Gangguan Mental Organik – GMO " DD/. Blok F0.
o ”Apakah pasien pernah alami penyakit yang serius atau kecelakaan/ trauma berat mengenai
kepala ?”
o Bila D/. Blok F0 tidak memenuhi, maka langsung bertanya untuk D/. Blok F1.

! Psikosis/ Gangguan Mental Perilaku Akibat Zat " DD/. Blok F1.
o ”Apakah pasien merokok, mengkonsumsi kopi/ minuman berenergi/ beralkohol atau pernah
ditawari seperti narkoba yang tentunya dapat mempengaruhi keluhan yang seperti dialami
saat ini ?”
o Bila D/. Blok F1 tidak memenuhi, maka langsung bertanya untuk D/. Blok F3.

! Major Depresif Disorder taraf berat dengan ciri psikotik


$ Kriteria Episode Depresif Mayor " ”SIGEMCAPS” : durasi 2 minggu
o S : sleep disorder (insomnia/ hipersomnia)
o I : interest deficit (minat ↓ / kesenangan ↓ = anhedonia) " kriteria -2
o G : guilt (rasa bersalah yang tak sesuai/ berlebihan, rasa tak berarti/ berharga,
putus asa,
hingga waham nihilistik)
o E : energy deficit (/ fatigue) " kriteria -3
o M : mood ↓ (hipotim / terdepresi) " kriteria utama -1
o C : concentration deficit (/ kemampuan berpikir ↓, keragu-raguan)
o A : appetite disoder (↓ / ↑ ≅ perubahan berat badan > 5% sebulan)
o P : psychomotor ↓ (retardasi) / ↑ (agitasi)
o S : suicide (ide / percobaan bunuh diri)

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 59


! Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik :
$ Bipolar: Episode Depresif Mayor (lihat kriteria di atas) dan Episode Manik.
$ Kriteria utama Mania: Hiperthym/ Mood ↑ " suasana perasaan secara ab-normal dan
persisten meningkat, ekspansif atau iritabel).
$ Mania berkisar antara Elasi (rasa gembira, senang, bahagia, kepuasan diri yang dalam);
Euforia (elasi kuat, rasa gembira diluar batas); Eksaltasi (sangat meningkat dibanding
euforia, keyakinan diri meningkat); hingga Ecstasy (kegembiraan yang luar biasa;
kenikmatan yang sangat intens).
$ Kriteria Episode manik " ”DIGFAST” : durasi 1 minggu
o D : distractibility (atensi mudah teralih dari stimulus yang tak adekuat)
o I : indiscretion (keterlibatan berlebihan pada aktivitas yang menyenangkan, tapi
berpotensi memiliki akibat menyakitkan; tak bijak/ tanpa memikirkan bahaya
dikemudian hari)
o G : grandiosity (harga diri membumbung, ide/ waham kebesaran, erotomania)
o F : flight of ideas (lompat pikir)
o A : activities increase (hiperaktivitas yang berorientasi tujuan)
o S : sleep (kebutuhan tidur ↓ / tak butuh tidur)
o T : talkative (logore/ banyak bicara dari biasanya/ tekanan untuk terus bicara)

3. Presentasi Status Mental:
(Sesuai format yang berlaku)

4. Diagnosis dan Diagnosis Banding:
a. Diagnosis: GANGGUAN SKIZOAFEKTIF DENGAN TIPE DEPRESIF : Kriteria menurut DSM IV-TR:
a) Periode penyakit tak terputus pada suatu waktu berupa episode depresi mayor/ episode
manik/ episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A
Skizofrenia.
- (Gejala karakteristik Skizofrenia: selama periode 1 bulan terdapat 2 / > gejala bermakna berikut ini: (1).
Delusi/ waham; (2). Halusinasi; (3). Bicara terdisorganisasi/kacau – derailment/ inkoherensi; (4). Perilaku
terdisorganisasi/kacau atau katatonik; (5). Gejala negatif – afek datar, alogia, avolition/ abulia, anhedonia,
atensi defisit, apatis, asosialisasi/ social withdrawal).
- (Episode Depresif terutama terdapat gejala mood terdepresi).
b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham/ halusinasi selama minimal 2 minggu
tanpa mood yang menonjol.
c) Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam porsi substansial pada total
durasi periode aktif dan residual penyakit.
d) Gangguan tak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (Blok F1) / kondisi medis umum
(Blok F0).
" Tipe Depresif (mencakup hanya episode depresif mayor).
" Tipe Bipolar (episode manik/campuran atau manik/campuran + episode depresif mayor).
b. Diagnosis Banding (paling mendekati):
Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik.

5. Penatalaksanaan Kasus:
a. Terapi Obat (Psikofarmaka): Misal: Tab. Haloperidol 3 X 5 mg/ hari dan tab. Sertralin 1 x 50 mg/ hari.
b. Terapi Non-Obat (Psikoterapi): Misal: Psikterapi Suportif.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 60


MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c): LATIHAN UJIAN OSCE PSIKIATRIK


TIPE SOAL: A/B-5 Untuk Pasien Perempuan

MAHASISWA/ PS / INSTRUKTUR

LATIHAN OSCE PSIKIATRIK /UJIAN KKD Mo-PSI

1. Instruksi Peserta SKENARIO KLINIK:


Ujian Pasien datang dengan keluhan utama nyeri perut. Sejak setahun
(Mahasiswa) belakangan ini pasien sangat mengkuatirkan kondisi perutnya yang
kemungkinan mengalami kanker. Tidak terdapat keluhan pada bagian
tubuh lainnya. Pasien telah memeriksakan kesehatannya ke berbagai
dokter/ rumah sakit dengan hasil normal dan tidak ditemukan proses
keganasan.
Tugas:
1. Lakukan anamnesis/wawancara psikiatrik
2. Lakukan pemeriksaan status mental dan presentasikan hasilnya
3. Tentukan diagnosis (Axis I) dan diagnosis banding
4. Sebutkan tatalaksana (psikofarmaka – tanpa resep obat dan
psikoterapi)
5. Lakukan bina rapport dan tunjukkan sikap profesionalisme.

2. Instruksi Pasien A. IDENTITAS PASIEN:


Simulasi/ Standar Ny. Oci, 35 tahun, menikah, ibu pegawai swasta, Islam, Betawi,
(PS) tamat SMA, tinggal di Tomang Jakarta Barat.
B. RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK:
1. Keluhan Utama: Nyeri perut.
(Pasien datang
bersama suami ke 2. Riwayat Gangguan Sekarang:
Poliklinik Umum 1) Sejak setahun belakangan ini pasien sangat mengkuatirkan
R.S. Trisakti) kondisi perutnya yang mungkin menderita kanker.
2) Hasil pemeriksaan secara lengkap selalu menunjukkan kondisi
fisik yang normal, tanpa tanda-tanda keganasan. Walau
demikian pasien masih terus kuatir terhadap kondisinya, dan
hal itu membuat keluarga kesal dan akhirnya bersikap kurang
peduli.
3) Tidak terdapat kekuatiran yang berlebihan pada bagian tubuh
lainnya.
4) Keluhan fisik lain: tanpa problem tidur/ selera makan/ berat
badan. Tanpa rasa lelah yang hebat/ lemah, pucat/ kurang
darah, sesak, pusing, dsb.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 61


5) Tanpa hambatan konsentrasi/ daya ingat. Juga tidak ada
pikiran tentang masa depan yang suram, terlebih kematian.
6) Kekuatiran dirinya mengalami kanker tidak sampai pada taraf
pemikiran atau keyakinan yang salah bahwa ia benar-benar
telah mengidap penyakit parah (kanker).
7) Tidak berpikir ada pengaruh diluar batas manusia telah terjadi
keanehan yang tak lazim pada perut-ususnya/ tubuh/
lingkungan atau kekuatan supranatural/ diluar kendali/
kecurigaan tanpa dasar.
8) Tidak ada riwayat mendengar suara-suara/ melihat/ mencium/
meraba tanpa objek atau pikiran tentang perubahan yang tak
lazim pada tubuh/ lingkungan sekitar.
9) Wawasan/ kesadaran pasien terhadap gangguan yang dialami
selama ini dianggap murni akibat penyakit fisik. Tidak berpikir
ada orang lain/ sekitarnya sebagai penyebab.
10) Gangguan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik: Belum pernah mengalami gangguan
seperti sekarang ini.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: Pasien tidak pernah
mengidap penyakit serius (radang usus besar/ gangguan cerna
lain). Pasien tak pernah mengalami trauma kepala/ penyakit
yang serius. Tanpa riwayat keluarga dengan tumor/ kanker.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: Pasien tidak pernah
menggunakan napza atau tidak sedang mengkonsumsi obat/
medikasi, merokok, atau minum kopi.
C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI, KELUARGA,
PERNIKAHAN, LINGKUNGAN/ SOSIAL EKONOMI:

3. Tata Letak Station 1 meja-3 kursi-ATK


dan Kebutuhan
Peralatan

(Setting: Poliklinik
Umum R.S. Trisakti)

4. Penulis dr. Agnes TWR, Sp.KJ


5. Referensi - Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 11th ed, 2015.
- PPDGJ III, Depkes RI, 1993.
- Materi kuliah Modul Psikiatri.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 62


MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c): EVALUASI
LATIHAN OSCE PSIKIATRIK / UJIAN KKD Mo-PSI

RUBRIK PENILAIAN OSCE MODUL PSIKIATRI



Bobot
No Kompetensi Rentang Nilai 0 – 3
Niali

Mahasiswa melakukan anamnesis berikut ini secara


Anamnesis
lengkap dan sistematis: 3
1. (Wawancara
Keluhan Utama, Riwayat Gangguan Sekarang, dan
Psikiatrik)
Riwayat Gangguan Dahulu

Mahasiswa melakukan dan mempresentasikan hasil


Pemeriksaan dan pemeriksaan status mental(*) secara lengkap, sistematis
2. Presentasi dan hampir seluruh komponen disebut secara benar, 2
Status Mental sesuai dengan psikopatologi pasien. Komponen penilaian
Status Mental (*) :

Penegakkan Diagnosis
(Axis-I sesuai DSM Mahasiswa menetapkan diagnosis dan diagnosis banding
3. 2
IV) dan Diagnosis yang sesuai, tepat dan benar pada gangguan berikut ini:
Banding

Mahasiswa menyebutkan tatalaksana:


• Psikofarmaka: (nama obat yang sesuai), dengan
menjelaskan tujuan terapi dan indikasi obat yang
dipilih, menjelaskan cara mengonsumsi obat yang
Tatalaksana Terapi akan diberikan, menjelaskan efek samping obat yang
Psikofarmaka mungkin terjadi)
4. 1
dan • Psikoterapi: (jenis terapi yang sesuai), dengan
Psikoterapi memotivasi pasien agar mau menerima terapi,
menjelaskan tujuan terapi secara singkat, jelas dan
tegas meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti
keluhan pasien dan mampu membantu pasien, derta
teknik/ prosedur yang benar

Mahasiswa melakukan berikut ini:


• Bina Rapport : membina hubungan terapeutik yang
Komunikasi/ Edukasi
baik.
(Bina rapport)
5. • Wawancara/ Anamnesis: secara sistematis dan 2
dan Perilaku
lengkap.
Profesional
• Sikap profesional selaku terapis : terkesan sangat
terampil dan profesional

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 63

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 64


MATERI KKD - 8 (Sesi VIII): UJIAN KKD Mo-PSI (OSCE PSIKIATRIK)


TIPE SOAL: A-5 Untuk Pasien Perempuan

MAHASISWA/ PS / INSTRUKTUR


UJIAN KKD Mo-PSI (OSCE PSIKIATRIK)

1. Instruksi Peserta SKENARIO KLINIK: ...


Ujian Tugas:
(Mahasiswa) 1. Lakukan anamnesis/wawancara psikiatrik
2. Lakukan pemeriksaan status mental dan presentasikan hasilnya
3. Tentukan diagnosis (Axis I) dan diagnosis banding
4. Sebutkan tatalaksana (psikofarmaka – tanpa resep obat dan
psikoterapi)
5. Lakukan bina rapport dan tunjukkan sikap profesionalisme.
2. Instruksi Pasien A. IDENTITAS PASIEN:
Simulasi/ Standar B. RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK:
(PS) 1. Keluhan Utama:
2. Riwayat Gangguan Sekarang:
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik:
(Pasien datang b. Riwayat Kondisi Medis Umum:.
bersama suami ke c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi:
Poliklinik Umum C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI, KELUARGA,
R.S. Trisakti) PERNIKAHAN, LINGKUNGAN/ SOSIAL EKONOMI:
D. PERAN YANG HARUS DILAKUKAN PS:
a. Peran Umum:
b. Peran Khusus:
3. Tata Letak Station 1 meja-3 kursi-ATK
dan Kebutuhan
Peralatan

(Setting: Poliklinik
Umum R.S. Trisakti)

4. Penulis dr. Agnes TWR, Sp.KJ


5. Referensi - Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 11th ed, 2015.
- PPDGJ III, Depkes RI, 1993.
- Materi kuliah Modul Psikiatri.

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 65


EVALUASI AKHIR
KKD MODUL PSIKIATRI

No. BIDANG KOMPETENSI BOBOT NILAI

Pemeriksaan Psikiatrik-1
1. 20 % ........
(Anamnesis/ Wawancara Psikiatrik)

Pemeriksaan Psikiatrik-2
2. 15 % ........
(Riwayat Psikiatrik)

Pemeriksaan Psikiatrik-3
3. 20 % ........
(Status Mental)

Penatalaksanaan Psikiatrik
4. 15 % ........
(Psikofarmaka dan Psikoterapi)

5. Ujian (Latihan OSCE Psikiatrik) 30 % ........

TOTAL NILAI AKHIR KKD MODUL PSIKIATRI


(Nilai Kelulusan: ≥ 80) ........

Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 66

Anda mungkin juga menyukai