MODUL NEU
DAFTAR ISI
I. SOP Keterampilan Klinik Anamnesis (hal 3)
• ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT EKSTREMITAS/KEDUA TUNGKAI ( hal 4)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT
EKSTREMITAS/KEDUATUNGKAI(hal 5)
• ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN( hal 6)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN (hal 7)
• ANAMNESIS NYERI KEPALA (hal 8)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS NYERI KEPALA (hal 9)
• ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN (hal 10)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN (hal 11)
• ANAMNESIS KEJANG (hal 12)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS KEJANG (hal 13)
• ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH (hal 14)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH (hal 13)ANAMNESIS PUSING
BERPUTAR/VERTIGO (hal 16)
• LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS PUSING BERPUTAR/VERTIGO (hal 17)
Page 2 of 51
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Pengertian :
Melakukan tanya jawab dengan pasien/keluarga pasien mengenai hal yang terkait
dengan masalah klinis pasien
Tujuan :
❖ Dapat bersikap dan berpenampilan memadai untuk berkomunikasi dan membina
hubungan dokter – pasien/ keluarga pasien dengan baik
❖ Dapat melakukan komunikasi secara verbal/ nonverbal dengan baik sehingga
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penegakkan diagnosis.
❖ Dapat mencatat anamnesis secara lengkap, sistematik dan terinci dalam rekam medis
pasien
Pelaksana :
- instruktur
- mahasiswa
- pasien simulasi
Peralatan :
1. Meja dokter
2. Dua kursi
3. Alat tulis (kertas/rekam medis, pulpen)
4. Lembar panduan anamnesis
Prosedur :
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien yang diperlukan
2. Mahasiswa menanyakan hal berikut:
a. keluhan utama
b. riwayat penyakit sekarang
c. riwayat penyakit dahulu/ riwayat keluarga
d. riwayat kebiasaan
e. riwayat sosial-ekonomi
3. Mahasiswa mencatat anamnesis secara lengkap, sistematik dan terinci dalam rekam
medis pasien
4. Panduan umum pertanyaan dalam anamnesis keluhan utama dan riwayat penyakit
sekarang mencakup: Onset, Durasi, Intensitas, Frekuensi, penCetus, mempeRingan,
Jenis/karakteristik, Lokasi, Defisit lainnya (disingkat: ORDIFCeRiJeLoDe).
5. Latihan dibimbing oleh instruktur berdasarkan lembar panduan anamnesis yang
disediakan
6. Skor Penilaian :
a. Ditanyakan dengan baik/lengkap : 2
b. Ditanyakan dengan kurang baik / lengkap : 1
c. Tidak ditanyakan : 0
Page 3 of 51
ANAMNESIS KELEMAHAN KEEMPAT EKSTREMITAS/KEDUA TUNGKAI
Tujuan pertanyaan:
Page 4 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: Lumpuh keempat extremitas/kedua tungkai
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Kelumpuhan mendadak/perlahan
6 Disertai gangguan sensorik?
7 Disertai rasa nyeri ?
8 Dari bawah ke atas ?
9 Satu sisi dulu kemudian sisi lain ?
10 Disertai gangguan pernafasan ?
11 Hilang timbul/menetap?
12 Memburuk bila aktivitas/membaik dengan istirahat
13 Faktor pencetus?
14 Didahului infeksi pernafasan /sal. Pencernaan
15 Muntah, diare, diit
16 Trauma
17 Penggunaan obat (diuretika,laxantia)
18 Mata menutup / dobel, suara sengau/serak, ggn menelan
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
19
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
20 Riwayat penyakit dahulu : Kekurangan kalium
21 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL
Jakarta,
Penilai
( Dr. )
Page 5 of 51
ANAMNESIS KELEMAHAN SESISI EKSTREMITAS KIRI/KANAN
Tujuan pertanyaan:
Page 6 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: lemah sesisi ekstremitas kiri/kanan
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Kelumpuhan mendadak/perlahan
6 Apakah kelemahan semakin berat atau perbaikan?
7 Disertai gangguan sensorik?
8 Disertai bicara pelo atau cadel?
9 Disertai mulut mencong?
10 Apakah disertai nyeri kepala?
11 Adakah nyeri kepala kronis progresif?
12 Disertai muntah2 proyektil?
13 Disertai penurunan kesadaran atau kejang?
14 Apakah disertai rasa berputar atau telinga berdenging?
15 Disertai gelap sesaat atau penglihatan ganda?
16 Disertai gangguan menelan?
17 Riwayat trauma, demam?
18 Penggunaan obat (pengencer darah, narkoba)
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
19
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
20 Riwayat penyakit dahulu : riw stroke sebelumnya
Riw kebiasaan : merokok, makan makanan berlemak, kurang
21
olahraga, obesitas
22 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 7 of 51
ANAMNESIS NYERI KEPALA
Tujuan pertanyaan:
Page 8 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
NYERI KEPALA
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama : nyeri kepala
4 Berapa lama sudah menderita nyeri kepala
Berapa lama nyeri kepala berlangsung pada saat serangan ? berapa
5
jam, hari
6 Apakah nyeri kepala mengganggu aktifitas ?
7 Hal apa yang memperberat dan meringankan nyeri kepala
8 Frekwensi serangan nyeri kepala, sekali sebulan atau tiap hari
9 Sifat nyeri: berdenyut, tegang, seperti ditusuk
Lokasi nyeri: seluruh kepala, tengkuk, sekitar mata, separuh
10
kepala.
Sebelum nyeri kepala datang apakah ada tanda peringatan seperti:
- pengelihatan kabur
11
- terlihat cahaya, bintang
- tanda peringatan lain
Apakah nyeri kepala disertai keluhan tidak tahan cahaya terang
12
atau tidak tahan suara. (fotofobia atau fonofobia)
13 Apakah nyeri kepala disertai muntah dan diare
14 obat apa yang bisa diminum untuk mengurangi nyeri
Apakah dalam keluarga ada juga yang menderita nyeri kepala
15
seperti pasien?
Apakah ada keadaan yang mencetuskan serangan nyeri seperti :
16 stres, cahaya terang, makan terlambat, terlalu capai, makanan
tertentu.
17 Untuk wanita apakah serangan terjadi saat menstruasi?
18 Apakah gangguan pengelihatan seperti kabur (visus, diplopia)
Apakah disertai adanya panas badan, gigi, mata, telinga, hidung,
19
tenggorokan yang sakit?
Disertai mata merah, hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung
20
sesisi.
21 Apakah disertai Kejang?
22 Apakah ada keluhan bicara pelo/mulut mencong?
23 Apakah ada keluhan kelemahan/baal2 sesisi anggota gerak ?
24 RPD: hipertensi ?
TOTAL
NILAI = (TOTAL /46) X 100 = Jakarta,
( Dr. )
Page 9 of 51
ANAMNESIS PENURUNAN KESADARAN
Tujuan pertanyaan:
Page 10 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
PENURUNAN KESADARAN
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap keluarga pasien, menyapa dan
memperkenalkan diri
2 Alloanamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama tidak sadar
4 Sejak kapan, berapa lama tidak sadar
5 Sudah pernah tidak sadar sebelumnya
6 Dimana ditemukan tidak sadar
7 Ada bekas obat-obatan atau minuman
8 Terjadinya tidak sadar mendadak atau turun kesadaran perlahan-
lahan
9 Sebelum tdk sadar adakah kelumpuhan/baal2 separuh badan
10 Sebelum tdk sadar adakah keluhan bicara pelo / mulut mencong
11 Sebelum tidak sadar ada muntah
12 Sebelum tidak sadar ada diare
13 Sebelum tidak sadar ada kejang
14 Sebelum tidak sadar ada demam tinggi
15 Sebelum tidak sadar ada sering sakit kepala yang makin tambah
berat
16 Konsumsi obat-obatan atau narkoba sebelumnya
17 Gejala lain sebelumnya : lemes, keringat dingin, kunang-kunang
18 Riwayat trauma
19 Riwayat DM
20 Riwayat hipertensi
21 Riwayat penyakit ginjal
22 Riwayat penyakit liver
23 Riwayat kejang, epilepsi
24 Riwayat stroke
25 Riwayat penyakit keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 11 of 51
ANAMNESIS KEJANG
Tujuan pertanyaan:
Page 12 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
KEJANG
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien atau keluarga, menyapa dan
memperkenalkan diri
2 Alloanamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama kejang
4 Kapan kejang pertama kali
5 Durasi dan frekuensi kejang
6 Gambaran klinik kejang atau bentuk kejang bagaimana
7 Dimulai dari bagian tubuh tertentu atau langsung seluruh tubuh
8 Disertai dengan penurunan kesadaran atau tidak
9 Disertai mulut berbusa, lidah tergigit
10 Disertai kelumpuhan/baal2 separuh badan
11 Disertai keluhan bicara pelo / mulut mencong
12 Sebelum kejang ada aura gangguan penglihatan
13 Sebelum kejang ada aura gangguan penciuman
14 Sebelum kejang ada muntah atau diare
15 Sebelum kejang ada demam tinggi
16 Sebelum kejang ada sering sakit kepala yang makin tambah berat
17 Konsumsi obat-obatan atau narkoba sebelumnya
18 Gejala lain : keringat dingin, lemes
19 Riwayat dalam kandungan dan persalinan
20 Riwayat perkembangan fisik dan mental
21 Riwayat trauma
22 Riwayat DM
23 Riwayat hipertensi
24 Riwayat penyakit ginjal
25 Riwayat penyakit liver
26 Riwayat kejang sebelumnya, kejang demam
27 Riwayat stroke
28 Riwayat penyakit keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 13 of 51
ANAMNESIS NYERI PUNGGUNG BAWAH
Tujuan pertanyaan:
Page 14 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan utama : nyeri punggung bawah
4 Lokasi nyeri
5 Bagaimana nyeri dapat terjadi
6 Sudah berapa lama dirasakan, sejak kapan
7 Bagaiamana sifat nyeri : Apakah lokal
8 - Apakah menjalar ketungkai
9 - Apakah nyeri terasa pada saat telah duduk kemudian akan berdiri
10 - Apakah nyeri terasa bila berjalan agak jauh
11 Apakah disertai rasa kesemutan atau kebas pada salah satu
tungkai/keduanya.
12 Apakah disertai kelemahan pada tungkai
13 Apakah nyeri bertambah hebat pada saat bersin/batuk, mengejan
14 Apa saja yang sudah dilakukan untuk menghilangkan nyeri tersebut,
apakah sudah ada jenis obat yang diminum, apakah dipijat
15 Apakah disertai gangguan BAK / BAB
16 Riwayat batuk lama / TBC
17 Riwayat pemakaian steroid jangka panjang
18 Riwayat keganasan : paru, mammae, gastrointestinal,
genitourianrius
19 Riwayat trauma
20 Riwayat mengangkat benda berat / salah posisi
21 Pekerjaan dan cara bekerjanya
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 15 of 51
Tujuan pertanyaan:
Page 16 of 51
LEMBAR PANDUAN ANAMNESIS
PUSING BERPUTAR/VERTIGO
NO KOMPONEN PERTANYAAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien, menyapa dan memperkenalkan diri
2 Anamnesis identitas pasien secara lengkap
3 Keluhan Utama: pusing berputar
4 Sejak kapan? Akut/kronis
5 Apakah dipicu atau diperberat dgn perubahan posisi?
6 Disertai gangguan sensorik?
7 Disertai rasa mual dan muntah?
8 Disertai keringat dingin?
9 Disertai telinga berdenging ?
10 Disertai gangguan pendengaran ?
11 Hilang timbul/menetap?
12 Memburuk bila aktivitas/membaik dengan istirahat
13 Faktor pencetus?
14 Disertai bicara pelo atau mulut mencong ?
15 Disertai dgn kelemahan sebelah anggota gerak ?
16 Disertai penglihatan ganda?
17 Disertai gangguan keseimbangan ?
18 Disertai gangguan koordinasi ?
19 Trauma ?
20 Penggunaan obat ?
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit hipertensi, DM, jantung,
21
kolesterol, as urat & faktor risiko vascular lain
22 Riwayat penyakit keluarga : faktor risiko vascular: hipertensi, DM
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 17 of 51
IV. SOP Keterampilan Klinik Pemeriksaan Fisik
Pengertian :
Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan masalah klinik pasien dengan menerapkan
prinsip menggunakan tehnik pemeriksaan yang benar dan sistematik/runut
Tujuan :
❖ Bersikap baik dan dapat melakukan pendekatan kepada pasien/ keluarga pasien dengan
baik sehingga pasien dan keluarganya merasa nyaman.
❖ Dapat melakukan pemeriksaan fisik secara benar dengan memperhatikan kenyamanan
pasien selama pemeriksaan sehingga dapat memperoleh data yang akurat.
❖ Dapat mencatat hasil pemeriksaan fisik secara lengkap, sistematik dan terinci dalam
rekam medis pasien.
Pelaksana :
- instruktur
- mahasiswa
- pasien simulasi
Peralatan :
1. Meja periksa
2. Wadah tertutup yg masing2 berisi : kopi, teh, tembakau
3. Pen light
4. Kapas /tusuk gigi
5. Botol yg masing2 berisi cairan dgn rasa : manis, asin, asam dan pahit
6. Pipet tetes / cotton buds
7. Spatula lidah
8. Reflex hammer
9. Ophtalmoskop
10. Garputala
11. Alat ukur/meteran
Prosedur Umum
❖ Memperkenalkan diri dan meminta ijin secara lisan ke pasien/ keluarga pasien untuk
melakukan pemeriksaan pada pasien
❖ Mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien
❖ melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien
❖ memperhatikan kenyamanan pasien
❖ melakukan tindakan sesuai prioritas
❖ menunjukkan rasa hormat kepada pasien
❖ Skor Penilaian :
o Dilakukan dengan baik/lengkap : 2
o Dilakukan dengan kurang baik / lengkap : 1
o Tidak dilakukan : 0
PEMERIKSAAN KESADARAN
Page 18 of 51
a. Secara kualitatif
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
Setelah dilakukan skoring maka dapat diambil kesimpulan :
GCS: 15 (Compos Mentis); GCS 14-13 (Somnolen); GCS: 12-9 (Sopor); GCS: 8-4 (Soporo-
coma); GCS: 3 (Coma)
Jakarta,
( Dr. )
Page 20 of 51
Kaku Kuduk
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:
Posisi pasien terlentang dan dalam posisi mendatar,
sebelumnnya pasien diminta utk menoleh ke kiri dan ke
kanan, atau digerakkan secara pasif bila pasien tidak sadar.
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan
diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku
Tes Kaku kuduk
kuduk dapat bersifat ringan atau berat.
Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan pada sendi panggul. Bila
timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul
ini menandakan test ini positif.
Tanda Kernig
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135 derajat, maka dikatakan Kernig sign positif
Tes Kernig
Tanda Lasegue
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang
berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan),
kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi
harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada
keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa
sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka
disebut tanda Lasegue positif.
Tes Laseque
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60 derajat.
Page 21 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan kaku kuduk
4 Melakukan pemeriksaan Laseq pada tungkai kanan dan kiri
5 Melakukan pemeriksaan Kerniq pada tungkai kanan dan kri
6 Melakukan pemeriksaan Brudzinsky I
7 Melakukan pemeriksaan Brudzinsky II pada tungkai kanan dan kiri
8 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan kesadaran dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
9 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 22 of 51
SARAF OTAK I ( N. OLFAKTORIUS ).
• Tujuan pemeriksaan: untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk
mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung
lokal.
• Cara pemeriksaan
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang
tidak merangsang .Tiap lubang hidung diperiksa\ satu persatu dengan jalan menutup lubang
hidung yang lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah: teh, kopi,tembakau,sabun, jeruk
• Pelaporan hasil
Normal; anosmia (tidak dapat mencium bau), hiposmia (kurang dapat mencium bau),
parosmia/kakomia (bau yang dicium tidak sesuai dengan bahan yang dipakai); tentukan
kiri/kanan/bilateral
Page 23 of 51
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien bahwa daya penciumannya akan
diperiksa
3 Melakukan pemeriksaan utk memastikan tdk ada sumbatan atau
kelainan pada rongga hidung
4 Memperkenalkan kepada pasien media yang digunakan (kopi, teh,
tembakau)
5 Meminta pasien untuk menutup mata dan menutup salah satu lubang
hidung
6 Meminta pasien untuk mencium bau-bauan tersebut melalui salah
satu lubang hidung
7 Meminta pasien untuk menyebutkan jenis bau yang diciumnya
8 Pemeriksaan yang sama dilakukan juga utk lubang hidung yang
sebelahnya
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 24 of 51
SARAF OTAK II ( N. OPTIKUS ).
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan (visus) dan menentukan apakah kelainan pada
penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf. Untuk mempelajari
lapang pandang.
Cara pemeriksaan:
1. Pemeriksaan tajam penglihatan ( visus )
• Menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter.
contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter
Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter.
• Jika kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan, maka visusnya ialah
1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak
3 meter.
• Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila
dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien tersebut
adalah nol.
• Bila hendak melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup
dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.
• Pelaporan hasil: Normal; visus mata (kiri/kanan) …/…
Jakarta,
( Dr. )
Page 26 of 51
SARAF OTAK III, IV, VI (N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, ABDUCENS)
Fungsi N. III, IV, VI saling berkaitan dan diperiksa bersamaan. Fungsinya ialah menggerakkan
otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur otot pupil.
Cara pemeriksaan terdiri dari:
1. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya/ ada keluhan penglihatan
ganda. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau dua bola mata. Pasien diminta untuk
menggerakan sendiri bola matanya.
• Tes nistagmus
Lihat ada/tidaknya nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien). Nistagmus
adalah gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik. Pasien diminta melirik
terus ke satu arah (misal ke kanan, kiri, atas atau bawah) sekitar 5 detik, tetapi mata
tidak boleh terlalu jauh dilirikkan, sebab bisa terjadi nistagmus pada orang normal (end
position nistagmus)
Pelaporan hasil: nistagmus (positif/negatif), unidireksional (kiri/kanan)/bidireksional,
horizontal/ vertikal/rotatoar/pendular
3. Pemeriksaan pupil
• Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm. Bandingkan kiri dengan kanan (isokor
atau anisokor). Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
• Pelaporan hasil: Pupil (bulat/ireguler) (isokor/anisokor) diameter …mm/…mm
• Pemeriksaan refleks pupil:
Refleks cahaya
▪ Direk/langsung: cahaya ditujukan
seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat
adanya cahaya maka pupil akan mengecil (
miosis ).
▪ Indirek/tidak langsung: refleks cahaya
konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu
pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
▪ Pelaporan hasil: Refleks cahaya langsung (kiri/kanan) (positif/negatif) dan refleks
cahaya tidak langsung (kiri/kanan) (positif/negatif)
Page 27 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF OKULARIS (III, IV, VI)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN GERAK BOLA MATA
3 Meminta pasien utk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yg
digerakkan ke segala jurusan
4 Mengamati ada tidaknya hambatan/parese pd pergerakan matanya
(bisa terjadi pada satu atau kedua mata)
5 Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan pasien
(nistagmus)
6 Meminta pasien utk menggerakkan sendiri bola matanya
PEMERIKSAAN KELOPAK MATA
7 Meminta pasien utk membuka kedua mata dan menatap ke depan
8 Pemeriksa melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap celah
mata dan membandingkan lebar celah mata kanan dan kiri
9 Mengidentifikasi ada tidaknya ptosis
PEMERIKSAAN PUPIL
10 Melihat diameter pupil pasien
11 Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri
12 Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak
13 Memeriksa refleks cahaya langsung dan tidak langsung
14 Melaporkan hasil pemeriksaan
15 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 28 of 51
SARAF OTAK V ( N. TRIGEMINUS ).
Cara pemeriksaan:
• Pemeriksaan motorik.
o Pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba m. Masseter dan m.
Temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama.
o Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi rahang
bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi. Sebagai
pegangan diambil gigi seri atas dan bawah yang harus simetris. Bila terdapat paresis
di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri.
• Pemeriksaan sensorik
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan raba, kemudian lakukan
pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.
• Pemeriksaan refleks
Refleks Kornea: kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup matanya.
Pelaporan hasil: refleks kornea (positif/negatif)
Page 29 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF TRIGEMINUS (V)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN MOTORIK
3 Meminta pasien utk merapatkan gigi sekuat-kuatnya
4 Pemeriksaan m. Maseter dan m. Temporalis (apakah kekuatan
kontraksi sisi kiri dan kanan sama)
5 Meminta pasien utk membuka mulut dan pemeriksa mengamati
apakah ada deviasi rahang bawah
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS
6 Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan tusuk gigi pada daerah
dahi, pipi dan rahang bawah kiri dan kanan
7 Melakukan pemeriksaan sensasi raba dengan kapas/kuas pada
daerah dahi, pipi dan rahang bawah kiri dan kanan
PEMERIKSAAN REFLEKS KORNEA
8 Pasien diminta melirik ke salah satu arah
9 Menyentuh kornea pasien dengan kapas dari arah yang berlawanan
10 Melaporkan hasil pemeriksaan
11 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 30 of 51
SARAF OTAK VII (N. FASIALIS)
Page 31 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF FACIALIS (VII)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
PEMERIKSAAN MOTORIK
3 Meminta pasien utk mengerutkan dahi atau mengangkat kedua alis
mata
4 Meminta pasien utk menutup kedua mata dengan rapat, lalu
pemeriksa mencoba membukanya dgn tangan
5 Meminta pasien utk senyum dan diamati lipatan nasolabialis simetris
atau tidak
6 Meminta pasien menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan
pipi kiri dan kanan apakah kekuatannya sama
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS
7 Meminta pasien menjulurkan lidahnya
8 Meneteskan cairan manis/asam/asin pada bagian depan/kiri/kanan
lidah (2/3 bagian depan lidah)
9 Meneteskan cairan pahit pada bagian belakang/pangkal lidah (1/3
bagian belakang lidah)
10 Meminta pasien utk menunjukkan apa yg dirasakannya
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 32 of 51
SARAF OTAK VIII (N. VESTIBULOCOCHLEARIS)
Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji
Tes Rinne, Weber dan Swabach (Lihat KKD Bagian THT)
Pelaporan: Normal; terdapat lesi N. VIII (kiri/kanan)
Catatan: Disebut lesi N. VIII bila didapatkan hasil pemeriksaan berupa tuli perseptif
Page 33 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SARAF VESTIBULOCOCHLEARIS
GLOSOFARINGEUS DAN VAGUS (VIII, IX, X)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Pemeriksa memerintahkan sesuatu kepada pasien utk mengetahui
apakah pasien ada gangguan pendengaran
4 Meminta pasien apakah bisa mendengarkan gesekan jari pemeriksa
atau detik jam tangan
5 Meminta pasien utk berbicara apakah ada suara serak atau sengau
(disfonia)
6 Meminta pasien utk membuka mulut dan mengatakan “aaa”
7 Pemeriksa mengamati apakah arkus faring terangkat simetris dan
uvula di tengah
8 Pemeriksa melakukan reflex muntah
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 34 of 51
SARAF OTAK XI ( N. AKSESORIUS)
Cara pemeriksaan;
• Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan menekan pundak pasien dan pasien diminta
untuk mengangkat pundaknya.
• Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri
dan ditahan oleh pemeriksa, kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.
Pelaporan hasil: Normal; terdapat paresis N. aksesorius (sinistra/dextra)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Meminta pasien utk menolehkan kepala ke kiri atau ke kanan dan
ditahan oleh pemeriksa
4 Pemeriksa meraba dan menilai kekuatan kontraksi m.
Sternokleidomastoideus
5 Meminta pasien utk mengangkat kedua bahunya dan ditahan oleh
pemeriksa
6 Pemeriksa meraba dan menilai kekuatan kontraksi m. Trapezius
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
8 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 35 of 51
SARAF OTAK XII ( N. HIPOGLOSUS ).
Cara pemeriksaan.
• Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan perkataan tidak dapat
diucapkan dengan baik hal demikian disebut: disartria
• Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.
• Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.
• Kelumpuhan perifer dapat dilihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah.
Pelaporan hasil: Normal; paresis N. XII (perifer/sentral) (sinistra/dextra)
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
tujuannya
3 Meminta pasien utk berbicara apakah ada gangguan artikulasi
(bicara pelo)
4 Meminta pasien utk menjulurkan lidahnya apakah ada deviasi
5 Meminta pasien utk mendorong lidahnya ke pipi, pemeriksa
membandingkan kekuatannya sisi kiri dan kanan
6 Pemeriksa mengamati adanya atrofi dan atau fasikulasi pada otot
lidah
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
8 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 36 of 51
PEMERIKSAAN MOTORIK
1. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:
• Mengangkat kedua lengan pada sendi bahu.
• Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
• Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
• Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
• Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
• Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
• Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
• Gerakan jari-jari kaki.
2. Gerakan involunter : tremor, chorea, atetosis, balismus
Jenis tremor:
• Tremor postural : terlihat terutama pada saat pasien dalam keadaan
mempertahankan posisi atau bergerak secara lambat
• Tremor istirahat : terlihat terutama pada saat pasien dalam keadaan istirahat dan
berkurang pada saat aktifitas atau mempertahankan posisi tertentu
• Tremor kinetik : terlihat terutama pada saat pasien bergerak / aktifitas dan
semakin memburuk jika akan mencapai target dengan pergerakan yang spesifik
3. Pemeriksaan trofi otot
• Perhatikan bentuk dan ukuran otot apakah tampak normal (eutrofi), membesar
(hipertrofi) atau mengecil (atrofi)
• Bila terdapat asimetri maka pengukuran diameter otot yang sama harus dilakukan
dan dibandingkan kiri dan kanan
4. Pemeriksaan tonus otot statis dan dinamis
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang
normal terdapat tahanan yang wajar.
5. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
Cara menilai kekuatan otot sama seperti pada pemeriksaan gerakan volunter namun
dengan memberikan tahanan pada setiap gerakan
Interpretasi :
• Normal, kekuatan motorik pada keempat ekstremitas 5555
• Hemiparesis/plegi; tetraparesis/plegi; paraparesis/plegi; monoparesis/plegi dengan
kekuatan motorik ekstremitas atas kanan …. kiri …. dan ekstremitas bawah kanan
…. kiri ….
Page 37 of 51
• Untuk pelaporan tetra/para disertai dengan keterangan tipe UMN/LMN. Contoh:
terdapat paraparesis UMN dengan kekuatan motorik ekstremitas bawah kiri dan
kanan 2222
• Pelaporan motorik pada penurunan kesadaran cukup dengan menyebutkan
terminologi saja, tidak perlu menyebutkan kekuatan motorik
kanan kiri
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan gerakan volunter
4 Melakukan pemeriksaan trofi otot
5 Melakukan pemeriksaan tonus otot statis dan dinamis
6 Melakukan pemeriksaan kekuatan otot-otot lengan kanan dan kiri
7 Melakukan pemereiksaan kekuatan otot-otot tungkai kanan dan kiri
8 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan motorik dan mencatat pada
format lembaran pemeriksaan
9 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 38 of 51
PEMERIKSAAN SENSORIK
2. Sensibilitas proprioseptif. :
• Tekanan
Menggunakan benda tumpul atau ujung jari, dengan mata ps tertutup berikan tekanan pada
otot atau tendon , tanyakan pd pasien adakah tekanan yg dirasakan dan minta ps
menyebutkan lokasinya
• Getaran /vibrasi
Menggambarkan kemampuan merasakan setiap getaran ketika garputala disentuhkan pada
tiap-tiap tulang. Tulang yang disentuh diantaranya jari kaki I, maleolus lateral atau medial,
tibia, spina iliaka anterior superior, sacrum, prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula,
prosesus styloideus radius/ulna
Prosedur : getarkan garputala dgn memukulkan jari-jarinya ke benda keras, tempatkan
garputala sesegera mungkin di area tulang yg diperiksa
• Arah gerak dan posisi
Pemerksaan ini tidak memerlukan alat khusus, dengan mata pasien tertutu. Jari-jari yg
diperiksa tidak boleh bergerak-gerak, harus bebas dan rileks dan dapat digerakkan secara
pasif oleh pemeriksa, sentuhlah secara halus tanpa penekanan terhadap jari-jari tsb. Pasien
akan ditanya apakah ada gerakan pd jari yang diperiksa dan arah gerakannya.
3. Sensibilitas diskriminatif
• Daya untuk mengenal bentuk/ukuran. (stereognosis)
pasien harus menyebutkan benda yang digenggamnya dengan mata tertutup (biasanya
menggunakan anak kunci)
• Pada kasus intrakranial, modalitas sensorik yang dibandingkan adalah kiri dengan kanan
• Pada kasus medulla spinalis, modalitas sensorik yang dibandingkan adalah atas dan bawah
(dermatomal)
• Pada kasus intrakranial dengan kecurigaan batang otak, hendaknya membandingkan
modalitas sensorik kiri dengan kanan di wajah
Page 40 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN SENSORIK
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Mempersiapkan dan memilih alat-alat yang akan digunakan
4 Melakukan pemeriksaan sensibilitas nyeri
5 Melakukan pemeriksaan sensibilitas raba
6 Melakukan pemeriksaan sensibilitas suhu
7 Melakukan pemeriksaan sensibilitas tekanan
8 Melakukan pemeriksaan sensibilitas getaran / vibrasi
9 Melakukan pemeriksaan arah gerak dan posisi
10 Melakukan pemeriksaan stereognosis
11 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan sensorik dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 41 of 51
PEMERIKSAAN REFLEKS
Refleks superficial
Refleks dinding perut (abdominal) :
Stimulus : Goresan dinding perut daerah,epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral
ke medial.
Respons : kontraksi dinding perut
Pelaporan : reflex dinding perut superficial (positif/negatif)
• Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps
brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi
siku
Saraf : n. radialis ( C 6-7-8 )
• Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena
kontraksi m. quadriceps Femoris.
Saraf : n. femoralis ( L 2-3-4 )
• Refleks achilles ( A P R )
Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena
kontraksi m. gastrocnemius
Saraf : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Page 42 of 51
Refleks patologis
• Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan(fanning) jari – jari kaki.
• Chaddock
Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis
dari posterior ke anterior.
Respons : seperti babinski
• Klonus lutut
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus berlangsung.
• Klonus kaki /achilles
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
• Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksi
• Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman
Page 43 of 51
Refleks primitive
• Reflex menghisap (rooting reflex)
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah–olah menyusu
• Reflex menggenggam (grasp reflex)
Stimulus : penekanan / penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal
• Reflex glabela
Stimulus : ketukan pada dahi
Respon : kedua mata berkedip sesuai stimulus (kontraksi m.orbicularis oculi)
• Reflex palmomental
Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian Thenar.
Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris ipsilateral.
Contoh pelaporan: refleks fisiologis biseps-triseps normal/(+2) kiri dan kanan, refleks
fisiologis patella-Achilles meningkat (+3) kiri dan kanan
Page 44 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN REFLEKS
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Mempersiapkan dan memilih alat-alat yang akan digunakan
4 Melakukan pemeriksaan refleks biceps pada lengan kanan dan kiri
5 Melakukan pemeriksaan refleks ticeps pada lengan kanan dan kiri
6 Melakukan pemeriksaan refleks patella / knee pada tungkai kanan
dan kiri
7 Melakukan pemeriksaan refleks Achilles / ankle pada tungkai kanan
dan kiri
8 Melakukan pemeriksaan refleks Babinsky pada tungkai kanan dan
kiri
9 Melakukan pemeriksaan refleks Chaddock pada tungkai kanan dan
kiri
10 Melakukan pemeriksaan refleks abdominal
11 Melakukan pemeriksaan refleks Hoffmann-tromner pada tangan
kanan dan kiri
12 Melakukan pemeriksaan klonus patella
13 Melakukan pemeriksaan klonus achilles
14 Melakukan pemeriksaan refleks palmomental
15 Melakukan pemeriksaan refleks glabela
16 Melakukan pemeriksaan refleks rooting
17 Melakukan pemeriksaan refleks grasp
18 Melakukan maneuver Jendrassik
19 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan refleks dan mencatat pada
format lembaran pemeriksaan
20 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 45 of 51
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI
• Test Romberg
Pasien berdiri tanpa alas kaki dengan sikap kedua tumit bertemu dan pemeriksa berdiri
di belakang pasien. Pertama pemeriksaan dengan mata terbuka setelah itu diminta utk
memejamkan mata, diobservasi apakah pasien merasa goyah/oleng dan terjatuh ke
salah satu sisi kiri atau kanan.
Interpretasi: Normal; Romberg positif jatuh ke …
Page 46 of 51
• Tes tumit – lutut (Heel to knee)
Minta pasien meletakkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai sebelahnya, kmd
minta ps menggerakkan tumit itu meluncur dari lutut ke pergelangan kaki menyusuri
tulang tibia dan melewati dorsum pedis sampai ke ibu jari kaki.
Interpretasi: tes tumit-lutut (kiri/kanan) (normal/terganggu)
• Tes disdiadokokinesis
Pasien diminta merentangkan kedua tangannya ke depan, kmd diminta untuk
melakukan gerakan supinasi dan pronasi secara bergantian dan cepat. Pemeriksaan
positif bila gerakan lamban dan tidak teratur.
Interpretasi: Disdiadokokinesia (positif/negatif)
Page 47 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan gait
4 Melakukan pemeriksaan Romberg
5 Melakukan pemeriksaan Tandem
6 Melakukan pemeriksaan tes jari – jari / finger to finger
7 Melakukan pemeriksaan tes jari – hidung / finger to nose
8 Melakukan pemeriksaan tes tumit – lutut / heel to knee
9 Melakukan pemeriksaan tes disdiadokokinesis
10 Melakukan pemeriksaan rebound fenomena
11 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi dan mencatat pada format lembaran pemeriksaan
12 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL
Jakarta,
( Dr. )
Page 48 of 51
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Dikutip dari: Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul psikiatri geriatri.
(Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.
Page 49 of 51
Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)
(modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:………………..( Lk / Pr ) Umur:………………Pendidikan……...........……Pekerjaan:........…………
BAHASA
7. Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau 1 .…………
tetapi ”
KONSTRUKSI
11. Pasien diminta meniru gambar di bawah ini
1 .…………
Total Skor: 30 ( )
Page 50 of 51
PENILAIAN PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
NO KOMPONEN PENILAIAN 0 1 2
1 Sikap santun terhadap pasien / keluarga, menyapa pasien / keluarga,
memperkenalkan diri
2 Pemberitahuan apa yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan pemeriksaan orientasi
4 Melakukan pemeriksaan registrasi
5 Melakukan pemeriksaan atensi dan kalkulasi
6 Melakukan pemeriksaan recall
7 Melakukan pemeriksaan language /bahasa
8 Melakukan pemeriksaan visuokonstruksi
9 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan fungsi luhur dan mencatat
pada format lembaran pemeriksaan
10 Mengucapkan terima kasih dan menginformasikan bahwa
pemeriksaan sudah selesai pada pasien / keluarga
TOTAL SCORE
Jakarta,
( Dr. )
Page 51 of 51
SOP KKD
MODUL GHP
PEMERIKSAAN
TELUR
CACING
PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Prosedur :
1. Memakai masker dan sarung tangan.
2. Menyiapkan dan membersihkan mikroskop (lensa okuler menggunakan
kapas/tissue kering dan lensa objektif menggunakan kapas etanol).
3. Mengambil kaca objek dipegang di tangan kiri / kanan sesuai kenyamanan
dalam keadaan mendatar , dapat pula diletakkan di atas meja.
4. Mengambil air dengan pipet.
5. Meneteskan 1 tetes air di tengah-tengah kaca objek.
6. Mengambil lidi, memasukkan lidi ke dalam botol feses, mengaduk-aduk
suspensi feses supaya tercampur dan menempel pada lidi.
7. Lalu mengaduk-aduk feses yang sudah ada di ujung lidi pada tetesan air yang
sudah ada pada kaca objek membuat suspensi sampai homogen.
8. Membuang lidi ke dalam bak lisol.
9. Mengambil kaca penutup dan menutupkan kaca penutup pada suspensi feses
yang sudah dibuat dengan cara memiringkan kaca penutup 45 derajat dan
menurunkannya perlahan-lahan.
10. Meletakkan preparat yang sudah dibuat pada meja mikroskop. Setelah itu buka
sarung tangan dan letakkan di samping (digunakan kembali saat akan membuat
preparat baru).
11. Memeriksa preparat dengan lensa objektif pembesaran 10 x dari ujung atas ke
bawah dan bergeser ke kiri atau ke kanan, atau bergerak dari ujung kanan ke
ujung kiri lalu bergeser ke atas atau ke bawah demikian seterusnya sampai
seluruh lapangan sambil mencari telur-telur cacing.
12. Bila menemukan telur cacing, lensa objektif dibesarkan dengan pembesaran 40x
agar morfologi telur dapat dilihat dengan jelas.
13. Setelah selesai memeriksa preparat atau saat akan membuat preparat baru, buang
preparat ke bak lisol.
14. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, membersihkan meja, mikroskop
dimatikan dan dibersihkan (lensa okuler menggunakan kapas/tissue kering dan
lensa objektif menggunakan kapas etanol).
KKD PARASITOLOGI
By : Suriyani
Ascaris lumbricoides (telur yang dibuahi)
Ascaris lumbricoides (telur yang tidak dibuahi)
Telur Cacing Tambang / Hookworm
Telur Trichuris trichiura / cacing
cambuk
Telur Toxocara Sp
Telur Taenia sp
ANAMNESIS
DAN
PEMERIKSAAN
FISIK MODUL
GHP
PEMASANGAN
NGT
Pengertian Anamnesis adalah upaya untuk menggali keluhan dan perjalanan penyakit
pasien melalui wawancara
Tujuan Mampu melakukan anamnesis dengan urutan kronologis dan kaidah yang
benar
Tujuan Mampu melakukan inspeksi abdomen dengan teknik yang baik dan benar
Prosedur PERSIAPAN :
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi penderita
terlentang. Dinding perut penderita harus dalam keadaan “relax”.
Sebaiknya penderita bernafas melalui mulut atau diajak bercakap-
cakap. Kedua tungkai jika perlu dalam keadaan fleksi pada sendi paha
dan lutut. Vesika urinaria sebaiknya dalam keadaan kosong
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi
Dinding abdomen dibagi dalam 9 regio yaitu :
1. Regio epigastrium
2. Regio hypochondrium kanan
3. Regio hypochondrium kiri
4. Regio umbilikalis
5. Regio lumbalis kanan
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio hipogastrika (suprapubika)
8. Regio inguinalis (iliaka) kanan
9. Regio inguinalis (iliaka) kiri
BENTUK ABDOMEN :
Normal simetris, mendatar
Pada anak-anak agak membuncit hingga masa pubertas
Perut yang tampak membuncit pada orang dewasa kemungkinan
disebabkan oleh obesitas, kehamilan, tumor intra-abdominal,
meteorismus, ascites, retensio urine
Perut yang “scapoid” (cekung) dapat dijumpai pada orang yang
kekurangan makan atau dehidrasi
Bentuk perut yang seperti perut kodok yaitu buncit dengan “saging”
pada pinggang (bila berbaring terlentang, disertai dengan umbilicus
yang tertarik ke kiri dan ke kanan (“smilling umbilicus”) terdapat pada
ascites. Bila pasien ascites di inspeksi dalam posisi tegak, tampak perut
buncit, umbilicus menonjol, tidak smilling
Pada kehamilan atau tumor intra abdominal, pada posisi tegak
maupun berbaring terlentang, perut tampak buncit tanpa saging pada
pinggang dan tanpa smilling pada umbilicus
Bentuk perut asimetris dapat disebabkan oleh adanya penonjolan
pada salah satu sisi, misalnya karena adanya tumor atau pembesaran
hepar/lien
Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar
BUNYI GESEK :
Bunyi ini sama kedengarannya seperti bunyi gesek pleura atau
pericardial tapi terdengar bersamaan dengan inspirasi dan ekspirasi.
Mungkin terdengar di daerah hati atau lien. Bunyi gesek yang
terdengar di daerah hati mungkin dijumpai pada hepatoma atau
cholecystitis. Bunyi gesek yang terdengar di daerah lien mungkin
disebabkan oleh peradangan atau infark limpa
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )
Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan perkusi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar
Prosedur PERSIAPAN :
Teknik perkusi abdomen sama dengan teknik perkusi thorax, tapi
dilakukan lebih ringan.
Normal bunyinya adalah timpani
ASCITES
Bila cairan ascites tidak banyak dan cara periksa dengan palpasi kurang
meyakinkan, maka ascites dapat cara shifting dullness dan undulasi
Pasien dalam posisi terlentang diperkusi dari garis tengah sedikit di
bawah umbilicus ke arah lateral kiri. Pada tempat mulainya terjadi
perubahan bunyi dari timpani ke redup (dullness). Beri tanda.
Kemudian pasien diminta berbaring pada sisi kanannya. Pada perkusi
yang dilakukan dalam posisi ini seperti tadi, tempat perubahan bunyi
dari timpani ke redup bergeser ke lebih lateral karena cairan yang
tadinya berada di sisi kiri abdomen pada posisi pasien berbaring miring
pada sisi kanannya akan ‘jatuh’ mengalir ke sisi kanan sebagai tempat
terbawah, sehingga daerah yang pada posisi terlentang diperkusi
terdengar redup sekarang menjadi timpani. Ini berarti telah terjadi
“shifting dullness”
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )
Tujuan Mampu melakukan pemeriksaan palpasi abdomen dengan teknik yang baik
dan benar
Prosedur PERSIAPAN :
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi pasien terlentang.
Dinding perut penderita harus dalam keadaan “relax”. Sebaiknya
penderita bernafas melalui mulut atau diajak bercakap-cakap. Kedua
lengan disamping. Kedua tungkai dalam keadaan fleksi pada sendi paha
dan lutut. Vesika urinaria sebaiknya dalam keadaan kosong
Perabaan dilakukan dengan telapak tangan pemeriksa dan tekan
dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi metakarpofalangea.
Lengan pemeriksa harus sehorizontal mungkin (tidak boleh tegak lurus
terhadap dinding perut pasien)
Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tidak dapat
diraba, kecuali pada orang kurus yang berdinding perut lembek. Dalam
keadaan demikian, dapat teraba : sedikit ujung hepar di bawah
procesus xiphoideus, kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalis,
vertebrae lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid > 3 bulan,
vesika urinaria yang penuh
HEPAR
Palpasi hepar dilakukan mulai dari bawah ke atas (caudal ke cranial)
sepanjang linea midklavikularis kanan
Letakkan tangan pemeriksa di dinding abdomen saat pasien ekspirasi,
kemudian pasien diminta untuk melakukan inspirasi. Tangan pemeriksa
berusaha menyentuh hepar yang bergerak turun bersamaan dengan
inspirasi tadi
Bila hepar teraba oleh tangan pemeriksa, tetapkan :
1. Berapa cm tempatnya teraba dari arcus costae
2. Bagaimana konsistensinya (lunak, kenyal, keras atau seperti
batu)
3. Bagaimana permukaannya (licin, kasar, berbenjol)
4. Nyeri tekan atau tidak
Hepar normal tidak teraba sampai batas arcus costae
Bila teraba di bawah arcus costae kemungkinan terdapat pembesaran
hepar atau hepar turun (ptosis)
Konsistensi hepar normal adalah kenyal, permukaan licin dan tepinya
tajam
Pada peradangan hati (hepatitis) : hepar membesar, konsistensi dapat
kenyal atau lunak, nyeri tekan (+), permukaan licin, tepi dapat tajam
atau tumpul bila sudah kronik
Pada sirosis hati : hepar dapat mengecil hingga tak teraba dari
sebelumnya yang mungkin teraba dengan permukaan kasar dan tepi
tumpul atau berbenjol
Pada neoplasma : konsistensi hepar keras seperti batu, tepi tumpul
berbenjol, permukaan berbenjol, nyeri tekan (+)
Pada dekompensasio kordis kanan : hepar membesar, konsistensi
kenyal atau lunak, tepi tumpul, nyeri tekan (+)
VESIKA FELEA
Normal Vesika felea tak teraba
Perabaan Vesika felea dilakukan pada sudut yang dibentuk oleh arcus
costae kanan dengan sisi lateral dari M. Rektus Abdominalis kanan.
Mintalah pasien untuk menarik nafas panjang. Bentuk vesika felea
seperti buah peer
Pada peradangan yang menyebabkan vesika felea membengkak, vesika
felea dapat teraba saat pasien inspirasi dan terasa nyeri sehingga
pasien tiba2 berhenti menarik nafas panjang. Nyeri ini disebabkan
karena vesika felea yang meradang tersentuh oleh jari tangan saat
inspirasi. Tanda ini disebut Murphy sign (+), menunjukkan pasien
menderita cholesistitis
Penyebab lain pembesaran kandung empedu adalah karena
tersumbatnya saluran empedu oleh batu atau terjepit carcinoma caput
pancreas
LIEN
Cara melakukan pemeriksaan palpasi lien pada dasarnya sama dengan
pemeriksaan hepar, tetapi arah pemeriksaan lien adalah dari SIAS
(Spina Iliaca Anterior Superior) kanan ke titik perpotongan linea
midklavikularis kiri dengan arcus costae kiri
Garis yang menghubungkan ke2 titik itu dan melalui umbilicus, dibagi
menjadi 8 bagian yang sama. Titik2 yang membagi garis itu dinamakan
titik Schuffner. SIAS kanan adalah titik Schuffner 8 (S8), umbilicus
adalah titik Schuffner 4 (S4) dan perpotongan arcus costae kiri dengan
garis midklavikularis kiri adalah titik Schuffner 0 (S0)
Bila lien teraba di umbilicus, berarti lien teraba di S4, bila pada titik2
bagi diatasnya = S3, S2, S1; bila teraba di bawah umbilicus = S5, S6,S7
atau S8
Lien yang teraba harus disebutkan konsistensinya, tepi dan
permukaannya, nyeri tekan atau tidak
MODUL GASTROENTEROHEPATOLOGI PANKREAS
( GHP )
ILMU BEDAH
SOP ANAMNESIS DAN PF ABDOMEN (DIGESTIF)
( Revisi)
Tujuan Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen pada pasien
dengan penyakit/kelainan pada abdomen yang berkaitan dengan ilmu bedah
untuk menegakkan diagnosis
Prosedur A. ANAMNESIS
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2. Menanyakan identitas (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, & kebangsaan/suku)
3. Menanyakan keluhan utama
4. Menanyakan onset
5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang beserta keluhan yang
menyertainya seperti perubahan berat badan, perubahan suhu tubuh,
ada mual muntah tidak, perubahan nafsu makan. Pada wanita
perubahan menstruasi.
6. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
7. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
8. Menanyakan riwayat kebiasaan atau perilaku sehubungan dengan
penyakitnya
B. PEMERIKSAAN FISIK
Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan fisik
a. STATUS GENERALIS
1. Melakukan penilaian keadaan umum
2. Melakukan pemeriksaan tanda vital, tensi, nadi, suhu dan
pernafasan.
3. Memeriksa jaringan seluruh tubuh dari kepala, mata, hidung,
telinga, leher, thorak, abdomen, ektremitas atas, ektremitas
bawah dan genetalia.
4. Khusus pemeriksaan abdomen : tampak membuncit atau tidak.,
ada benjolan apa tidak., yang sesuai dengan keluhan utama
dituangkan dalam status lokalis.
b. STATUS LOKALIS
1. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
abdomen
2. Inspeksi : abdomen membuncit apa tidak , tampak benjolan apa
tidak, warna kulit normal atau ada bagian yang berbeda.
3. Palpasi : Bila ada benjolan konsistensinya bagaimana,
permukaannya rata atau tidak dan jumlah benjolan berapa banyak.
4. Ada nyeri tekan atau tidak, defans muskuler positif / negative.
5. Ada perbedaan suhu dengan bagian tubuh yang lain atau tidak.
6. Perkusi : dinilai bunyi ketukan : pekak berarti berisi jaringan keras
(tulang, liver, limpa, atau keganasan )
Redup berisi jaringan lunak atau cairan (asites, tumor jinak/ kista,
atau lipoma.
Timpani berisi udara (perforasi usus atau luka tembus dinding
abdomen)
7. Auskultasi : menilai bising usus (tinggi, normal atau negative)
Tinggi : ileus obstruksi atau diare
Negative : peritonitis atau ileus paralitik
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk pemeriksaan usus buntu : nyeri tekan/ lepas di titik McBurney
1. Memeriksa tanda Rovsing (nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
bawah) jika diperlukan
2. Memeriksa tanda Bloomberg (nyeri kanan bawah bila tekanan
sebelah kanan bawah (pada titik Mc.Burney) dilepaskan) jika
diperlukan
3. Melakukan uji obturator (nyeri perut kanan bawah pada m. obturator
jika lutut & paha kanan difleksikan dan diendorotasikan) jika
diperlukan
4. Melakukan uji iliopsoas (nyeri pada perut kanan bawah karena
kontraksi m. iliopsoas jika dilakukan ekstensi pasif sendi panggul
kanan) jika diperlukan
5. Melakukan rectal toucher
6. Pemeriksaan Kandung Empedu : Murphy Sign
Penderita diminta untuk ekspirasi, jari pemeriksa menekan perut
kanan atas di bawah iga kearah proksimal kemudian penderita disuruh
inspirasi. Bila ada rasa sakit maka Murphy Sign positif, kalau tidak
ada rasa sakit Murphy Sign negative.
7. Membedakan hernia inguinalis medialis/lateralis
Pemeriksaan finger test, caranya : Jari telunjuk melalui skrotum
dimasukkan ke kanalis inguinalis, pasien disuruh mengejan. Bila
tersentuh massa di ujung jari maka diagnosisnya Hernia inguinalis
lateralis, bila yang tersentuh massa di sebelah medial jari maka
diagnosisnya hernia inguinalis medialis.
8. Transiluminasi : membedakan hernia skrotalis atau hidrokel
dengan senter di sisi skrotum yang membesar dinyalakan bila sinar
tembus ke sisi kontralateral diagnosisnya hidrokel, kalau sinar tidak
tembus maka diagnosisnya hernia skrotalis.
D. RECTAL TOUCHER
1. Memposisikan pasien (phantom) pada posisi lithotomi (terbaik),
miring ke kiri (Sims) atau knee chest
2. Memakai sarung tangan
3. Melakukan inspeksi pada daerah anus, apakah ada benjolan, ulkus,
fisura, dll
4. Melakukan palpasi di sekitar anus, untuk memeriksa apakah ada
indurasi, nyeri tekan, dll
5. Mengoles jari telunjuk dengan vaselin
6. Memasukkan jari telunjuk dengan terlebih dahulu mengendorkan m.
sfinkter ani dengan cara memberi tekanan yang lembut dengan palmar
jari sampai terbuka dengan sedikit memutar jari sambil merasakan
tonus sfinkter ani
7. Memeriksa hal-hal berikut ini :
a. Sesuai tujuan/indikasi
b. Kualitas otot sfinkter ani (tonus sfinkter ani)
c. Apakah ada benjolan atau tidak
d. Apakah ampula rektum kolaps atau tidak
e. Apakah mukosa rektum licin atau tidak dan ada benjolan atau
tidak
f. Menilai prostat (membesar atau tidak, permukaan rata atau tidak.
Batas kranial teraba atau tidak, nodul ada atau tidak , Lobus
kanan-kiri sama atau tidak. Menilai sulkus medianus dan lateralis.
Pada BPH sulkus medianus dan lateralis dangkal, normal atau
dalam. Konsistensi kenyal atau keras. Apakah ada nyeri atau tidak
(pada jam berapa)
g. Melepaskan jari dari lubang anus dengan perlahan dan menilai apa
yg menempel pada sarung tangan (feses, darah, atau lender, atau
tidak ada sama sekali)
h. Bersihkan area anus dari bekas lubrikan
SOP KKD
MODUL NUG
SOP KKD3
MODUL SISTEM
NEFROUROGENITAL
(NUG)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
Bagian : Patologi Klinik
Keterampilan : Pemeriksaan carik celup dan sedimen urin
Pengertian :
Pemeriksaan carik celup adalah pemeriksaan menggunakan reagen yang mengandung zat
kimia dan dilekatkan pada carik kertas yang selanjutnya terjadi reaksi kimia dan perubahan
warna bila carik tersebut kontak dengan urin.
Pemeriksaan sedimen urin adalah pemeriksaan mikroskopis urin untuk melihat unsur organik
dan anorganik di urin
Tujuan :
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan carik celup dan sedimen urin
2. Mengetahui jenis parameter yang dapat diperiksa dengan carik celup.
3. Mengetahui unsur-unsur yang terdapat didalam sedimen urin (unsur organik dan
anorganik)
Peralatan : wadah/botol penampung urin, carik celup, sentrifus, tabung sentrifus, pipet pasteur,
kaca obyek, kaca penutup, mikroskop
Prosedur pemeriksaan:
3. Homogenisasi urin, tuang urin yang ada didalam botol/wadah penampung ke dalam
tabung sentrifus sebanyak 12 ml.
4. Ambil 1 buah tes strip/carik celup dari botolnya dan segera tutup kembali botol, periksa
tanggal kadaluarsanya.
5. Cocokkan warna tes strip dengan warna pita negatif pada botol tes strip untuk
mengetahui apakah reagensia masih baik (tidak teroksidasi).
6. Celupkan tes strip ke dalam tabung sentrifus sampai semua reagen yang terdapat di
carik celup tersentuh dengan urin, segera angkat dan tiriskan dengan menggunakan
kerta tisu.
1
7. Baca tes strip dengan membandingkan perubahan warna yang ada di tes strip dengan
label warna yang ada di botol carik celup, catat hasil pemeriksaan carik celup untuk 10
parameter.
8. Setelah itu, tabung sentrifus dimasukan ke dalam alat sentrifus. Jumlah tabung di dalam
alat sentrifus harus genap dan diletakkan berseberangan 1800 (bila ganjil tabung dapat
pecah) Misal: bila alat pemusing mempunyai 4 buah tempat tabung, maka tempatkan
tabung pada posisi no 1 berpasangan dengan no 3 atau no 2 dengan no 4. Bila alat
sentrifus mempunyai 8 buah tempat tabung, maka tempatkan tabung pada posisi no 1
berpasangan dengan no 5 atau no 4 berpasangan dengan no 8 dan seterusnya.
10. Setelah sentrifus berhenti, angkat tabung dan buanglah cairan atas urin (supernatan)
dengan gerakan cepat namun luwes lalu tegakkan kembali tabung dengan maksud agar
cairan yang menempel di dinding tabung akan turun ke dasar tabung, tersisa kira-kira
sebanyak 0,5 ml urin. (sedimen urin)
12. Untuk penggunaan mikroskop dengan sediaan basah harus digunakan cahaya sekecil
mungkin yaitu dengan menurunkan kondensor dan mengecilkan diafragma mikroskop.
13. Periksa sedimen mula-mula dengan lensa obyektif 10 x (LPK/Lapang pandang kecil)
lalu dengan obyektif 40 x (LPB/lapang pandang besar)
15. Nilai untuk eritrosit 0-1/LPB, leukosit 0-5/LPB, silinder 0-1/LPK ( secara kuantitatif),
untuk epitel, kristal secara semikuantitaif (-, +,++,+++,++++) dan disebutkan jenisnya
seperti epitel squamosa, epitel tubuli, kristal calsium oxalat, kristal triple fosfat.
16. Laporkan juga unsur-unsur lain yang ditemukan seperti jamur, parasit, bakteri.
2
1. 10 parameter yang dapat diperiksa dengan carik celup:
a. Makroskopis/sifat fisik: pH dan Berat Jenis (BJ)
b. Kimiawi : Protein, Glukosa, Keton, Bilirubin(bilirubin terkonjugasi), Urobilinogen
c. Mikroskopis : Eritrosit, Leukosit, Nitrit (untuk bakteri)
Catatan: pemeriksaan nitrit pada carik celup berdasarkan kemampuan
kuman/bakteri mereduksi nitrat menjadi nitrit, tetapi tidak semua bakteri dapat
merubah nitrat menjadi nitrit hanya bakteri golongan Gram negatif yang dapat
mengubah nitrat menjadi nitrit.
4. Silinder terbentuk di tubuli ginjal dan lebih banyak terbentuk di tubuli distal dan
tubuli koligentes karena didaerah tersebut pH urin asam.
5. Seharusnya dalam keadaan normal tidak dijumpai silinder dalam sedimen urin, akan
tetapi diperbolehkan ada silinder hyalin yang normalnya hanya 0-1/LPK karena
dalam keadaan sangat sedikit sekali yang umumnya tidak terdeteksi dengan cara
biasa, protein dikeluarkan oleh nefron.
7. Eritrosit seharusnya tidak dijumpai dalam sedimen urin karena sama sekali tidak
ada peranannya didalam urin. Leukosit dalam keadaan normal dijumpai dalam
sedimen urin 0-5/LPB karena sel ini dibutuhkan sebagai fagosit.
3
Gambar unsur sedimen urin
4
Gambar Silinder eritrosit
5
Lembar Penilaian
Pemeriksaan Sedimen Urin
A
No Komponen Penilaian 0 1 2
1 Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
Memberikan penjelasan kepada pasien maksud dan tujuan
2
pemeriksaan
3 Mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan
4 Menggunakan sarung tangan dengan baik dan benar
Homogenisasi urin sebelum pemeriksaan, menuang urin ke
5
dalam tabung sentrifus sebanyak 12 ml
Mengambil strip carik celup, lihat tanggal kadaluarsa, dan
6 cocokkan warna strip dengan warna pita negatif pada botol
strip
Celupkan tes strip ke dalam tabung sentrifus, angkat dan segera
7
tiriskan dengan menggunakan kertas tissue
Baca carik celup dengan membandingkan warna tes strip
8
dengan warna label yang ada di botol carik celup tersebut
Menyebutkan 10 parameter yang dapat dinilai dengan carik
9 celup (pH, BJ, Protein, Glukosa,Keton, Bilirubin, Urobilinogen,
Eritrosit, Leukosit, Nitrit)
Letakkan tabung sentrifus yang telah berisi urin ke dalam alat
10
sentrifus dan diputar pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit
Angkat tabung sentrifus dan buang cairan supernatan, sisakan
11
urin 0,5 ml
Homogenisasi sisa urin setelah di sentrifus, ambil 1 tetes
menggunakan pipet pasteur dan letakkan diatas kaca obyek lalu
12
ditutup dengan kaca penutup, hindari adanya gelembung udara
pada sediaan
Meletakkan kaca obyek di mikroskop, turunkan kondensor,
13
kecilkan diafragma mikroskop
Lihat unsur yang terdapat pada sedimen urin tersebut.
14
Menggunakan pembesaran 10x dan 40x
Menyebutkan semua unsur yang terdapat di sedimen urin :
15 unsur organik seperti eritrosit, leukosit, epitel dan unsur
anorganik seperti kristal, silinder
Nilai Total Maksimal 27
B
No Komponen Penilaian 0 1 2
Menentukan/menyebutkan unsur sedimen urin (konfirmasi ke
1
penguji)
2 Menyebutkan nilai normal carik celup
3 Menyebutkan nilai normal sedimen urin
Nilai Total Maksimal 6
KKD3 NUG
Sedimen Urin
6
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik NUG
I. Pengertian :
Keterampilan Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Urologi adalah keterampilan melakukan pemeriksaan
pada pasien dengan penyakit atau kelainan urologi pada semua umur dengan cara wawancara
untuk menggali informasi gejala klinis dan pemeriksaan fisik fokus pada SSK termasuk genital
eksterna laki-laki dengan prosedur yang benar untuk dapat menegakkan diagnosis urologi.
VI. Materi : ‘Lembar Pelatihan’ Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Urologi terlampir
VII. Sistem Evaluasi : Uji oral prosedur pemeriksaan sesuai di ‘Lembar Pelatihan’
7
ANAMNESIS UROLOGI
No Bahasan Uraian
Anamnesis: adalah pemeriksaan subyektif dengan cara tanya-jawab tentang
ANAMNESIS masalah / penyakit yang dikeluhkan sekarang.
Auto anamnesis jika pasien bisa diajak tanya-jawab dengan baik.
Allo anamnesis jika pasien tidak bisa diajak tanya-jawab dengan baik ( bayi, anak
rewel, gelisah, tidak sadar, pikun, gangguan jiwa, mabuk, bisu-tuli) Hasil anamnesis
dicatat di rekam medis yang diregistrasi dan ditulis tanggal periksa dan nama tanda-
tangan pemeriksa.
1 Perkenalan Menyapa secara ramah dan memkenalkan diri kepada pasien / pengantar
2 Identitas 1. Nama pasien: ………………. …… L/P, Umur: …..th / bln; Agama,: ……..
Status ( K / TK ), Bangsa: ………………. Pekerjaan: ..……….. …………
Alamat.: ………………………………………………………………………….
2. Penanggung jawab/ penjamin:
Nama: ( perorangan, dinas, asuransi ): ……………………………………….
No. KTP / Identitas; ………………………… Alamat: ………………………..
Apa hubungannya dengan pasien: ……….
3. Tanggal periksa : ……………………… jam: ………
4. Dokter pemeriksa : …………………….. Paraf dokter: ……………..
3 Keluhan utama Keluhan utama pasien di bagian urologi dapat berupa: ……………………..
1. Keluhan umum : keluhan sistemik yang mungkin berkaitan dengan
kelainan / penyakit urologis
2. keluhan khusus: keluhan dari sistem urogenital, ada lima kelompok:
1.. Sakit organ dan kolik,
2.. Gangguan miksi / aliran urine.
3.. Pembengkakan / benjolan / deformitas.
4.. Perlukaan dan ulkus.
5.. Gangguan seksual dan infertilitas pada pria.
3.1 Keluhan umum Contoh keluhan umum yang mungkin berkaitan dengan kelainan urologis.
1. Lemah-lesu, pucat ( mungkin terkait penyakit kronis urologi).
2. Demam menggigil,mual/muntah( mungkin PNA/ Abses /Urosepsis)
3. Sakit kepala, pusing, mual/muntah, badan mengurus, napas bau urin
( mungkin penderita gagal ginjal).
4. Demam mata sembab ( mungkin radang ginjal / GNA )
5. Edema sebelah tungkai ( desakan vena oleh tumor buli atau prostat).
6. Ginekomastia ( mungkin berkaitan dengan karsinoma testis).
3.2.1 Sakit organ dan Pengertian sakit organ dan kolik: …………………………………………
kolik * Sakit organ timbul karena peregangan kapsul / dinding organ.
Sakit organ akut karena peradangan akut / edema / bendungan di organ.
Sakit organ kronis karena tumor / kista / batu / radang kronis.
* Kolik: mendadak kesakitan di pinggang sangat tajam berulang-ulang
timbul karena hiperperistaltik di UPJ / ureter untuk mendorong penyumbat.
Rasa sakit bisa menjalar ke bawah sampai lipat paha, penderita gelisah
dan kadang disertai mual / muntah.
Pasien yang mengeluh sakit diminta menunjukkan lokasi dan sifat sakitnya:
3..2. Gangguan miksi 1. Gangguan yang bersifat iritatif (peradangan), keluhan berupa……….
2 / -- sering kencing ( frekuensi ),( diuresis, jika volume urine banyak ).
aliran urine -- sering kencing malam ( nokturia ), siang(diuria) ok.sekresi urin tambah
-- kencing sakit ( disuria ),
-- tidak bisa menahan hasrat mau kencing ( urgensi ),
-- anyang-anyangan (polakisuria = frekuensi + urgensi + disuria ),
straddle injury
Referred pain
10
PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI
No Bahasan Uraian
1 Status generalis Pemeriksaan fisik umum
1.1 Keadaan umum Pasien baring terlentang di bangku periksa.
Periksa: Kesadaran ( sadar penuh / kesadaran menurun / tak sadar ),
Kondisi ( tenang / tampak menderita / kesakitan / gelisah )
1.2 Tanda-tanda vital Periksa : - Sistem Kardio-vaskuler: Nadi, TD, Jantung, Suhu.
- Sistem Pernafasan: Jalan napas, Pernafasan, Bau nafas.
- Sistem Pencernaan: . Mual / muntah, peritonismus
- Sistem Urogenital:: Tanda-tanda sumbatan akut / cedera.
( Perut bawah membuncit, jejas / perlukaan pasca trauma)
1.3 Periksa Pakaian pasien dibuka ganti selimut.
menyeluruh Periksa adakah kelainan pada: kepala, leher, mata, THT, toraks, perut, punggung, tulang
belakang, ekstremitas, genital eksterna, KGB.
Contoh kelainan: kulit turgor kurang, anemis, meradang, cedera / perlukaan,
perdarahan, fraktur, bengkak, edema, pembesaran,
NB.: Kasus trauma berat curiga mencederai TUG, penanganan awal mengikuti prosedur
ATLS, yaitu survei primer ABCDE dan BLS.
2 Status urologi Periksa per organ yang dicurigai (ginjal,buli genital eksterna, prostat) dengan Inspeksi,
Pa;pasi, Perkusi ( ginjal, buli ), PCD ( prostat, buli )
2.1 Ginjal: 1.Kasus curiga ginjal membesar / sakit ………………………..
Inspeksi: - Posisi terlentang : Abdomen tidak simetris / menonjol ke samping
- gerakan benjolan ke kaudal waktu inspirasi dalam.
- kadang ada sikap terpaksa badan laterofleksi kearah ginjal sakit.
2.Kasus curiga cedera ginjal diperhatikan: (pada survei primer ): ……
- Adakah jejas/ luka tembus di perut kwadran atas ?:
- Adakah jejas / pembengkakan / hematom / luka di daerah CVA?:
- Adakah terus memegangi satu sisi flank: (pada kolik / nyeri ginjal).
- Adakah gejala peritonismus ? ( pada ruptur ginjal / ureter ).
2. Kasus curiga ginjal yang cedera : tidak dilakukan palpasi (karena sakit dan perut
agak tegang)
Pasien duduk agak membungkuk, pemeriksa meraba CVA dengan tangan kiri dan
Perkusi: tangan kanan mengketok punggung tangan kiri beberapa kali, pasen merasa nyeri jika
ada hidronefrosis atau tumor; pada ginjal normal tidak terasa sakit.
Perkusi ginjal dari daerah perut sulit dilakukan.
11
3. Pasca trauma perut bagian bawah ( sa’at buli penuh ):………………
-- Daerah suprapubik ada jejas dan kesakitan ( curiga kontusio buli )
-- Daerah suprapubik ada jejas / luka dan tampak oedem ( curiga ruptur buli
ekstraperitoneal).
-- Abdomen tegang dan kesakitan ( curiga ruptur buli intraperitoneal)
Palpasi Pada pembesaran buli ( Retensio urine, batu buli, tumor buli )
-- Perut bawah suprapubik teraba massa membulat permukaan licin batas atas 2-5 jari
atas simfisis bisa setinggi pusat, nyeri tekan,fluktuasi ⊕.
-- Palpasi bimanual buli-buli : abdominorektal pada laki-laki,
abdominovaginal pada wanita, posisi litotomi:Tangan kiri menekan suprapubik,
tangan kanan rectal toucher (laki) atau vaginal toucher (wanita ).menilai massa di
buli.
Perkusi Perkusi di daerah suprapubik pada buli membesar bunyinya redup, sekaligus
menentukan batas atas sampai terdapat bunyi timpani.
2.3 Uretra
Inspeksi Adakah kelainan uretra :
- Muara uretra di dorsum penis (epispadia);
- Muara uretra di ventral penis: ( hipospadia; tipe glandis, tipe shaft penile, tipe
penoskrotal, tipe perineal)
- Muara uretra di vagina ( urine mengalir di vagina ).
- Meatus / OUE meradang atau ada discharge ( uretritis.)
- Meatus basah urine ( inkontinensia ) atau darah ( cedera uretra)
Palpasi Palpasi uretra laki-laki dari meatus sampai bulbus, bisa menemukan adanya indurasi
(stenosis, striktur) , edema (radang / cedera), batu.
2.4 Penis
Inspeksi Posisi litotomi atau berdiri : ……………………………………………….
- Adakah kelainan (mikropenis, makropenis, chordee, curvatura penis fibrosis, fimosis,
parafimosis, sirkumsisi )
- Adakah peradangan ( abses, balanitis, balanoposthitis)
- Adakah tumor ( veruca, kondiloma, ulkus, karsinoma)
Palpasi Menentukan adanya fibrosis kulit penis, fibrosis di corpus cavernosum penis
(Peyronie’s disease), peradangan, menilai tumor.
2.5 Skrotum.
Inspeksi Adakah kelainan : ……………………………………………………………
1 Skrotum terbelah dan hipoplasia ( pada hipospadia tipe perineal ).
2 Skrotum kecil hipoplasia, skrotum kecil sebelah ( testis tidak turun );
3 Pembesaran skrotum hilang timbul ( hidrokel komunikan ).
4 Seluruh skrotum membesar menetap (oedema, limfedema, selulitis, hematoma,
infiltrat urine );
5 Skrotum membesar sebelah (hernia skrotalis, hidrokel testis,orkhitis,tumor
testis,varikokel berat).
Pemeriksaan transiluminasi ( tempelkan senter nyala terang pada sisi skrotum dan
dilihat sisi seberangnya dengan menempelkan teropong).Transiluminasi positip ( isi
skrotum bersinar kemerahan ) berarti isi skrotum cairan misalnya hidrokel /
hematokel.
6 Kulit skrotum : oedem, radang, abses, fistel, hematom, sikatriks, tumor
7 Inguinal: adakah benjolan / penonjolan.
Palpasi Palpasi prostat dengan cara rectal toucher ( pemeriksaan colok dubur ):
1. Sering ditemukan hemoroid.
2. Tonus sfingter ani normal ( pada neurogenic bladder tonus flaccid ).
3. Mukosa rektum diperiksa.
4. Palpasi prostat:
- Besarnya prostat (satu / dua lobi, simetris/tidak, ukurannya, batas ),
- Permukaannya ( licin / ada nodul )
- Konsistensi ( kenyal / bagian keras/ nodul keras ).
- Mobil / terfiksir.
13
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Prosedur Kateterisasi Uretra
I. Pengertian :
1. Keterampilan Kateterisasi Uretra adalah keterampilan dalam melakukan
tindakan infasif memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra pada
pasien yang memerlukannya, dengan langkah-langkah yang benar.
2. Tujuan (indikasi) kateterisasi uretra adalah :
a. Tujuan terapeutik :
1. Mengosongkan buli-buli, misalnya pada retensio urin
2. Agar uretra tetap paten pada durante/post op
3. Irigasi/instilasi buli-buli
4. Dilatasi uretra; splinting
5. Bladder training
b. Tujuan diagnostik:
1. Mengukur residu urine
2. Mengambil sampel urine untuk kultur
3. Memasukkan bahan kontras untuk sistografi
4. Monitor balans cairan pada terapi cairan
b. Ukuran Kateter :
• Anak-anak : Fr. 8, 10,12
• Dewasa wanita : Fr. 14, 16
• Dewasa laki-laki : Fr. 16, 18
• Kateter Fr. 20, 22, 24 untuk irigasi/instilasi pasien dewasa, sebaiknya
dipakai 3 way kateter
c. Kateter logam /kateter dengan mandrain : tidak direkomendasikan
14
II. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pelatihan mahasiswa kompeten melakukan tindakan kateterisasi
uretra sesuai dengan SOP
VI. SOP kateterisasi uretra terlampir (Dauer Kateterisasi uretra pada laki-laki dewasa)
===================
15
Nama Mahasiswa : Tanggal :
NIM : Penguji :
Tandatangan : T.tangan :
16
10. Masukkan aquades dengan spuit pelan-pelan ke balon
kateter minimal 10 ml ( sebaiknya 15 ml ), kemudian tarik kateter
sampai terasa tertahan. Preputium dikembalikan ke posisi
semula ( bagi yang tidak sunat )
11.Perhatikan urine yang keluar : pastikan kelancarannya, warna,.
kejernihannya, volume urine awal dan reaksi pasien.
12. Fiksasi:
Pasen rawat jalan: kateter difiksasi di sisi dalam paha dan
slang digulung bersama urine bag di fiksasi kuat di sisi
dalam paha dan pasen dapat memakai celana.
Pasen rawat inap : kateter difiksasi di lipat paha, urine bag
digantung di sisi bed, pasen pakai celana atau diselimuti
4 Pencatatan 1. Telah terpasang dauer kateter Foley silicone coated Fr.16,
dan instruksi kateter masuk tanpa hambatan, isi balon 10 ml.
2. Urine keluar lancar, warna kuning muda, tidak keruh,
volume awal 600 ml, setelah itu pasen merasa lebih enak.
3. Kateter dipertahankan selama menjalani pemeriksaan lanjutan
Jaga kebersihan kateter dan urine bag, bersihkan OUE pagi
sore. Urine bag penuh segera dikosongkan dan tutup lagi.
Dilaporkan : - jumlah volume urine selama 24 jam.
- apabila ada gangguan / keluhan
4. Pencabutan / penggantian kateter diputuskan oleh dokter
5. Paraf dokter
Total Nilai
Total Nilai
Nilai akhir = X 100 =
40 ………………
17
Bagian : Ilmu Bedah
Keterampilan : Sirkumsisi
Definisi
Sirkumsisi adalah tindakan membuang preputium penis.
Dorsumsisi adalah tekhnik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal
(jam 12) sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan
sirkuler ke kiri dan ke kanan sejajar sulcus coronarius.
2. Paraphimosis
Adalah suatu keadaan dimana preputium yang teretraksi tidak dapat dikembalikan
kembali ke posisi semula.
Penatalaksanaan: akut dikembalikan ke posisi semula dengan tekhink tertentu bila
gagal sirkumsisi
3. Balanophostitis
Balanitis adalah Infeksi dari glans sedangkan phostitis adalah infeksi dari preputium. ing
dijumpai pada pria dewasa atau anak laki-laki yang belum dilakukan sirkumsisi dan
mereka dengan higine yang kurang.
Gejalanya : kemerahan, inflamasi, gatal, nyeri dan bau tidak sedap.
Penatalaksanaan :
- Sesuai dengan penyebab
- Apabila penyebab nya karena preputium tidak dapat diretraksi (phimosis) maka
sirkumsisi sebagai penatalaksanaan.
6. Agama
7. Ritual tradisi
Kontraindikasi Sirkumsisi:
1. Hipospadia
2. EpispadiA
3. Burried Penis
4. Kelainan pembekuan darah
18
Alat dan bahan :
1. Sirkumsisi set : 3 klem bengkok, 1 klem lurus
Pinset
Gunting jaringan, gunting benang
Needle holder
2. Spuid 3cc
3. Obat anestesi lokal
4. Jarum jahit jaringan dan benang catgut plain
5. Povidone iodine
6. Duk steril
7. Kassa steril
8. Sarung tangan steril
Prosedur tindakan/pelaksanaan :
1. Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan dan
penyembuhan luka, kelainan hipospadi dan epispadia)
2. Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilakan pasien untuk
berbaring)
5. Meminta pasien membuka celana dan menenangkan pasien dengan sopan
6. Melakukan cuci tangan dan Memakai sarung tangan steril
7. Melakukan desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara
melingkar
8. Mamasang duk steril
9. Melakukan anestesi blok pada nervus Pudensus atau pada nervus Dorsalis Penis
10. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
11. Membuka preputium perlahan-lahan lalu dilakukan retraksi sampai corona glandis
terlihat. Bersihkan penis dari smegma menggunakan kassa betadine
12. Kembalikan preputium pada posisi semula
13. Klem preputium pada jam 11, 1, dan 6
14. Gunting preputium pada jam 12 sampai kira-kira 0.5 cm proksimal dari sulcus
coronarius
15. Melakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
16. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum pada
jam 6
17. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan
melingkar)
18. Jahit secara matras horisontal pada frenulum
19. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
20. Lakukan jahitan melingkar
21. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik disekeliling luka jahitan
22. Balut luka dengan kassa steril (optional)
23. Buka duk, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
24. Buka sarung tangan dan cuci tangan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien
19
anestesi blok n.pudensus
20
21
Nama
Mahasiswa :
NIM :
Skor
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1.
Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan hipospadi dan epispadia)
2.
Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilakan
pasien untuk berbaring)
5. Meminta pasien membuka celana dan menenangkan pasien dengan
sopan
6. Melakukan cuci tangan dan Memakai sarung tangan steril
7. Melakukan desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis
secara melingkar
8. Memasang duk steril
9. Melakukan anestesi blok pada nervus Pudensus atau pada nervus
Dorsalis Penis
10. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
11. Membuka preputium perlahan-lahan lalu dilakukan retraksi sampai
corona glandis terlihat. Bersihkan penis dari smegma menggunakan
kassa betadine
12. Kembalikan preputium pada posisi semula
13. Klem preputium pada jam 11, 1, dan 6
14. Gunting preputium pada jam 12 sampai kira-kira 0.5 cm proksimal dari
sulcus coronarius
15. Melakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
16. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan
frenulum pada jam 6
17. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi
dengan jahitan melingkar)
18. Jahit matras horisontal pada frenulum
19. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
20. Lakukan jahitan melingkar
21.
Kontrol luka dan jahitlan, oleskan salep antibiotik disekeliling luka jahitan
22. Balut luka dengan kassa steril (optional)
23.
Buka duk, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
24. Buka sarung tangan dan cuci tangan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien
Keterangan :
: tidak dilakukan atau disebut sama
0 sekali
: dilakukan tapi kurang
1 sempurna
: dilakukan dengan
2 sempurna
Nilai = Total skor (.........../50) x 100%
`
22
SOP KKD
MODUL PSI
KETERAMPILAN KLINIK DASAR (KKD)
MODUL PSIKIATRI (Mo-PSI)
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FK USAKTI
BENTUK KETERAMPILAN :
Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Psikiatrik
MATERI AJAR :
I. Diagnosis Psikiatrik (Blok F0-9) dan Evaluasi Multiaksial (Axis I-V)
II. Pemeriksaan Psikiatrik (Bina Rapport, Riwayat Psikiatrik, Status Mental)
III. Penatalaksanaan Psikiatrik (Psikofarmaka dan Psikoterapi)
P.I.C.
SESI MATERI AJAR TOPIK BAHASAN WAKTU
Per sesi
Penggolongan Diagnosis
Diagnosis
I-a Gangguan Mental Perilaku ATWR 1 jam
Psikiatrik
KKD - 1 (Pemutaran Film Psikiatrik)
Pemeriksaan Anamnesis Psikiatrik
I-b ATWR 1 jam
Psikiatrik-1 (Bina Rapport) & Latihan
KKD - 2 II Tentamen-1 Anamnesis Psikiatrik / Bina Rapport 2 jam
Pemeriksaan Pemeriksaan Riwayat-
III-a ATWR ½ jam
KKD - 3 Psikiatrik-2 Psikiatrik & Latihan
III-b Tentamen-2 Riwayat Psikiatrik 1½ jam
Pemeriksaan Status Mental
IV-a Pemeriksaan EI 1½ jam
KKD - 4 & Latihan Tentamen
Psikiatrik-3
IV-b Evaluasi Multiaksial (GAF) EPN ½ jam
KKD - 5 V Tentamen-3 Status Mental 2 jam
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
VI-a RMWL 1 jam
Psikiatrik-1 Psikofarmaka & Latihan
KKD - 6
Penatalaksanaan
VI-b Psikoterapi & Latihan DPV 1 jam
Psikiatrik-2
VII a-b Tentamen-4 Psikofarmaka dan Psikoterapi 1½ jam
KKD - 7 EI/
VII-c Rangkuman KKD Mo-PSI (Persiapan Ujian) RMWL
½ jam
KKD - 8 VIII UJIAN KKD Mo-PSI (Latihan OSCE Psikiatrik) 2 jam
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 2
MATERI KKD - 1 (Sesi I-a): DIAGNOSIS PSIKIATRIK
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 4
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 5
MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 7
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 8
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 9
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 10
PENUNTUN WAWANCARA PSIKIATRIK
2. ORIENTASI
- Hari apakah ini? Tanggal berapakah hari ini? Bulan dan tahun berapakah hari ini?
- Musim apa sekarang?
- Apa nama alamat tempat tinggal anda sekarang?
- Dimanakah kita sekarang? ( Kota, Negara, dan Alamat )?
- Apakah nama rumah sakit ini? Di bangsal apakah kita berada?
- Siapakah nama anggota-anggota staf rumah sakit disini? Siapa nama Dokter yang mengobati anda?
Apa pekerjaan mereka?
- Siapakah nama teman-teman anda dirumah sakit? Siapa nama teman-teman anda dirumah?
- Tahukah anda nama Presiden kita? Gubernur kita?
3. HALUSINASI
- Apakah anda pernah mengalami pengalaman yang tidak seperti biasanya? Mendengar suara gaduh
yang asing?
- Kadang-kadang orang menceritakan pada saya bahwa mereka dapat mendengar bunyi-bunyi atau
suara-suara dalam kepalanya yang tidak didengar orang lain, bagaimana dengan anda?
- Apakah anda kadang-kadang mendengar sesuatu yang tidak didengar oleh orang lain? Mendengar
suara-suara yang padahal saat itu tidak ada orang lain di tempat itu? Suara apa yang anda dengar?
- Apakah anda kadang-kadang menerima komunikasi pribadi dari televisi atau radio? Dari Tuhan?
Setan?
- Dapatkah anda kadang-kadang mendengar pikiran-pikiran anda dengan keras dari dalam kepala anda?
Apakah bunyinya seperti suara-suara?
- Apakah anda kadang-kadang mendengar suara-suara dari dalam kepala anda? Kapan? Seringkah?
Seberapa jelas? Seberapa keras?
- Suara-suara siapa yang anda dengar di dalam kepala anda? Berapa banyakkah suara-suara tersebut?
Apakah suara-suara tersebut berbicara pada anda, mengomentari anda, atau berbicara satu dengan
yang lainnya?
- Apakah yang dikatakan oleh suara-suara tersebut? Baik atau burukkah suara tersebut?
- Apakah anda takut pada suara-suara tersebut?
- Apakah suara-suara tersebut menyuruh anda untuk melakukan sesuatu? Memberikan perintah
langsung?
- Apakah anda patuh pada perintah suara-suara tersebut? Haruskah anda patuh?
- Apakah yang anda lakukan dengan suara-suara (pengelihatan) tersebut?
- Bagaimanakah munculnya suara-suara (pengelihatan) tersebut?
- Apakah ini merupakan suatu pengalaman yang wajar?
- Apakah suara-suara tersebut mengganggu pikiran dan aktivitas anda?
- Apakah benda-benda yang biasa dilihat pernah tampak asing atau menyimpang?
- Apakah anda pernah mempunyai pengelihatan atau melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain?
Seringkah? Seberapa jelaskah pengelihatan tersebut?
- Apakah pengelihatan-pengelihatan tersebut terjadi bersamaan dengan suara-suara, ataukah terpisah?
- Apakah anda pernah mencium bau yang tidak dicium oleh orang lain?
- Apakah anda merasakan sensasi asing dari dalam tubuh anda atau merasakan sesuatu yang asing
dalam diri anda?
6. RASA KEBESARAN
- Bagaimana anda membandingkan diri anda dengan orang lain pada umumnya? Lebih baikkah atau
lebih burukkah? Atau sama?
- Apakah anda istimewa dalam beberapa hal? Dalam hal apa?
- Apakah anda mempunyai bakat-bakat atau kemampuan yang tidak dimiliki orang lain atau sebagian
besar orang?
- Apakah anda mempunyai indera ke-enam? Dapatkah anda membaca pikiran orang lain?
- Bagaimana perasaan anda mengenai diri anda sendiri?
- Apakah anda mempunyai kekuasaan yang istimewa atau yang tidak biasa?
- Apakah anda menganggap diri anda kaya? Terkenal? Pernahkah anda muncul di televisi, radio, film,
atau pentas? Membuat rekaman?
- Apakah anda menilai diri anda lebih tinggi dari orang lain dalam hal standar moral? Apakah ini
membuat anda mendapatkan kehormatan istimewa?
- Apakah anda mempunyai misi khusus dalam kehidupan? Bagaimana hal ini terjadi?
- Apakah anda seorang yang religius? Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Apakah anda lebih
dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan orang lain?
- Apakah anda salah satu dari malaikat Tuhan? ( nabi, utusan, dsb ) ?
- Apakah anda menganggap diri anda sebagai Tuhan?
7. RASA BERSALAH
- Apakah anda merasa kurang berharga daripada orang lain pada umumnya?
- Apakah anda menganggap diri anda sebagai orang yang buruk dalam beberapa hal?
- Apakah anda merasa bersalah tentang sesuatu yang mungkin sudah anda lakukan di masa lalu?
- Sudahkah anda melakukan sesuatu yang pantas mendapatkan hukuman?
- Hukuman macam apa yang pantas anda terima?
- Apakah keadaan anda saat ini ( perawatan di rumah sakit, keadaan sakit, dsb ) merupakan semacam
hukuman? Bagaimanakah anda tahu?
- Punyakah anda pikiran-pikiran untuk mencelakakan diri sendiri sebagai hukuman? Pernahkah anda
melaksanakan pikiran-pikiran tersebut?
8. WAHAM
Waham Pertanyaan
- Waham kejar ( misalnya, seseorang sedang Apakah anda mengalami kesulitan dalam bersama-
diikuti, suratnya telah dibuka, rumahnya sama dengan orang lain?
dipasang alat perekam, diamati pemerintah ) Apakah anda merasa bahwa orang-orang menentang
- Persecutory anda?
Apakah seseorang telah mencoba untuk
membahayakan diri anda atau bersekongkol
menentang anda?
- Waham cemburu (misalnya, pasangan Apakah anda takut bahwa pasangan anda tidak jujur?
memiliki hubungan gelap) Bukti apa yang anda miliki?
- Jealousy
- Waham dosa atau bersalah (misalnya Apakah anda merasa bahwa anda telah melakukan hal
seseorang telah melakukan dosa yang yang menakutkan?
menakutkan, seseorang telah Apakah anda merasa layak mendapatkan hukuman
bertanggungjawab atas tindakan yang tidak atasnya?
termaafkan, seseorang patut untuk dihukum) Apakah ada yang mengganggu kesadaran anda? Apa
- Sin / guilt itu?
- Waham kebesaran ( misalnya, seseorang Apakah anda memiliki kekuatan, bakat, atau
memiliki kekuatan, kemampuan, identitasnya kemampuan khusus?
khusus ) Apakah anda merasa bahwa anda akan mencapai hal
- Grandiose, megaloman yang besar?
- Waham somatik (misalnya, seseorang yakin Apakah ada gangguan dengan cara kerja tubuh anda?
bahwa tubuhnya menderita penyakit, Apakah anda melihat adanya perubahan dalam
abnormal, atau berubah) penampilan anda?
Apa penyebabnya?
- Gagasan atau waham menyangkut diri Apakah anda berjalan ke dalam ruangan dan berpikir
sendiri (ideas and delusion of reference) bahwa orang lain sedang membicara-kan anda atau
(misalnya, seseorang yakin bahwa tanda, menertawakan anda?
pernyataan, atau peristiwa yang tidak Apakah anda melihat di majalah atau TV yang
penting adalah ditujukan pada dirinya atau menyebut diri anda atau memiliki arti khusus bagi
memiliki arti khusus ) anda?
- Idea of influence: ide mirip waham dirinya Apakah anda telah menerima pesan khusus dengan
dipengaruhi kekuatan luar suatu cara?
Waham aneh Pertanyaan
- Perubahan pikiran, siar/ sisip /sedot pikir Apakah anda mendengar pikiran anda berbicara,
- Thought broadcasting seakan-akan ada suara di luar kepala anda?
Apakah anda merasa bahwa pikiran anda disiarkan
- Thought insertion sehingga orang lain dapat mendengarnya?
Apakah anda merasa bahwa pikiran telah dimasukkan
- Thought withdrawal ke dalam kepala anda oleh sumber atau orang di luar?
Apakah anda merasa bahwa pikiran anda telah diambil
oleh sumber atau orang di luar?
10. DEPRESI
- Apa yang anda rasakan sekarang? Seperti apakah ciri alam perasaan anda?
- Apakah anda pada umumnya merasa bahagia? Sedih? Mengapa?
- Ketidakbahagiaan yang bagaimana yang anda rasakan?
- Kapan anda merasakan paling sedih? Berapa lama perasaan ini berlangsung?
- Pernahkah pada seminggu terakhir anda merasakan perasaan sedih atau tidak bahagia?
- Apakah anda kadang-kadang menangis? Seringkah?
- Apakah alam perasaan anda mempengarui nafsu makan anda? Tidur? Kemampuan untuk bekerja?
- Sudahkah anda mempunyai pikiran untuk mencelakakan diri sendiri atau mengakhiri hidup anda?
Sudahkah anda berusaha bunuh diri?
11. ANXIETAS
- Adakah sesuatu yang mencemaskan anda? Pernahkah anda merasakan gugup? Tegang?
- Apakah yang telah membuat anda merasa gugup ( cemas, tidak tenang, tidak santai )?
- Coba anda luruskan tangan anda ke depan ( untuk memeriksa tremor ).
- Sekarang bolehkah saya melihat telapak tangan anda? ( untuk memeriksa keringat)
- Pernahkah anda merasa jantung anda berdebar-debar kencang?
- Apakah anda takut pada sesuatu? Seseorang?
- Seberapa cemaskah atau gugup pernah anda rasakan? Apakah pernah sampai pada keadaan panik?
- Apakah kecemasan/ kegugupan mempengaruhi nafsu makan anda? Tidur? Kemampuan bekerja?
- Apakah perasaan itu mempengaruhi aktivitas anda?
(Sumber : Pedoman Definisi PANSS ( Positive And Negative Symptoms Scale ) & Sinopsis Psikiatri)
MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): LATIHAN TENTAMEN
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)
TIPE SOAL: A/B-1
LATIHAN / TENTAMEN - 1 Pasien Perempuan
Untuk
MAHASISWA
Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan ANAMNESIS/
WAWANCARA PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar
nantinya dapat melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah wawancara psikiatrik secara singkat.
5. Lakukanlah bina rapport dengan baik terhadap pasien, dari awal, pertengahan/
selama wawancara dan observasi hingga akhir/ terminasi wawancara.
6. Ingatlah tujuan tentamen ini adalah melatih keterampilan membina rapport,
sehingga Anda pada tentamen ini hanya menggali riwayat psikiatrik, yakni keluhan
utama, riwayat gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 6 menit).
7. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek,
dan tidak perlu mempresentasikan hasil pemeriksaan status mental, juga tanpa
pemberian terapi.
8. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data (± 1 menit).
9. Bila eksplorasi data dianggap cukup, lakukanlah terminasi atau mengakhiri
wawancara dengan pasien (± 1 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.
Kasus :
o Ny. Aci, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA
(tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan
perubahan perilaku lainnya yang dialami sejak dua minggu yang lalu.
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 15
TIPE SOAL: A/B-1 Pasien Perempuan
LATIHAN / TENTAMEN – 1
g
SKENARIO KASUS
Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan mendengar suara-
suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan perubahan perilaku lainnya sejak dua minggu yang lalu.
I. Identitas:
Ny. Aci, 35 tahun, menikah, Islam, Betawi, SMA (tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di
Tomang, Jakarta Barat.
TIPE SOAL: A/B-1 Pasien Perempuan
LATIHAN / TENTAMEN - 1
g
CUPLIKAN WAWANCARA
PSIKIATRIK
SKENARIO KASUS:
Ny. Aci, 35 tahun. Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan
keluhan mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya sejak dua minggu yang lalu.
(dari sebagian Skenario Percakapan dengan Pasien Simulasi / Standarized Patient – Pasien Standar - PS)
Dokter : Selamat pagi / siang, perkenalkan nama saya dokter …….. , silakan duduk ibu.
PS : Terima kasih, dok!
Dokter : Dengan Ibu Aci ya … ?
PS : Ya, saya … Ibu Aci.
(Catatan: Bila ditanya tentang identitas lengkap - alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama,
suku, dsb. maka penguji akan menginterupsi, karena data-data tsb.sudah lengkap tak perlu ditanyakan lagi. Tujuan
wawancara psikiatrik versi ini hanya meliputi satu gejala psikopatologi, bukan diagnosis kerja).
PS : Begini dok, saya terganggu sekali dengan suara-suara dari telinga saya.
(Catatan: ekspresi wajah sedih/ kecewa dan bingung)
Dokter : Maksudnya, apakah Ibu mendengar suara orang berbicara melalui telinga Ibu?
PS : Ya dok.
Dokter : Saat mendengar suara-suara itu Ibu sedang ada di mana? Apakah di luar rumah atau
dalam kamar atau dimana ibu? Dan kapan munculnya / biasanya saat Ibu sedang bikin
apa / ngapain?
PS : Dalam kamar tidur dok. Biasanya muncul kalau saya lagi banyak mikir, entah apa yang
dipikirin… atau sebaliknya kalau pikiran lagi kosong … terus muncul deh !.
Dokter : Jadi dalam kamar tidur, saat itu apakah ada orang yang mengajak Ibu bicara?
PS : Itulah dok yang bikin bingung. Tidak ada, tapi suaranya jelas sekali saya dengar.
(Catatan: ekspresi wajah tampak bingung juga sedikit kesal)
Dokter : Baik ibu. Jadi Ibu mendengar suara tanpa ada orangnya yang akhirnya membuat Ibu
bingung. Mungkin bisa ceritakan tentang suara- suara itu ibu?
PS : Ya dok, dua minggu yang lalu saya izin dari kantor, soalnya badan tiba-tiba kurang
“enak”, seperti mau sakit. Mau bilang demam juga tidak, akhirnya saya minum obat
turunkan panas, lalu saya masuk kamar. Nah, saat itulah timbul suara-suara.
Dokter : Jadi hal ini sudah berjalan dua minggu? Apakah sebelumnya juga pernah alami hal
yang sama? Atau pernah mengetahui / melihat orang lain atau keluarga seperti yang Ibu
alami saat ini?
PS : Saya sama sekali tidak pernah mengalami seperti ini, dari keluarga saya juga tidak. Oya,
saya alami mungkin lebih dua minggu tapi belum sebulan dok.
Dokter : Ya..selain perasaan seperti mau sakit, apakah Ibu mengalami gejala fisik lainnya?
Seperti sakit kepala, mual, diare, berdebar-debar, sesak nafas, lain-lainnya ibu?
PS : Tidak dok, sebelum ini saya sehat-sehat, jarang sekali sakit.
Dokter : Baik, jadi sebelumnya sehat-sehat ya ibu. Tapi saya ingin mengetahui apakah Ibu
mengkonsumsikan minuman kemasan/ soft drink atau … maaf ibu seperti minuman
beralkohol/ lainnya atau mungkin Ibu merokok?
PS : Wah dok … paling-paling ngopi, itupun sesekali, saya juga tidak merokok.
Dokter : Adakah akhir-akhir ini ada hal yang cukup menguras pikiran? Bila ada hal yang ingin
Ibu sampaikan, silahkan.. dan bila itu bersifat pribadi.. kami akan menjaga data tsb. Tapi
seandainya Ibu tidak bermaksud menceritakannya tidak apa ibu.
PS : Yah.. dok … saat ini saya belum siap menceritakannya.
Dokter : Baik ibu. Hm, … ya.. kalau saya tidak salah dengar Ibu tadi mengatakan mendengar
suara-suara, maksud Ibu …? Apakah suara-suara yang menyuruh untuk melakukan
sesuatu atau mengomentari sesuatu tentang diri Ibu… atau yang bagaimana ? Mungkin
Ibu bisa ceritakan ?
PS : Begini dok.. suara-suara itu lebih sering menyuruh saya untuk bikin ini..itu..
Dokter : Seperti apa misalnya ..?
PS : Yaaa…paling sering menyuruh saya sholat. Kadang suruh rapikan kamar tidur, lemari
pakaian, bersihkan rumah, pekarangan. Wah… nyuruhnya banyak dok.
Dokter : Apakah Ibu melakukan apa yang disuruh suara-suara itu?
PS : Sebagian ya, lainnya tidak dok. Tapi kalau sholat, tanpa disuruh saya kerjakan,
kewajiban agama dok.. saya malah berterimakasih karena diingatkan terus.
Dokter : Bagaimana perasaan Ibu saat itu?
PS : Yah.. bagaimana saya tidak bingung dok.. koq saya dengar suara-suara itu jelas sekali;
suaranya seperti suara suami, ayah-ibu saya. Tapi dok… orang-orang rumah katanya
tidak ada nyuruh-nyuruh seperti itu, apalagi marah-marah.
Dokter : Selain bingung tentang sumber suara, adakah hal lain yang Ibu rasakan?
PS : Yah.. ada dok, bagaimana tidak kesal, saya khan butuh istirahat.. sudah cuti dari kantor
masa’ disuruh kerja di rumah... Ya.. “bawaannya” jadi kesal-lah.
Dokter : Saat kesal seperti itu, apa yang Ibu lakukan? Apakah pernah berakibat lanjut?
PS : Maksud dokter.. seperti mengamuk begitu? Tidak dok, ya.. masih bisa nahan diri, paling
marah. Atau sembahyang dan berusaha mengalihkan suara-suara itu.
Dokter : Apakah usaha mengalihkan dapat meredakan suara-suara?
PS : Tidak juga, makanya saya ingin dokter bantu saya menghilangkan semuanya ini. Tolong
saya … dok.
Dokter : Baik ibu. Tapi saya ingin mengetahui juga, selain suara-suara apakah Ibu melihat
/mencium, mengecap atau merasa disentuh sesuatu yang orang lain tidak
mengalaminya? Atau kekuatiran tentang keadaan fisik Ibu?
PS : Tidak dok.
Dokter : Apakah dua minggu ini Ibu juga mengalami kejadian yang luar biasa yang
mengherankan dan hanya Ibu yang mengalaminya? Adakah keyakinan pada sesuatu
yang begitu kuat atau pikiran-pikiran yang berulang? Keyakinan bahwa pikiran Ibu
dipengaruhi/ dikendalikan sesuatu yang asing atau mencurigai seseorang – tetangga –
rekan kerja – orang rumah yang menyebabkan semua ini?
PS : Tidak dok.
Dokter : Baik ibu. Tapi saya ingin mengetahui juga, selain suara-suara, apakah Ibu melihat
/mencium /mengecap/ merasa disentuh sesuatu yang orang lain tidak mengalaminya?
Adakah kekuatiran tentang keadaan fisik? Apakah juga mempengaruhi konsentrasi?
PS : Tidak. Ya… yang ada suara-suara itu dok… itu yang mengganggu sekali.
Dokter : Ya… mendengar suara-suara sementara orang sekitar tidak mendengarnya … cukup
mengganggu ya ibu? Dan apakah hal ini turut mempengaruhi kehidupan sehari-hari Ibu,
dalam pekerjaan/ rumah /pergaulan dengan tetangga / kerabat?
PS : Ya dok betul sekali. Itu yang membuat saya memutuskan untuk minta cuti dari kantor.
Sementara istirahat di rumah tetap sulit karena suara-suara itu muncul kapan saja. Ya…
sangat mengganggu, saya jadi tambah sering bengong / berdiam diri di kamar, malas
mau bikin sesuatupun, juga malas ke luar rumah. Tolong bantu saya ya dok ?!.
Dokter : Baik ibu, saya akan mengevaluasi lagi kondisi Ibu, untuk itu saya harapkan Ibu dapat
kembali lagi minggu depan. Tapi sebelum mengakhiri percakapan kita, apakah saat ini
ada hal lain yang ingin Ibu sampaikan?
PS : Tidak dok, saya rasa cukup. Ya, saya berusaha datang minggu depan. Tapi tolong bantu
saya ya .. dok.
Dokter : Ya… saya berusaha membantu Ibu, tapi saya membutuhkan kerjasama Ibu dan
keluarga. Sampai ketemu minggu depan, ya ibu!
PS : Baik dok, terimakasih banyak ya… dok!
PENJELASAN KASUS:
Kasus ini khusus untuk Latihan Wawancara Psikiatrik atau Membina Rapport.
1. Gejala psikopatologi kasus Ny. Aci, 35 tahun berdasarkan keluhan utama adalah: Halusinasi
Auditorik / Halusinasi Dengar jenis Komando-Second Order. Kemungkinan diagnosis: Psikosis
Reaktif Singkat/ PRS (Brief Psychosis Disorder) atau disebut pula Psikosis Akut/ Sementara.
2. Penjelasan kasus:
a. Pasien mendengar suara-suara melalui telinganya tanpa ada orang di sekitar yang berbicara padanya.
Suara-suara itu berupa perintah (komando) yang menyuruh pasien melakukan sesuatu. Misalkan
berbunyi sbb: “Aci, kamu harus sholat, cepat lakukan”; “Kamu jangan bengong saja, ayo...
bersihkan rumah”, dsb. Suara itu menyebut nama pasien “Aci” atau memakai kata “kamu” (dalam
tata bahasa sebagai orang kedua tunggal/ second order).
b.Terdapat gejala positif dan negatif seperti pada Skizofrenia dan tanpa penyebab trauma/ penyakit
fisik serius atau zat-psikotropika, digolongkan dalam diagnosis blok F2 (Psikosis Non Organik/
Fungsional). Onset sejak dua minggu yang lalu/ belum satu bulan, diagnosis: PRS. Durasi bila
melebihi satu bulan namun belum enam bulan, diagnosis: Gangguan Skizofreniform. Bila lebih
enam bulan, diagnosis Skizofrenia (pada kasus: tipe Paranoid).
MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): EVALUASI
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-1
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)
(Bina Rapport, Komunikasi/ Edukasi, dan Sikap Profesional)
A. BINA RAPPORT
B. SIKAP PROFESIONAL
25. terampil 29. tidak impulsif/ destruktif
26. obyektif menunjukkan rasa hormat kepada pasien/
30.
27. jujur tanpa manipulatif penguji
28. tak terkesan sombong
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 21
MATERI KKD - 2 (Sesi II): TENTAMEN
ANAMNESIS PSIKIATRIK (BINA RAPPORT)
TIPE SOAL: A/B-1 TENTAMEN - 1
Untuk
MAHASISWA
Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan ANAMNESIS/
WAWANCARA PSIKIATRIK/ BINA RAPPORT !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya
dapat melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah wawancara psikiatrik secara singkat.
5. Lakukanlah bina rapport dengan baik terhadap pasien, dari awal, pertengahan/ selama
wawancara dan observasi hingga akhir/ terminasi wawancara.
6. Ingatlah tujuan tentamen ini adalah melatih keterampilan membina rapport, sehingga
Anda pada tentamen ini hanya menggali riwayat psikiatrik, yakni keluhan utama,
riwayat gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 6 menit).
7. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek, dan
tidak perlu mempresentasikan hasil pemeriksaan status mental, juga tanpa pemberian
terapi.
8. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data (± 1 menit).
9. Bila eksplorasi data dianggap cukup, lakukanlah terminasi atau mengakhiri
wawancara dengan pasien (± 1 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.
Kasus :
o
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 23
MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): PEMERIKSAAN PSIIATRIK-2
RIWAYAT PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) :
Jenis kelamin :
Umur :
Bangsa / Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat (kel. / kec. / regio) :
A. Keluhan Utama
(Alasan berobat / indikasi perawatan)
(Riwayat perkembangan kepribadian mulai dari masa kanak, remaja, dewasa, lanjut usia : pola perkembangan
psikomotor, psikososial, kognitif dan moral; kualitas komunikasi orang tua – anak; sifat, temperamen, karakter;
gangguan perkembangan atau perilaku; pola pergaulan, hubungan sosial, hubungan interpersonal, persepsi diri;
identitas diri, citra diri, tokoh idola, hobi; problem emosional, gambaran kepribadian).
E. Riwayat Keluarga
(Gambar pohon keluarga).
(Tuliskan identitas masing-masing anggota keluarga (umur, agama, suku, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, beri tanda bila mengalami gangguan jiwa, jenis gangguan jiwanya, sebab kematian,
dll).
MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): LATIHAN TENTAMEN
RIWAYAT PSIKIATRIK
Pasien Simulasi/
TIPE SOAL: A/B-2 LATIHAN TENTAMEN-2 ALLO-ANAMNESIS:
Laki-laki
Untuk
MAHASISWA
Kasus :
o Alloanamnesis: suami pasien: Tn. Doni, 35 tahun, pegawai swasta.
o Ny. Tini, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA (tamat),
pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan sejak dua bulan ini mendengar suara-suara tanpa ada orang di
sekitarnya, dan satu minggu belakangan sering merasa sedih tanpa sebab yang
jelas. Perawatan diri kurang.
o Tanpa riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Ekonomi pasien kurang sehingga
pengobatan dibiayai oleh orangtuanya. Sejak kecil pasien dikenal sebagai anak
pendiam, jarang bergaul, senang menyendiri dan sikap acuh tak acuh.
o Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Pemeriksaan fisik/
penunjang normal.
Pasien Simulasi/
ALLO-ANAMNESIS:
TIPE SOAL: A/B-2 Laki-laki
LATIHAN TENTAMEN-2
g
SKENARIO KASUS
Untuk INSTRUKTUR / PS
Pasien diantar oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan sejak dua
bulan yang lalu mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya, dan satu minggu belakangan ini
sering merasa sedih tanpa sebab yang jelas.
I. Identitas:
Ny. Tini, 345 tahun, menikah, Islam, Betawi, SMA (tamat), pegawai administrasi kantor swasta,
tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
(Alloanamnesis – suami: Tn. Doni, 35 tahun, pegawai swasta).
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
Sepengetahuan suami pasien, perkembangan pasien pada masa kanak dan remaja tidak ada
kelainan fisik yang berarti. Di sekolah prestasi rata-rata dan dikenal sebagai anak pendiam.
Pasien sejak kecil memang jarang terlihat bermain dengan anak seusianya, seperti tidak suka
bergaul, lebih sering menyendiri atau bermain sendiri dan lebih senang berada dalam kamar.
Menurut sang suami, tampak bersikap acuh tak acuh terhadap pujian/ kritikan, terkesan kaku
dan jarang bicara. Pasien bekerja sebagai tenaga administrasi. Menikah sudah 12 tahun dan
hingga saat ini belum dikaruniakan anak.
5. Riwayat Keluarga
Pasien anak bungsu dari tiga bersaudara. Interaksi keluarga cukup baik dari sejak masa kecil
pasien hingga saat ini. Dukungan keluarga setelah pasien mengalami gangguan tetap berjalan
baik. Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien.
Pasien Simulasi/
PENJELASAN KASUS
1. Kasus ini khusus untuk Latihan Pemeriksaan Psikiatrik untuk Riwayat Psikiatrik yang meliputi
Keluhan Utama, Riwayat Gangguan Sekarang dan Dahulu; Riwayat Kehidupan Pribadi,
Keluarga dan Lingkungan/ Kehidupan Sosial/ Ekonomi.
2. Kasus Ny. Tini, 35 tahun (Allo-anamnesis – suami: Tn. Doni, 35 tahun) berdasarkan skenario
kasus mengalami gejala positif dan negatif seperti pada Skizofrenia, namun kemudian disertai
gejala mood terdepresi, kemungkinan diagnosis (Axis I) mengarah pada Gangguan Skizoafektif
tipe Depresif.
3. Jadi hal utama yang dilakukan adalah memahami keluhan utama dan gejala/tanda penyerta lainnya.
Setelah itu mengembangkan wawancara berdasarkan data tadi dengan bertanya tentang kriteria
diagnostik dari perkiraan diagnosis tsb. Sindrom psikopatologi yang dialami pasien: gangguan
persepsi berupa halusinasi dengar (mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya);
gangguan isi pikir waham curiga (keyakinan bahwa suami/ keluarga tidak mencintainya,
berlawanan dengan realita); gejala positif lainnya berupa alogia (tak mampu berpikir/ bekerja
seperti biasanya); dan gejala negatif berupa diam/ tanpa dorongan kehendak (abulia), menarik diri
(asosialisasi)/ disfungsi sosial dan pekerjaan – sejak dua bulan yang lalu. Lalu sejak satu minggu
ini terdapat perasaan sedih (mood terdepresi) dan afek murung (menangis). Tanpa gejala manik
(gembira atau aktivitas, bicara/ pikiran yang sangat berlebihan).
4. Riwayat Gangguan Dahulu: pasien belum pernah mengalami gangguan seperti ini, kondisi medis
umum baik dan tanpa riwayat napza (Axis III tidak ada diagnosis).
5. Kemudian wawancara mengarah pada riwayat Kehidupan Pribadi: Masa kanak/ remaja (sebelum
gangguan/ pramorbid) dikenal sebagai anak pendiam, jarang bermain dengan anak
seusianya/ tidak suka bergaul, lebih sering menyendiri/ bermain sendiri dan lebih senang
berada dalam kamar, bersikap acuh tak acuh terhadap pujian/ kritikan, terkesan kaku dan
jarang bicara; mengarah pada diagnosis Axis II Gangguan Kepribadian Skizoid.
6. Riwayat Keluarga dan Kehidupan Sosial/ Ekonomi: tidak terdapat problem psikososial dan
lingkungan yang bermakna (diagnosis Axis IV tidak ada).
7. Diagnosis Axis V (taraf fungsi kehidupan setahun sebelum gangguan dan paling terkini): dibahas
pada materi Pemeriksaan Penunjang/ Psikometri/ GAF.
MATERI KKD - 3 (Sesi III-a): EVALUASI
MATERI KKD - 1 (Sesi I-b): EVALUASI
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-2/
RIWAYAT PSIKIATRIK
A. IDENTIFIKASI DATA
Identitas pasien:
1. Nama, usia, alamat, bangsa/ suku/ agama
2. Pendidikan/ pekerjaan, status perkawinan
Sumber Allo-anamnesis
3.
(nama, usia, relasi dengan pasien)
B. RIWAYAT PASIEN
KELUHAN UTAMA:
4. Keluhan/ gejala utama
5. Onset/ durasi
6. Stresor/ penyebab
7. Keluhan lain/ penyerta
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG:
8. Penelusuran gejala menuju diagnosis
9. Penyingkiran diagnosis banding
10. Distres dan disfungsi
RIWAYAT GANGGUAN DAHULU:
11. Riwayat Gangguan Psikiatrik
12. Riwayat Kondisi Medis
13. Riwayat Penggunaan Zat/ NAPZA
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI:
Riwayat Pre/perinatal
14.
Riwayat Masa Kanak/ Remaja
15. Riwayat Pendidikan/ Pekerjaan
Psikoseksual/ Perkawinan,
16.
Kehidupan Beragama dan Hukum
RIWAYAT KELUARGA;
SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG DAN LINGKUNGAN:
17. Penelusuran riwayat keluarga
18. Lampiran pohon keluarga (X)
19. Sosial Ekonomi (dan Lingkungan)
20. Bina Rapport & Sikap Profesional
MATERI KKD - 3 (Sesi III-b): TENTAMEN
RIWAYAT PSIKIATRIK
Pasien Simulasi/
ALLO-ANAMNESIS:
Perempuan
TIPE SOAL: A/B-2 TENTAMEN - 2
Untuk
MAHASISWA
Instruksi :
1. Latihan tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN
RIWAYAT PSIKIATRIK!
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti melakukan
pemeriksaan psikiatrik terhadap keluarga pasien (Allo-anamnesis).
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb. sebaiknya
Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat melakukan
anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik, yakni dimulai dengan
Keluhan Utama – Riwayat Gangguan Sekarang – Riwayat Gangguan Dahulu (D/. Axis I & III)
dan Riwayat Kehidupan Pribadi (D/. Axis II), Riwayat Keluarga, serta Riwayat Lingkungan /
Sosial Ekonomi pasien (D/. Axis IV & V) (4 – 5 menit).
6. Anda tidak perlu melakukan presentasi Status Mental dan tanpa pemberian terapi, karena
tujuan khusus tentamen ini adalah Pemeriksaan Riwayat Psikiatrik,
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara.
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Riwayat Psikiatrik pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Riwayat Psikiatrik pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.
Kasus :
o Allo-anamnesis: Ny...
o Pasien: Tn.....
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 32
MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): PEMERIKSAAN PSIKIATRIK-3
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
(Deskripsikan apa yang tampak: sikap, cara berpakaian, dandanan, riasan wajah, postur tubuh, warna
rambut, kebersihan diri, tampak lebih tua / muda / sesuai usia, kegiatan yang sedang dilakukan pasien dll).
2. Kesadaran
Kesadaran neurologik / biologik : (kuantitas kesadaran: compos mentis, apatis, somnolon, sopor, koma,
berkabut).
Kesadaran psikiatrik (kualitas kesadaran; kesadaran psikologis dan kesadaran sosial).
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
(Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien pada saat sebelum wawancara, selama wawancara, sesudah
wawancara).
4. Pembicaraan
(Kuantitas : banyak / sedikitnya kata-kata yang diucap; Kualitas : spontan / tidak, cepat / lambat, keras /
lemah, lancar, tersendat, gagap, dramatik, monoton, sambil menggerutu / bergumam dll; serta ide cerita
banyak / sedikit).
5. Sikap terhadap pemeriksa
(Kooperatif, indeferen, apatis, curiga, negativistik, bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen, tegang, seduktif
dll).
C. Gangguan Persepsi (Persepsi pancaindra)
1. Halusinasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
2. Ilusi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
3. Depersonalisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
4. Derealisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)
E. Proses Pikir
1. Arus pikir :
a. Produktivitas (miskin / banyak ide, terbatas, logorrhea)
b. Kontinuitas (asosiasi longgar, inkoherensi, word salad dll)
c. Hendaya berbahasa : terganggu / tidak terganggu (afasia, disartri dll)
2. Isi pikir :
a. Preokupasi
b. Ide-ide mirip waham
c. Waham
F. Pengendalian Impuls
(Kemampuan mengendalikan impuls agresivitas, seksual, dorongan kehendak, dan perilaku psikososial yang bisa
membahayakan diri atau orang lain, seperti abulia, stupor, raptus, pyromania dll).
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Persepsi pasien tentang perilakunya yang dinilai dengan normal sosial.
2. Uji daya nilai : Persepsi pasien tentang suatu peristiwa yang dikemukakan pemeriksa, sesuai dengan latar
belakang pendidikan pasien.
3. Penilaian Realita : terganggu dalam hal apa (ciri-ciri psikotik seperti waham, halusinasi, inkoherensi,
katatonia / perilaku kacau).
H. Tilikan : Derajat
1. Menyangkal bahwa dirinya sakit
2. Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang bersamaan
3. Menyalahkan orang lain / faktor eksternal seabgai penyebab sakitnya
4. Sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tak diketahui dalam dirinya
5. Sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan dalam mengatasinya (Tilikan intelektual)
6. Sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya sampai kesembuhannya
(Tilikan emosional sejati)
MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): LATIHAN TENTAMEN
STATUS MENTAL
TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3
g
Untuk
MAHASISWA
Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN
STATUS MENTAL !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb.
sebaiknya Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat
melakukan anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik untuk
memperoleh status mental, yakni dimulai dengan keluhan utama, lalu riwayat
gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 5 menit).
6. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek.
Juga tidak perlu memberikan terapi (psikofarmaka ataupun psikoterapi), karena tujuan
khusus tentamen ini adalah latihan Pemeriksaan Status Mental. Penggalian untuk Status
Mental inipun tidak dilakukan terhadap semua ranah, hanya pada ranah yang relevan dengan
kriteria diagnostik dan penyingkiran diagnosis banding.
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara (± 1 menit).
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Status Mental pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Status Mental pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.
Kasus :
o Ny. Detty, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA
(tamat), pegawai administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
o Pasien dibawa oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti
dengan keluhan sejak tiga hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk mengakhiri hidup, namun ia tidak mengikuti suruhan
tersebut.
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 35
TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3
g
SKENARIO KASUS
Untuk INSTRUKTUR / PS
Pasien diantar oleh suaminya ke Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti dengan keluhan sejak tiga
hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidup, namun ia
tidak mengikuti suruhan tersebut.
I. Identitas:
Ny. Detty, 35 tahun, menikah, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMA (tamat), pegawai
administrasi kantor swasta, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
(Allo-anamnesis: Tn. Denny, 35 tahun, pegawai swasta).
II. Riwayat Psikiatrik:
1. Keluhan Utama:
Sejak tiga hari yang lalu pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri
hidup, namun ia tidak mengikuti suruhan tersebut. Perubahan perilaku didahului dengan
berdiam diri, tampak murung, dan sering menangis.
2. Riwayat Gangguan Sekarang:
- Tiga minggu yang lalu: Keluarga pasien dikagetkan dengan berita dari kantor polisi bahwa
anak mereka bersama teman-teman sekolahnya terlibat penggunaan narkoba. Pasien sangat
terpukul akan kejadian tersebut, dan merasa sangat bersalah karena menganggap dirinya
telah gagal menjadi ibu/ isteri yang baik bagi keluarganya. Setelah itu mulai terlihat
perubahan perilaku pada pasien, lebih banyak berdiam diri, tampak murung, dan sering
menangis.
- Satu minggu yang lalu: Pasien mengeluh sukar tidur, rata-rata tertidur hanya dua jam.
Bangun dini hari dengan perasaan yang berat, tak bersemangat, rasa lelah walau tak
melakukan aktivitas apapun, dan nafsu makan berkurang.
- Tiga hari yang lalu: Pasien mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri
hidup ketika berada sendiri di kamar. Sempat terlintas dalam pikiran pasien untuk mengikuti
suara-suara tersebut. Terlebih ketika itu ia menganggap dirinya adalah orang yang tidak
berguna lagi, karena telah mencoreng nama baik keluarga dan lingkup sosial keagamaannya.
Akhirnya suami dan keluarga membawa pasien berobat ke rumah sakit.
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik: Tahun lalu untuk pertama kalinya pasien mengalami perubahan
perilaku yang sangat berlawanan seperti saat ini: gembira berlebihan, sangat bersemangat
dan aktif, banyak berpergian ke luar rumah, tanpa rasa lelah, dan banyak bicara dengan
tema kehebatan diri, sering berbelanja dan membagi-bagikannya yang dianggap sebagai
tindakan beramal, sehingga perlu dirawat inap. Tiga bulan setelah itu kondisi pasien
kembali pulih seperti semula, bahkan dapat bekerja dengan baik.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: tidak pernah mengalami trauma kepala/ penyakit yang
serius.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: tidak pernah menggunakan napza atau tidak sedang
mengkonsumsi obat/ medikasi tertentu.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi:
Sepengetahuan suami pasien, perkembangan pasien pada masa kanak dan remaja tidak ada
kelainan fisik yang berarti. Menurut pengakuan keluarga, sejak usia remaja pasien sering
merasa tersaingi oleh sang adik, baik dari tampilan fisik, maupun tingkat kecerdasan. Di
sekolah pasien sering mengatakan bahwa ia sangat berjasa mengantar adiknya meraih predikat
juara kelas. Padahal realitanya, sang adiklah yang sering mengajari pasien dan membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah.
Pasien bekerja sebagai tenaga administrasi sejak 20 tahun belakangan ini. Hubungan dengan
teman sekantor juga kurang akrab. Pasien dikenal sebagai orang yang sombong, senang
membanggakan diri, dan sebaliknya menganggap orang lain lebih rendah.
Telah 12 tahun menikah dan memiliki seorang anak laki-laki (Doddy, 10 tahun).
5. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak sulung dari tiga bersaudara. Interaksi keluarga cukup baik, namun sejak kecil
hubungan pasien dengan sang adik kurang baik. Ibu pasien mengalami gangguan seperti
pasien, namun tidak pernah sampai dirawat di rumah sakit. Tiga tahun yang lalu ibu pasien
meninggal dunia akibat serangan jantung. Setahun yang lalu ayah pasien tewas dalam
kecelakaan pesawat terbang. Peristiwa itu membuat pasien sangat terpukul, karena kedekatan
hubungannya dibanding dengan sang ibu.
6. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Setelah anak pasien berurusan dengan polisi akibat penggunaan narkoba, keluarga baru
menyadari bahwa mereka sering dibohongi. Beberapa bulan belakangan ini si anak sering
meminta uang dalam jumlah yang besar dengan alasan tuntutan dari sekolah atau untuk
berbagai kebutuhan lainnya. Perekonomian keluarga turut terpengaruh setelah kejadian
tersebut, maka untuk biaya pengobatan pasien ditanggung oleh sang mertua.
TIPE SOAL: A/B-3 Pasien Perempuan
LATIHAN TENTAMEN-3
g
PENJELASAN KASUS
Catatan untuk INSTRUKTUR:
MATERI KKD - 4 (Sesi IV-a): EVALUASI
PRESENTASI HASIL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
KASUS: Ny. Detty, 35 tahun (allo-anamnesis: Tn. Denny, 35 tahun).
Deskripsi Umum:
Sesuai usia, pakaian dan sisiran rambut kurang rapi, ekspresi
1) Penampilan
tampak murung.
2) Kesadaran Kesadaran neurologis/ biologis compos mentis, kesadaran
A. (neurologis, psikologis, sosial) psikologis terganggu dan sosial tidak terganggu.
3) Pembicaraan Bicara sedikit, suara pelan, lambat.
Selama pemeriksaan pasien tampak pasif/ diam/ lambat
4) Perilaku dan aktivitas psikomotor
bergerak dengan kepala yang sering tertunduk.
5) Sikap terhadap pemeriksa Cukup kooperatif.
Alam Perasaan (Emosi):
Hipotim (Mood depresif)
6) Mood /suasana perasaan
(suasana perasaan diliputi kesedihan yang mendalam).
B. 7) Afek / ekspresi afektif Afek: serasi, stabil, pengendalian baik, empati dapat
(keserasian, stabilitas, pengendalian, dirabarasakan, echt (sunggug-sungguh/tanpa dramatisasi),
echt-unecht, empati, dalam-dangkal, (penghayatan emosi) dalam, skala diferensiasi menyempit
serasi, skala-diferensiasi) (dominan sedih).
Gangguan Persepsi:
Halusinasi dengar /auditorik; Tipe second order / Command
8) Halusinasi
C. (+ tipenya)
Hallucination. (ketika sedang sendirian di kamar terdengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidup).
9) Gangguan persepsi lainnya
Tidak ditemukan.
(ilusi, depersonalisasi, derealisasi)
Fungsi Intelektual (Fungsi kognitif):
10) Taraf inteligensi dan Kemampuan Sesuai dengan pendidikan pasien.
menolong diri sendiri Secara umum tanpa hambatan.
11) Daya ingat (jangka panjang, pendek) (tak perlu diperiksa secara spesifik, dan tidak dipresentasikan)
D. Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan ranah ini,
karena menganggap dirinya agak “telmi”, sering lupa, susah
12) Konsentrasi dan Perhatian
konsentrasi/perhatian. (Pemeriksaan melalui wawancara tak
langsung menunjukkan kognitif baik)
13) Orientasi;Kemampuan Visuospasial;
(tak perlu diperiksa secara spesifik dan tidak dipresentasikan)
Pikiran Abstrak
Proses Pikir:
14) Arus Pikir (produktivitas) Produktivitas kurang, blocking (bicara tidak tuntas/ berhenti di
15) Arus Pikir ( kontinuitas, hendaya tengah pembicaraan dan lupa apa yang akan dibicarakan).
E. berbahasa) Kontinuitas koheren, tanpa hendaya berbahasa.
Preokupasi: tak ada. Terdapat waham nihilistik (keyakinan
16) Isi Pikir (preokupasi/ide mirip waham)
tentang ketakberdayaan diri) dan waham bersalah, terdapat
17) Isi Pikir (waham + tipenya)
ide bunuh diri (tanpa tindakan).
18) Daya Nilai Tidak terganggu.
Tilikan: derajat tiga (III)
19) Tilikan; (pasien mengartikan stres berat = ggn jiwa, yang menurutnya
F. Taraf Dapat Dipercaya disebabkan oleh faktor eksternal, yakni akibat ulah si anak.
Taraf dapat dipercaya
20) Bina Rapport
Dilakukan dengan baik
dan Sikap Profesional
Skala GAF
! Diagnosis Aksis V:
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
Digunakan untuk melaporkan penilaian klinisi terhadap taraf fungsi seseorang secara
menyeluruh yang berguna untuk perencanaan pengobatan dan pengukuran hasilnya,
serta dalam memperbaiki hasil terapi dan taraf pemulihan.
Nilai skala GAF dilakukan terhadap fungsi psikologis, sosial, dan pekerjaan.
• Skala GAF dilaporkan pada aksis V: GAF Nilai 1 – 100 (rentang waktu mutakhir, taraf
tertinggi dalam tahun lalu, pada waktu masuk/pulang RS).
• Evaluasi Multiaksial (menurut S-PPDGJ-III) :
Axis I : F38.0 Gangguan suasana perasaan tunggal lainnya akibat hipotiroidi
Axis II : F60.4 Gangguan Kepribadian histrionik
Axis III : E02.0 Hipotiroidi
Axis IV : Tak ada problem
Axis V : GAF = 45 (pada saat masuk rumah sakit)
GAF = 65 (pada saat pemulangan)
Nilai 45 : Gejala berat (serious), hendaya berat.
Nilai 65 : Beberapa gejala ringan dan menetap, hendaya ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada problem yang tak
91 – 100
tertanggulangi
81 – 90
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
problem harian yang biasa
Gejala sementara dan dapat diatasi, hendaya ringan dalam social,
71 – 80
pekerjaan, sekolah, dll.
Beberapa gejala ringan dan menetap, hendaya ringan dalam
61 – 70
fungsi, secara umum masih baik
51 – 60 Gejala sedang (moderate), hendaya sedang
41 – 50 Gejala berat (serious), hendaya berat
Beberapa hendaya dalam hubungan dengan realitas dan
31 – 40
komunikasi, hendaya berat dalam beberapa fungsi
Hendaya berat dalam komunikasi dan daya nilai atau tidak
21 – 30
mampu berfungsi hampir semua bidang
Bahaya mencederai diri atau orang lain, hendaya sangat berat
11 – 20
dalam komunikasi dan mengurus diri
1 – 10 Seperti di atas " menetap/ persisten dan lebih serius
0 Informasi tidak adekuat
MATERI KKD - 5 (Sesi V): TENTAMEN
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Untuk
MAHASISWA
Instruksi :
1. Tentamen ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL !
2. Anda berperan sebagai dokter Poliklinik Umum R.S. Pendidikan Trisakti.
3. Bacalah skenario kasus di bawah ini dengan cermat (± 1 menit). Selama waktu tsb. sebaiknya
Anda telah mampu memperkirakan diagnosis kasus (Axis I), agar nantinya dapat melakukan
anamnesis dengan baik sesuai kriteria diagnostiknya.
4. Kini lakukanlah anamnesis psikiatrik dengan tetap membina rapport yang baik terhadap
pasien, dari awal, pertengahan hingga akhir/ terminasi wawancara.
5. Wawancara psikiatrik pada tentamen ini menggali riwayat psikiatrik untuk
memperoleh status mental, yakni dimulai dengan keluhan utama, lalu riwayat
gangguan sekarang dan riwayat gangguan dahulu (± 5 menit).
6. Anda tak perlu menggali riwayat kehidupan pribadi/ keluarga/ lingkungan/ sosek. Juga
tidak perlu memberikan terapi (psikofarmaka ataupun psikoterapi), karena tujuan khusus
tentamen ini adalah latihan Pemeriksaan Status Mental. Penggalian untuk Status Mental inipun
tidak dilakukan terhadap semua ranah, hanya pada ranah yang relevan dengan kriteria
diagnostik dan penyingkiran diagnosis banding.
7. Waktu yang masih tersedia dapat digunakan untuk konfirmasi data. Bila eksplorasi data
dianggap cukup, lakukanlah terminasi untuk mengakhiri wawancara (± 1 menit).
8. Setelah itu Anda persiapkan diri untuk presentasi Status Mental pasien.
9. Kini saatnya Anda melakukan presentasi (oral) Status Mental pasien (waktu 3 menit).
10. Total waktu tentamen = 10 menit.
Kasus :
o
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 43
MATERI KKD - 6 (Sesi VI-a): PENATALAKSANAAN PSIKIATRIK-1
PSIKOFARMAKA
MATERI KKD - 6 (Sesi VI-b): PENATALAKSANAAN PSIKIATRIK-2
PSIKOTERAPI
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 49
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 50
Materi KKD Mo-PSI (MAHASISWA) – 2020/2021 | 51
MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): EVALUASI
PENATALAKSANAAN PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI
PSIKOFARMAKA PSIKOTERAPI
Menjelaskan arah dan tujuan terapi
Jenis Psikofarmaka yang dipilih secara singkat, jelas dan tegas
(informatif/ edukatif).
Memotivasi pasien agar mau menerima
terapi. Meyakinkan pasien bahwa terapis
mengerti keluhan pasien dan mampu
Penjelasan indikasi dan tujuan terapi membantu pasien.
yang diberikan Membantu pasien mengurangi keluhan,
misal: cara latihan nafas/ relaksasi,
memberi opsi dan konsekuensi solusi
problem sesuai indikasi.
Penjelasan cara pemberian obat dan
Pelaksanaan teknik atau prosedur jenis
Penjelasan efek samping obat yang
Psikoterapi utama yang dipilih
mungkin terjadi
Menjelaskan arah dan tujuan terapi
Penulisan/ pembuatan resep obat secara singkat, jelas dan tegas
(informatif/ edukatif).
MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): LATIHAN TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI
TIPE SOAL: A/B- LATIHAN TENTAMEN - 4 Pasien Perempuan
4
g
Untuk
MAHASISWA
Kasus Vignette :
Ny. Anggrek, 35 tahun
datang dengan keluhan perubahan tingkah laku sejak 6 bulan ini.
Pasien sering marah-marah, mengamuk tanpa sebab yang jelas, mendengar
suara-suara tanpa ada orang di sekitar, berbicara dan tertawa sendiri,
meyakini ada orang yang bermaksud jahat. Bicara pasien sukar
dimengerti.
Hasil pemeriksaan fisik (dokter) sebelumnya normal, kecuali menderita
tekanana darah rendah, disarankan berobat ke bagian Psikiatri.
Kondisi ekonomi kurang.
Ny. Anggrek: Psikofarmaka: Berilah Obat Antipsikotik Tipikal/ Anti-Psikotik Generasi-I (APG-I) yang
aman untuk hipotensinya dengan inisial nama generik “H”.
MATERI KKD - 6 (Sesi VI a-b): LATIHAN TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI
TIPE SOAL: A/B-4 Pasien Laki-laki
LATIHAN TENTAMEN - 4
g
Untuk
MAHASISWA
Kasus Vignette :
Tn. Bintang, 35 tahun
datang dengan keluhan tidur yang terjadi sejak 2 minggu ini.
Pasien merasa sedih, kecewa sejak mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK), dengan dampak pada perekonomian keluarga yang semakin
terpuruk. Sukar memulai tidur, sering terbangun malam hari tanpa mimpi
buruk. Kondisi makin parah ketika bangun pagi hari - badan terasa lemah,
kurang semangat, tapi tak ada pikiran bunuh diri. Sebelumnya tak pernah
mengalami hal seperti ini.
Hasil pemeriksaan fisik (jantung) normal, disarankan ke bagian Psikiatri.
Kondisi ekonomi kurang.
Tn. Bintang: Psikofarmaka: Berilah Obat Antidepresi dengan inisial nama generik “A” yang
aman bagi pasien dengan kondisi fisik terutama jantung tanpa kelainan.
MATERI KKD - 7 (Sesi VII a-b): TENTAMEN
PSIKOFARMAKA dan PSIKOTERAPI
TIPE SOAL: B-4 Pasien Laki-laki
TENTAMEN - 4
g
Untuk
MAHASISWA
Kasus Vignette :
Tn. .....
MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c):
RANGKUMAN KKD MODUL PSIKIATRI
(LATIHAN OSCE PSIKIATRIK / UJIAN KKD Mo-PSI)
Materi keterampilan Pelatihan:
Materi ajar yang diberikan menyangkut topik-topik bahasan sebelumnya atau rangkuman sesi I–VI,
dan sebagai persiapan menghadapi OSCE Mo-PSI (sesi VIII).
Strategi ujian OSCE Psikiatrik sebagai materi ajar untuk mahasiswa:
a. Pelajari skenario kasus dengan hierarki diagnostik (Blok F0-6 kasus dewasa; Blok 7-9 kasus
anak /remaja), dan menetapkan diagnosis kerja.
b. Diawali dengan melakukan anamnesis tentang keluhan utama, diikuti gejala (lain/ penyerta) dan
observasi tanda yang sesuai kriteria diagnostik untuk perkiraan diagnosisnya dan menyingkirkan
yang lain/ diagnosis banding agar memperoleh kepastian diagnosis.
c. Pemeriksaan status mental terkandung dalam anamnesis tersebut. Presentasi hasil pemeriksaan
status mental hanya pada ranah-ranah yang memiliki relevansi erat dengan diagnosis/ diagnosis
banding.
d. Melaporkan diagnosis (Axis I) dan diagnosis banding kepada penguji dan/ atau menjelaskan
kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya. Pada saat itu dapat pula menyebutkan kepada
penguji terapi yang akan diberikan.
e. Pemberian psikofarmaka (tanpa resep) dan psikoterapi yang tepat kepada pasien.
f. Sejak awal memasuki ruang ujian, mahasiswa menunjukkan rapport yang baik dan bersikap
profesional.
CONTOH BAHASAN KASUS
SKENARIO KASUS :
Identitas:
Tn. Didi, 35 tahun, Betawi, agama Islam, suku Jawa, pendidikan SLTA (tamat),
pegawai swasta, status menikah, tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
Keluhan Utama:
Mendengar suara-suara tanpa ada orang yang berbicara di sekitarnya sejak dua
bulan yang lalu dan belakangan sering merasa sedih.
1. Analisis Skenario Kasus:
# Sebagai persiapan untuk menyusun wawancara terhadap pasien.
# Bacalah skenario kasus (± 2 menit) sekaligus menganalisis kasus untuk memperkirakan
diagnosis pasien hingga dapat melakukan anamnesis/ wawancara psikiatrik dengan baik.
a. Keluhan utama pasien misalnya mendengar suara-suara tanpa ada orang di sekitarnya
" Psikosis (Organik / Non-organik ?).
b. Keluhan utama lainnya yaitu adanya perasaan sedih yang belakangan timbul
" kemungkinan D/ Blok F3 : Mood Disorder / Ggn Suasana Perasaan/ Ggn Afektif (D/. Major
Depresif Disorder (MDD)?, Ggn Bipolar I episode depresif ?) (Distimia/ Neurosis depresif tak
penuhi onset harus ≥ 2 tahun dan pada pasien ini terdapat gejala psikotik).
c. Hasil pemeriksaan fisik normal " Psikosis Non-organik (D/. Blok F2):
(Skizofrenia?, Ggn Skizofreniform?, Ggn Waham/ Delusional disorder?, Ggn Psikotik Akut-
Sementara/ Psikosis Reaktif Singkat/ Brief Psychotic Disorder?, Ggn Skizoafektif ? ).
d. Gangguan psikotik dengan mood yang menonjol " tak memenuhi untuk D/. :
• Skizofrenia (onset/ durasi gangguan pasien baru 2 bulan).
• Gangguan Skizofreniform (walau onset/ durasi memenuhi > 1bulan / < 6 bulan).
• Brief Psychotic Disorder (onset harus < 1 bulan).
• Gangguan Waham (onset memenuhi minimal 1 bulan, walau tanpa waham bizarre,
namun pasien alami halusinasi auditorik yang tak boleh ada pada gangguan waham).
e. Pasien mengalami gangguan mood (depresi) yang menonjol, namun tanpa data lainnya,
diasumsikan pasien tidak memenuhi Epsiode Depresif, namun ada halusinasi (psikosis) " tak
penuhi D/. F3 : Major Depresif Disorder (MDD) taraf berat dengan ciri psikotik.
f. Pasien baru pertama kali alami gangguan ini dengan asumsi pasien tidak pernah mengalami
episode manik, namun terdapat halusinasi/ gambaran psikotik " tidak memenuhi D/. F3:
Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik.
g. Keluhan utama diawali dengan gejala psikosis/ mirip Skizofrenia dan belakangan timbul
perasaan sedih (mood depresif/ hipotim) seperti pada gangguan Afektik " Skizofrenia + Afektif
" kemungkinan D/. F2 : GANGGUAN SKIZOAFEKTIF Dengan Tipe Depresif.
h. Data lain yang belum diperoleh " dikembangkan dalam anamnesis.
2. Wawancara Psikiatrik:
# (ketika berada dalam ruang pemeriksaan – wawancara ± 5 menit)
# Hasil wawancara yang sesuai kriteria diagnostik kasus akan menysun Status Mental dan
penegakkan Diagnosis/ Diagnosis Banding, sehingga mampu memberi terapi yang tepat.
a. Ingatlah lakukan wawancara dengan membina rapport yang baik terhadap pasien.
b. Pertama-tama lakukan anamnesis identitas pasien yang sangat relevan, seperti nama pasien:
misal Tn. Didi, usia 35 tahun. Untuk menghemat waktu, sebaiknya langsung menyebut nama
pasien Tn. Didi, dan perkenalkan saya Dr....... (lihat cuplikan wawancara). Usia juga tak perlu
ditanyakan, data dapat dilihat pada lembar instruksi untuk mahasiswa). Data identitas lainnya
tak perlu ditanyakan.
c. Pertanyaan pertama pada anamnesis adalah keluhan utama.
d. Selanjutnya anamnesis diagnosis banding:
o Anamnesis DD/. dimulai dengan blok yang sama dari D/ yang diperkirakan.
o Urutan pertanyaan fleksibel tergantung arus wawancara dan ingatlah lakukan anamnesis
yang benar-benar relevan berhubung adanya keterbatasan waktu.
o Pada D/. Blok F2 yang memenuhi hanya Gangguan Skizoafektif, artinya gangguan lain blok ini
tak perlu ditanyakan. Lanjutkan anamnesis DD/ Blok F0 (GMO), F1 (Napza). Dapat pula
dimulai pada Blok F3 (Major Depresif Disorder/ taraf berat dengan ciri psikotik dan
Gangguan Bipolar I episode depresif dengan ciri psikotik), dilanjutkan DD/. F0 dan F1 lalu F2
(Gangguan Skizoafektif).
o Uraian: Diagnosis banding :
! Psikosis Organik / Gangguan Mental Organik – GMO " DD/. Blok F0.
o ”Apakah pasien pernah alami penyakit yang serius atau kecelakaan/ trauma berat mengenai
kepala ?”
o Bila D/. Blok F0 tidak memenuhi, maka langsung bertanya untuk D/. Blok F1.
! Psikosis/ Gangguan Mental Perilaku Akibat Zat " DD/. Blok F1.
o ”Apakah pasien merokok, mengkonsumsi kopi/ minuman berenergi/ beralkohol atau pernah
ditawari seperti narkoba yang tentunya dapat mempengaruhi keluhan yang seperti dialami
saat ini ?”
o Bila D/. Blok F1 tidak memenuhi, maka langsung bertanya untuk D/. Blok F3.
! Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik :
$ Bipolar: Episode Depresif Mayor (lihat kriteria di atas) dan Episode Manik.
$ Kriteria utama Mania: Hiperthym/ Mood ↑ " suasana perasaan secara ab-normal dan
persisten meningkat, ekspansif atau iritabel).
$ Mania berkisar antara Elasi (rasa gembira, senang, bahagia, kepuasan diri yang dalam);
Euforia (elasi kuat, rasa gembira diluar batas); Eksaltasi (sangat meningkat dibanding
euforia, keyakinan diri meningkat); hingga Ecstasy (kegembiraan yang luar biasa;
kenikmatan yang sangat intens).
$ Kriteria Episode manik " ”DIGFAST” : durasi 1 minggu
o D : distractibility (atensi mudah teralih dari stimulus yang tak adekuat)
o I : indiscretion (keterlibatan berlebihan pada aktivitas yang menyenangkan, tapi
berpotensi memiliki akibat menyakitkan; tak bijak/ tanpa memikirkan bahaya
dikemudian hari)
o G : grandiosity (harga diri membumbung, ide/ waham kebesaran, erotomania)
o F : flight of ideas (lompat pikir)
o A : activities increase (hiperaktivitas yang berorientasi tujuan)
o S : sleep (kebutuhan tidur ↓ / tak butuh tidur)
o T : talkative (logore/ banyak bicara dari biasanya/ tekanan untuk terus bicara)
3. Presentasi Status Mental:
(Sesuai format yang berlaku)
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding:
a. Diagnosis: GANGGUAN SKIZOAFEKTIF DENGAN TIPE DEPRESIF : Kriteria menurut DSM IV-TR:
a) Periode penyakit tak terputus pada suatu waktu berupa episode depresi mayor/ episode
manik/ episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A
Skizofrenia.
- (Gejala karakteristik Skizofrenia: selama periode 1 bulan terdapat 2 / > gejala bermakna berikut ini: (1).
Delusi/ waham; (2). Halusinasi; (3). Bicara terdisorganisasi/kacau – derailment/ inkoherensi; (4). Perilaku
terdisorganisasi/kacau atau katatonik; (5). Gejala negatif – afek datar, alogia, avolition/ abulia, anhedonia,
atensi defisit, apatis, asosialisasi/ social withdrawal).
- (Episode Depresif terutama terdapat gejala mood terdepresi).
b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham/ halusinasi selama minimal 2 minggu
tanpa mood yang menonjol.
c) Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam porsi substansial pada total
durasi periode aktif dan residual penyakit.
d) Gangguan tak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (Blok F1) / kondisi medis umum
(Blok F0).
" Tipe Depresif (mencakup hanya episode depresif mayor).
" Tipe Bipolar (episode manik/campuran atau manik/campuran + episode depresif mayor).
b. Diagnosis Banding (paling mendekati):
Gangguan Bipolar I kini episode depresif dengan ciri psikotik.
5. Penatalaksanaan Kasus:
a. Terapi Obat (Psikofarmaka): Misal: Tab. Haloperidol 3 X 5 mg/ hari dan tab. Sertralin 1 x 50 mg/ hari.
b. Terapi Non-Obat (Psikoterapi): Misal: Psikterapi Suportif.
MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c): LATIHAN UJIAN OSCE PSIKIATRIK
TIPE SOAL: A/B-5 Untuk Pasien Perempuan
MAHASISWA/ PS / INSTRUKTUR
5) Tanpa hambatan konsentrasi/ daya ingat. Juga tidak ada
pikiran tentang masa depan yang suram, terlebih kematian.
6) Kekuatiran dirinya mengalami kanker tidak sampai pada taraf
pemikiran atau keyakinan yang salah bahwa ia benar-benar
telah mengidap penyakit parah (kanker).
7) Tidak berpikir ada pengaruh diluar batas manusia telah terjadi
keanehan yang tak lazim pada perut-ususnya/ tubuh/
lingkungan atau kekuatan supranatural/ diluar kendali/
kecurigaan tanpa dasar.
8) Tidak ada riwayat mendengar suara-suara/ melihat/ mencium/
meraba tanpa objek atau pikiran tentang perubahan yang tak
lazim pada tubuh/ lingkungan sekitar.
9) Wawasan/ kesadaran pasien terhadap gangguan yang dialami
selama ini dianggap murni akibat penyakit fisik. Tidak berpikir
ada orang lain/ sekitarnya sebagai penyebab.
10) Gangguan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
3. Riwayat Gangguan Dahulu:
a. Riwayat Psikiatrik: Belum pernah mengalami gangguan
seperti sekarang ini.
b. Riwayat Kondisi Medis Umum: Pasien tidak pernah
mengidap penyakit serius (radang usus besar/ gangguan cerna
lain). Pasien tak pernah mengalami trauma kepala/ penyakit
yang serius. Tanpa riwayat keluarga dengan tumor/ kanker.
c. Riwayat Penggunaan Zat/ Medikasi: Pasien tidak pernah
menggunakan napza atau tidak sedang mengkonsumsi obat/
medikasi, merokok, atau minum kopi.
C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI, KELUARGA,
PERNIKAHAN, LINGKUNGAN/ SOSIAL EKONOMI:
(Setting: Poliklinik
Umum R.S. Trisakti)
MATERI KKD - 7 (Sesi VII-c): EVALUASI
LATIHAN OSCE PSIKIATRIK / UJIAN KKD Mo-PSI
Penegakkan Diagnosis
(Axis-I sesuai DSM Mahasiswa menetapkan diagnosis dan diagnosis banding
3. 2
IV) dan Diagnosis yang sesuai, tepat dan benar pada gangguan berikut ini:
Banding
MATERI KKD - 8 (Sesi VIII): UJIAN KKD Mo-PSI (OSCE PSIKIATRIK)
TIPE SOAL: A-5 Untuk Pasien Perempuan
MAHASISWA/ PS / INSTRUKTUR
UJIAN KKD Mo-PSI (OSCE PSIKIATRIK)
(Setting: Poliklinik
Umum R.S. Trisakti)
EVALUASI AKHIR
KKD MODUL PSIKIATRI
Pemeriksaan Psikiatrik-1
1. 20 % ........
(Anamnesis/ Wawancara Psikiatrik)
Pemeriksaan Psikiatrik-2
2. 15 % ........
(Riwayat Psikiatrik)
Pemeriksaan Psikiatrik-3
3. 20 % ........
(Status Mental)
Penatalaksanaan Psikiatrik
4. 15 % ........
(Psikofarmaka dan Psikoterapi)