Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya masuk tidur,
mempertahankan tidur (sering terbangun tengah malam), atau tidak adanya rasa segar ketika
bangun tidur. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya umur.1 Survei populasi
menunjukkan angka prevalensi insomnia dalam satu tahun berkisar antara 35 45% pada
orang dewasa.2Sekitar 5%-35% populasi di Amerika melaporkan adanya masalah gangguan
tidur pada satu waktu dalam kehidupannya, dan sekitar 10% menderita karena insomnia
persisten.3Penelitian di Inggris menunjukkan terdapat 37% dari 2363 responden menderita
insomnia. Dari semua yang menderita sekitar 15% mengalami insomnia dalam 12 bulan
terakhir dan berasosiasi dengan kecemasan, depresi, dan nyeri. Dari semua penderita
insomnia, 69% yang menderita insomnia dalam 12 bulan terakhir merupakan penderita usia
lanjut.4
Insomnia kronik memiliki kecenderungan yang buruk, membutuhkan banyak biaya,
menimbulkan kerugian dan membahayakan.5Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
seseorang dengan insomnia kronik dibandingkan dengan seorang yang kadang menderita
insomnia ataupun orang normal, memiliki penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan
untuk menghadapi gangguan, kurang menikmati kehidupan keluarga atau sosial, dan
hubungan yang memburuk dengan pasangan hidup, menurunnya produktivitas dan kinerja,
dan meningkatnya angka kecelakaan dan absensi kerja.6
Insomnia dapat pula mempengaruhi berbagai sistem fisiologi yang berdampak
terhadap kesehatan secara menyeluruh. Ia mempengaruhi proses dasar biologik, misalnya
sistem endokrin. Gangguan sistem endokrin mempengaruhi metabolisme. Pengaturan nafsu
makan oleh endokrin juga terganggu. Terjadi peningkatan nafsu makan yang akhirnya
menyebabkan obesitas. Obesitas dapat pula mencetuskan resistensi insulin sehingga terjadi
diabetes tipe 2.1,9
Hiperaktifitas sistem saraf simpatis dan peningkatan kortisol dapat pula terjadi pada
insomnia. Hiperkortisolemia dapat pula memecah glikogen menjadi glukosa sehingga
berkontribusi pula dalam terjadinya diabetes. Kelelahan adrenal dapat pula terjadi akibat
kerja kerasnya untuk selalu memompakan kortisol guna memenuhi tuntutan metabolisme.
Akibatnya, produksi dihydroepiandrosterone (DHEA) dapat pula berkurang. Hormon DHEA
merupakan prekursor hormon estrogen, progesterone, dan testosterone. Selain itu, hormon ini
juga bekerja untuk menjaga keseimbangan hormon lainnya dalam tubuh. Berkurangnya
DHEA dikaitkan pula dengan kelelahan, hilangnya massa tulang dan otot, nyeri sendi,

penyakit jantung koroner, hipertensi, penurunan gairah seksual, ganggua sistem imun, dan
depresi.1,9
Tatalaksana yang sering dilakukan pada insomnia adalah pemberian obat obatan,
akan tetapi hal ini tidak memberikan hasil yang maksimal. Pemberian obat obatan dengan
dengan terapi nonfarmakologi seperti higiene tidur dan Cognitive-behavioral therapy akan
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan hanya memberikan obat obatan.1,9
Beberapa bukti yang jelas menunjukkan bahwa Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)
efektif dalam mengatasi insomnia dan perbaikan klinis yang terjadi ini lebih baik
dibandingkan dengan terapi hipnosis. Suatu penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa
terapi perilaku menunjukkan hasil yang sangat bagus untuk mengatasi kasus insomnia kronik.
Studi meta-analisis lainnya menunjukkan adanya perbaikan tidur sebanyak 30%-40% ketika
menggunakan terapi perilaku, latensi tidur berkurang 39%-43%, jumlah terbangun saat
malam hari berkurang 30%-73%, lama terbangun berkurang 46%, dan total jumlah jam tidur
bertambah 8%-9,4%. Perhitungan angka sebenarnya pada rata-rata pasien merasakan
mengantuk 20 menit lebih cepat, memiliki 0,5-1,2 kali terbangun lebih sedikit pada malam
hari, dan tidur 30 menit lebih lama pada malam hari.7

II.

CBT PADA INSOMNIA

Terapi kognitif perilaku adalah metode psikoterapi yang membantu


seseorang mengatasi masalah yang terkait dengan emosi, perilaku, dan
kognisi melalui metode-metode dan berorientasi pada tujuan. Banyak
teknik yang digunakan dalam terapi kognitif perilaku yang dasarnya sama
2

seperti teori belajar perilaku dan kognitif psikologi. Banyak masalah non
klinis seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan
kepribadian,

gangguan

psikotik,

gangguan

makan,

dan

gangguan

penyalahgunaan zat dapat diobati secara efektif dengan menggunakan


terapi kognitif perilaku.8
Subjek yang hanya mendapat cognitive-behavioral therapy (CBT) dan gabungan
antara CBT dengan farmakoterapi memperlihatkan pengurangan bermakna pada Latency to
persistent sleep bila dibandingkan dengan subjek yang hanya mendapat farmakoterapi atau
placebo. Hal ini disebabkan karena CBT memperbaiki pengertian pasien terhadap insomnia
dan meningkatkan kepatuhan berobat. Walaupun demikian CBT juga memiliki keterbatasan
seperti waktu yang agak lama, pasien harus memiliki motivasi, dan efek terapeutik
memerlukan waktu sampai terlihat hasilnya. Oleh karena itu, kombinasi anatara
farmakoterapi dengan nonfarmakoterapi lebih baik.5,10
Terapi yang berorientasi kognitif berkonsentrasi pada identifikasi
dan pemantauan pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang mengarah
ke emosi negatif. Selain itu, pasien diajarkan untuk mengidentifikasi
pikiran-pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang disfungsi dan tidak
menolong dan kemudian menggantinya dengan konsep yang lebih
bermanfaat. Terapi ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi orang yang
menderita insomnia, post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan
obsesif kompulsif (OCD), bulimia nervosa, dan gangguan depresi. 8
Ditinjau dari sudut terapi perilaku, umumnya terdapat tiga jenis
terapi utama yang dapat diterapkan untuk menangani masalah insomnia
kronik, yaitu stimulus control therapy, sleep restriction, dan sleep hygiene
therapy. Ketiga terapi ini merupakan terapi standar untuk insomnia.5,11
Yang termasuk ke dalam terapi ini antara lain :
a. Stimulus Control Therapy
Stimulus Control Therapy merupakan lini pertama untuk menangani
insomnia primer yang kronik, oleh karena itu seharusnya diprioritaskan
sesuai kondisi pasien. Terapi jenis ini bertujuan untuk menciptakan
keadaan yang saling berhubungan antara lingkungan tidur dengan rasa
kantuk. Terapi ini membatasi jumlah waktu yang dihabiskan pasien
untuk terjaga dari tempat tidur atau kamar tidur dan dirancang untuk
membangkitkan rasa kantuk kembali.
Instruksi pada terapi ini meliputi
3

Pertahankan waktu bangun tidur yang reguler setiap hari selama


seminggu, terlepas dari berapa banyak tidur yang didapatkan

saat malam hari


Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur atau aktivitas seksual
Tidurlah hanya di tempat tidur
Tinggalkan kamar tidur saat anda terbangun selama kurang lebih
15-20 menit, dianjurkan untuk melakukan aktivitas ringan seperti

membaca
Kembalilah ke tempat tidur hanya saat anda mengantuk
Kombinasi dari instruksi ini menetapkan kembali tempat tidur
dan kamar tidur sebagai isyarat yang kuat untuk tidur dan
memasuki

siklus

sirkadian

tidur-bangun

ke

tahap

yang

diinginkan.
b. Sleep Restriction
Merupakan terapi yang meningkatkan durasi keadaan sadar dan
keinginan untuk tidur guna memfasilitasi kemampuan untuk tidur. 8Pada
terapi ini diperlukan catatan yang berisi data-data untuk menentukan
waktu tidur yang sebenarnya, waktu saat pergi tidur, dan efisiensi
waktu tidur ([waktu tidur : waktu pergi tidur] x 100). Instruksi pada
terapi ini :11
- Tentukan waktu yang diperbolehkan di tempat tidur
Mulailah dengan tinggal di tempat tidur hanya sejumlah rata-rata
waktu

anda

benar-benar

tidur.

Ini

dapat

dihitung

dengan

menggunakan catatan tidur selama dua minggu. Jumlahkan ratarata jumlah jam tidur setiap malam dan tambahkan 30 menit,
disebut TIB (Time In Bed). Ini mungkin berarti bahwa anda hanya
diperkenankan untuk tinggal di tempat tidur selama 5 jam pada
-

malam hari.
Tetapkan waktu untuk bangun tidur
Bangunlah di waktu yang sama setiap pagi seberapapun anda tidur

pada malam harinya.


Tetapkan waktu tidur
Waktu tidur ditentukan dengan menghitung kembali waktu bangun
tidur dan TIB seperti pada langkah pertama diatas. Contoh, jika TIB
6 jam dan anda menetapkan waktu bangun jam 6 pagi, maka waktu
tidur anda adalah jam 12 tengah malam. Anda tidak boleh pergi ke

tempat tidur sebelum tengah malam meskipun anda mengantuk


-

dan berpikir bisa tidur.


Cocokkan waktu tidur anda sedekat mungkin dengan jadwal yang
dibuat minimal 2 minggu
Jika anda relatif bisa tidur dengan baik pada malam hari dan merasa
dalam kondisi yang baik, maka pertahankan jadwal tersebut. Jika
anda merasa lelah sepanjang hari, tambahkan 15 menit pada TIB
per minggu sampai anda merasa tidur lebih baik dan merasa kondisi
yang baik sepanjang hari. Peningkatan waktu ini dilakukan ketika

efisiensi tidur mencapai sekurang-kurangnya 90%.


Gunakan cahaya terang pada pagi hari dan redupkan lampu pada
malam hari
Menggunakan cahaya akan membantu menormalkan siklus bangun
tidur, dan mencoba terapi

Sleep Restriction kurang berhasil jika

dilakukan tanpa menggunakan cahaya ini.


Hindari tidur siang
Hal ini akan mengurangi dorongan untuk tidur pada malam hari.
Praktekkan sleep hygiene yang baik

Terapi ini efektif karena dua alasan, pertama, terapi ini mencegah
pasien mengatasi insomnianya dengan memperluas kesempatan untuk
tidur. Pada strategi ini meskipun meningkatkan kesempatan untuk
tidur, namun akan menghasilkan bentuk tidur yang dangkal dan
sedikit-sedikit. Kedua, kerugian saat tidur awal yang terjadi pada terapi
ini diperkirakan akan meningkatkan tekanan untuk tidur, yang pada
akhirnya

akan

menghasilkan

latensi

tidur

yang

lebih

cepat,

berkurangnya waktu terbangun saat tidur, dan meningkatkan tidur


yang efisien.5,11
c. Sleep Hygiene
Terapi ini mengharuskan

dokter

dan

pasien

untuk

melakukan

pengkajian ulang terhadap satu set instruksi yang diarahkan untuk


membantu pasien memelihara kebiasaan tidur yang baik. Strategi ini
lebih baik diterapkan bersama dengan strategi yang lain, dalam terapi
yang bersifat mendidik, dan disesuaikan dengan kondisi pasien
masing-masing. Pada terapi ini dilakukan tindakan-tindakan yang dapat
5

membantu pasien agar dapat tidur serta menghilangkan hal-hal yang


dapat mengganggu tidur pasien. Instruksi sleep hygiene dapat dilihat
di bawah ini :5
1. Tidurlah hanya ketika anda butuh merasa segar setelah
beraktivitas seharian. Batasilah waktu di tempat tidur supaya
anda mudah mendapatkan tidur yang dalam. Menghabiskan
waktu berlebihan di tempat tidur hanya akan membuat anda tidur
dangkal dan sedikit. Bangunlah pada waktu yang teratur saat hari
berikutnya, tidak peduli seberapa lama anda tidur.
2. Bangunlah pada waktu yang sama setiap hari selama
seminggu. Bangun tidur pagi hari pada waktu yang teratur akan
membuat onset tidur yang teratur juga dan membantu untuk
mengatur jam biologis kita.
3. Berolahragalah teratur.Olahraga yang terjadwal dan tidak
dilakukan 3 jam sebelum anda berniat untuk tidur. Olahraga akan
membuat anda gampang tertidur dan memperdalam tidur anda.
4. Pastikan tempat tidur anda nyaman dan bebas dari cahaya
serta kebisingan. Lingkungan yang nyaman, bebas bising akan
mengurangi kecenderungan terbangun malam hari. Kebisingan
yang tidak membangunkan anda, mungkin akan mengurangi
kualitas tidur. Permadani, tirai pembatas, dan pintu yang tertutup
mungkin akan membantu.
5. Pastikan kamar tidur anda memiliki suhu yang nyaman
sepanjang malam. Lingkungan yang terlalu panas atau terlalu
dingin akan mengganggu tidur anda.
6. Makan teratur dan jangan pergi ke tempat tidur saat lapar.
Rasa lapar akan mengganggu tidur. Makan makanan ringan akan
membantu, tapi hindari makanan berat dan berminyak,
7. Hindari minum berlebihan pada sore hari. Mengurangi
minum akan meminimalkan kebutuhan ke kamar mandi saat
malam hari.
8. Kurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein.
Makanan dan minuman berkafein bisa menyebabkan kesulitan
tidur, terbangun saat malam, dan tidur yang dangkal. Bahkan
kafein saat pagi hari dapat mengganggu waktu tidur anda.

9. Hindari

alkohol,

terutama

sore

hari.

Meskipun

alkohol

memiliki kecenderungan untuk membuat seseorang gampang


tertidur, namun akan membuat kita mudah terbangun saat
malam.
10.
Merokok akan mengganggu tidur. Nikotin merupakan
stimulan. Cobalah untuk tidak merokok saat malam ketika anda
memiliki masalah tidur.
11.
Jangan membawa masalah ke tempat tidur. Rencanakan
pemecahan masalah atas persoalan yang anda hadapi saat sore
hari atau rencanakan apa yang akan anda lakukan untuk
keesokan hari. Rasa khawatir akan mempengaruhi tidur dan
menghasilkan tidur yang dangkal.
12.
Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan aktivitas
seksual. Jangan membaca, menonton TV, dan makan di tempat
tidur.
13.
Janganlah mencoba untuk tertidur. Hal ini hanya akan
memperburuk masalah saja. Nyalakan lampu, tinggalkan kamar
tidur, dan lakukan sesuatu yang berbeda seperti membaca.
Jangan terlibat dalam kegiatan aktif lainnya. Kembalilah ke tempat
tidur hanya ketika anda mengantuk,
14.
Letakkan jam di bawah tempat

tidur

anda

atau

putarlah sehingga anda tidak dapat melihatnya. Melihat jam


akan membuat kita frustasi, marah, dan rasa khawatir yang akan
mempengaruhi tidur.
15.
Hindari tidur siang. Tetap terjaga selama siang hari akan
membantu kita ganpang tidur saat malam.
Instruksi diatas bukan hanya terapi sleep hygiene, namun termasuk
juga stimulus control therapy (2,12,13) dan sleep restriction therapy
(1,2,15) dan terapi relaksasi (11,13)
Delapan sesi standar intervensi perilaku5
Intervensi perilaku pada insomnia disusun secara terstruktur dalam
sesi mingguan yang dilakukan selama kurang lebih 6-8 minggu. Beberapa
alasan yang baik untuk menerapkan banyak sesi pada terapi ini antara
lain : pertama, hal ini memberikan kesempatan dokter untuk berurusan
7

dengan ketidakpatuhan awal saat terapi, dimana klien dapat ditemukan


dalam kondisi yang lebih berat. Kedua, sleep restriction theraphy dapat
mengurangi waktu di tempat tidur. Ketiga, delapan sesi terapi terstruktur
memungkinkan pasien dan dokter untuk memantau kemajuan terapi,
mempertahankan kepatuhan selama interval tertentu, dan diakhir sesi
terapi pasien dapat mencapai level yang diinginkan dari total keseluruhan
waktu tidur.
Delapan sesi terapi itu adalah :
-

Sesi pertama (evaluasi klinis dan 2 minggu awal)


Dokter yang bertanggung jawab dalam sesi ini, mewawancara dan
meninjau kembali pasien tentang keluhan tidurnya dan pasien
diinstruksikan untuk membuat catatan tidurnya selama 2 minggu
pertama. Semua pasien diberitahukan bagaimana cara mengisi
catatan ini. Catatan ini bisa dimulai bersamaan dengan terapi untuk
kondisi yang lain atau bersamaan dengan farmakoterapi untuk
insomnianya. Yang perlu diperhatikan bahwa sesi 2 dimulai 2
minggu setelah sesi pertama selesai, semua sesi dijadwalkan
dengan interval 1 minggu.

Sesi kedua (sleep restriction dan stimulus control therapy)


Dokter melakukan pengkajian atas catatan tidur yang dibuat pasien.
Informasi ini mengatur parameter untuk sleep restriction therapy
dan membimbing pasien untuk menjalani terapi berikutnya. Dalam
sesi ini kita menggunakan pendekatan interaktif atau pendekatan
yang bersifat mendidik. Dokter dan pasien melakukan evaluasi data
bersama. Setelah evaluasi dan menentukan asumsi dasar, biasanya
pada kebanyakan pasien akan mudah menyimpulkan strategi apa
yang akan dilakukan. Asumsi primer pasien biasanya kita namakan
korelasi positif yang keliru : semakin banyak waktu di tempat tidur
maka akan semakin banyak tidur yang akan dicapai. Ketika pasien
telah mengidentifikasi satu atau lebih komponen terapi, maka
dokter harus menjelaskan secara rinci dan rasional tahapan untuk

sleep restriction dan stimulus control therapy.


Sesi ketiga (sleep hygiene dan pengaturan sleep restriction therapy)

Setelah dilakukan pengkajian data catatan tidur pasien, maka


proses terapi dimulai. Instruksi sleep hygiene dikaji ulang dengan
memberikan kesempatan pada pasien untuk membaca banyak
perintah dan dasar pemikiran yang sesuai. Setelah dokter dan
pasien mengidentifikasi masalah yang sesuai, dokter melakukan
pengkajian ulang terhadap konsep dasar dan penelitian yang terkait
secara rinci. Hal ini berhubungan dengan seberapa banyak informasi
-

serta cara penyampaiannya sesuai dengan kepentingan pasien.


Sesi keempat ketujuh (pengaturan sleep restriction therapy)
Pengkajian ulang data catatan tidur pasien dan perencanaan

selanjutnya.
Sesi kedelapan (pencegahan relaps)
Pada sesi terakhir ini sebagian besar adalah psikoedukasional.
Dokter memaparkan kembali, 1) bagaimana insomnia bisa terjadi
dan strategi yang memperburuk tidur, 2) strategi yang cenderung
untuk mengatasi dan memperpanjang episode insomnia

Terapi tambahan atau multikomponen CBT5


Selain terapi intevensi perilaku, terdapat beberapa terapi tambahan
yang terbukti membantu pasien dan dapat dimasukkan ke dalam rencana
terapi. Terapi tambahan tersebut antara lain : latihan relaksasi, fototerapi,
dan terapi kognitif.

Multikomponen terapi adalah terapi perilaku yang

ditambahkan dengan salah satu atau semua terapi tambahan tersebut.


Hal

ini

bisa

dimasukkan

kedalam

delapan

sesi

terapi

tanpa

memperpanjang jumlah sesi.

Latihan relaksasi
Terapi ini merupakan teknik terapi yang bertujuan menurunkan
dorongan untuk terbangun dan memfasilitasi tidur di malam hari
berdasarkan konsep bahwa ketegangan otot dan bangkitan kognitif pada
saat tidur akan menurun. Teknik relaksasi yang berbeda akan berdampak
pada sistem fisiologis yang berbeda pula. Relaksasi otot secara progresif
digunakan untuk mengurangi ketegangan otot. Pernapasan diafragma
digunakan untuk membuat napas lambat dan dangkal serta menyerupai
bentuk pernapasan yang secara alami terjadi pada onset tidur. Teknik
9

relaksasi dapat juga berupa hipnosis dan terapi mindfulness untuk


mengurangi stres. Kebanyakan dokter memilih teknik relaksasi yang
optimal berdasarkan kemudahan pasien untuk belajar, dan yang paling
sesuai dengan keinginan pasien, serta teknik yang bukan kontraindikasi
dari kondisi medis pasien.
Fototerapi
Terdapat bukti empiris substansial bahwa cahaya terang memiliki
efek antidepresan dan mempromosikan efek tidur. Efek promosi tidur
terjadi melalui beberapa mekanisme, termasuk merubah sistem sirkadian,
memperkuat amplitudo sirkadian, membuat terjaga pada siang hari dan
tidur pada malam hari, atau secara tidak langsung melalui efek
antidepresan.

Dalam

prakteknya,

cahaya

terang

digunakan

untuk

memperpanjang atau memperpendek fase diurnal harian pasien. Pada


kasus pasien yang mengalami penundaan tidur (pasien lebih suka tidur
telat dan bangun telat pagi hari), bangun lebih cepat pagi hari dengan
alarm dan dipaparkan dengan cahaya terang pada pagi hari selama
beberapa waktu dapat menyebabkan timbulnya rasa mengantuk lebih
awal pada malam hari. Pada kasus pasien yang mengalami tidur cepat
(pasien lebih suka pergi ke tempat tidur lebih awal dan bangun lebih awal
juga), pemaparan cahaya terang pada sore hari dapat menyebabkan
pasien tetap terjaga lebih lama dan bangun tidur lebih lambat.
Terapi kognitif
Pada terapi ini dilakukan edukasi untuk mengubah keyakinan dan
kepercayaan

pasien

mengenai

tidur.

Pendekatan

yang

dilakukan

berdasarkan observasi bahwa pasien insomnia memiliki pikiran dan


keyakinan yang negatif tentang kondisi yang dialaminya dan dampak
kondisi tersebut. Membantu pasien untuk menantang kebenaran dan
kegunaan dari keyakinannya, diperkirakan akan menurunkan ansietas dan
gairah yang berhubungan dengan insomnia. Contoh : meyakinkan pada
pasien bahwa tidur selama 8 jam sehari diperlukan untuk kesehatan,
keyakinan bahwa nanti malam ia bisa tidur (bukan malah mencemaskan
atau memikirkan nanti malam ia tidak dapat tidur).
Teknik untuk menangani ketidakpatuhan pasien5
10

Teknik CBT dapat menjadi tantangan baik bagi pasien ataupun


dokternya. Hal ini mungkin terjadi pada awal terapi dimana pasien diminta
untuk menerima perubahan perilaku yang sulit dan seiring dengan
berkurangnya tidur pasien. Kekurangan tidur sendiri menguji kesabaran
pasien dan membuat kepatuhan terhadap semua modalitas terapi
merupakan masalah. Berikut ini beberapa teknik yang dapat dilakukan :
- Good salesmanship (pendekatan motivasi pada terapi)
Tidak ada yang lebih penting dari suatu metode dibandingkan contoh
yang baik mengenai terapi tidur dan prinsip-prinsip dibalik terapi
perilaku. Pasien akan sering bertanya selama terapi. Keterangan yang
jelas dan menarik akan menimbulkan kepercayaan dan kepatuhan
pasien. Berbagi informasi tentang efektifitas dan efisiensi terapi
-

dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien.


Pendekatan socratic versus pedantic pada pendidikan pasien
Sangatlah penting untuk mengedukasi dan berkolaborasi dengan
pasien selama proses terapi. Berikan pasien kesempatan untuk
menceritakan tentang kemajuan mereka, bukan hanya diperintah
untuk

melakukan

sesuatu

dan

alasan

kenapa

mereka

harus

melakukannya.
Membuat tujuan yang realistis
Terapis harus mengerti tujuan apa yang ingin dicapai oleh pasien dan
menentukan apa serta bagaimana tujuan itu tercapai dengan
realistis. Evaluasi pasien juga termasuk kondisi kehidupannya,
sangatlah tidak bijaksana memulai terapi saat kepatuhan terapi
merupakan masalah bagi pasien. Sampaikan pada pasien bahwa sesi
awal terapi CBT akan sulit dan gejala insomnia akan memburuk

sebelum akhirnya membaik.


Pendekatan ilmu pengetahuan pada terapi
Sangatlah penting untuk menunjukkan grafik kemajuan pasien
selama terapi. Hal ini akan membuktikan pada pasien bahwa
terapinya bekerja, dan mereka dapat mengontrol masalahnya serta
berhasil dalam terapi.

III.SIMPULAN
11

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya


masuk tidur, mempertahankan tidur (sering terbangun tengah malam),
atau tidak adanya rasa segar ketika bangun tidur.
Tatalaksana yang sering dilakukan pada insomnia adalah pemberian obat obatan,
akan tetapi hal ini tidak memberikan hasil yang maksimal. Pemberian obat obatan dengan
dengan terapi nonfarmakologi seperti higiene tidur dan Cognitive-behavioral therapy akan
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan hanya memberikan obat obatan. Beberapa
bukti yang jelas menunjukkan bahwa Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) efektif dalam
mengatasi insomnia dan perbaikan klinis yang terjadi ini lebih baik dibandingkan dengan
terapi hipnosis
CBT yang dilakukan pada insomnia memiliki delapan sesi standar
yang bisa kita terapkan pada pasien sesuai dengan kondisi masing-masing
pasien. Di dalam sesi terapi tersebut sudah mencakup tiga jenis terapi
yang termasuk terapi perilaku, yaitu stimulus control therapy, sleep
restriction,

dan

sleep

hygiene

therapy.

Pelaksanaan

terapi

ini

membutuhkan waktu yang agak lama dan kerjasama yang baik antara
dokter dan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. 2010.Defisit Kognitif pada Perempuan Usia Lanjut dengan Insomnia Kronik dalam
Jiwa. Majalah Psikiatri. No 2.
12

2. Sadock, BJ Sadock V A.2007. Sleep Disorders. The Comprehensif Text book of Psichiatry.
10th ed. Baltimore. Lippincot Wiliams & Wilkins
3. Ancoli-Israel & Roth, T.1999. Characteristic of insomnia in the United States : Result of the
1991 National Sleep Foundation Survey I. Sleep,22.
4. Puri BK.,Laking PJ.,Treasaden IH.2011.Gangguan tidur dalam Buku Ajar Psikiatri edisi 2.
EGC. Jakarta.
5. Pigeon WR, Perlis ML.2009.Cognitive Behavioral Treatment of Insomnia.Cognitive
Behavior Theraphy, Applying Empirically Supported Techniques in Your Practice
6. Leger D, Bader G, Levy E, Pailard M. 2002. Medical and Socio-proffesional Impact of
Insomnia. Sleep, 25.
7. Smith MT, Perlis ML, Park A, et al. 2002. Comparative Meta-analysis of Pharmacotherapy
and Behaviot Theraphy for Persisten Insomnia. American Journal Psychiatry, 159.
8. Rahayu D.2010. Terapi Kognitif Perilaku pada Insomnia. Jiwa, Majalah Psikiatri. No 2.
Jakarta
9. Suwito A.2010. Insomnia : dari Epidemiologi hingga Penatalaksanaannya. Jiwa, Majalah
Psikiatri. No.2. Jakarta
10. Wilson S, Nutt D. 2007. Management of insomnia: Treatments and Mechanism. British
Journal of Psychiatry.191-197
11. Edinger JD, Means MK.2005. Cognitive- Behavioral Therapy for Primary Insomnia. Clinical
Psychology Review.25

13

Anda mungkin juga menyukai