Anda di halaman 1dari 54

ENSEFALOPATI METABOLIK

PADA DIARE

I Putu Gede Karyana


Pendahuluan
 Diare merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada bayi dan anak di negara
sedang berkembang
 Bahaya:
- dehidrasi
- malnutrisi
 Kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah
banyak:
- dehidrasi berat
Darurat
- ensefalopati
Definisi ensefalopati
 Nottingham Paediatric Guideline:
deteriorasi yang cepat dari derajat kesadaran
dengan atau tanpa tanda neurologik fokal, dan
bukan disebabkan oleh adanya aktifitas epileptik
atau sinkop

 Guidotti M et al:
gangguan menyeluruh sistem susunan saraf
pusat (SSP) akibat kelainan primer atau
sekunder di mana pasien sebelumnya sehat atau
tanpa kelainan neurologis.
 Ensefalopati akut:
- kelainan SSP akut
- oleh kelainan primer ataupun sekunder
- sebelumnya normal
- penurunan derajat kesadaran yang cepat

 Gejala lain:
berupa sakit kepala, tangis yang melengking
(high pitched crying), kejang, dan kelumpuhan
saraf otak serta saraf sensori-motoris
Etiologi ensefalopati
 Kelainan metabolik:
- gangguan keseimbangan air dan elektrolit (ureum,
kreatinin, kalsium, osmolalitas plasma)
- hipoglikemia
- inborn errors of metabolism
 iatrogenik dan toksik
 infeksi intrakranial
 ensefalopati parainfeksi
 autoimun
 penyebab vaskuler
 neurologik primer
Patofisiologi diare

Diare osmotik Diare sekretorik

Kehilangan:
Air
Natrium
Kalium
Bikarbonat
Magnesium
Kalsium
.........patofisiologi diare

Stool osmotic gap

Osmotic gap (mOsm/L) = 290 – 2 (Na tinja + K tinja)

Diare sekretorik Diare osmotik


Osmotic gap <100 mOsm/L >100 mOsm/L

Na tinja >70 mEq/L <70 mEq/L


Mekanisme dan
manifestasi klinis
Gangguan keseimbangan air
Tabel 1: Kebutuhan cairan pada bayi dan anak

BB Kebutuhan ml/hari
< 10 kg 100 ml/kg BB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg di atas BB 10 kg
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg di atas BB 20 kg
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan air

Hilangnya cairan tubuh pada diare melalui:

 Previous Water Losses (PWL)

 Normal Water Losses (NWL)

 Concomitant Water Losses (CWL)


…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan air

Derajat dehidrasi dapat dibedakan menjadi:


 Tanpa Dehidrasi:
penurunan BB < 5% (rata-rata 2 ½ %) dari BB
sebelum sakit.
 Dehidrasi ringan-sedang
penurunan BB 5-10% (rata-rata 7½ %) dari BB
sebelum sakit.
 Dehidrasi berat
penurunan BB >10% (rata-rata 12 ½ %) dari BB
sebelum sakit.
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan air

Kehilangan cairan >>


 gangguan sirkulasi
 gangguan homeostasis umum
 hipoksia dan iskemia
 kerusakan sawar darah otak
 perfusi ke jaringan otak berkurang
 gangguan difusi O2, CO2 dan H2O ke otak
 edema
 penurunan kesadaran
…….mekanisme dan manifestasi klinis

Gangguan keseimbangan elektrolit


 Na, glukosa, dan urea merupakan penentu osmolalitas
ekstraseluler

Glukosa BUN
Osmolalitas plasma = 2 x Na plasma + 18 + 2,8

 Osmolalitas plasma normal: 290 sampai 305 mOsm/L


sebanding dengan Na plasma 135 sampai 145 mEq/L

 Susunan saraf pusat menempati kedudukan yang kritis


dalam pengaturan garam dan air sistemik
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Tabel 2: Kebutuhan normal elektrolit dan glukosa

Komposisi Dosis (mEq/kgBB/hr)


Natrium (Na) 3-4
Kalium (K) 2-3
Kalsium (Ca) 50-100
Magnesium (Mg) 0,4-0,9
Phospor (P) 15-50
Glukosa 100-200
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Tabel 3. Komposisi elektrolit tinja penderita diare akut non-kolera,


kolera, rotavirus, dan plasma

dalam mEq/L
Na K HCO3 Cl
Non-kolera 56 25 14 55
Kolera 101 27 32 92
Rotavirus 26 44 17 7
Plasma 131-150 3,5-5,5 19-30 100-106
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi berdasarkan tonisitas plasma:


 Dehidrasi isotonik atau isonatremik:
kadar Na plasma antara 130-150 mEq/L
 Dehidrasi hipotonik atau hiponatremik:
kadar Na plasma <130 mEq/L
 Dehidrasi hipertonik atau hipernatremik:
kadar Na plasma >150 mEq/L.
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi isonatremik
 Proporsi jumlah air dan Na yang hilang lewat tinja
relatif sama:
► Kadar natrium plasma normal
► Osmolalitas plasma normal
► Jumlah total cairan tubuh berkurang
► Tidak terjadi pergeseran air ke dalam sel-sel otak

 Wathen JE et al:
Dehidrasi isonatremia 96%
Dehidrasi hiponatremia 3%
Dehidrasi hipernatremia 1%.
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hiponatremik (1)

 Hilangnya Na relatif lebih banyak daripada air

 Ewout J H et al:
dari 131 pasien diare 96 (73%) dengan
hiponatremia  40 (42%) terjadi setelah
perawatan di RS  karena penggunaan
cairan hipotonik untuk kebutuhan
pemeliharaan
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hiponatremik (2)


 Hiponatremia
- Na kurang dari 130 mEq/L
- Osmolalitas plasma < 260-265 mOsm/L
- pergeseran air ke dalam sel-sel otak  edema -
herniasi.
 Gejala klinis:
- Na plasma <125 mEq/L: mual-muntah, twitching,
dan gelisah
- Na plasma <115-120 mEq/L: sakit kepala hebat,
letargi, kejang, disorientasi, dan penurunan
kesadaran berat serta kelumpuhan
 Hiponatremia juga dapat terjadi sebagai akibat
overhidrasi sehingga terjadi intoksikasi air
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hipernatremik (1)


 Kehilangan air relatif lebih banyak dari Na
- Na plasma > 150 mEq/L
- Osmolalitas plasma > 305 mOsm/L
- Hipertonisitas lambat  dibentuk idiogenic-osmoles
- Hipertonisitas terlalu cepat  air bergeser ke dalam
vaskuler
 Manifestasi neurologik:
gelisah, hipertonia, kejang, muscular twitching,
nistagmus yang kemudian menjadi stupor dan koma

 Barlow: pada hipertonisitas yang cepat:


- pengerutan otak
- ptekie yang tersebar luas
- hematoma subdural
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hipernatremik (2)


 Finberg: gejala sisa dikemudian hari, seperti:
- kerusakan otak yang permanen
- tumbuh kembang di bawah rata-rata
- kapasitas intelektual yang terbatas
- hemparesis menetap

 Michel L Moritz:
20% penyebab hipernatremia adalah diare

 Etiologi:
diare, muntah, hiperventilasi, anoreksia,
demam, pemberian cairan Na hipertonis
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit
Tabel 4: Gejala dehidrasi isotonik, hipertonik,
dan hipotonik
Gejala klinik Isotonik Hipertonik Hipotonik
Keadaan umum Apatis Gelisah Koma
Kulit Dingin Bervariasi Dingin
Selaput lendir Basah Kering Basah
Turgor & tonus Sangat kurang Sedikit kurang Sangat kurang
UUB Cekung Cekung Cekung
Mata Cekung Cekung Cekung
Nadi Cepat & lemah Cepat dan keras Sangat lemah
Terjadinya syok Bervariasi Lambat Cepat
Tekanan darah Rendah Rendah Sangat rendah

Gejala neurologi Tak biasa Sering (kejang, Tak biasa


hiper-refleksi
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipokalemia (1)
Kalium:
- kation intraselular yang mengatur fungsi sel
- Konsentrasi K intraseluler: 150 mEq/L
- Konsentrasi ekstraseluler bervariasi 3,5-5,5 mEq/L
- Perbandingan K intra dan ekstraselular penting
pada resting membrane potensial

Penurunan K dalam plasma ini akan segera diganti oleh K


jaringan intraseluler

KehilanganK melalui tinja sebanyak 100 mEq/L


menurunkan kadar K dalam darah sebanyak 1 mEq/L

Defisiensi K dalam jaringan dapat diketahui dengan EKG


…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit
Hipokalemia (2)
Hipokalemia: K plasma kurang dari 3,5 mEq/L
Hipokalemia akan menaikan resting membran potensial
Kalium tidak menimbulkan kejang secara langsung
Peninggian mendadak K :
- parestesia pada bibir dan ekstremitas
- kejang
- tanda Chvostek
- spasme karpopedal
Bila kadar Ca dan K sama-sama rendah, maka tetani tidak
akan timbul sampai kekurangan K diperbaiki
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipokalemia (3)
 Gejala hipokalemia:
- kelemahan umum
- reflek menurun
- bising usus menurun sampai hilang dan abdomen
menjadi tegang
- letargi, kacau hingga koma
- kemampuan ginjal untuk memekatkan urin
berkurang

EKG:
- repolarisasi ventrikel yang terhambat
- depresi pada ST, gelombang T yang rendah
- interval Q-T yang memanjang
- peninggian gelombang V
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipomagnesemia (1)
 Magnesium (Mg):
- kation intraseluler
- berikatan dengan protein dan molekul bermuatan
negatif

 Menjaga stabilitas membran dan konduksi dari saraf


 Konsentrasi Mg plasma normal: 1,5-2,3 mg/dL
(setara dengan 1,2-1,9 mEq/L; 0,62-0,94 mmol/L)

 Kadar magnesium plasma tidak mencerminkan


cadangan total magnesium dalam tubuh
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipomagnesemia (2)
 Kehilangan Mg lewat saluran cerna dan ginjal
penyebab utama dari hipomagnesemia
 Kehilangan Mg pada diare > 200 mg/L tinja
 Steatorea mempermudah kehilangan Mg karena
adanya formasi garam magnesium-lipid
 Hipomagnesemia: kadar magnesium plasma
kurang dari 1,5 mg/dL
 Gejala klinis:
anoreksia, letargi, muntah-muntah, tetani,
aritmia, kejang, interval PR dan interval QT
memanjang
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipokalsemia (1)
 Fungsi Kalsium (Ca):
- koagulasi darah
- komunikasi seluler
- eksositosis
- endositosis
- kontraksi otot
- transmisi neuromuskuler

 Hipokalsemia pada diare merupakan keadaan sekunder


akibat adanya:
- hipomagnesemia  hipoparatiroid sekunder
- asidosis tubulus ginjal
- kegagalan penyerapan kalsium
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan elektrolit

Hipokalsemia (2)
 Hipokalsemia:
kadar kalsium plasma kurang dari 7 mg/dL, atau
8,8 mg/dL bila disertai gejala klinis
 Gambaran klinis:
Ringan: pasien nampak bingung, ensefalopati,
depresi, dan psikosis.
Berat : tetani, kejang, laringospasme, dan nyeri otot
 Pemeriksaan neurologi:
tanda Chvostek
tanda Trousseau
…….mekanisme dan manifestasi klinis

Gangguan keseimbangan
asam-basa
 Mekanisme kompensasi agar pH tetap normal
sesuai dengan persamaan Henderson
Hesselbach:
pH = 6,1 + log HCO3
H2CO3

 Kehilangan bikarbonat (HCO3) lewat diare 


asidosis metabolik  nafas cepat dan dalam

 Asidosis metabolik berdasarkan nilai anion gap


dibedakan atas normal dan meninggi
…….mekanisme dan manifestasi klinis
gangguan keseimbangan asam-basa

 Anion gap normal: kehilangan HCO3 lewat saluran cerna


dan asidosis tubulus ginjal
 Untuk membedakan: proses saluran cerna atau ginjal

anion gap urin = ( Na urin + K urin – Cl urin)

Hasil negatif  penyebab asidosis bukan ginjal

 Manifestasi neurologik:
- kesadaran cepat menurun  delirium-koma
- kadang-kadang disertai kejang
…….mekanisme dan manifestasi klinis

Hipoglikemia

 Wethan JE et al:
- 9,9% pasien diare mengalami hipoglikemia.
- peneliti lain sebelumnya 2-3%

 Lebih sering pada diare dengan KEP dan BBLR

 Hipoglikemia  gangguan dari pompa Na-K ATP-ase 


Na gagal ditransfer ke ekstraseluler  tonisitas cairan
intraseluler meningkat  perubahan komposisi ion 
kejang dan edema otak
…….mekanisme dan manifestasi klinis
hipoglikemia

 Tanda:
- kesadaran menurun sampai koma
- lemas
- peka rangsang
- tremor
- berkeringat
- pucat
- syok

 Hipoglikemia:
kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak
Tanda dan gejala klinis lainnya
Aktifitas motorik
 Gejala khas yang timbul pada keadaan stupor:
tremor, asteriksis dan mioklonus multifokal
 Gejala tidak khas: kelainan pada tenaga, tonus,
dan refleks
 Kejang biasanya timbul pada saat koma

Refleks pupil
 Refleks cahaya pupil masih ada
 Depresi pernafasan
 Rigiditas deserebrasi atau flaksiditas
.........tanda dan klinis lainnya

Gerakan bola mata


 Ensefalopati ringan : mata masih dapat bergerak bebas
Ensefalopati berat : mata tetap mengarah ke depan
Posisi diskonjugat  kelainan otak struktural
Mata selalu melirik ke bawah  kelainan otak
struktural atau kelainan metabolik

Elektroensefalogram (EEG)
 Perlambatan yang bersifat difus
 Aktivitas lambat dengan amplitudo tinggi yang kadang-
kadang disertai gelombang tajam
.........tanda dan klinis lainnya

CT scan kepala
 Hiponatremia menunjukkan gambaran edema otak
 Hipernatremia menunjukkan adanya pengerutan otak
 intoksikasi air  edema
 Bayi dengan hipernatremia  area dengan densitas
rendah di daerah basal ganglia

Gambaran cairan serebrospinal


 Syok, hiponatremia, dan hipernatremi berat
menyebabkan kerusakan pada otak dan sawar darah
otak  protein dan sel meningkat
Tata laksana
 Umum: - jalan nafas
- pernafasan
- posisi kepala

 Khusus:
- Memperbaiki sirkulasi
- Evaluasi dan koreksi gangguan
keseimbangan elektrolit, asam-basa,
dan hipoglikemia

 Lanjutan
Tata laksana khusus
 Mengatasi dehidrasi berat (syok)
Tujuan terapi cairan:
- memperbaiki sirkulasi pada keadaan syok
- mengganti defisit
- rumatan
 Diindikasikan untuk menggunakan cairan
parenteral
 Jenis cairan: ringer laktat (RL), ringer asetat
atau NaCl 0,9%
..........tata laksana
khusus

Tabel 5: Cara pemberian cairan IV (dengan RL)


pada diare akut dengan dehidrasi berat menurut
WHO
Umur Pemberian I Kemudian
30 ml/kg dalam 70 ml/kg dalam
Bayi < 12 bulan 1 jam 5 jam
Anak > 1 Tahun ½ jam 2½ jam
..........tata laksana
khusus

Pada keadaan syok:


RL, Ringer asetat atau NaCl 0,9% 10-20 ml/kg
dalam 10-20 menit  dapat diulang

Departemen IKA FKUI-RSCM:


KaEN 3B 70 mL/kg BB setelah pemberian RL 30
mL/kg BB pada diare dehidrasi berat
..........tata laksana
khusus

Koreksi hiponatremia
 Perbaiki sirkulasi
 Kadar Na serum kurang dari 120 mEq/l  koreksi
dengan Na hipertonik berdasarkan rumus:

Defisit Na (mEq) = (Na diinginkan-Na yang diperiksa)


x cairan tubuh total (L)

- Kadar Na plasma yang diinginkan 125 mEq/L


- Cairan tubuh total:BB (kg) X 0,6

 Na hipertonik: NaCl 3% atau NaCl 5%


 Hiponatremia simtomatik  beri 10-12 ml/kg NaCl 0,3%
dalam waktu paling cepat 60 menit
..........tata laksana
khusus

Koreksi hipernatremia (1)


 Perbaiki sirkulasi: cairan isotonik atau koloid
 Kadar Na > 150 mEq/L koreksi perlahan  Na
serum turun tidak melebihi 10 mEq/24 jam
 Koreksi cepat: edema otak, kejang, dan
kematian
 Hitung defisit air bebas:
Defisit air bebas (mL) =
145
BB (kg) x 0,6 x (1- Na serum )
atau
Defisit air bebas (mL) =
4 mL x BB(kg) x perubahan Na diinginkan
(mEq/L)
..........tata laksana
khusus

Koreksi hipernatremia (2)

Finberg:
- Koloid: Albumin 5% 20 ml/kg dalam 30-40 menit
- Natrium 75-80 mEq dalam dekstrose 5% sebanyak
50 mL/kg dalam 4-5 jam bila anuria

Pemberian cairan setelah sirkulasi diperbaiki:


 Defisit air bebas + rumatan untuk 2 hari (retriksi 25%)
dengan dekstrose 5% ditambah Na 100 mEq/L
 Bila selama terapi timbul kejang  berikan 3-5
mL/kgBB NaCl 3% atau manitol hipertonik

Kadar Na lebih dari 200 mEq/L  peritoneal dialisis


..........tata laksana
khusus

Koreksi hipokalemia (1)


 Kecepatan pemberian intravena:
Akut : sesuai perhitungan defisit
Kronis : sesuai dengan kebutuhan K per hari
 Cara menghitung defisit K :

Defisit K (mEq)= defisit cairan (L) x persentase


CIS x konsentrasi K dalam CIS
- Defisit cairan=persentase kehilangan BB
- Persentase CIS: persentase CIS dalam
kompartemen sesuai dengan lama diare
► <3 hari : 20%
► 3 hari atau lebih : 40%
- Konsentrasi K CIS normal dalah 150 mEq/L.
..........tata laksana
khusus

Koreksi hipokalemia (1)


 Patokan kecepatan pemberian K intravena:
- Jika K plasma >2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG
 10-20 mEq/jam
- Jika K plasma < 2 mEq/L dengan kelainan EKG
 40 mEq/jam

 Pantau K plasma setiap 4 jam dan EKG secara kontinyu


 Pemberian K yang terlalu cepat menyebabkan disritmia
yang fatal
 Pada keaadaan hipomagnesemia kadar K sulit naik
..........tata laksana
khusus

Koreksi hipomagnesemia
 Hipomagnesemia: darurat
 Tatalaksana awal: 2-4 gr magnesium sulfat
dalam 50 ml dekstrose 5% dalam 5-10 menit 
dapat diulangi sampai total 10 gr dalam 6 jam
berikutnya
 Lanjutkan penggantian selama 3 sampai 7 hari
dengan 48 mEq/L/24 jam
 Jika tidak berat ganti dengan 0,03-0,06 gr/kg
BB/hari dalam 4-6 dosis sampai kadar
magnesium plasma normal
..........tata laksana
khusus

Koreksi hipokalsemia
 Tatalaksana: kadar Ca harus dikoreksi menurut kadar
albumin.
Ca koreksi = Ca plasma terukur + {0,8 x (kadar
albumin plasma normal – terukur)}
 Jika simtomatik: 10 ml kalsium glukonat 10% selama
15-30 menit lanjutkan dengan 60 ml kalsium glukonat
dalam dekstrose 5% dengan kecepatan 0,5-2 mg/kg
BB/jam
 Ukur kadar kalsium setiap beberapa jam
 Jika didapatkan hipomagnesemia harus dikoreksi
..........tata laksana
khusus

Koreksi asidosis metabolik

 Asidosis metabolik dikoreksi dengan pemberian


Natrium Bikarbonas sesuai dengan rumus:

Na Bikarbonas = Base Exces x Berat Badan x 0,3

 Koreksi berlebihan dan cepat dengan Na


bikarbonas  alkalosis metabolik yang ditandai
dengan hipoventilasi
..........tata laksana
khusus

Penanganan hipoglikemia

 Pada dehidrasi berat lakukan pencegahan dan


terapi hipoglikemia

 Tatalaksana: berikan dekstrose 10% dengan


dosis 5-10 ml/kg BB secara i.v.

 Evaluasi keadaan klinis dan glukosa darah


penderita setiap 15-30 menit
..........tata laksana
khusus

Penanganan Kejang

 Penanganan kejang diberikan diazepam 0,3-0,5


mg/kgbb iv

 Observasi ketat pada penderita dengan kesadaran


menurun

 Kejang biasanya tidak berulang jika gangguan elektrolit


dan asam-basa, serta hipoglikemia sudah teratasi
Tatalaksana lanjutan
 Setelah resusitasi dan penanganan gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam-basa serta
hipoglikemia:
- rehidrasi oral
- dietetik
- mengobati kausa
- pemberian preparat seng
- mengobati penyakit penyerta
Prognosis
 Tergantung dari lama dan beratnya kelainan
metabolik berlangsung dan derajat kerusakan
pada SSP

 Gejala sisa dikemudian hari:


- kerusakan otak yang permanen
- tumbuh kembang di bawah rata-rata
- kapasitas intelektual yang terbatas
- hemparesis menetap
Simpulan (1)
 Kehilangan air dan elektrolit yang pada diare
mengakibatkan gangguan keseimbangan air dan
elektrolit, asam-basa, dan hipoglikemia.

 Akibatnya: kelainan metabolisme pada SSP 


ensefalopati

 Manifestasi klinis dari berbagai gangguan


elektrolit sulit dibedakan
Simpulan (2)
 Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari penyebab dan komplikasi

 Penatalaksanaan lebih banyak ditujukan untuk


mengatasi defisit cairan serta mengoreksi
gangguan elektrolit dan asam-basa.

 Prognosis tergantung dari lama dan beratnya


kelainan metabolik yang telah berlangsung dan
derajat kerusakan pada SSP

Anda mungkin juga menyukai