Menurunkan
daya ingat
B. Pohon Masalah
Sulit
berkonsentrasi
Perubahan
mood
Daya tahan
tubuh melemah
Menurunkan
gairah seks
Gangguan
Istirahat/Tidur
1. Mata cowong
2. Adanya kantong mata
3. Merasa lemas
4. Ketidaknyamanan fisik
1. Rokok memiliki
sifat stimulan
Suasana yang
kurang kondusif
Diare
Lingkungan
-
Ramai
1. Saraf simpatis
meningkat
2. Otot lemas
3. Dehidrasi
Kelelahan
Gaya Hidup
-
Merokok
Olahraga
- Beraktivitas
- (Ayu,
Sesak
nafasWahit, 2015) - Ribut
2013.,
- Minum
berlebihan
C. Pemeriksaan Diagnostik
Alkohol
- Kanker tingkat
- Bising
lanjutMenurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau
tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur , biasa dilakukan dengan teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Ramelda (2008), untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
E. Pengkajian Keperawatan
Menurut pola fungsi Gordon (1982) dalam Potter, P. A., 1996, terdapat 11 pengkajian
pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pasien mengatakan kurang nyaman
dengan keadaan gangguan pola tidur yang dialaminya saat ini.
2. Pola Nutrisi : Pasien mengatakan nafsu makannya menurun.
3. Pola Eliminasi : Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar
4. Aktivitas dan Latihan : Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami penurunan
stamina dalam melakukan aktivitas dan latihan sehari-hari. Pasien merasa berat dan
malas ketika akan memulai melakukan kegiatan, aktivitas dan latihan. Penurunan
stamina yang ia rasakan yaitu kelelahan dan keletihan yang begitu cepat walaupun
baru sesaat menjalani aktivitas fisik maupun latihan.
Tidur dan Istirahat : Pasien sering terbangun dimalam hari karena merasa nyeri
pada bagian punggung kaki kanan yang terluka. Pasien mengatakan sering terbangun
saat dini hari sekitar pukul 01.00 pagi. Pasien mengalami gangguan istirahat tidur
karena disebabkan oleh nyeri yang ia rasakan dibagian punggung kaki sebelah kanan.
Dimana pasien juga menjelaskan jumlah jam tidurnya kurang dari 5 jam per 24 jam
dimana dampak yang ia rasakan yaitu merasa lemas , kurang bersemangat ketika
bangun serta perubahan kantung mata dan warna dibawah mata yang mulai
menghitam.
5. Sensori, Presepsi dan Kognitif : Pasien kurang dapat berkomunikasi dengan baik
karena kurang berkonsentrasi.
6. Konsep diri
a. Identitas diri : Pasien mampu mengenali dirinya sebagai seorang anak dalam
keluarga
b. Gambaran diri : Pasien merasa kalau dirinya begitu lelah , ingin tidur nyenyak
tetapi sulit dilakukan.
c. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera bisa memperbaiki pola tidurnya.
d. Harga diri : Pasien tidak merasa sedikit minder dengan keadaan kantung matanya
yang menghitam.
e. Peran diri : Selama ini pasien berperan sebagai anak dalam keluarganya.
7. Seksual dan Reproduksi : Pada pola pengkajian Gordon ini mengenai gangguan
istirahat tidur , pola seksual dan reproduksi tidak dikaji.
8. Pola Peran Hubungan : Keluarga pasien mengatakan pasien mampu berinteraksi dan
mengenal lingkungan dengan cukup baik meski terkadang kurang konsentrasi.
9. Manajemen Koping Setress : Keluarga pasien mengatakan pasien bila ada masalah
jarang membicarakandengan keluarganya
10. Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pasien mengatakan selalu sembahyang sesuai agama
yang dianut.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur adalah interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal (NANDA, 2015).
Berhubungan dengan:
a. Gangguan karena pasangan tidur,
b. Halangan lingkungan (mis., bising, pajanan cahaya/gelap, suhu/kelembapan,
lingkungan yang tidak dikenal),
c. Imobilisasi,
d. Kurang privasi,
e. Pola tidur tidak menyehatkan (mis., karena tanggung jawab menjadi pengasuh,
menjadi orang tua, pasangan tidur).
Ditandai dengan:
a.
b.
c.
d.
e.
G. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Intervensi (NIC)
Rasional
Hasil (NOC)
1
Gangguan
Pola
Setelah
dilakukan
1. Peningkatan Tidur:
Bantu
untuk
Berhubungan
selama 3 x 24 jam
menghilangkan
dengan
diharapkan px tidak
situasi
imobilisasi
sebelum tidur.
2. Manajemen
Ciptakan
pasien
dengan
skala 1-5.
3. Tempat tidur yang
nyaman
pasien
pada
dengan
skala 1-5.
4. Kesulitan memulai
tidur pada pasien
dengan skala 1-5.
5. Mimpi buruk pada
pasien
dengan
skala 1-5.
6. Nyeri pada pasien
dengan skala 1-5.
lingkungan
tenang
pasien
tetap terjaga.
3. Agar
pasien
merasa nyaman
yang
dan
mendukung.
3. Manajemen
pasien
Lingkungan
untuk
mempersiapkan
Kenyamanan:
Hindari gangguan
yang tidak perlu
dan berikan untuk
waktu istirahat.
4. Terapi Relaksasi:
dirinya
dan
manfaat relaksasi
serta
jenis
relaksasi
yang
agar
tenang sehingga
dapat
tidur
dengan efektif.
5. Agar
pasien
dapat
Gambarkan
rasionalisasi
secara normal.
2. Agar
kualitas
tidur
Lingkungan
Kenyamanan:
stress
1. Membantu agar
menilai
sesuatu dengan
objektif.
6. Membuat pasien
lebih rileks dan
tersedia (misalnya,
music,
tenang.
meditasi,
bernafas
dengan
ritme,
relaksasi
rahang
dan
relaksasi
otot
progresif).
5. Peningkatan
Koping:
Bantu
pasien
dalam
mengembangkan
penilaian
terkait
dengan
kejadian
dengan
lebih
objektif.
6. Manajemen Nyeri:
Kurangi
atau
eliminasi
faktor-
(misalnya,
ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton,
dan
kurang
pengetahuan).
H. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
I. Evaluasi
Evaluasi formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap
respon langsung pada intervensi keperawatan) (Poer, 2012).
Evaluasi sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu) (Poer, 2012).
J. Referensi
Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed. 6. United
Kingdom: Elsevier.
Carpenito,Moyet.Lynda
13.Jakarta:EGC
Juall.2012.BukuSaku
Diagnosa
Keperawatan
Edisi
Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. 5. United
Kingdom: Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal, Lilis Indrawati, Joko Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar.Jakarta.Salemba Medika.
NANDA International. 2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20152017.Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta: EGC.
Remelda. 2008. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ayu,
S.
2013.
Gangguan
Tidur.
(Online).
Available
at
eprints.undip.ac.id/44158/3/SAPHIRA_AYU_G2A009085_BAB_II.pdf. Diunduh
pada 31 Agustus 2016.