Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT


DAN TIDUR DI RUANG MARWAH RSI MASYITOH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Oleh

Elsa Putri Nur Afifah

P17210211001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

1
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG
Maret 2023

A. Konsep Teori
1.1 Definisi isirahat dan tidur
Tidur dapat diartikan sebagai proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan tidak sadar dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat
dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup, selain hal tersebut tidur
juga dikatakan sebagai keadaan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, melainkan merupakan sesuatu urutan yang berulang
(Feralisa, 2020). Istirahat merupakan proses relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya
melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu, dimana kegiatan jasmani menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar (Siregar, 2019)
Gangguan pola tidur adalah gangguan akibat dari faktor eksternal yang terjadi pada
kualitas dan kuantitas waktu tidur seseorang (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami perubahan kualitas atau kuantitas istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Wunggouw, 2018; Riyadi,
2020)

1.2 Faktor yang mempengaruhi


Faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
tidur, yaitu:
1. penyakit atau kondisi kesehatan
Jika seorang sakit, maka membutuhkan lebih banyak tidur normal. Namun, kondisi
tersebut membuat pasien semakin berkurang untuk tidur atau tidak bisa tidur Misalnya
pada pasien cacat Penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular,
dll penyakit saraf (Madeira, 2019).
2. Lingkungan

2
Pasien yang biasanya tidur di lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
perubahan atmosfer, karena berisik membuatnya sulit tidur (Nadya, 2017).
3. Kelelahan
Kelelahan akibat aktivitas berat bisa berlangsung lebih lamaTidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat pada seseorang yang telah
melakukan suatu kegiatan dan untuk mencapai kelelahan. Dengan begitu orang tersebut
lebih cepat bisa tidur karena slow wave sleep (NREM) atau kepanjangan dari Non-Rapid
Eye Movment) dikenal juga dengan tidur ayam.
4. Alkohol
Alkohol biasanya menekan REM, seseorang yang terbiasa minum Alkohol dapat
menyebabkan insomnia dan lekas marah.
5. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan kesulitan tidur meliputi: Diuretik (menyebabkan
insomnia), antidepresan (penekan REM), kafein (meningkatkan saraf simpatik), beta
blocker (menyebabkan insomnia) dan Obat-obatan (menekan REM) (Siregar, 2019).
6. stres emosional
Kecemasan dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi Kecemasan
dapat meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulas sistem saraf
simpatik. Mode ini mengurangi siklus Tidur NREM tahap IV dan tidur REM dan
terbangun berulang kali selama tidur.
7. Nutrisi
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses istirahat yang baik
misalnya makanan kaya protein, seperti keju, susu, daging, dll Tuna bisa membuat
seseorang lebih cepat tertidur, karena adanya L-triptofan, asam amino dalam protein
dicerna namun sebaliknya Minuman berkafein atau Alkohol dapat mengganggu tidur.
8. Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya
yaitu perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari
(Siregar, 2019).

3
1.3 Patofisiologi dan Mekanisme
A. Patfisiologi
Patofisiologi gangguan tidur Dari perspektif kognitif dan perilaku, insomnia adalah
suatu kondisi yang terkadang terjadi bersamaan dengan perilaku maladaptif kognitif, dan
menjadi kronis jika tidak ditangani secara agresif pada fase akut. Individu mungkin
mengalami insomnia karena karakteristik predisposisi secara pribadi, seperti
berberbagai, seperti kondisi yang penuh tekanan Faktor presipitasi, seperti keadaan
kehidupan yang membuat stres, penyakit baru. Faktor predisposisi seperti perilaku yang
salah, misalnya tidur sebentar di siang hari atau tidur-tiduran di ranjang lebih lama dari
kebiasaan waktu tidur yang biasa selain dari kurang tidur, bisa mengakibatkan insomnia
kronis (Fitriyah, 2021).
B. Tanda dan gejala
Gangguan pola tidur yang sering dijumpai biasanya akan menunjukkan gejala dan
tanda mayor ataupun minor (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017) sebagai berikut :
a. Gejala tanda mayor
Secara subjektif pasien mengeluh sering terjaga, mengeluh sulit tidur, pasien
sering mengeluh pola tidur berubah, dan itirahat tidak cukup. Secara objektif
tidak tersedia gejala mayor dan gangguan pola tidur
b. Gejala tanda minor
Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan aktivitasnya menurun. Secara
objektif adanya kehitaman diarea bawah mata, wajah pasien tampak sayu atau
terlihat mengantuk, konjungtiva pasien memerah.

4
1.4 Pathway Pohon Masalah

Kondisi kesehatan pasien


Zat Toksik masuk
2 melalui manan

Diabetik Nefropati + kerusakan arteri


3 renalis

Penurunan4 fungsi glomerulus

Chronic Kidney5 Disease (CKD)


6

Ureum meningkat dalam tubuh

7 Ureum

Menuju ke otak (peningkatan di


8
hipotalamus

Merangsang mual & muntah

9
Penurunan Oksidasi hippocampal

Menghambat
10 tidur REM

Insomnia
11

5
Gangguan pola tidur

1.4 Konsep Askep

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan suatu proses pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
tentang klien. Tahapan proses pengkajian ini ada 2 langkah yakni pengumpulan data dari
sumber primer (pasien) dan sumber sekunder yang berasal dari keluarga pasien, perawat
ruangan dan status pasien. Dan analisa data untuk menegakkan diagnosa keperawatan (Prabowo,
2016). Diagnosa yang telah ditetapkan akan menentukan perencanaan yang ditetapkan.
Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar dapat mengidentifikasi seluruh
kebutuhan perawatan pasien CKD dengan gangguan pola tidur.

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien CKD dengan gangguan pola tidur, meliputi :

a. Data Biografi

meliputi nama pasien, status perkawinan, agama pendidikan, alamat, suku bangsa, pekerjaan,
nomor register, dan nama penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama Pada pasien CKD dengan gangguan istirahat tidur akan ditemukan keluhan
seperti sulit memulai tidur, sering terbangun, lemah, lesu, sesak, aktivitas menurun, gatal pada
kulit gangguan pola tidur, dan merasa tidak puas tidur.

c. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang sejak kapan terjadi gangguan pola tidur, penyebab
kelelahan, perubahan psikologis kulit sehingga berisiko untuk terjadinya gangguan pada
istirahat tidur dan intoleransi aktivitas.

d. Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya yang
kemungkinan mempunyai hubungan dengan masalah yang dialami pasien sekarang, seperti
apakah pasien pernah mengalami peningkatan kadar gula darah, tekanan darah tinggi dan atau
mempunyai riwayat batu ginjal.

6
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan gangguan istirahat
tidur pada pasien CKD adalah penyakit hipertensi yang sering terjadi pada beberapa keturunan
dan DM yang cenderung diturunkan secara genetik.

f. Riwayat psikososial Riwayat psikososial ini meliputi hubungan antara anggota keluarga,
penerapan disiplin serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

g. Riwayat spiritual Riwayat spiritual ini meliputi agama dan kepercayaan pasien dan keluarga
serta bagaimana kegiatan keagamaaan dalam keluarga.

h. Pola kesehatan fungsional

1. Pola tidur dan Istirahat Pengkajian tidur dan istirahat terkait kualitas tidur seperti gejala sulit
tidur di siang hari, pemulihan setelah tidur, masalah memulai dan mempertahankan tidur,
kesulitan bangun, dan kepuasan tidur.

2. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah,
pergerakan lambat, kurang koordinasi, perut terasa kencang karena penimbunan cairan
sehingga pasien mengalami kesulitan beraktivitas, penurunan kesadaran karena komplikasi
pada sistem sirkulasi ventilasi, kulit terasa gatal-gatal akibat toksik sehingga mengganggu
pola aktivitas dan latihan pasien dan bicara lambat.
3) Pola neurosensori Pola neurosensori yang di rasakan biasanya Sakit kepala, penglihatan
kabur dan gelisah

4) Pola kognitif Pola kognitif pasien CKD dengan gangguan Aktivitas dan istirahat tidur
terganggu seperti kurang perhatian, kurang koordinasi, postur tubuh tidak stabil, tangan
tremor dan pergerakan lambat.
Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan umum Meliputi keadaan penderita seperti Adanya lingkaran hitam disekitar
mata, mata sayu, lemah, lesu, dan mata merah
2) Tingkat kesadaran Kesadaran klien yang biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau
compos mentis dan kooperatif.

7
3) Tanda-tanda vital TD : TD menurun (N: 90-110/60/70mmHg) Frekuensi nadi meningkat,
kuat sampai lemah (N: 60-100x/menit) Suhu bisa mengingkat/menurun (N:36,5-37,20 c)
Pernafasan: meningkat (N: RR 12-20x/menit)
4) Antropometri : Berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), kenaikan BB, LILA, dan
lingkar perut.
5) Pemeriksaan persistem
a) Sistem kardiovaskuler
Apakah ada pembesaran vena leher, gangguan irama jantung, hipertensi, dan resiko gagal
jantung akibat penumpukan cairan, edema. Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian
pergelangan kaki, tangan, wajah dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa
mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam tubuh, gejala ini juga sering disertai
dengan beberapa tanda seperti rambut yang rontok terus menerus, berat badan yang turun
meskipun terlihat lebih gemuk.
b) Sistem Pulmonal Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/ kedalaman pernafasan
(pernafasan kusmaul), napas dangkal batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus,
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, dan nafas bau
ammonia.
d) Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu, kulit terasa gatal- gatal akibat toksik, kasar, bersisik, kering, pucat
akibat anemia, kuku tipis dan rapuh, pruritus, rambut tipis, kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, kuku tipis dan rapuh.
e) Sistem Muskuloskeletal
kram otot, nyeri kaki, keterbatasan gerak sendi, resiles leg syndrom (pegal pada kaki
sehingga sulit di gerakan), burning feet syndrome (rasa kesemutandan terbakar, terutama
ditelapak tangan), tremor, miopati (kelelahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas).
f) Sistem hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritropoentin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan
trambositopeni.

8
g) Sistem neuromuscular
Apakah ada penurunan disfungsi serebral seperti perubahan proses berfikir, sakit kepala dan
disorientasi.

B. Diagnosa
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. D.0055
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan. D.0056

9
A. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1. Intoleransi Setelah dilakukan SIKI : Manajemen Energi Observasi:
aktivitas tindakkan Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang Observasi:
berhubungan keperawatan mengakibatkan kelelahan Mengetahui penyebab dari gangguan fungsi
dengan selama 3x 24 jam tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
diharapkan Monitor kelelahan fisik dan emosional Mengetahui kelelahan fisik dan emosional
kelemahan
intoleransi aktivitas sehinga dapat terpantau dengan baik.
meningkat. ditandai Dengan gangguan intoleransi aktivitas dapat
dengan kriteria Monitor pola dan jam tidur menyebabkan gangguan pola dan jam tidur.
hasil : Diketahui ketidaknyamanan dan lokasi
Keluhan lelah selama beraktivitas.
menurun. Monitor lokasi dan ketidaknymanan selama
Dispnea saat melakukan aktivitas. Terapeutik :
beraktivitas Meningkatkan rasa nyaman melalui
menurun. Terapeutik : memodifikasi lingkungan dapat memberikan
Perasaan lemah Sediakan lingkungan nyaman dan rendah rasa tenang dan rileks.
menurun. stimulus (misl. Cahaya, suara, kunjungan).
Kekuatan tubuh Berikan aktivitas distraksi yang Meningka
bagian atas menenangkan seperti mengobrol dengan tkan
meningkat. keluarga sebelum tidur. kenyaman
Kekuatan tubuh an pada
bagian bawah pasien
meningkat. intoleransi
aktivitas
sangat di
butuhkan
seperti
mengobro
l dengan
keluarga
sebelum
tidur.

10
Edukasi Edukasi :
9. Anjurkan tirah baring. 9. Dengan tirah baring pasien bisa merasa
segar.
10. Anjurkan melakukan aktifitas secara 10. Dengan melakukan aktivitas secara
bertahap bertahap dapat melatih pasien dalam
11. Anjurkan menghubungi perawat jika beraktivitas.
tanda dan gejala kelelahan tidak 11. Menghubungi perawat berarti dapat
berkurang. mencegah intoransi aktivitas memburuk.

12. Ajarakan streategi koping untuk 12. Streategi koping seperti mendengarkan
mengurangi kelelahan. music dapat membuat suasana hati dan
pasien dapat lebih bersemangat.
13. Lakukan terapi musik klasik mozaik 13. Terapi musik klasik mozaik dapat
menurunkan sistem syaraf simpatik
sehingga dapat meingkatkan rasa tenang,
Nyman dan kualitas tidur

2. Gangguan Setelah dilakukan SIKI : Dukungan Tidur


tindakkan Observasi: Observasi:
Pola tidur
keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan pola 1. Mengidentifikasi merupakan dasar dan
berhubungan selama 3x24 jam tidur menggunakan instrument SQS data dasar berkelanjutan untuk
diharapkan pola (Sleep quality scale). memantau perubahan pola aktivitas dan
dengan
tidur pasien tidur serta mengevaluasinya.
kurang membaik. ditandai 2. Identifikasi faktor penganggu tidur 2. Diketahui penyebab penganggu tidur.
dengan kriteria (fisik dan/atau psikologis).
kontrol tidur
hasil:
1. Keluhan sulit 3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Diketahui makanan dan minuman yang
tidur yang menggagu tidur (misl. Kopi, dapat mengganggu tidur adalah awal
menurun. alkohol, makan mendekati waktu tidur, dari pencegahan gangguan tidur.
2. Keluhan minum banyak air sebelum tidur).
sering terjaga Terapeutik Terapeutik
menurun. 4. Modifikasi lingkungan (mis. 4. Meningkatkan rasa nyaman melalui
3. Keluhan tidak Pencahayaan, kebisingan, suhu matras, memodifikasi lingkungan dapat
puas tidur dan tempat tidur) memberikan rasa tenang dan rileks.

11
menurun. 5. Fasilitasi menghilangkan stress 5. Membaca buku sebelum tidur dapat
4. Keluhan pola sebelum tidur seperti membaca buku meningkatkan rasa kantuk dan
tidur berubah. sebelum tidur. mengurangi stress.
Menurun. Edukasi Edukasi
5. Keluhan 6. Lakukan prosedur untuk meningkatkan 6. Meningkatkan kenyamanan pada pasien
istirahat tidur kenyamanan dengan pengaturan posisi gangguan tidur sangat di butuhkan
cukup. fowler. seperti terapi musik yang dapat
Menurun. mencegah stress, ansientas dan membuat
tubuh rileks dan pengaturan posisi
seperti posisi fowler dapat mengurangi
rasa sesak yang berdampak pada
gangguan pola tidur.
7. Jelaskan pentingnya tidur cukup 7. Agar pasien kebutuhan tidurnya
selama sakit. tercukupi. Tidur cukup pada orang
dewasa 7-8 jam

8. Anjurkan menepati kebiasaan waktu 8. Dengan menepati waktu tidur dapat


tidur. membuat pola tidur terbiasa.

9. Ajarkan faktor-faktor yang 9. Dengan penggunaan obat tidur dapat


berkontribusi terhadap gangguan pola membuat pasien tidur secara optimal.
tidur (misl. gaya hidup).
10. Ajarkan relaksasi otot autogenik. 10. Dengan adanya releksi pasien autogenik
dapat membuat pasien lebih tenang dan
dapat mengurangi stress yang dirasakan.
11. Lakukan terapi musik klasik mozaik 11. Terapi musik mozaik dapat menurunkan
sistem syaraf simpatik sehingga tubuh
merasa tenang, nyaman dan dapat
meningkatkan kualitas tidur.

12
13

Anda mungkin juga menyukai