Anda di halaman 1dari 10

Bab II

Tinjauan Pustaka

II.1.Skabies

Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal
agogo dan penyakit ampera.1

II.1.1.Definisi

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian
hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.

II.1.2.Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak
dan dewasa muda,tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan wanita.

Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan suklus fluktuasi yang sampai saat
ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.

Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan,higiene


yang jelek,diagnosis yang salah,demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.

Ledakkan Jumlah Kasus Skabies pada Institusi

Peningkatan jumlah asrama dan panti jompo di Inggris pada akhir-akhir ini berkaitan
dengan terjadinya ledakan jumlah kasus skabies pada tempat-tempat tersebut. Meskpiun
beberapa kasus terkait dengan skabies berkrusta, namun kasus lainnya disebabkan oleh
penghuni yang mempunyai banyak tungau, atau dari para pengasuh yang terinfeksi. Adanya
hubungan erat antara penghuni dan pengasuh pada tempat semacam itu merupakan hal yang
biasa-perawat menopang tangan penghuni untuk berjalan,dan hal ini membantu penyebaran
penyakit.
Semua penghuni, pengasuh, dan keluarga pengasuh hendaknya diobati dengan
skabisida topikal. Penghuni panti jompo yang mempunyai terowongan tungau dalam jumlah
yang banyak,atau yang terkena skabies berkrusta,memerlukan pengobatan yang intensif,dan
lebih baik diisolasi hingga sembuh. Bila penderita tidak diidentifikasi, pengobatannya tidak
akan berhasil baik,sehingga dapat menjadi sumber ledakan jumlah kasus di kemudian hari.
Ivermektin mungkin mempunyai manfaat dalam mengatasi ledakan yang terjadi di rumah-
rumah jompo dan komunitas sejenis.

II.1.3.Etiologi

Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang
erat.1 Seringkali berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barangkali merupakan
penyebab umum terjadinya penyebaran penyakit ini.2 Penularan melalui pakaian dalam
handuk,seprai,tempat tidur,perabot rumah.1 Semua kelompok umur dapat terkena. Penyakit
ini terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda, walaupun akhir akhir ini juga sering
didapatkan pada orang usia lanjut, biasanya dilingkungan rumah jompo. Kontak sesaat tidak
cukup untuk menimbulkan penularan,sehingga siapapun yang biasa menghadapi kasus
skabies dalam tugas pelayanan kesehatan tidak perlu takut tertular penyakit ini. 2 Kutu dapat
hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kama 21C dengan kelembababn relatif 40-
80%. 1

Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian
mati. Kutu betina, setelah impregnansi, akan menggali lubang ke dalam epidermis,kemudian
membentuk terowongan di dalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5
mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30
hari. Kemudian kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah
yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosabasea.

Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan
tanpa menujukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah
penyakit dimulai. Selama waktu itu kita berada di atas kulit atau sedang menggali
terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitisasi oleh
ekskreta kutu.1 Adanya periode asimtomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan
demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun dirinya dirinya sebelum hospes
membentuk respon imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena
terowongannya akan digaruk, dan tungau-tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan cara
ini hospes mengendalikan populasi tungau, dan pada kebanyakan penderita skabies, rata-rata
jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari selusin.2
Gambar 1. Sarcoptes Scabiesi var hominis.

(Buku UI)

II.1.4.Diagnosis

Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar :

1. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-
kelok, panjangnya beberapa milimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak
vesikula,papula,atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilikus, abdomen bagian bawah,
genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala,kecuali
pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi,lesi dapat terjadi di seluruh
permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita
gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatalpada malam hari disebabkan oleh
temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.

Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan kutu dewasa, telur, larva, atau
skibalanya dari dalam terowongan. Cara mendapatkannya adalah dengan membuka
terowongan dan mengambil parasit dengan menggunakan pisau bedah atau jarum steril.
Kutu betina akan tampak sebagai bintik kecil gelap atau keabuan di bawah vesikula. Di
bawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilat dengan pinggiran hitam. Cara lain ialah
dengan meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis di atasnya dikerok
selesi,dan epidermis di atasnya dikerok secara perlahan-lahan.

Terdapat bentuk-bentuk khusus skabies :

1. Skabies pada orang bersih


Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah
didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang
akibat mandi secara teratur.
2. Skabies pada bayi dana anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3. Skabies yang ditulakan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya
ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada
tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan
mandi bersih-bersih.
4. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah
genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga
beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti
skabie.
5. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang
lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.
6. Skabies terbaring di tempat tidur (be ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Lesinya berupa gambaran eritrodermi yang disertai skuama generalisata, eritrema, dan
distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei
di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat
tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang
diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke
orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental,sensasi kulit yang rendah,penderita penyakit sistemik yang berat dan
imunosupresif.1
Ini merupakan tipe skabies yang jarang, berupa lesi-lesi kulit berkrusta yang
mengandung banyak tungau. Disebut skabies Norwegia karena untuk pertama kalinya
ditemukan pada pasien-pasien lepra di Norwegia, tetapi saat ini istilag berkrusta lebih
disukai. Tungaunya benar-benar sama dengan tungau penyebab skabies biasa. Tungau
ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak, karena adanya respon imunitas hospes
yang berubah terhadap keberadaan tungau tersebut. Skabies berkrusta bisa terjadi
ketika penderita tak dapat merasakan gatal akibat kehilangan kemampuan sensoris
yang disebabkan oleh kelainan-kelainan neurologis (karena itulah penyakit ini terjadi
pada pasien lepra), pada orang dengan imunosupresi baik karena penyakit (misalnya
AIDS) atau karena pengobatan (misalnya, pemberian steroid sistemik;transplantasi
organ), atau pada pasien yang sudah tidak mampu menggaruk akibat dari artritis
rheumatoid yang berat atau kelumpuhan. Dalam keadaan ini, karena hospes tidak
merasa gatal atau tidak dapat menggaruk, maka terowongan tungau tidak bisa
dihancurkan dan populasi tungau akan terus berkembang tak terkendali. Skabies
berkrusta juga lebih sering terdapat pada penderita sindrom down.
Lesi-lesi berkrusta dapat mengandung jutaan tungau dan telur, yang kemudian bisa
lepas ke sekitarnya bersama serpihan-serpihan keratin. Semua orang yang melakukan
kontak dengan pasien skabies berkrusta mempunyai kemampuan risiko untuk terkena
skabies biasa, dan adanya kasus-kasus yang tidak terdiagnosis mungkin menjadi
penyebab terjadinya ledakan jumlah kasus skabies di rumah sakit dan rumah-rumah
jompo.
Gambaran klinis skabies krustosa
Tangan dan kaki biasanya ditutupi oleh krusta yang tebal, dan retak-retak. Kulit yang
Berkrusta ini bisa juga ditemukan pada bagian tubuh lainnya, misalnya kepala dan
Leher. Kuku sering menjadi sangat tebal. Kelainan yang ada bisa menyerupai skuama
pada psoriasis atau eksema hiperkeratosis, dan hal ini bisa menyebabkan kesalahan
diagnosis. Terowongan tidak mungkin dilihat pada tempat berkrusta,tetapi mungkin
bisa ditemukan pada bagian tubuh yang kelainannya tidak begitu berat. Pemeriksaan
mikroskopis pada skulama memperlihatkan banyak tungau dan telur.
Pengobatan
Pasien sebaiknya diisolasi, dan paramedis yang menanganinya hendaknya memakai
jubah dan sarung tangan. Semua staf medis dan orang yang merawat,serta orang lain
yang telah mengadakan kontak dengan pasien sebelum diperiksa dan
diobati,sebaiknya diobati dengan skabisida topikal.
Skabies berkrusta sering sukar diobati dengan obat-obat topikal, dan biasanya
memerlukan beberapa kali pengolesan skabisida. Pengobatan hendaknya diberikan
pada seluruh tubuh,termasuk kepala dan leher. Ivermektin oral (Mektizan) yang
diberikan dalam bentuk dosis tunggal 200 mg per kg berat badan merupakan
pengobatan yang efektif,sedangkan pengobatan dengan dosis yang lebih tinggi dapat
dilakukan dengan membagi pemberian obat menjadi dua kali pemberian dengan
interval 7 hari, terutama pada orang-orang dengan imunosupresi. Beberapa dokter
menggunakan kombinasi ivermektin dan skabisida topikal. Ivermektin tidak
diperbolehkan digunakan untuk pengobatan skabies pada manusia,kecuali pada pasien-
pasien berdasarkan reokmendasi pabriknya.2

II.1.5.Gambaran Klinis
Pasien mengeluh gatal,yang secara khas terasa sekali pada waktu malam hari.
Hendaklah dicurigai adanya skabies bila seseorang mengutarakan keluhan seperti itu.
Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies-terowongan dan ruam skabies.
Terowongan terutama ditemukan dibagian pada tangan dan kaki-bagian samping jari
tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan, dan punggung kaki. Pada bayi,
terowongan sering terdapat pada telapak tangan,telapak kaki, dan bisa juga terdapat
pada badan,kepala dan leher. Terowongan pada badan biasanya ditemukan pada usia
lanjut, dan bisa juga terjadi pada kepala dan leher. Masing-masing terowongan
panjangnya beberapa milimeter, biasanya berliku-liku, dan ada vesikel pada salah satu
ujung yang berdekatan dengan tungau yang sedang menggali terowongan, dan
seringkali dikelilingi eritema ringan. Terowonganbisa juga ditemukan pada genitalia
pria, biasanya ditutupi oleh papula yang meradang, dan papula tersebut yang
ditemukan pada penis dan skrotum adalah patognomonis untuk skabies. Bila pada
seorang pria diduga terdapat skabies,hendaklah genitalianya selalu diperiksa.
Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama
terdapat disekitar aksila, umbilikus, dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi alergi
tubuh terhadap tungau.
Selain lesi primer tadi, bisa juga didapatkan kelainan sekunder seperti
ekskoriasi, eksematisasi, dan infeksi bakteri sekunder oleh lesi skabies dengan
streptokokus nefrogenik dikaitkan dengan terjadinya glomerulonefritis sesudah
terjadinya infeksi streptokokus pada kulit.
II.1.6.Diagnosis Banding
Skabies merupakan the great immiatator, karena menyerupai banyak penyakit
kulit dengan keuhan gatal. Diagnosis bandingnya adalah prurigo, pedikulosis
korporis, dermatitis, dan lain-lain. Setiap dermatitis yang mengenai daerah
areola,selain penyakit Paget, harus dicurigai pula adanya skabies. Skabies krustosa
dapat menyerupai dermatitis hiperkeratosis, psoriasis, dan dermatitis kontak.

II.1.7.Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus
menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,terutama di
sekitar genitalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

II.1.8.Pengobatan
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk
pasangan seks nya. Ada bermacam-macam pengobatan antiskabies :
1. Benzene heksaklorida (lindane)
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion,tidak berbau tidak berwarna. Obat ini
membunuh kutu dan nimfa. Obat ini digunakan dengan cara menyapukan ke
seluruh tubuh dari leher ke bawah, dan setelah 12-24 jam dicuci bersih-bersih.
Pengobatan diulang selama 3 hari. Pengobatan diulang maksimal 2 kali
dengan interval 1 minggu. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan
efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak, bila digunakan
berlebihan, dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman
digunakan untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
2. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 malam.
3. Benzilbenzoat
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini digunakan
selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini
disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak, harus
ditambahkan air 2-3 bagian.
4. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan, harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari. Selama
dan segera setelah pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena
dapat menyebabkan keringat berlebihan dan takikardi.
5. Malathion
Malathion 5% Dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.1 Obat dalam bentuk cairan ini
disukai karena tidak mengiritasi kulit yang mengalami ekskoriasi atau
eksema.2
6. Permethrin
Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya selama 8-12
jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Obat ini dilaporkan efektif untuk
skabies. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik,hanya
perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
Pengobatan pada Bayi
Karena terowongan tungau bisa terjadi pada kepala dan leher, maka mungkin
perlu dilakukan perluasan pengolesan obat-obat topikal ke tempat-tempat ini.
Penggunaan malation tidak dianjurkan untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan,
sedangkan permetrin tidak dianjurkan untuk bayi berusia kurang dari 2 bulan.
Karena sudah tersedia obat-obat yang tidak bersifat iritan, penggunaan benzil
benzoat tidak direkomendasikan pada bayi, tetapi bila tetap hendak digunakan maka
harus diencerkan untuk mengurangi sifat iritasinya.

Pengobatan pada Wanita Hamil


Telah disepakati tentang adanya efek toksik yang potensial dari skbisida pada
janin bila digunakan pada wanita hamil. Akan tetapi tidak didapatkannya adanya bukti
yang nyata bahwa skabisida topikal yang digunakan akhir-akhir ini bisa menimbulkan
efek yang berbahaya pada wanita hamil bila penggunaanya sesuai aturan. Karena itu,
dengan tidak pernah ditemukannya keracunan pada bayi, maka penggunaan malathion
atau permetrin dianggap aman.

II.1.9.Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan, dan menghilangkan faktor presdisposisi, penyakit ini dapat diberantas
dan memberi prognosis yang baik.
Gambar : http://emedicine.medscape.com/article/1109204-clinical

Anda mungkin juga menyukai