Anda di halaman 1dari 6

Pertambahan umur pada individu merupakan suatu proses yang fisiologi yang

akan terjadi pada setiap manusia, pada proses penuaan seseorang akan mengalami berbagai
masalah tersendiri baik secara fisik, mental, maupun sosioekonomi. Gangguan tidur atau
insomnia merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada lansia. Gangguan tidur menyerang
50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal dirumah dan 66% lansia yang tinggal
di fasilitas jangka panjang. Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari
70% sampai 80% dibandingkan dengan usia muda. Prosentase penderita insomnia lebih tinggi
dialami oleh orang yang lebih tua, dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun atau lebih mengalami
sulit tidur yang serius.

Gangguan tidur atau insomnia merupakan suatu keadaan seseorang yang


mengalami sulit untuk tidur atau sering terbangun dimalam hari atau terbangun terlalu pagi.
Insomnia diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu insomnia dengan gejala susah untuk
tertidur dan insomnia yang ditandai dengan sering atau gampang terbangun dari tidur.
Insomnia dapat disebabkan oleh rasa gelisah,ketegangan, rasa sakit, kafein (kopi), obat-
obatan, ketidakseimbangan emosi, dan rasa cemas untuk tidak bisa bangun tepat waktu.
Lingkungan tempat tidur juga memberikan pengaruh signifikan terhadap insomnia seperti
suara bising, tempat tidur yang tidak nyaman, terlalu terang/gelap,dan suhu ruangan yang tidak
cocok. Faktor kesehatan fisik juga dapat mengakibatkan munculnya insomnia (Andria, 2014).

Insomnia dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan intelektual, motivasi


yang rendah, ketidakstabilan emosional, depresi bahkan resiko gangguan penyalahgunaan zat.
Efek fisik yang disebabkan oleh insomnia pada lansia adalah berupa kelelahan, nyeri otot,
memperparah hipertensi, penglihatan menjadi kabur, dan konsentrasi berkurang atau tidak
fokus,dengan adanya gangguan tidur (insomnia) dapat menyebabkan tidak terpenuhinya
kualitas tidur pada lansia (Yuli Aspiani, 2014).

Lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak faktor
misalnya pensiunan dan perubahan pola sosial, kematian pasangan hidup atau teman dekat,
peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang dialami, dan perubahan irama sirkadian.
Gangguan mood, ansietas, kepercayaan terhadap tidur, dan perasaan negatif merupakan
indikator terjadinya insomnia. Dalam sehari normalnya lansia membutuhkan waktu tidur 5-8
jam semalam. Tetapi lansia sering kurang terpenuhi kebutuhan tidur setiap malam
(Lumbantobing, 2004). Masalah kualitas tidur pada lansia seharusnya dapat menjadi perhatian
yang lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai macam hal yang merugikan
baik untuk kesehatan tubuh sendiri ataupun menurunkan angka harapan hidup (Kurnia, 2013).

Keadaan nyeri dapat menyebabkan terjadinya insomnia pada lansia, Sistem


aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika seseorang menerima masukan
sensori yang cukup atau berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endhorphine. Penurunan tingkat nyeri dapat dilakukan dengan teknik relaksasi
aromaterapi yang mana dapat merangsang kelenjar pituitari untuk melepasakan
Endhorphine11. Endhorphine merupakan subtansi dalam tubuh berfungsi sebagai inhibitor
terhadap transmisi nyeri yaitu suatu subtansi seperti morfin yang dapat diproduksi oleh tubuh.
Endhorphine merupakan salah satu contoh dari subtansi penghambat transimisi nyeri, apabila
tubuh mengeluarkan subtansi ini efeknya adalah pereda nyeri.

Penanganan masalah gangguan tidur secara farmakologi dan non farmakologi,


farmakologis yaitu dengan pemberian obat tidur dari golongan Benzodazepin, Kloralhidrat,
dan Prometazin (Phenergen). Obat-obat hipotik ini sangat efektif dalam mempercepat
tercapainya saat mulai tidur, memperpanjang tidur dan mengurangi frekuensi bangun. Namun
obat ini menimbulkan efek negatif, diantaranya meninggalkan efek sisa obat, yaitu rasa mual
dan mengantuk di siang hari dan menyebabkan penderita gangguan tidur mengalami
ketergantungan obat sehingga kualitas tidur yang baik tidak akan tercapai(Lanywati, 2013).
Selain farmakologi juga ada dengan cara non farmakologi dengan cara pemberian aroma terapi
dari bunga-bunga. Aroma terapi merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi.

Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan


untuk mengatasi insomnia. Aromaterapi memiliki efek menenangkan atau rileks untuk
beberapa gangguan misalnya mengurangi kecemasan, ketegangan dan insomnia. Terapi
komplementer dan Alternatif mempunyai hubungan dengan nilai praktek keperawatan, hal
tersebut dimasukkan dalam kepercayaan holistik manusia yaitu keperawatan secara
menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural yang tidak dipandang pada keadaan fisik
saja tetapi juga memperhatikan aspek lainnya yang bertujuan untuk penekanan dalam
penyembuhan, pengakuan bahwa penyedian hubungan klien sebagai partner, dan berfokus
terhadap promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Aroma terapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan
bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih, dan enak
yang disebut minyak asiri. Aroma terapi suatu cara perawatan tubuh dan penyembuhan
penyakit dengan minyak essensial (essential oil). Beberapa minyak asiri yang umum
digunakan dalam aroma terapi karena sifatnya yang serbaguna diantaranya adalah Langon
Kleri, Eukalipus, Geranium, Lavender, Lemon, Peppermint, Petitgrain dan Rosmari, serta
Pohon teh dari minyak- minyak tersebut, minyak lavender merupakan minyak essensial yang
paling popular (Andria, 2014).

Aromaterapi lavender dapat memberikan efek relaksasi dan sedatif. Tanaman


lavender yang berjenis lavandula angustifolia terutama mengandung ester dan alkohol,
minyak esensialnya merupakan minyak penenang yang penggunaannya dianjurkan untuk
memudahkan tidur. Lavender mengandung linalil asetat dan linalool. Linalil asetat dan
linalool tidak mempunyai efek samping yang berbahaya terhadap kesehatan. Zat ini bersifat
antibakteri, fungisida, virisida, parasitisida serta vermifugal dan mempunyai kerja neurotonik
serta uterotonik. Aromaterapi lavender bekerja dengan cara mempengaruhi kerja otak.

Insomnia dapat diatasi dengan terapi relaksasi, menurut Kaina (2006) aromaterapi
merupakan slah satu terapi relaksasi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, hal
tersebut dikarenakan aroma wangi dari aromaterapi memberikan efek rileks. Sistem saraf
manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat berfungsi
mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan
jari-jari. Keadaan insomnia yang berhubungan dengan depresi, kecemasan, dan keadaan
emosional dapat diatasi dengan aromaterapi minyak esensial lavender. Menghirup uap minyak
esensial aromaterapi lavender dapat menurunkan electroshok yang dipengaruhi oleh tambahan
dari y-amiobutyric acid (GABA), fakta lebih lanjut dari mekanisme tersebut ditemukannya
potensi dari GABA reseptor didalam Xenopus oocytes yang terkandung didalam komponen
minyak esensial aromaterapi lavender sehingga memberikan perasaan rileks dan memberikan
kemudahan untuk tidur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Adiyati yang berjudul “Pengaruh
Aromaterapi Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Pstw Unit Budi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta”, didapatkan responden kelompok perlakuan saat dilakukan pre-test diketahui
responden dengan derajat Insomnia berat paling dominan yaitu sebanyak 7 orang (46,7%),
Insomnia derajat sedang 6 orang (40,0%), Insomnia derajat ringan 2 orang (13,3%), sedangkan
pada kelompok kontrol setelah dilakukan pre-test didapatkan responden dengan insomnia
derajat berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), insomnia derajat sedang 5 orang (33,3%),
insomnia derajat ringan 3 orang (20,0%). Pada penelitian ini kelompok perlakuan dilakukan
pemberian aromaterapi lavender diketahui selisih Mean derajat insomnia pre-test dan post-test
sebesar 3,733, yaitu Mean derajat insomnia pre-test sebesar 12,27 dan Mean derajat insomnia
post-test 8,53. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Sample Paired t Test didapatkan
nilai t sebesar 2,702 dengan nilai probabilitas Sig (2 tailed) sebesar 0,017 yang kurang dari
0,05 berarti adanya perbedaan derajat insomnia antara pre-test dan post-test derajat insomnia
yaitu, terjadi penurunan derajat insomnia yang signifikan. Menunjukan bahwa aromaterapi
mempunyai pengaruh menurunkan derajat insomnia pada lansia. Aromaterapi lavender
mempunyai pengaruh terhadap pola tidur pada lansia dimensia. lansia yang diberikan
aromaterapi lavender memiliki peningkatan durasi tidur malam yang lebih lama dari pada
sebelum pemberian aromaterapi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusnanto,dkk, dengan jumlah total


populasi 15 orang diperoleh data kualitas tidur responden sebelum diberikan lavender
menunjukkan bahwa yang kualitas tidur sedang sebanyak 7 orang (46.7%), yang kualitas tidur
kurang sebanyak 8 orang (53.3%) dan setelah diberikan aromaterapi yang kualitas tidur baik
sebanyak 15 orang (100%). Dan data kuantitas tidur responden sebelum diberikan lavender
menunjukkan yang kuantitas tidur sedang sebanyak 10 orang (66.7%), yang mengalami
kuantitas tidur kurang sebanyak 5 orang (33.3%) dan setelah diberikan aromaterapi yang
kuantitas tidur baik sebanyak 15 orang (100%). Lansia yang diberikan aromaterapi lavender
menunjukkan perubahan pada pineal gland yang bisa meningkatkan produksi melatonin yang
memberi efek pada kenaikan sirkadian. Produksi sirkadian yang menurun ini menyebabkan
tidur NREM dan REM. Dari tahap-tahap NREM dan REM ini akan terpenuhi kebutuhan
tidurnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Setelah pemberian aromaterapi lavender
terjadi penurunan insomnia pada lansia. Sebagian besar responden sebelum diberikan
aromaterapi lavender kualitas dan kuantitas tidurnya kurang baik dan setelah diberikan
aromaterapi lavender kualitas dan kuantitasnya sebagian besar menjadi lebih baik. Menurut
Agusta (2000), aromaterapi lavender dapat membantu memudahkan tidur, mengurangi
ketegangan dan emosi. Lavender bekerja dengan cara mempengaruhi kerja otak. Saraf
penciuman terangsang dengan adanya lavender secara langsung berhubungan dengan
hipotalamus dan limbik, bagian otak yang mengendalikan sistem kelenjar mengatur beberapa
hormon, mempengaruhi pertumbuhan, ingatan dan aktivitas tubuh lain.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Sari, Devid
Leonard dengan Judul “Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di
Wisma Cinta Kasih” didapatkan 30 (100%) responden mengalami kualitas tidur buruk
sebelum diberikan aroma terapi lavender. Karakteristik responden yang berdasarkan hasil
tertinggi berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang (73,3 %) dan dalam batasan
lanjutan usia (60-75 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %). Berdasarkan hasil penelitian
setelah diberikan aromaterapi lavender pada lansia, didapatkan yang mengalami kualitas tidur
baik sebanyak 12 (40%) responden, sedangkan yang menagalami kualitas tidur buruk
sebanyak 18 (60%) responden. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Rodiyah tentang pengaruh pemberian lavender aroma terapi terhadap penurunan
insomnia pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapakan 93,3%
mengalami kualitas tidur baik. Berdasarkan asumsi peneliti setelah diberikan aroma terapi
lavender pada lansia yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 30 responden, 12
responden mengalami kualitas tidur menjadi baik. Penelitian ini menggunakan aromaterapi
sebagai cara mengatasi gangguan kualitas tidur. Aromaterapi yang diberikan dalam penelitian
ini merupakan aroma lavender.

Aromaterapi lavender dapat digunakan sebagai terapi pelengkap yang efektif


memberikan efek mengatasi gangguan tidur pada lansia. Penggunaan aromaterapi sebagai
terapi pelengkap harus diikuti penggunaan terapi utama yang telah diberikan atau
menggabungkan. (jumlah kata= 1534)
SURAT PERNYATAAN

SAYA YANG TERTANDA DIBAWAH INI,


NAMA : RESTU SULISTIANINGSIH
NIM : S.0017.P2.007

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA TUGAS INI BETUL-BETUL SAYA


SELESAIKAN SECARA MANDIRI TANPA BANTUAN DARI ORANG LAIN.

KENDARI, 25 JULI 2018


YANG BERTANDA TANGAN

RESTU SULISTIANINGSIH

Anda mungkin juga menyukai