Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik

secara fisik, mental maupun sososial ekonomi. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang telah memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan.

World Health Organization (WHO) 2015 memperkirakan tahun 2025

jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang dan akan

terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Hasil sensus

penduduk lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18,1 juta orang

(Sunaryo, 2016). Di Indonesia terdapat tiga provinsi dengan proporsi

lansia terbesar yaitu D.I Yogyakarta (13,05%), Jawa Tengah (11,11%) dan

Jawa Timur (10,96%) (BPS, 2014). Semakin bertambahnya usia, lansia

rentan terkena berbagai penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi

organ. Penurunan kondisi fisik inilah yang berpengaruh terhadap kondisi

mental dan psikososial pada lansia. Masalah mental yang sering dialami

oleh lansia lebih banyak dipengaruhi karena faktor kesepian,

ketergantungan, dan kurang percaya diri sehingga menyebabkan stres,

kecemasa, dan depresi. Hal inilah yang memicu sebagian besar lansia

mengalami gangguan pola tidur.

Sebuah penelitian Aging Multicenter melaporkan bahwa di dunia

sebesar 42% dari 9000 lansia mengalami gejala insomnia. Di Indonesia

1
2

prevalensi insomnia pada lansia tahun 2014 sebesar 67% (Suastari,

2014). Menurut Made Hindri (2018) insomnia terjadi pada 50% usia lanjut

namun tidak mendapat pengobatan. Insomnia dapat menyebabkan

gangguan pada kemampuan intelektual, motivasi yang rendah,

ketidakstabilan emosi, depresi bahkan resiko penyalahgunaan zat. Efek

fisik yang disebabkan oleh insomnia pada lansia adalah kelelahan, nyeri

otot, memperparah hipertensi, penglihatan menjadi kabur, dan konsentrasi

berkurang (Aspiani, 2017). Tidur memiliki peranan penting dalam

memfasilitasi pembersihan produk metabolisme neuron termasuk zat yang

paling erat kaitannya dengan penyakit alzheimer. Efek fisiologis dari

kehilangan tidur ini mengakibatkan peningkatan resiko penurunan kognitif

sehingga meningkatkan perkembangan penyakit alzheimer (Fillit, Kennet

Rockwood, & John B Young, 2016).

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kualitas tidur

terdiri dari terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi

yang biasa digunakan dan dianggap paling efektif adalah obat tidur,

namun apabila terus menerus dikonsumsi akan mengalami ketergantungan

(Soemardini, Suharsono, & Kusuma, 2013). Terapi nonfarmakologi untuk

mengatasi gangguan tidur yaitu terapi pengaturan tidur, terapi psikologi

dan terapi relaksasi. Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan cara relaksasi

nafas dalam, relaksasi otot progresif, latihan pasrah diri, terapi musik dan

aromaterapi.
3

Aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan menggunakan bau-

bauan yang umunya berasal dari tumbuh-tumbuhan berbau harum, gurih

dan enak yang disebut minyak atsiri. Aromaterapi minyak lavender

memiliki kandungan utama linalool asetat yang mampu mengendorkan

dan melemaskan sistem kerja urat-urat saraf dan otot-otot yang tegang

(Andria, 2014). Menurut Howard & Hughes (2007) cara kerja aromaterapi

lavender melalui penciuman terdapat reseptor ke sistem limbik yang

berkaitan dengan suasana hati dan merangsang raphe nucleus di otak yang

berfungsi mengeluarkan hormon serotonin yang menghantarkan seseorang

untuk tertidur (Meylana, 2015). Teori ini sejalan dengan hasil penelitian

Hartika (2018) dengan judul Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap

Penurunan Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Wredha Guna Budi Bhakti

Medan didapatkan hasil dari 15 orang responden sebelum diberikan

aromaterapi sebanyak 14 orang (93,33%) menderita insomnia sedang dan

1 orang (6,67%) menderita insomnia berat. Setelah diberikan aromaterapi

selama 7 hari sebanyak 13 orang (86,67%) mengalami insomnia ringan

dan 2 orang (13,33%) mengalami insomnia sedang.

Terapi kompelementer lain yang sering dilakukan untuk mengatasi

gangguan tidur adalah mendengarkan musik sebelum tidur. Musik dipilih

sebagai salah satu terapi karena musik mudah mengalihkan perhatian,

mudah dimengerti, musik lebih sederhana dan hampir semua orang

menyukai musik. Dalam memberikan terapi musik terdapat hal-hal yang

harus diperhatikan, salah satunya adalah jenis musik. Musik jawa adalah
4

salah satu jenis musik yang disukai oleh lansia, musik jawa memiliki

irama alunan yang lembut, hati bahagia bila mendengarnya, hingga

perasaan menjadi tenang. Hal ini bisa mendorong untuk menjadikan musik

sebagai terapi mengatasi gangguan tidur atau insomnia (Wijayanti, 2012).

Penelitian Kurnia dkk (2014) yang berkaitan dengan gangguan

tidur pada lanjut usia yaitu penelitian dengan judul Aromaterapi Bunga

Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur Lansia di Panti Wredha Griya Asih

Lawang dan Usia Tresno Mukti Turen Malang didapatkan hasil sebelum

diberikan aromaterapi lavender sebanyak 50% responden dengan kualitas

tidur buruk. Setelah satu minggu diberi perlakuan seluruh subyek kontrol

tetap mengalami kualitas tidur buruk, sedangkan pada subyek perlakuan

sebanyak 44% mengalami kualitas tidur baik.

Penelitian Arina dkk (2014) dengan judul pengaruh terapi musik

terhadap kualitas tidur penderita insomnia pada lanjut usia di Panti Jompo

Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya didapatkan hasil sebelum

dilakukan terapi musik rata-rata skor insomnia yaitu 23,94% dengan

standar deviasi 1,806 sedangkan setelah dilakukan terapi musik rata-rata

penderita insomnia yaitu 18,75% dengan standar deviasi 3,256.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

“Pengaruh Aromaterapi Lavender dan Terapi Musik terhadap Penurunan

Tingkat Insomnia pada Lanjut Usia di Wisma Lansia Harapan Asri

Banyumanik Semarang”.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dan melihat bahwa

insomnia sering dialami oleh lansia, maka peneliti merumuskan “Apakah

ada pengaruh aromaterapi lavender dan terapi musik terhadap penurunan

tingkat insomnia pada lanjut usia di Wisma Lansia Harapan Asri

Banyumanik Semarang ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh pengaruh aromaterapi lavender dan

terapi musik terhadap penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia di

Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden yang akan diberikan intervensi

aromaterapi lavender dan terapi musik pada lanjut usia

b. Mengetahui tingkat insomnia sebelum dan setelah diberi intervensi

aromaterapi lavender dan terapi musik pada lanjut usia

c. Mengetahui pengaruh intervensi aromaterapi lavender dan terapi

musik terhadap penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan

keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.

b. Dinas Kesehatan Terkait

Memberikan masukan untuk perencanaan dan pengembangan

kebijakan dalam memberikan pelayanan pada lansia yang

mengalami insomnia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Meningkatkan keilmuan penulis dalam penelitian selanjutnya.

b. Bagi Lanjut Usia

Sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan bagi lansia

untuk mengalami masalah insomnia yang dihadapi.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat tentang manfaat

aromaterapi dan terapi musik sehingga dapat digunakan untuk

mengatasi insomnia.
7

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan tentang pengaruh

aromaterapi lavender dan terapi musik terhadap penurunan tingkat

insomnia pada lanjut usia adalah :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Sri Adiyati Pengaruh Rancangan Ada perbedaan
(2010) Aromaterapi Quasy insomnia pada
terhadap Experiment lansia sebelum
Insomnia pada menggunakan dan sesudah
Lansia di PSTW kelompok diberi
Unit Budi Luhur perlakuan dan aromaterapi
Kasongan kelompok kontrol pada kelompok
Bantul perlakuan
Yogyakarta sedangkan pada
kelompok
kontrol tidak
terjadi
penurunan
insomnia. Hasil
uji statistik
Independent t
test didapatkan
nilai t sebesar -
2,024 dengan
nilai probabilitas
Sig. (2 tailed)
0,053.
Hartika Pengaruh Observasional Ada penurunan
Samgryce Aromaterapi dengan cara insomnia setelah
Siagian (2017)Lavender pendekatan one diberikan
terhadap group pretest- aromaterapi
Penurunan posttest. lavender.
Insomnia pada
Lanjut Usia di
Panti Wredha
Guna Bakti
Medan
Arina Pengaruh Terapi Desain penelitian Ada pengaruh
Merlianti, Musik terhadap pre- terapi musik
Yuyun Kualitas Tidur eksperimental terhadap kualitas
Tafwidhah dan Penderita dengan one group tidur sebelum
8

Arina Nurfianti Insomnia Pada pretest-posttest dan sesudah


(2014) Lanjut Usia diberikan
(Lansia) di Panti intervensi
Jompo Graha dengan nilai
Kasih Bapa p=0,000.
Kabupaten Kubu
Raya
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diambil kesimpulan perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sri Adiyati dengan judul

Pengaruh Aromaterapi terhadap Insomnia pada Lansia di PSTW

Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta metode penelitian

yang digunakan adalah two group pre-post test design sedangkan

pada penelitian ini menggunakan one group pre-post test design.

2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hartika Samgryce Siagian

dengan judul Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan

Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Wredha Guna Bakti Medan

variabel yang digunakan Aromaterapi Lavender sedangkan pada

penelitian ini menggunakan variabel kombinasi Aromaterapi

Lavender dan Terapi Musik.

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Arina Merlianti, Yuyun

Tafwidhah dan Arina Nurfianti dengan judul Pengaruh Terapi Musik

terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia Pada Lanjut Usia

(Lansia) di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya

variabel yang digunakan Terapi Musik sedangkan pada penelitian ini


9

menggunakan variabel kombinasi Aromaterapi Lavender dan Terapi

Musik.

Anda mungkin juga menyukai