Anda di halaman 1dari 55

GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS PERAWATAN

TERHADAP PENGGUNAAN APD (HANDSCOON) DALAM


UPAYA MENURUNKAN ANGKA INFEKSI RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

TAHUN 2014

KARYA TULIS

Di ajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat wajib bagi Calon
Karyawan Tetap Dalam Masa Percobaan (CKTDMP)

Disusun Oleh :

Mikhael Lyan Lejiu

NPK :12.2.234

Unit Perawatan

KARYA TULIS ILMIAH PT. KALTIM MEDIKA UTAMA

TAHUN 2014
LEMBAR PERSETUJUAN

Pembimbing Manager Unit Kerja

( Asnani Rabana, Amd.Kep) (Samsul Arifin, S.kep. Ns)

NPK:12.00.71 NPK:12.00.57

Mengetahui

Kasie Pusdiklat PT. KMU Manager SDM PT. KMU

(Sri Fahrelawati, Amd.Kep, S.Km) ( Dr. Dina Lailani )

NPK: 12.00.51 NPK: 12.00.08


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karna
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
dengan judul “Gambaran Pengetahuan Petugas Perawatan terhadap Penggunaan
APD (handscoon) dalam Upaya Menurunkan Angka Infeksi Rumah Sakit”.

Penulisan Laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat utama untuk
menjadi karyawan tetap PT Kaltim Medika Utama.

Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis mengalami bebearpa


kesulitan dan hambatan. Namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian
ini. Oleh karna itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus kepada :

1. dr. Nurul Fathoni, M.Kes, selaku Direktur utama PT Kaltim Medika Utama.
2. dr.Zetta Kristine, M.Kes, Selaku General Manager Rmah Sakit Pupuk Kaltim.
3. Ibu Sri Fahrelawati, Amd.Kep.,SKM. Selaku kepala Pusdiklat PT Kaltim
Medika Utama.
4. Bapak Samsul Arifin, S.Kep.,Ns. Selaku Manager Keperawatan dan
Membangun Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
5. Ibu Susi Wulandari, Amd.Kep. Selaku Kasie Perawatan Rumah Sakit Pupuk
Kaltim.
6. Ibu Asnani Rabana, Amd.Kep. Selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan masukan, dukungan serta Perhatian dalam
penulisan Laporan penelitian ini.
7. Seluruh rekan-rekan Kerja di Unit Perawatan Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
8. Yang saya horamati, kedua orang Tua saya yang telah memberikan
dukungan, doa dan nasihat selama ini. Dan kepada Saudara-saudara saya
yang selalu memberikan dukungan kepada saya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan


penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat mebangaun demi kesempurnaan
penelitian.

Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak demi
menunjang perkembangan dan peningkata mutu pelayanan serta menambah
pengetahuan rekan-rekan Keperawatan di Rumah Sakit Pupuk Kaltim.

Bontang , Desember 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1


1.2. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian .............................................. .................... 4
1.5. Metode Penulisan ...................................................................... 4
1.5.1. Tempat dan Waktu Penulisan ....................................... 4
1.5.2. Populasi dan Sampe ........................................................ 4
1.5.3. Tehnik Pengumpulan Data .............................................. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori dan Konsep Terkait....................................................... 7

2.1.1. Teori Perilaku................................................................ 7

2.1.2. Pengetahuan .................................................................. 8

2.1.3. Sikap ............................................................................. 10

2.1.4. Precaution ..................................................................... 11

2.1.5. Alat pelindung diri......................................................... 14


2.2. Kerangka Teori ................................................................... 21

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian..................................................................... 22

3.1.1 Kerangka Konsep.......................................................... 23

3.2 Lokasi Penelitian .................................................................... 23

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 23

3.4 Definisi Operasional ............................................................... 24

3.5 Instrumen Penelitian .............................................................. 25

3.6 Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ........ 25

3.7 Analisa Data .......................................................................... 26

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 29

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ........................................ 29

4.1.2 Karakteristik Responden ............................................... 32

4.2. Pembahasan ............................................................................ 33

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 35

5.2 Saran ........................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kesehatan beresiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat
mengancam keselamatannya saat bekerja. WHO mencatat kasus infeksi
nosokomial di dunia berupa penularan Hepatitis B sebanyak 66.000 kasus,
Hepatitis C 16.000 kasus dan 1000 kasus penularan HIV (WHO, 2004). Selain
itu, telah di perkirakan terjadi penularan Hepatitis B (39%), hepatitis C (40%),
dan HIV (5%). Pada tenaga kerja kesehatan di seluruh dunia (Maja,2009).
Asia tenggara memiliki tingkat infeksi penyakit rumah sakit yang cukup
tinggi. Angka kejadian infeksi nosokomial di negara Eropa dan Timur Tengah
sebesar 8,7% sedangkan Asia Tenggara lebih tinggi 10% (WHO,2002).
Prevalensi infeksi nosokomial di Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan
angka 9,1% dengan variasi 1,6-16% (DepKes RI,2003)
Kejadian infeksi rumah sakit yang tinggi merupakan indikator
pentingnya suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standart
kewaspadaan infeksi ( Standard Precaution). Standart precaution pada
dasarnya merupakan transformasi dari Universal Precaution, dan merupakan
suatu bentuk Precaution pertama yang bertujuan untuk mencegah infeksi
Nosokomial (Kathryn,2004). Dan (WHO,2004).
Penerapan Standart Precaution meliputi beberapa macam prosedur salah
satunya dengan menerapkan penggunaan APD. APD perlu digunakan oleh
perawat di setiap tindakan (OSHAS,2009). APD meliputi penggunaan sarung
tangan, kaca mata, masker, apron, gaun, sepatu dan penutup kepala
(WHO,2004). Penggunaan APD pada perawat merupakan salah satu bagian
dari usaha perawat menyediakan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus
sebagai upaya perlindungan diri dan pasien dari penularan penyakit
(Potter,2005).
Kementerian Kesehatan Melakukan revitalisasi Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI). Di rumah sakit yang merupakan satu pilar menuju
Patient Safety. Di harapakan kejadian infeksi di rumah sakit dapat
diminimalkan serendah munkin sehingga masyarakat dapat menerima
pelayanan kesehatan secara optimal. Infeksi nosokomial atau yang sekarang di
sebut infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau Healt-care
Associated Infection (HAIs), merupakan masalah penting di seluruh dunia
yang meningkat (Alvarado,2000). Sebagai perbandingan tingkat infeksi yang
terjadi di Negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1%,
dibandingkan dengan kejadian di Negara Asia, amerika latin, Dan Sub-Sahara
Afrika yang angka kejadian infeksi di rumah sakit sekitar 3-21 % rata-rata 9%,
infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab
langsung atau tidak langsung kematian pasien. Beberapa infeksi nosokomial
munkin tidak menyebabkan pasien meninggal tetapi dapat menyebabkan pasien
di rawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal
dan dalam kondisi tidak produktif, sedangkan rumah sakit akan mengeluarkan
biaya besar.
Pedoman yang di keluarkan yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan
antara lain pedoman Managerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya pedoman ini di
harapkan program pencegahan dan pengendalian infreksi dapat di terapkan
diseluruh rumah sakit dan pelayanan kesehatan yang ada di indonesia.
Pedoman Surveilens Infeksi di rumah sakit. Apalagi dengan dimasukkannya
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam Standart Pelayanan
Minimal dan akreditasi Rumah Sakit, ini berarti setiap rumah sakit harus
melaksanakan PPI secara Optimal.
Penerapan APDdalam tindakan keperawatan dipengaruhi berbagai faktor,
salah satu faktor tersebut adalah perilaku perawat dalam penggunaan APD.
Perilaku adalah semua Kegiatan manusia yang dapat diamati maupun yang
tidak dapat diamatioleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Perilaku manusia di
pengaruhi oleh dua faktor besar yang mempengaruhinya yaitu faktor
Pengetahuan dan Sikap. Perawat dan mahasiswa sebagai pemberi asuhan
keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik ketika
menggunakan APD dalam memberikan asuhan keperawatan.
Penggunaan APD sebagai pencegahan infeksi di rumah sakit merupakan
tindakan yang perlu untuk dilakukan. Tenaga kesehatan termasuk didalamnya
mahasiswa praktik memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan
kenyamanan dalam menjalankan tindakan keperawatan (DepKes,2003).
Perilaku mahasiswa praktik keperawatan dalam menggunakan APD perlu di
perhatikan.

1.2 Ruang Lingkup


Tinggi kejadian penularan penyakit merupakan ancaman keselamatan
kerja bagi pemberi layanan kesehatan tanpa terkecuali mahasiswa praktik
keperawatan di rumah sakit. Perilaku menggunakan APD sebagai upaya
pengendalian infeksi sekaligus sebagai keamanan diri di rumah sakit belum
sepenuhnya dilakukan dengan baik. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
perawat dan tenaga kesehatan lain tentang APD belum sepenuhnya diketahui
dengan baik.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dalam penggunaan alat pelindung diri ( handscoon /sarung tangan) yang
sesuai indikasi pada perawat di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Pupuk
Kaltim.
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi :
1. Gambaran karakteristik perawat tentang APD
2. Gambaran pengetahuan petugas perawatan dalam penggunaan APD
1.4 Manfaat Penulisan
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bermanfaat untuk Kepentingan
memenuhi salah satu syarat untuk menjadi karyawan tetap di rumah sakit
Pupuk Kaltim. Dan penelitian ini bermanfaat bagi institusi pelayanan
kesehatan sebagai informasi dan sarana evaluasi. Meskipun penelitian ini
hanya terbatas pada tenaga kesehatan yang khususnya perawat di unit
perawatan rumah Sakit Pupuk Kaltim, dan dapat digunakan untuk evaluasi
tentang penggunaan APD pada institusinya. Selain itu institusi dapat
memperoleh informasi dari penelitian ini dan dapat digunakan dasar untuk
menentukan kebijakan terkait dengan penggunaan APD dan prinsip Safety.
Penelitian ini diharapkan menjadi atau sebagai informasi dan rujukan
bagi penelitian selanjutnya tentang penggunaan alat pelindung diri, sebagai
upaya meningkatkan keamanan dan keselamatan. Hal ini sangat perlu
dikembangkan pada penelitian selanjutnya untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan perawat dan tenaga kesehatan lain dalam menjalankan praktik.

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Pupuk Kaltim,
yaitu Ruang Bougenvile, Catelya, dan Dahlia, penelitian ini dari
Tahap persiapan, penyusunan sampai selesai.
1.5.2 Populasi dan sample
1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisai yang terdiri
dari objek dan subjek, yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan dapat
di tarik kesimpulannya.
( Setiadi, 2013)
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek
yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi (setiadi,
2013). Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling
yaitu peneliti memilih responden tersebut yang di anggap dapat
memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan
peneliti (Sastroasmoro, 2011).
1.5.3 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam
suatu penelitian (Budiarto, 2003:53)
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan (Library research)
Penelitian ini di lakukan untuk pengambilan data yang bersifat
teori yang kemudian digunakan sebagai literatur penunjang guna
mendukung penelitian yang akan dilakukan. Data yang diperoleh
dari buku-buku sumber yang dapat dijadikan acuan yang ada
kaitannya dengan masalah penelitian.
2. Studi lapangan (Field research)
Dalam penulisan laporan ini, penulis mengambil data secara
langsung pada objek penelitian. Adapun tehnik data yang
digunakan adalah :
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan langsung melalui
tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang
yang ada hubungannya dengan masalah yang di teliti.
b. Observasi
Yaitu pengambilan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap masalah yang di teliti, untuk
membandingkan keterangan yang di peroleh dengan kenyataan.
c. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dan menganalisa data-data yang
penting tentang Rumah sakit yang berhubungan dengan
masalah yang di teliti.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya
suatu penelitian (Chandra, 2006:7). Pada penelitian ini
tehnik pengumpulan data yaitu dilakukan dengan tehnik
angket yakni pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan
jawaban di isi secara langsung oleh responden sesuai
dengan daftar isian yang diterima, (Budiarto, 2003:54).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
tertutup dan merupakan pertanyaan yang dilibatkan
responden yang mengacu pada variabel kepatuhan
penggunaan APD Handscoon dan masker yang sesuai
indikasi, usia, pendidikan dan jenis kelamin.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2010:137) data sekunder yaitu sumber
data yang tidak langsung memberikan data pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data
sekunder biasa disajikan dalam bentuk data-data, tabel,
diagram, mengenai topik penelitian. Data ini merupakan
data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang
dilaksanakan di Rumah Sakit dan data lain yang diperlukan
seperti hasil Searching di internet mengenai artikel-artikel,
jurnal dan adanya hasil dari penelitian sebelum yang dapat
digunakan oleh peneliti sebagai bahan perbandingan
dengan penelitian yang dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori dan konsep tentang pengetahuan dan
sikap dalam perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Uraian tersebut
terbagi dalam uraian tentang pembentukan perilaku individu dan hubungannya
terhadap pengetahuan dan sikap. Uraian berikutnya menjelaskan tentang
Universal precaution, standart precaution, dan APD dalam praktik keperawatan.

2.1 Teori dan Konsep Terkait


2.1.1 Perilaku
Perilaku merupakan adalah respon individu akibat adanya pengaruh
sebelumnya. Perilaku individu dapat terbentuk akibat adanya penyebab yang
melatar belakanginya. Perilaku dalam KBBI (2007) mendefinisikan sebagai
suatu reaksi individu terhadap rangsangan. Teori perilaku menurut
keperawatan jiwa menjelaskan bahwa inti dari perilaku adalah hubungan
antara stimulus dan respon yang dihasilkan (Kathrine,2006)
Perilaku individu terbentuk dengan melibatkan serangkaian proses
yang melibatkan dirinya. Pada teori perilaku menurut keperawatan
komunitas, pembentukan prilaku dapat dibentuk dengan memanipulasi
stimulus. Stimulus tersebut dapat dimanipulasikan dengan cara memberikan
positif reinforcment atau punishment kepada individu sehingga stimulus
tersebut akan diinternalisasikan dan menghasilkan perilaku yang di
harapkan ( Allender,2001).
Perilaku individu tentang penggunaan alat pelindung diri, pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi sekelompok stimulus. Terdapat beberapa
kelompok stimulus yang dikerlompokkan dalam beberapa faktor yang
mempengaruhi penggunaan APD. Bloom dalam Notoadmodjo (2003)
mengungkapkan perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi berupa pengetahuan
dan sikap tentang APD. Sednagkan faktor pendukung mengacu pada daya
dukung lingkungan secara fisik meliputi ketersedian alat APD untuk
menunjang perilaku penggunaan APD. Faktor terakhir, faktor pendorong
yaitu daya dukung sumber daya manusia disekitar individu yang selalu
melakukan pengawasan penggunaan APD dalam praktik.

2.1.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil pengamatan dan pengalaman
individu terhadap sesuatu yang baru yang dapat berguna bagi individu
tersebut. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai proses tahu hal baru
yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Talbot dalam Potter & perry (2005).
Menjelaskan pengetahuan sebagai suatu informasi.
Setiap perilaku memiliki kemampuan yang berbeda dalam
pengetahuan. Bloom dalam Notoadnodjo (2003) membagi pengetahuan
menjadi beberapa tingkatan yaitu Tahu, Memahami, Aplikasi, Analisi,
Sintesis dan Evaluasi.
1. Tahu sebagai individu sebatas memperoleh informasi yang nantinya
diingat kembali (Notoadmodjo,2003).
2. Tingkat memahami sebagai suatu tingkatan individu dapat
mengintepretasikan informasi yang di dapat (Potter & Perry, 2005).
3. Tingkat aplikasi pengetahuan yaitu individu mampu menerapkan
pengetahuan pada kondisi nyata.
4. Tingkat Analisis pengetahuan yaitu individu mampu mengintegrasikan
satu ide dengan ide lain untuk menghasilkan suatu solusi (Notoadmodjo,
2003).
5. Tingkat Sintesis pengetahuan ditandai dengan individu mampu
menghubungkan bagian-bagian dari pengetahuan menjadi suatu
pemahaman yang baru (Potter & Perry, 2005).
6. Tingkat evaluasi, individu mampu melakukan penilaian dari
pengetahuan-pengetahuan yang di peroleh (Brunner & Suddarth, 2002).
Tingkat pengetahuan individu terhadap suatu materi pengetahuan
dapat dilakukan pengukuran pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan menggunakan angket berisi pertanyaan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil pengukuran tersebut dapat dikatakan
Excelent jika memiliki nilai >85% dan kurang memuaskan jika dibawah
nilai tersebut. Arikunto (2002) juga menjelaskan hasil dari pengukuran
tersebut dapat dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan :
a. Tinggi : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76-100%
b. Sedang : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56-75%
c. Rendah : jika pertanyaan dijawab dengan benar <56%

Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan, pada dasarnya


manusia ingin mengetahui, hal ini menunjukan bahwa dalam hati dan akal
manusia terdapat keinginan untuk mengenal dan mengetahui (Soerono
Soekamtoe,1990) .
Menurut Sukitdjo Notoadmodjo (2003), pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
a. Pengalaman
Pengalaman dapat di peroleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain. Dan pengalaman yang telah di peroleh dapat
memperluas pengalaman seseorang.
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan kepada
seseorang, secara umum seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas, dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan didapat secara turun temurun dan tanpa ada
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang baik itu sifatnya positif maupun negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya melalui radio, televisi, koran, majalah,
dan buku.
e. Penghasilan
Tidak berpengaruh langsung kepada pengetahuan seseorang, tetapi
seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu membeli
fasilitas- fasilitas sumber informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
pengetahuan.

2.1.3 Sikap
Sikap individu merupakan bagian dari reaksi individu terhadap
rangsangan yang tidak dapat diamati secara langsung oleh individu. Sikap
sebagai bagian dari perilaku individu yang berupa reaksi tertutup terhadap
stimulus yang ada (Notoadmodjo,2003). Sehingga sikap lebih sering
disebutkan sebagai respon tertutup individu. Dalam teori psikologi, sikap
merupakan suatu keadaan (respon tertutup individu) yang memungkinkan
untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (Dayakisni &
Hudaniah,2003)

Setiap individu memiliki sikap yang berbeda-beda satu sama lain.


Individu memiliki sikap yang positif ketika individu merasa senang dan
mampu menempatkan dirinya pada tingkatan sikap yang ada (Sarlito,2009).
Individu akan memilik sikap yang negatif jika individu merasa tidak senang
dan menerima stimulus yang ada. Notoadmodjo (2003) menjelaskan bahwa
sikap pada individu terdiri dari empat tingkatan yaitu Menerima, Merespon,
Menghargai dan Bertanggung jawab.
2.1.4 Precaution (Kewaspadaan)
Precaution sebagai prosedurr yang diciptkan dan dikembangkan untuk
memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan dan pencegahan infeksi.
Penciptaan precaution bermula dari tingginya angka kejadian infeksi
penyakit HIV, Hepatitis B dan infeksi yang ditransmisikan melalui darah di
negara Amerika (Kathryn,2004). Kejadian ini memicu diciptakannya
Universal Precaution. Memberikan kontrol terhadap tata cara kewaspadaan
terhadap infeksi yang ditransmisikan melalui darah. Prosedur menggunakan
sarung tangan dan penggunaan peralatan telah di anjurkan pada prosedur ini
(Khatryn,2004; Hegner,2010).
Seiring dengan kejadian infeksi yang terjadi, pada tahun 1990 di
kembangkan Body Substance Isolation. BSI merupakan prosedur isolasi
terhadap klien dan lebih fokus pada transmisi infeksi melalui darah dan
semua jenis cairan tubuh (sekresi maupun sekresi). BSI juga mengenal
prosedur penggunaan alat pelindung diri dan tidak mewajibkan mencuci
tangan ketika melepaskan sarung tangan. Hal ini bertentangan dengan
prosedur Universal precaution yang menganjurkan mencuci tangan setelah
menggunakan alat. Dari kedua jenis Precaution tersebut akhirnya
dikembangkan Standard Precaution sebagai transformasi dadri keduanya
(Kathryn,2004; Hegner,2010; DepKes RI,2003).
Standard Precaution Merupakan penggabungan dari SBI dan
Universal Precaution. Standard Precaution sebagai upaya kewaspadaan
transmisi infeksi yang dapat terjadi tidak hanya melalui darah tetapi juga
segala cairan tubuh (ekskresi dan Sekresi)ndan melindungi membran
Mukosa. Standard Precaution Merupakan prosedur dasar yang diterapkan
terhadap semua klien dengan mengesampingkan diagnosa medis (Rosdahl
& Marry, 2008). Standard Precaution memiliki tujuan yang sama dengan
kedua precaution sebelumnya yaitu memberikan perlindungan terhadap
tenaga medis dan klien dan mencegah infeksi nosokomial. Penerapan
Standard Precaution terdiri dari beberapa tindakan salah satunya yaitu
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai upaya perlindungan utama
terhadap tenaga kesehatan yang menjadi perhatian utama dalam penelitian
ini (Depkes RI,2003).
Bagaimana Universal precaution di terapkan, karena sulit untuk
mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas layanan kesehatan
harus menerapkan kewaspadaan universal / Universal precaution secara
penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien, dengan melakukan
tindakan sebagai berikut :
a. Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka
sarung tangan
b. Segera cuci tangan setelah ada hubungan atau kontak dengan cairan
tubuh
c. Pakai sarung tangan bila mungkin ada hubungan dengan cairan tubuh
d. Pakai masker dan kaca mata pelindung bila mungkin ada percikan cairan
tubuh
e. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang
sekali pakai tidak boleh dipakai ulang
f. Bersihkan dan desinfeksi tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang
cocok
g. Patuhi standar untuk desinfeksi dan sterilisasi alat medis
h. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan
prosedur
i. Buang limbah sesuai prosedur

Penerapan Kewaspadaan standar / Standard Precaution diharapkan


dapat menurunkan resiko penularanpatogen melalui darah dan cairan tubuh
lain dari sumber yang diketahui maupun tidak diketahui (WHO;2008).
Adapun penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi yang perlu
diperhatikan antara lain :
a. Kebersihan tangan / Hand Hygiene
Merupakan komponen penting dalam kewaspadaan standar dan
merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah
penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
b. Sarung tangan / Alat Pelindung Diri
Yang dipakai harus didahulukan dengan penilaian resiko pajanan dan
sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan
tubuh.
c. Pelindung wajah (mata, hidung dan Mulut)
Menggunakan pelindung selama tindakan yang potensial untuk terjadinya
percikan darah, cairan tubuh sekret, dan ekskresi.
d. Gaun pelindunng
Digunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian
yang digunakan selama tindakan yang umumnya bisa menimbulkan
percikan darah, cairan tubuh dll. Dan lepaskan gaun sesegera mungkin
setelah tindakan.
e. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainya
Di perlukan kehati-hatian saat memegang jarum, pisau dan alat-alat tajam
lainnya baik saat tindakan maupun saat membersihkan alat-alat yg
terkontaminasi.
f. Kebersihan pernapasan dan Etika Batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-
langkah pengendalian sumber. Tutp hidung dan mulut saat batuk atau
bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah
kontak dengan sekret saluran napas.
g. Kebersihan lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan desinfeksi
permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
h. Linen
Penangan, transportasi dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan
cara, cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi
pada pakaian. Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
i. Pembuangan limbah
Pastikan pengelolaan limbah yang aman, perlakukan limbah yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh lainnya sebagai limbah infeksius.
Buang alat sekali pakai dengan benar.
j. Peralatan perawatan pasien
Peralatan yang ternoda oleh darah dan cairan tubuh lainnya harus
diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit, mukosa dan
kontaminasi pada pakaian dan penyebaran patogen ke pasien lain atau
lingkungan dapat dicegah. Bersihkan, desinfeksi dan proses kembali
perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan ke
pasien lain.

2.1.5 Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri merupakan peralatan yang digunakan tenaga
kesehatan untuk melindungi diri dan mencegah infeksi nosokomial. Tujuan
penggunaan APD untuk melindungi kulit dan selaput lendir Tenaga
kesehatan dari pajanan semua cairan tubuh dan kontak langsung dengan
pasien (Depkes,2002). APD tenaga kesehatan ketika praktik terdiri dari
Sarung tangan, masker, penutup kepala, gaun pelindung atau apron, kaca
mata, sepatu (Depkes RI,2003; Potter & Perry, 2005 ; Rosdhal &
Marry,2008; WHO,2004)

2.1.5.1 Sarung Tangan


Penggunaan sarung tangan merupakan bagian terpenting dari
Standard Precaution bagi perawat yang sering berinteraksi dengan pasien
maupun alat-alat yang terkontaminasi. Sarung tangan dapat membantu
perawat untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis
cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien
dan benda yang terkontaminasi (DepKes RI,2003). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan meliputi:
a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan
b. Mengganti sarung tangan jika berganti pasien atau robek.
c. Mengganti sarung tangan sesegera setelah melakukan tindakan.
d. Menggunakan sarung tangan saat menggunkan alat nonkontaminasi.
e. Menggunakan sarung tangan untuk satu prosedur tindakan.
f. Menghindari kontak dengan benda-benda selain dalam tindakan
g. Menghindari penggunaan kembali sarung tangan sekali pakai.

Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya perlu memperhatikan jenis


dari sarung tangan yang digunakan. Sarung tangan secara umum terdiri dari:
a. Sarung tangan Bersih/non steril
Penggunaan sarung tangan bersih/ non steril jika akan kontak dengan
kulit, luka, atau benda yang terkontaminasi.
b. Penggunaan sarung tangan steril
dapat digunakan dalam tindakan bedah dan kontak dengan alat steril.
c. Sarung tangan rumah tangga
Dipakai sewaktu memproses peralatan menangani bahan-bahan
terkontaminasi, dan waktu membersihkan permukaan terkontaminasi,
biasanya dapat di cuci dan di pakai berulang.

Sarung tangan pemeriksaan yang baik digunakan untuk suatu tindakan


pemeriksaan tergantung pada tingkat resiko paparan terhadap darah atau
yang terinfeksi (rendah atau tingginya resiko) lama tindakan, dan
kemungkinan alergi terhadap bahan dari sarung tangan.
a. Sarung tangan vinil
Adalah yang paling murah. Baik untuk pemeriksaan singkat atau resiko
paparan rendah, jenis ini kurang elastis dan mudah robek. Jika sarung
tangan pemeriksaan yang tersedia dan beresiko terpapar oleh darah dan
cairan tubuh cukup tinggi, ganti sarung tangan lebih sering dan
pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan rangkap.
b. Sarung tangan Lateks
Memberikan perlindungan terbaik. Digunakan untuk tindakan bedah
atau untuk pemeriksaan beresiko sedang sampai tinggi terhadap paparan
darah atau cairan tubuh yang mungkin potensial terkontaminasi.
c. Sarung tangan Nitril
Dapat digunakan untuk pemeriksaan atau kegiatan beresiko sedang
sampai tinggi. Sarung tangan nitril mempunyai sifat yang sama dengan
sarung lateks namun lebih tahan terhadap bahan-bahan dari minyak.

Walaupun berulang kali terbukti efektif mencegah kontaminasi pada


tangan petugas kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya
dan pentingnya mencuci tangan. Sarung tangan berkualitas terbaik sekalipun
munkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak tampak. Selain itu juga
sarung tangan dapat robek sehingga tangan dapat terkontaminasi sewaktu
melepaskan sarung tangan. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawiroharjo;
jakarta;2004)
Sarung tangan yang melindungi tangan dari bahan yang mengeluarkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan
petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang atau Barrier fisik
paling penting mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus selalu
diganti setiap antara kontak dengan pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang.
Penggunaan sarung tangan dan mencuci tangan merupakan komponen
penting / kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan
mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi (Garner & Favero, 1986).
Selain itu pemahaman mengenai kapan sarung tangan steril atau desinfeksi
tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung tangan tidak perlu digunakan,
penting untuk dimengerti untuk menghemat biaya dan tetap menjaga
keamanan pasien dan petugas. Tiga hal penting saat petugas menggunakan
sarung tangan :
1. Perlu untuk menciptakan barrier protektif dan cegah kontaminasi yang
berat, seperti menyentuh darah, cairan tubuh, ekskresi, mukus membran
dan kulit yang tidak utuh.
2. Dipakai untuk mencegah transmisi mikroba ditangan petugas kepada
pasien, saat melakukan tindakan kulit pasien yang tidak utuh atau mukus
membran.
3. Mencegah tangan petugas terkontaminasi dengan microba dari pasien
dan ke pasien lain.
Hal yang Bisa dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas.
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan yang tidak memadai,
sarung tangan beda sekali pakai (disposible) yang sudah digunakan dapat
diproses ulang dengan cara :
1. Bersihkan dan desinfeksi dalam larutan clorin 0,5% selama 10 menit
2. Dicuci dan dibilas lalu dikeringkan
3. Hanya digunakan pada tindakan yang tidak menembus jaringan tubuh

Jangan memproses sarung tangan yang retak, mengupas atau


memiliki lubang atau robekan yang dapat terdeteksi (Bagg, jenkins &
Barker; 1990 ). Jika sarung tangan rumah tangga tidak ada bisa gunakan
sarung tangan bersih atau sarung tangan bedah yang sudah diproses untuk
memberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, laundry,
pekarya serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
2.1.5.2 Alat pelindung wajah / masker
Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib dan penting bagi
perawat untuk menjaga keamanan dirinya pelindung wajah dapat
melindungi selaput lendir dibagian mulut, hidung, terhadap resiko percikan
darah maupun cairan tubuh lainnya dari pasien (Hegner,2010). Alat
pelindung wajah terdiri dari dua, yaitu masker dan kaca mata (DepKes
RI,2003). Kedua jenis alat pelindung diri ini dapat digunakan bersamaan
ataupun terpisah tergantung jenis tindakan yang dilakukan.
Masker bagian dari alat pelindung wajah khususnya untuk
melindungi membran mukosa pada mulut dan hidung perawat ketika
berinteraksi dengan pasien. Masker dianjurkan untuk selalu digunakan
perawat ketika melakukan tindakan dengan semua pasien khususnya pasien
TB (DepKes RI,2003). Hal ini diharapkan dapat melindungi perawat
terhadap transmisi infeksi melalui udara. Secara umum masker dibagi dalam
dua jenis yaitu masker standard dan masker khusus yang dibuat untuk
menyaring partikel-partikel atau mikroorganisme kecil (Rosdhal & Marry,
2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan masker :
1. Memasang masker sebelum sarung tangan
2. Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika menggunakannya,
3. Mengganti masker ketika kotor dan lembab,
4. Tidak membiarkan masker menggantung dileher,
5. Segera melepaskan masker jika tidak digunakan,
6. Tidak dianjurkan menggunakan kembali masker sekali pakai,

Masker harus cukup besar melindungi wajah, mulut dan rambut


pada bagian wajah (janggut). Masker yang ada terbuat dari bahan katun
ringan, kertas dan kain sintetik yang beberapa diantaranya tahan terhadap
cairan. Masker yang terbuat dari bahan katun dan kertas yang nyaman tetapi
tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Pada saat melepas
masker pegang bagian talinya karna bagian tengah masker adalah bagian
yang paling terkontaminasi.

Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus


yang direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya
pada perawatan seseorang yang telah diketahui, atau dicurigai menderita flu
burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95
melindungi dari partikel dengan ukuran <5 mikro yang dibawa oleh udara.
Sebelum petugas menggunakan masker N95 perlu dilakukan fit test pada
setiap pemakaian. Petugas yang menggunakan masker dengan efisiensi
tinggi harus :

1. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat


apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Selain itu masker yang ada
keretakan, terkikis, terpotong, terlipat pada sisi dalam masker tidak
dapat digunakan.
2. Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau
rusak, tali harus menempel dengan baik pada semua titik sambungan.

Kaca mata (gogles) sebagai bagian dari APD yang bertujuan


melindungi mata. Kaca mata digunakan untuk mencegah masuknya cairan
darah maupun cairan tubuh lainnya pada mata (Potter & Perry,2005).
Penggunaan kaca mata digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tindakan
yang memiliki resiko tinggi terpapar dengan darah atau cairan tubuh
lainnya.

2.1.5.3 Penutup Kepala


Penutup kepala sebagai bagian dari standard Precaution memiliki
fungsi dua arah. Fungsi pertama, menutup kepala membantu mencegah
terjadinya percikan darah maupun cairan tubuh lainnya pada rambut
(DepKes RI,2003). Selain itu, penutup kepala dapat mencegah jatuhnya
organisme yang berada di rambut atau kulit kepala ke area yang steril
(Depkes RI, 2003). Kedua fungsi tersebut sangat penting untuk diperhatikan
perawat.

2.1.5.4 Gaun Pelindung


Gaun pelindung dapat memberikan manfaat bagi perawat untuk
melindungi kulit dan pakaian dari kontaminasi cairan tubuh pasien. Gaun
pelindung wajib digunakan saat melakukan tindakan irigasi, pasien dengan
perdarahan masif, melakukan tindakan pembersihan luka, maupun tindakan
tindakan lain yang terpapar cairan tubuh pasien (DepKes RI, 2003). Gaun
pelindung termasuk juga seragam kerja jika terdapat kotoran yang berasal
dari cairan tubuh pasien harus diganti.
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain pad saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui droplet/air borne (Kemenkes RI,2011).
Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam berdasarkan pada
kegunaan, terdapat dua jenis gaun pelindung yaitu gaun pelindung steril dan
Non steril. Gaun steril digunakan untuk memberikan perlindungan ketika
berada di area steril seperti ruang bersalin, icu, rawat darurat, kamar bedah.
Dan pada tindakan yang membutuhkan prosedur steril. Gaun non steril
digunakan untuk tindakan selain pada tindakan sebelumnya. Perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu mengetahui penggunaan gaun
pelindung secara benar. Penggunaan gaun pelindung secara benar dapat
melindungi perawat dari bahaya infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
perawat dalam gaun penggunaan gaun pelindung meliputi (Rosdahl &
Marry, 2008) :
1. Bagian dalam gaun adalah bersih dan bagian luarnya adalah bagian
yang harus nantinya dijaga (disesuaikan dengan jenis gaunnya).
2. Ukuran gaun pelindung harus cukup panjang dan menutupi seragam
perawat atau petugas kesehatan bagian depan dan bagian belakang,
namun tidak menutupi bagian lengan.
3. Jika menggunakan seragam lengan panjang, lengan baju harus digulung
hingga keatas siku, baru menggunakan gaun pelindung.
4. Ketika hendak melepaskan gaun pelindung, cara melepaskannya adalah
dari bagian dalam keluar untuk mencegah kontaminasi cairan dengan
seragam.
5. Setelah mengggunakan gaun pelindung, jangan lupa untuk selalu
mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas lain.
2.1.4.5. Apron
Apron biasa terbuat dari bahan karet dan plastik yang merupakan
penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas
kesehatan. Petugas harus menggunakan apron di bawah gaun pelindung
ketika melakukan perawatan langsung terhadap pasien, membersihkan
pasien untuk melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan atau
percikan darah atau sekresi. (KemenKes RI,2011)
2.1.4.6. Alas kaki/ Sepatu
Alas kaki merupakan bagian APD yang perlu untuk digunakan.
Alas kaki melindungi perawat atau petugas kesehatan terhadap tumpahan
atau percikan darah maupun cairan tubuh lainnya. Penggunaan alas kaki
juga bertujuan untuk mencegah kemungkinan tusukan benda tajam maupun
kejatuhan alat kesehatan (Depkes RI,2003). Standar alas kaki yang
memenuhi APD adalah alas kaki yang menutupi seluruh bagian ujung jari
dan telapak kaki serta terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tahan
terhaadap tusukan (Rosdahl & Marry,2008). Penggunaan alas kaki termasuk
juga sepatu yang dipakai sehari-hari harus memenuhi standar tersebut dan
juga pemakaian sepatu di ruang- ruang khusus, kamar bedah, icu, gawat
darurat dll. (Depkes RI, 2003).
2.2 Kerangka Teori
Faktor internal :

1. Umur
Tingkat Pengetahuan :
2. intelegensi
1. Tahu 1. Baik
Faktor Eksternal : 2. Paham 2. Cukup
3. Aplikasi 3. Kurang
1. Pendidikan
4. Analisis
2. Lingkungan
5. Sintesis
3. Sosial Budaya
6. Evaluasi
4. Informasi
5. Pengalaman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objectif. Metode penelitian deskriftif merupakan suatu
metode yang digunakan untuk memecahkan atau menjawab suatu masalah
yang dihadapi (Notoadmodjo,2005). Sehaingga desain ini digunakan oleh
peneliti untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas perawatan
terhadap penggunaan APD (handscoon/sarung tangan) dalam upaya
menurunkan angka infeksi Rumah Sakit di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Bontang tahun 2014.
Strategi pengumpulan data yang digunakan alah survey. Survey
adalah salah satu cara penelitian deskriptip yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu. Menurut Notoadmodjo (2005) biasanya strategi ini digunakan
untuk melakukan penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan
suatu program dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk
menyusun perbaikan program tersebut.
Dengan menggunakan tehnik pengumpulan data berupa pertanyaan
dalam bentuk angket atau kuisioner, yang akan dijawab oleh petugas
perawatan yang bekerja di unit perawatan di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Bontang sebagai responden. Setelah angket diisi selanjutnya data diolah
kemudian ditentukan gambaran pengetahuan petugas perawatan terhadap
penggunaan APD (handscoon/sarung tangan) dalam upaya menurunkan
infeksi Rumah Sakit
3.1.1 Konsep Teori
Petugas Keperawatan Pengetahuan ttg :

1. Pengertian APD 1. Baik


Tingkat 2. Fungsi APD 2. Cukup
Pengetahuan 3. Indikasi 3. Kurang
penggunaan APD
1. Tahu 4. Cara penggunaan
2. Paham Yang Benar
3. Aplikasi
4. Sintesis
Hal yang mempengaruhi :
5. evaluasi
Pendidikan, Lingkungan, SosBud,
Informasi, Pengalaman,

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan responden di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Bontang, khususnya Tenaga perawat di Unit perawatan Dahlia, Catelya,
dan Bougenvile yang bekerja di Unit perawatan.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan di teliti (Notoatmodjo,2005). Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah Perawat yang bekerja di Unit perawatan Rumah Sakit
Pupuk Kaltim Bontang dan bersedia menjadi responden. Dengan jumlah
populasi yang ada 39 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tehnik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah dengan Purposive Sampling. Mula –mula
peneliti meneliti tempat yang akan diteliti termasuk juga populasi tempat
tersebut. Kemudian populasi yang ada akan diambil sebagian populasinya
berdasarkan atau dengan pertimbangan yang dibuat atau ditentukan oleh
peneliti sendiri seperti ciri atau sifat-sifat karakteristik (dengan studi
pendahuluan) populasi yang telah diketahui oleh peneliti. Menurut Sugiyono
(2001), bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah perawat yang bekerja di Unit perawatan, dan bersedia menjadi
responden.
Karna jumlah populasi terbatas maka peneliti menggunakan tehnik
purposive sampel (Purposive Sampling). Dimana menurut Margono
(2004:128), dalam pemilihan kelompok subjek dalam Purposive Sampling ,
berdasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Atas
dasar ini maka peneliti memilih untuk menggunakan tehnik pengambilan
sampel Purposive secara keseluruhan sejumlah 39 sampel / responden.

3.4 Definisi Operasional


Definisi secara operasional mengenai Gambaran pengetahuan
Petugas perawatan terhadap penggunaan APD (handscoen) dalam upaya
menurunkan angka infeksi Rumah Sakit.

Table 1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasion
al
Pengetahuan Pengetahua Pengetahuan Kuisioner Ordinal Tinggi 76-
n tentang petugas 100%
penggunaan terhadap Sedang
APD penggunaan 56-75%
(sarung APD( Rendah
Tangan) yg handscoen) <56%
benar dan a. Pengertian
sesuai alat
indikasi pelindung
diri
b. Fungsi
menggunak
an alat
pelindung
diri.
c. Indikasi
penggunaan
alat
pelindung
diri
d. Cara
penggunaan
yang benar

3.5 Instrument Penelitian


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejumlah pertanyaan
yang disusun peneliti berdasarkan literatur dan kerangka konsep penelitian.
Pertanyaan tersebut berhubungan dengan Gambaran pengetahuan Petugas
perawatan terhadap penggunaan APD (handscoon) dalam upaya menurunkan
angka Infeksi Rumah Sakit, di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang. Yang terbagi
menjadi dua yaitu :
3.5.1. Bagian A
Pada bagian A kuisioner ini memuat pertanyaan mengenai Karakteristik
responden yang berisi tentang Nama, Umur, jenis kelamin, pendidikan dan
profesi.
2.5.2 Bagian B
Sedangkan pada bagian B berisi pertanyaan tentang Gambaran pengetahuan
petugas terhadap penggunaan APD (handscoen) dalam upaya menurunkan angka
infeksi Rumah Sakit.
3.6 Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kuisioner. Tehnik pengumpulan data dengan kuisioner adalah sebagai
berikut :
1. Setelah mendapat persetujuan dan pengesahan, peneliti akan meminta
izin kepada Kasi keperawatan Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
2. Memperkenalkan identitas peneliti.
3. Memberikan penjelasan sederhana tentang maksud, tujuan dan kegunaan
penelitian kepada responden.
4. Mengedarkan kuisioner atau angket kepada responden di Unit Perawatan
yang berisikan lembar persetujuan responden serta pertanyaan yang harus
dijawab.
5. Setelah Kuisioner selesai di isi oleh responden dan dianggap selesai,
kuisioner atau angket dikumpulkan oleh peneliti.

3.6.2 Prosedur Penelitian


Tahapan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
A Tahap Persiapan
1. Memilih lahan penelitian
2. Melakukan studi pendahuluan
3. Melakukan studi kepustakaan
B. Tahap Pelaksanaan
1. Melakukan pengumpulan data
2. Melakukan pengolahan data dan analisa data
3. Menarik kesimpulan
C. Tahap Akhir
1. Menyusun laporan hasil penelitian
2. Presentasi Hasil penelitian
3.7 Analisa Data
Analisa data merupakan tindakan menginterpretasikan data yang di dapat
untuk dapat digambarkan dan dipahami. Analisis data berisikan tentang
penjelasan data pada masing-masing variabel yang diteliti kemudian
dideskripsikan. Penelitian ini menggunakan cara dalam menganalisis data
yaitu analisis data univariat.
Analisi data Univariat merupakan proses analisi data pada tiap
variabelnya. Analisa data ini sebagai prosedur statistik yang bertujuan untuk
,mengetahui gambaran pada setiap variabelnya. Pada penelitian ini analisis
univariat digunakan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Petugas
Perawatan Terhadap Penggunaan APD (Handscoen/sarung tangan) Dalam
Upaya Menurunkan Angka Infeksi Rumah Sakit. Analisa univariat
merupakan analisis persentase dengan tujuan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang diteliti. Dalam
penyajiannya analisis univariat tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Selanjutnya, hasil persentase dikelompokkan dan
diinterpretasikan dengan menggunakan interpretasi sebagai berikut:
0% : tidak seorangpun dari responden
1% - 25% : sebagian kecil dari responden
26% - 49% : hampir sebagian dari responden
50% : setengah dari responden
51% - 74% : sebagian besar dari responden
75% - 99 % : hampir seluruh dari responden
100% : seluruh responden. (Arikunto, 2002).

Data yang telah dikumpulkan melalaui kuesioner diolah dengan


menghunakan analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk
mendiskripsikan seluruh variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Untuk melakukan analisis dan
secara univariat digunakan distribusi frekuensi dengan rumus :
1. P= x 100%
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi responden untuk setiap pernyataan yang ada
n : Jumlah keseluruhan responden
(Arikunto, 2002)
2. Dalam menganalisis data kepatuhan perawat digunakan rumus median
(nilai tengah). Nilai median atau nilai tengah adalah nilai yang terletak
pada observasi yang ditengah, kalau data tersebut telah disusun. Posisi
median dihitung dengan rumus :

maka nilai median adalah nilai yang terletak pada posisi median. Jika
banyak sampel berjumlah genap, maka nilai median dihitung dengan
menjumlah nilai yang ada pada posisi yang mengapitnya kemudian dibagi
2. Selanjutnya jika nilai median tersebut telah diketahui, maka data yang
telah terkumpul di olah dan diklasifikasikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENGAMATAN
LAPANGAN SERTA STANDARISASI

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Rumah Sakit PT. Kaltim Medika Utama adalah sebuah rumah sakit
swasta di bawah naungan PT. Kalimantan Timur. Rumah sakit ini berlokasi
di jalan oksigen no 1 Bontang.
Rumah sakit ini awalnya adalah sebuah Klinik First Aid untuk Project
Pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur di tahun 1979 yang merupakan cikal
bakal Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
Setelah beroperasinya Pabrik Kaltim 1 PT. Pupuk Kalimantan Timur
pada tahun 1981, Rumah Sakit Pupuk Kaltim mejadi sebuah Bagian atau
Departemen Kesehatan dan menempati gedung baru di tahun 1989 yang
diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto yang merupakan Ibu Negara pada saat
itu.
Pada tanggal 10 Agustus 1990 Rumah Sakit Pupuk Kaltim menjadi
rumah sakit swadana. Bernaung dalam bentuk Yayasan, YAYASAN
RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM (YRS). Dengan tujuan melayani
karyawan dan keluarga PT Pupuk Kalimantan Timur pada khususnya dan
masyarakat Bontang pada umumnya.
Motto RS Pupuk Kaltim saat itu adalah :
Kesehatan anda adalah kepedulian kami, kepuasan anda adalah tugas
kami, ramah tanggap dan manusiawi adalah layanan kami.
Dengan semangat melayani Rumah Sakit Pupuk Kaltim terus
berupaya meningkatkan profesionalisme dan berupaya mewujudkan visi
Rumah Sakit Pupuk Kaltim untuk menjadi yang terdepan dalam pelayanan
kesehatan di Kaltim.
Rumah Sakit Pupuk Kaltim meraih :
1. Akreditasi Penuh 5 layanan di tahun 1998
2. Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut 12 layanan di tahun 2003 dan
3. Akreditasi penuh Tingkat lengkap 16 layanan di tahun 2005, akreditasi
16 layanan yang diraih Rumah Sakit Pupuk Kaltim merupakan rumah
sakit pertama yang terakreditasi di wilayah Indonesia timur.
Rumah sakit pupuk kaltim terus berupaya meningkatkan mutu layanan
yang berstandar nasional dan internasional dibuktikan dengan diraihnya :
1. ISO 9001 : 2000 pada tahun 2008
2. PROPER HIJAU sejak tahun 2006 - 2011
3. PROPER EMAS tahun 2012
Dan juga penghargaan dan pegakuan lain diantaranya :
3. Sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dari WHO di tahun 1992
4. Penghargan Terbaik Harapan I tingkat nasional dan terbaik tingkat
wilayah Kalimantan Timur Sebagai Rumah Sakit Sayang Bayi tahun
2009
5. Penghargaan Pengelolaan HIV AIDS di tempat kerja kategori Gold
tingkat Nasional tahun 2010 dan 2011
6. Penghargaan dalam Program pemberdayaan perempuan Terbaik ke III
tingkat Provinsi sebagai pelaksana terbaik perusahaan pembina tenaga
kerja perempuan Tahun 2009.
Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam
memberikan pelayanan terhadap pelanggan serta mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku tanggal 10 Januari 2012 Rumah Sakit
Pupuk Kaltim telah resmi berbadan hukum Perseroan yang disyahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dan diberi nama PT
KALTIM MEDIKA UTAMA.
Pengelolaan Rumah Sakit Pupuk Kaltim secara resmi dialihkan dari
Yayasan Rumah Sakit kepada PT KMU tanggal 01 Maret 2012, dengan
semangat dan kwalitas melayani bagi semua pihak yang akan semakin
meningkat.
Visi :
Menjadi Rumah Sakit yang terbaik di Kaltim, didukung SDM yang
berkompeten dan berkomitmen, dengan layanan standar Nasional.
Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang beretika.
2. Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit dengan standar Nasional.
3. Mengembangkan pelayanan proaktif dan perluasan jangkauan bagi
semua kalangan masyarakat.
4. Menyelenggarakan pengelolaan Rumah Sakit yang memberikan
manfaat signifikan bagi share holder, karyawan dan lingkungan sekitar.

4.1.2 Karakteristik responden


Adapun karakteristik responden pada penelitian ini yaitu umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, dan profesi.

4.2.1 Usia

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Perawat Di Rumah Sakit Pupuk


Kaltim PT. Kaltim Medika Utama
Tingkat Usia Frekuensi %
20-35 tahun 36 92,3%
>35 tahun 3 7,7%

Jumlah 56 100
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir seluruh
responden berada pada usia 20 – 35 tahun yaitu berjumlah 36
0rang, responden (92,3%) dan sebagian kecil berada pada usia
lebih dari 35 tahun yaitu berjumlah 3 responden (7,7%).
4.2.2 Jenis Kelamin
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Di
Rumah Sakit Pupuk Kaltim PT. Kaltim Medika Utama
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 10 org 25,6%
Perempuan 29 org 74,4%
Jumlah 39 org 100
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 29
orang responden (74,4%) dan hampir sebagian responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 10 responden
(25,6%).

4.2.3 Pendidikan
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat
Di Rumah Sakit Pupuk Kaltim PT. Kaltim Medika Utama
Tingkat Pendidikan Frekuensi %
S1 Keperawatan 5 org 12,8%
D3 Keperawatan 25 org 64,1%
SMA 9 org 23,1%
S2 Keperawatan 0 0
Jumlah 39 100
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir seluruh
responden berpendidikan S1 yaitu berjumlah 5 responden
(12,8%). Responden berpendidikan DIII berjumlah 25
responden (64,1%). Responden yang berpendidikan SMA 9
responden (23,1%).
4.2.4 Profesi
Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan profesi petugas perawatan Di
Rumah Sakit Pupuk Kaltim PT. Kaltim Medika Utama
Profesi Frekuensi %
Perawat 30 org 76,9 %
Pekarya 6 org 15,4%
Cleaner 3 org 7,7%
Jumlah 39 org 100
Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar
responden berprofesi sebagai perawat berjumlah 30 responden
(76,9%). Berprofesi pekarya berjumlah 6 responden (15,4%).
Berprofesi Cleaner berjumlah 3 responden (7,7%).

4.1.3 Pengetahuan
Tabel 5.5 : Distribusi Pengetahuan Responden atau Petugas Perawatan Di
Rumah Sakit Pupuk Kaltim PT. Kaltim Medika Utama
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 29 org 74,4%
Cukup 10 Org 25,6%
Jumlah 39 Org 100
Interpretasi : berdasarkan tabel di atas, di ketahui Tingkat Pengetahuan
Responden pengetahuan Baik berjumlah 29 responden
(74,4%). Pengetahuan Cukup berjumlah 10 responden
(25,6%).

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran pengetahuan petugas


perawatan terhadap penggunaan APD (handscoon) dalam menurunkan angka
infeksi Rumah sakit di rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang. Rata –rata
memiliki tingkat pengetahuan yang Baik berjumlah 29 responden, dengan
Presentase 74,4% dan yang dengan tingkat pengetahuan Cukup berjumlah 10
orang dengan persentase 25,6 %.
Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan, pada dasarnya
manusia ingin mengetahui, hal ini menunjukan bahwa dalam hati dan akal
manusia terdapat keinginan untuk mengenal dan mengetahui (Soerono
Soekamtoe,1990) .

Menurut Sukitdjo Notoadmodjo (2003), pengetahuan seseorang


dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
g. Pengalaman
Pengalaman dapat di peroleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain. Dan pengalaman yang telah di peroleh dapat
memperluas pengalaman seseorang.
h. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan kepada
seseorang, secara umum seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas, dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.
i. Keyakinan
Biasanya keyakinan didapat secara turun temurun dan tanpa ada
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang baik itu sifatnya positif maupun negatif.
j. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya melalui radio, televisi, koran, majalah,
dan buku.
k. Penghasilan
Tidak berpengaruh langsung kepada pengetahuan seseorang, tetapi
seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu membeli
fasilitas- fasilitas sumber informasi.
l. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
pengetahuan
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan beberapahal sebagai berikut, yang didasarkan
atas penelitian yang dilakukan terhadap responden dari Petugas yang bekerja di
Unit Perawatan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang, yaitu antara lain :
5.1.1 berdasarkan karakteristik petugas perawatan di unit perawatan rata berusia
20-35 tahun dengan persentase 92,3%, karakteristik berdasarkan jenis
Kelamin terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 29 orang dengan
persentase 74,4%. Berdasarkan pendidikan responden terbanyak adalah
DIII keperawatan berjumlah 25 orang dengan persentase 64,1%.
Berdasarkan pekerjaan Jumlah dominan yaitu Profesi perawat berjumlah
30 orang dengan persentase 76,9%.

5.1.2 Berdasarkan Pengetahuan, dari hasil penelitian Tingkat Pengetahuan


Petugas Perawatan dengan Nilai Baik berjumlah 29 orang dengan
persentase 74,4%. Dan dengan Nilai Cukup berjumlah 10 orang dengan
persentase 25,6%.

5.2 Saran

Melihat hasil Kesimpulan maka saran-saran yang dapat diusulkan sebagai


Berikut :

5.2.1 Bagi perawat , di harapkan Petugas Perawatan untuk lebih memperhatikan


lagi akan pentingnya dan meningkatkan kesadaran untuk selalu bekerja
sesuai standar, patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri , mengerti
akan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri sesuai dengan Indikasi,
dan pentingnya mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung
tangan. Dan tidak menganggap penggunaan sarung tangan mengganti
pentingnya mencuci tangan.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Diharap Rumah sakit Tetap mengawasi dan mengevaluasi ketepatan


petugas dalam menggunakan APD (sarung tangan ) sesuai dengan indikasi guna
mencegah atau menurunkan angka resiko infeksi rumah sakit. Rumah sakit juga
dapat melakukan refreshing secara berkala terhadap petugas perawatan untuk
penggunaan APD yang baik dan benar sesuai dengan indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002) Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Brunner & Suddarth. (2001). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincoot

DepKes, RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan di


Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan.

DepKes, RI. (2003). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan


Kesehatan.

Departemen Pendidikan Nasional, (2007). Kamus Bahasa Indonesia. Ed-3. Jakarta


: Balai Pustaka.

Kathrine, M. & Patricia, A. (2004) Psychiatric Mental Health Nursing. St. Louis :
2004

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Potter, P. A & Perry, A.E (2005). Fundamental Of Nursing. Philadelphia: Mosby

Sugiono (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

WHO. (2004). Practical Guidelines of Infection Control in Health Care Facility


India : WHO Regional Office South East Asia.

WHO. (2002). Prevention of Hospital Aquired Infection. Malta : Department of


Communicable Deases.
LAMPIRAN

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/ i Calon Responden

Di Tempat

Dengan Hormat.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mikhael Lyan Lejiu

NPK : 12.2.234

Adalah perawat di Unit perawatan Dahlia atau perawatan III Rumah Sakit
Pupuk Kaltim Bontang, yang sedang melakukan penelitian berjudul “Gambaran
Pengetahuan Petugas Perawatan Terhadap Penggunaan Apd (Handscoen) Dalam
Upaya Menurunkan angka infeksi rumah sakit” Di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Bontang Tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan petugas kesehatan di unit perawatan terhadap penggunaan APD
(sarung tangan). Partisipasi yang diharapkan dari responden adalah mengisi
lembar pertanyaan yang diberikan. Informasi yang diberikan dijamin
kerahasiannya.

Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Bontang , Desember 2014

Mikhael Lyan Lejiu

NPK. 12.2.234
Lampiran 2

GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS PERAWATAN

TERHADAP PENGGUNAAN APD (HANDSCOEN)

DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA INFEKSI RUMAH SAKIT

1. Kuisioner A
Isilah pertanyaan pertanyaan dibawah ini dengan lengkap.

1. Inisial atau Nama :


2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Profesi :

2. Kuisioner B
a. Bacalah pertanyaan dengan seksama sebelum mengisi.
b. Isilah pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda checklist (√)
pada pilihan jawaban yang tersedia dengan jawaban yang anda anggap
paling sesuai.

Pengisian dengan cara (Benar) = B


(Salah) = S

NO PERTANYAAN JAWABAN
BENA SALAH
R
1 APD hanya terdiri dari Masker dan sarung tangan √
2 Penggunaan APD hanya untuk pasien dengan resiko √
tinggi / ada penyakit menular
3 Sarung tangan terdiri dari sarung tangan bersih dan steril √
4 Kelalaian dalam mengganti sarung tangan dapat √
menimbulkan/ menyebabkan penyebaran penyakit
5 Mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan √
sarung tangan merupakan hal penting
6 Memakai sarung tangan dapat mengganti pentingnya √
cuci tangan
7 Peng gunaan sarung tangan, mencegah tangan petugas √
terkontaminasi microba dari pasien transmisi ke pasien
lain
8 Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan √
tindakan/ prosedur medis yang bersifat invasif
9 Membersihkan dan desinfeksi sarung tangan dengan √
larutan clorin 0.5% bisa dilakukan bila jumlah sarung
tangan terbatas
10 Sarung tangan yang sudah dibersihkan dan di desinfeksi √
dengan larutan clorin, bisa digunakan untuk tindakan
invasif
11 Pemakaian alat pelindung diri berdasarkan profesi √
dirumah sakit dan berdasarkan transmisi / cara penularan
penyakit
12 Masker tidak perlu diganti jika sudah lembab dan dapat √
digunakan kembali
13 Masker melindungi petugas kesehatan dari infeksi √
melalui udara
14 Gaun pelindung melindungi kulit dan seragam perawat √
terpapar cairan darah dan cairan tubuh lainnya

3. Kuisioner C
a. Bacalah pertanyaan dengan seksama sebelum mengisi.
b. Petunjuk pengisian kuisioner berikut dengan memberikan tanda
CheckList (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan
jawaban yang anda anggap paling sesuai.

1. Sangat Setuju (SS) 3. Kurang Setuju (KS)


2. Setuju (S) 4. Tidak Setuju (TS)

No. PERTANYAAN JAWABAN


SS S KS TS
1 Hanya menggunakan sarung tangan jika
disediakan oleh Rumah Sakit
2 Saya hanya menggunakan sarung tangan jika
diawasi oleh perawat senior
3 Saya hanya menggunakan sarung tangan
hanya atau ketika melakukan tindakan invasif
4 Saya mengganti sarung tangan jika berganti
pasien
5 Saya harus tetap menggunakan sarung tangan
saat melakukan pengoplosan obat
6 Saya menolak menggunakan masker karna
membatasi komunikasi saya
7 Saya menggunakan sarung tangan hanya ketika
disediakan
8 Saya menggunakan masker walaupun tidak
disiapkan, demi menjaga keselamatan saya
9 Mencuci tangan wajib dilakukan sebelum dan
setelah menggunakan Sarung tangan
10 Sayatetap menggunakan kaca mata untuk
menjaga keselamatan saya saat melakukan
tindakan yang beresiko untuk terpapar cairan
darah pasien atau cairan tubuh lainnya

Lampiran 3

Karakteristik petugas perawatan

No Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


kelamin
1 Perempuan 20-35 tahun S1 Perawat
2 Perempuan 20-35 tahun S1 Perawat
3 Perempuan 20-35 tahun S1 Perawat
4 perempuan 20-35 tahun S1 Perawat
5 Laki-laki 20-35 tahun S1 Perawat
6 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
7 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
8 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
9 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
10 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
11 Laki-laki 20-35 tahun D3 Perawat
12 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
13 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
14 Laki-laki 20-35 tahun SMA Cleaner
15 Laki-laki 20-35 tahun SMA Cleaner
16 Laki-laki 20-35 tahun SMA Cleaner
17 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
18 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
19 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
20 perempuan 20-35 tahun SMA Prakarya
21 perempuan >35 tahun D3 Perawat
22 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
23 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
24 perempuan >35 tahun D3 Perawat
25 perempuan >35 tahun D3 Perawat
26 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
27 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
28 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
29 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
30 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
31 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
32 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
33 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
34 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
35 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
36 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
37 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
38 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat
39 perempuan 20-35 tahun D3 Perawat

Pengetahuan

No Pengetahuan Nilai Keterangan

1 Baik 78,57 Tingkat pengetahuan


2 Cukup 64,28 1. Baik (100-75)
3 Baik 78,57 2. Cukup (76-56)
4 Cukup 71,42 3. Kurang (< 56)
5 Baik 78,57
6 Baik 85,71
7 Baik 85,71
8 Baik 78,57
9 Baik 85,71
10 Baik 92,85
11 Baik 85,71
12 Baik 78,57
13 Cukup 71,42
14 Baik 85,71
15 Cukup 71,42
16 Cukup 71,42
17 Baik 85,71
18 Baik 92,85
19 Baik 92,85
20 Baik 85,71
21 Baik 100
22 Baik 100
23 Baik 92,85
24 Baik 85,71
25 Baik 78,57
26 Baik 78,57
27 Baik 78,57
28 Baik 92,85
29 Baik 85,71
30 Baik 92,85
31 Baik 85,71
32 Cukup 71,42
33 Cukup 71,42
34 Cukup 64,28
35 Cukup 71,42
36 Baik 78,57
37 Cukup 78,57
38 Baik 78,57
39 Baik 85,71
Statistics
1. Pengetahuan
N Valid 39
Missing 0
Mean 1,2564
Median 1,0000
Mode 1,00
Std. Deviation ,44236
Minimum 1,00
Maximum 2,00

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 29 74,4 74,4 74,4
Cukup 10 25,6 25,6 100,0
Total 39 100,0 100,0
Statistics
2. JenisKelamin
N Valid 39
Missing 0
Mean 1,2564
Median 1,0000
Mode 1,00
Std. Deviation ,44236
Minimum 1,00
Maximum 2,00

JenisKelamin
Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent e Percent
Valid perempuan 29 74,4 74,4 74,4
Laki-laki 10 25,6 25,6 100,0
Total 39 100,0 100,0
Statistics
3. Pendidikan
N Valid 39
Missing 0
Mean 1,8974
Median 2,0000
Mode 2,00
Std. Deviation ,59802
Minimum 1,00
Maximum 3,00

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 9 23,1 23,1 23,1
D3 25 64,1 64,1 87,2
S1 5 12,8 12,8 100,0
Total 39 100,0 100,0
Statistics
4. Pekerjaan
N Valid 39
Missing 0
Mean 2,6923
Median 3,0000
Mode 3,00
Std. Deviation ,61361
Minimum 1,00
Maximum 3,00

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cleaner 3 7,7 7,7 7,7
Prakarya 6 15,4 15,4 23,1
Perawat 30 76,9 76,9 100,0
Total 39 100,0 100,0
Statistics
5. Usia
N Valid 39
Missing 0
Mean 1,0769
Median 1,0000
Mode 1,00
Std. Deviation ,26995
Minimum 1,00
Maximum 2,00

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20-35 tahun 36 92,3 92,3 92,3
>35 tahun 3 7,7 7,7 100,0
Total 39 100,0 100,0
Lampiran 4

1. Sarung tangan Nitril 3. Sarung Tangan Vinil

2. Sarung Tangan Lateks 4. Sarung tangan Rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai