PENDAHULUAN
penatalaksanaan jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan data WHO
tahun 2005, Prevalensi penyakit kronik didunia mencapai 60% dari kasus yang
menyebabkan kematian. Presentase ini akan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, mengkonsumsi makanan
tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stress yang tinggi (Smeltzer & Bare, 2002).
Diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 150 juta orang akan terkena penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2002). Di Indonesia pada tahun 2002 sekitar 61% orang meninggal
dunia oleh penyakit kronik. Jenis penyakit kronik yang menyebabkan kematian adalah
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruksi kronik, diabetes millitus, dan
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau
optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu
usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga. Selain itu juga
terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu
1
kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya berolahraga, serta mengonsumsi
makanan yang berlemak dan berkadar garam tinggi. Begitu banyaknya penyebab
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Menurut World Health Organizations (WHO) batasan normal tekanan darah
tekanan darahnya >160/95 mmHg. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi
disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak
antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam
tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Bagi yang
memiliki faktor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan
upaya-upaya preventif, contohnya yang paling sederhana adalah rutin kontrol tekanan
darah lebih dari satu kali, serta berusaha menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi
2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%.
Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2011 pada kelompok penyakit jantung
dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi, yaitu sebanyak 634.860 kasus (72,
yaitu survailans penyakit hipertensi, promosi dan pencegahan penyakit hipertensi serta
2
manajemen pelayanan penyakit hipertensi. Hal tersebut bertujuan untuk pencegahan
hipertensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Maka dari hal tersebut diperlukan
suatu strategi yang dapat membantu petugas maupun masyarakat untuk dapat
Rumah Sakit. Pelayanan gizi Rumah Sakit merupakan pelayanan gizi yang diberikan
di Rumah Sakit bagi pasien dirawat dan berobat jalan, untuk memperolah makanan
yang sesuai guna mencapai status gizi yang sebaik-baiknya. Masalah gizi klinis adalah
masaah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh
seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi
pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung
kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi (Nutrition Related
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan (Bg. Instalasi
dokter yang mengobatinya. Kepatuhan berasal dari kata patuh yaitu suka menurut
perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan melakukan sesuatu
yang dianjurkan atau yang ditetapkan, kepatuhan adalah secara sederhana sebagai
perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan
merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis (Caplan dkk, 1997).
merupakan tindakan yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian yang tidak
Oleh karena itu tanggung jawab pengaturan makan bagi orang sakit bukanlah semata-
mata tanggung jawab seorang ahli gizi, akan tetapi merupakan tanggung jawab
bersama dari ketiga unsur yang berperan dalam proses penyembuhan penyakit, yaitu
Kendati dokter telah menetapkan diit yang tepat bagi penderita dan diit itu
telah disiapkan dengan baik dalam bentuk sajian makanan, diit yang baik itu tidak ada
manfaatnya jika penderita tidak mengkonsumsi makanan yang telah disajikan tersebut.
Oleh karena itu bagi seorang pasien, pengetahuan tentang peranan makanan dan
setelah penderita sembuh sekalipun, pada waktu akan meninggalkan rumah sakit, ahli
gizi masih akan selalu menberikan petunjuk bagaimana harus mengatur makanannya
di rumah, sesuai dengan diit dan penyakit yang di deritanya. Pola diet yang
menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain adalah pemasukan energi yang tinggi,
kelebihan protein, kelebihan lemak hewani, dan terlalu banyak mengkonsumsi garam
terhadap kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium
memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang
tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan
sebanyak 11 pasien (18,96%) dari 24 pasien (41,37%) diit hipertensi pada pasien
rawat jalan dengan keseluruhan jumlah pasien sebanyak 58 pasien (100%) diit
4
hipertensi di Rumah Sakit Kabupaten Muna (Bg. Instalasi Gizi Rumah Sakit
Kabupaten Muna), dari hasil wawancara terdapat pasien rawat jalan yang tidak
mematuhi diit hipertensi yaitu sebanyak 8,62% karena pasien tidak menghabiskan
obat yang dianjurkan dokter, 3,44% pasien masih merokok, 6,89% pasien tidak
pernah berolahraga, dan sebanyak 15,51% pasien belum ada yang datang kembali
untuk kontrol atau rutin check up ke Rumah Sakit untuk konseling gizi.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi (Studi Pada
dirumuskan adalah “Faktor apa yang berhubungan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi ?
Hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten Muna)?
1. Adakah hubungan antara umur dengan kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
Muna)?
kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah
5
4. Adakah hubungan antara pekerjaan pasien hipertensi dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten
Muna)?
Muna)?
kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten
Muna)?
Muna).
Kabupaten Muna).
6
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan pasien dengan
diit pasien dengan (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Kabupaten Muna).
diit pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Kabupaten Muna).
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Kabupaten Muna dalam upaya
darah. Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali per menit dalam keadaan istirahat),
jantung akan memompa darah kita melewati pembuluh darah. Tekanan terbesar
terjadi ketika jantung memompa darah (dalam keadaan mengempis), dan ini
Puspitorini, 2008: 2)
nilai tekanan darah. Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan,
akan meningkat saat aktifitas fisik, emosi, strees dan turun selama tidur. Dengan
faktor risiko lainnya juga ada, bahaya terhadap jantung dan sirkulasi daran
9
Dengan demikian darah pada setiap denyut jantung terpaksa melalui
pembuluh yang lebih sempit.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih di anggap normal adalah
kurang dari 135/85 mmHg. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
2008: 9).
memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa usia 18 tahun keatas yang
tidak sedang dalam pengobatan tekanan dara tinggi dan tidak menderita
Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
10
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan
tekanan darah arteri sistolik dan diastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai
faktor dan mengikuti suatu pola yang khas. (Hanns Peter Wolfr, 2006: 62).
Penyakit hipertensi juga disebut sebagai “the silent disease” atau “silent
killer” karena penderita sering kali tidak menyadari dan tidak merasakan suatu
gangguan atau gejala. Selain itu jika tekanan darah tidak terkontrol dengan baik,
1. Hipertensi Primer
disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95% dari kasus-kasus
2. Hipertensi Sekunder
kehamilan (pre-eklamsia).
2.1.5 Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik,
stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer
sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf,
reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi
sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat,
misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membrane
sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
12
hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri
yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan
pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan
(Beevers, 2002:26).
yang spesifik. Gejala-gejala hipertensi yang umumnya dijumpai antara lain: sakit
kepala, pusing, mudah marah, telinga berdenging, sulit tidur, sesak nafas, rasa
Pada hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
antara lain: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas pendek,
telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri didaerah kepala
bagian belakang, nyeri didada, otot lemah, pembengkakan pada kaki dan
pergelangan tangan, keringat berlebih, kulit tampak pucat dan kemerahan, denyut
jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur, impotensi, darah di urine, mimisan
kesadaran dan bahkan koma karena pembengkakan otak. Keadaan yang disebut
13
2.1.7 Faktor Risiko
Seseorang yang menderita hipertensi akan memiliki penderitaan yang
lebih berat lagi jika semakin banyak faktor risiko yang menyertai. Hampir 90%
penderita hipertensi tidak diketahui penyebab dengan pasti. Para ahli membagi
dua kelompok faktor risiko pemicu timbulnya hipertensi yaitu faktor risiko yang
1) Keturunan
2) Jenis Kelamin
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan
hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan
akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara untuk mengidap
3) Umur
14
(Lanny Sustrani, 2005:26). Berdasarkan pra survey, dari 24 sampel berusia
1) Kegemukan
bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
badan normal.
pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. hal itu
hal penting ke dua sebagai penyebab kematian yang dapat dicegah, setelah
negara berkembang yang dapat dicegah. Rokok mempunyai dua kali lipat
dirangsang aleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap oleh
besar dapat memicu kenaikan tekanan darah (Laurence M., 2002 : 7). 22
6) Stress
16
2.1.8 Komplikasi Hipertensi
Menurut Elizabeth J Corwin (2000:349) komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
nembulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan tekanan tinggi.
2) Infark Miokardium
Miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
pembentukan bekuan .
3) Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
17
glomerous, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
kronik.
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
18
Ciptakan keadaan rileks
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
Berhenti merokok
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
a) Inisiatif Sendiri
19
c) Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan.
d) Tidak memakai ongkos.
b) Menggunakan Permen yang Mengandung Nikotin
c) Kelompok Program
berikut :
hipertensi.
20
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan
timbulnya komplikasi.
anti hipertensi.
Diuretik
Penghambat Simpatis
Betabloker
Vasodilatator
Penghambat enzim konversi angiotensin.
Antagonis kalsium.
Penghambat reseptor angiotensin
2.1.10 Kepatuhan
21
2.1.10.2 Batasan Perilaku Kepatuhan
akan menimbulkan
sesuatu yang tidak diinginkan, seperti misalnya bila tidak minum obat
1994).
jumlah pil dan botol, tes darah dan urine, alat-alat mekanis, observasi
1. Demografi
22
dibandingkan dengan wanita. Faktor kognitif serta pendidikan
2. Pengetahuan
komplikasi berlanjut.
3. Komunikasi Terapeutik
4. Psikososial
23
5. Dukungan Keluarga
24
2.1.11. Diit Hipertensi
Diit hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek
Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu
masuk daftar terlarang, misalnya garam penyedap, pop corn asin, dan kentang.
lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya kita
cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram per
hari.
b) Memperbanyak serat
serat.
Sedangkan alcohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat
g) Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur, Sayuran dan bumbu dapur yang
Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi tidak berat, pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam
Rendah I. Pada pengolahan boleh menggunakan setengah sendok teh garam dapur
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I.
26
2.2 Tinjauan Empiris
adalah sebagainama penelitian yang dilakukan oleh Asa Dewi Fortuna (2013)
dengan judul Pengaruh konseling terhadap pengetahuan, sikap dan kepatuhan dalam
test menggunakan metode Quasi Experiment. Bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara tujuh variable bebas (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, tekanan
darah, tingkat pengetahuan, sikap, dan tingkat kepatuhan diet) terhadap pengaruh
konseling dalam menjalankan diit hipertensi. Ada hubungan antara pre test dengan
post test setelah diberi intervensi konseling gizi tentang Diet Rendah Garam
Nandang Tisna Ali Ami Jaya (2009) dengan judul penelitian Faktor-faktor
antihipertensi dengan hasil penelitan bahwa Tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi (p=0,515), Tidak
ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat
antihipertensi (p=0,171), Tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan tingkat
kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi (p=0,757), ada hubungan antara
usia dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi (p=0,05),
Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
27
2.3 Kerangka Teori
Predisposing
Factor
Umur Pasien
Jenis kelamin
Tingkat Pendidikan
Pasien
Tingkat
Pengetahuan Pasien
terhadap diit
hipertensi
Pekerjaan Pasien
hipertensi
Enabling Factor
Keterjangkauan Kepatuhan Diit
fasilitas kesehatan Pasien Hipertensi
terhadap rutinitas
check up (konseling
gizi)
Reinforcing
Factor
Peran keluarga
terhadap
penatalaksanaan
diit pada pasien
hipertensi
Peran petugas
kesehatan
terhadap
pemberian
informasi/komuni
kasi pada pasien
hipertensi
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan diit pasien hipertensi.
Variabel bebas
Karakteristik Individu
Umur pasien Variabel terikat
Jenis kelamin Kepatuhan Diit Pasien
Tingkat pendidikan Hipertensi
pasien
Tingkat
pengetahuan pasien
Pekerjaan pasien
Variabel pengganggu
Keterjangkauan fasilitas
Karakteristik Lingkungan kesehatan
Peran keluarga dalam
penatalaksanakan diit
pasien Keterangan:
29
3.3 Definisi Operasional
30
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala Instrumen
Operasional
4 Tingkat Kemampuan Wawancara dengan Ordinal Kuesioner
pengetahua responden menggunakan
n pasien menjawab kuesioner dengan
hipertensi pertanyaan seputar alternatif jawaban
hipertensi yaitu: benar atau salah
- Penyebab dihitung berdasarkan
hipertensi dengan jumlah
- Gejala hipertensi jawaban benar
- Akibat hipertensi dibagi dengan
- Penatalaksanaan jumlah pertanyaan
hipertensi kali 100 %. Ketegori
:
1.BAIK, jika nilai >
80%
2. SEDANG, jika
nilai 60%-80%
3. KURANG, jika
nilai < 60%
(Sumber: Yayuk
Farida Baliwati
,2004: 117)
31
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala Instrumen
Operasional
6. Peran Segala upaya Wawancara dengan Ordinal Kuesioner
keluarga yang dilakukan menggunakan
keluarga untuk kuesioner dengan
meyakinkan, ikut alternatif jawaban
serta dalam benar atau salah
program . Kategori :
perawatan, 1.BAIK,
pengobatan pada 2. SEDANG,
penatalaksanaan 3. KURANG.
diit hipertensi (Sumber: Yayuk
pasien sehingga Farida Baliwati
dapat ,2004: 117)
memudahkan
atau
menghambat
perilaku
kepatuhan
pasien.
32
3.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara umur pasien hipertensi terhadap kepatuhan diit pasien hipertensi
2. Ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien hipertensi terhadap kepatuhan diit
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten Muna).
4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi terhadap kepatuhan diit
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten Muna).
5. Ada hubungan antara pekerjaan pasien hipertensi terhadap kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten Muna).
6. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan diit pasien dengan
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kabupaten Muna).
7. Ada hubungan antara peran keluarga terhadap kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
34
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Sedangkan menurut Sugiyono
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 24 orang pasien hipertensi rawat jalan di
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti Sedangkan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi sampel adalah subyek yang
berikut:
35
4.4.2 Dokumentasi
pendukung lainnya.
mengumpulkan data, instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dengan teknik wawancara dan disusun sendiri oleh peneliti, maka sebelum digunakan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi
variabel dengan skor totalnya (Agus Riyanto, 2010: 40). Teknik korelasi
n (∑XY) – (∑X).(∑Y)
rxy =
√ {n.∑X2 – (∑x) 2}. {n.∑Y2 – (∑y) 2}
36
Keterangan :
r = korelasi antara variabel x dan variabel y
X = nilai variabel bebas
Y = nilai variabel terikat
n = jumlah sampel
Nilai korelasi (r) berkisar 0 s.d 1 atau bila dengan disertai arah nilainya -1 s.d +1.
r = 0 ; artinya tidak ada hubungan linier
r = -1 ; artinya hubungan linier negatif sempurna
r = +1 ; artinya hubungan linier positif sempurna (Agus Riyanto, 2010 :
124).
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu kewaktu (Agus Riyanto, 2009:
Data yang telah diambil dan dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapan-
4.6.1.1 Editing
37
4.6.1.2 Coding
4.6.1.3 Tabulating
kriteria.
terhadap data.
4.6.1.5 Cleaning
Koreksi data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf-huruf yang
kurang jelas.
Data yang sudah diolah kemudian dilakuakn analisis secara bertahap sesuai dengan
38
disajikan dalam distribusi frekuensi dalam bentuk persentase dari tiap
digunakan adalah Chi Square atau Chi Kuadrat, dan dengan uji alternatif
yaitu Fisher’s Exact Test jika syarat untuk uji Chi Square tidak terpenuhi.
dalam penelitian ini adalah uji Chi Square Dengan taraf signifikan 95%
(fo – fe)2
Χ =∑
2
fe
Keterangan :
diamati.
2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 (lima)
39
3. Untuk tabel 2x2, tidak boleh ada nilai ekspektasi yang sangat kecil, bila
nilai yang diharapkan dalam 1 sel (<5) dapat menimbulkan taksiran yang
40