2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2895
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur : Gangguan Pola
Tidurdi Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
KaryaTulisIlmiah
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Putri Noviani Girsang
142500105
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan
Tidur : Gangguan Pola Tidur di Lingkungan VI, Sari Rejo Medan Polonia”, yang
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis di
kemudian hari.
1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp. Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Sumatera Utara Medan.
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCC, CHt.N selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu,
serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.
8. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademi saya yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing selama kuliah. Khususnya Pengisian KRS.
9. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan.
ii
iii
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan
tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan
istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme
tubuh menurun, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007).
Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang yang masuk rumah sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas
pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. (Potter & Perry,2005), seperti Diabetes Mellitus.
Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling
tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak mengalami
gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 %.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yang pertama
Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda. Kedua
Parasomnia adalah prilaku yang tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur
seperti gangguan terjaga, terjaga sebagian. Ketiga gangguan tidur yang berhubungan
dengan gangguan medis/psikiatrik. Yang terakhir gangguan tidur yang masih bersifat
usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi yang adekuat
mengenai keberadaan gangguan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Riwayat kesehatan sosial, keluarga dan tidur yang lengkap dan cermat harus
diperoleh untuk mendapatkan informasi rinci tentang keluhan tidur. Kajian laboratorium
tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan tidur, termasuk
penggunaan Polisomnogram (PSG) di malam hari dan Multiple Sleep Latency test
(MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan
tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan
aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur
selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari (Potter & Perry, 2005).
2.1. Tujuan
1.2.1.Tujuan umum
Tujuan daripenulisan karya tulis ilmiah ini untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Tn.S dengan prioritas masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur
pada klien diabetes mellitus di Kelurahan Sari Rejo Lingkungan VI Kecamatan Medan
Polonia.
1.2.2.Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan prioritas masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur pada klien diabetes mellitus, maka penulis mampu:
1. Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan pola
tidur pada Diabetes Melitus di Kelurahan Sari Rejo Lingkungan VI
Kecamatan Medan Polonia.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan prioritas masalah
gangguan pola tidur pada Diabetes Mellitus di Kelurahan Sari Rejo
Lingkungan VI Kecamatan Medan Polonia.
3. Memberikan intervensi pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan pola
tidur pada Diabetes Mellitus di Kelurahan Sari Rejo Lingkungan VI
Kecamatan Medan Polonia.
4. Memberikan implementasi pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan
pola tidur pada Diabetes Mellitus di Kelurahan Sari Rejo Lingkungan VI
Kecamatan Medan Polonia.
5. Melakukan evaluasi pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan pola
tidur pada Diabetes Mellitus di Kelurahan Sari Rejo Lingkungan VI
Kecamatan Medan Polonia.
1.3.2.Bagi penulis
Penulisan karya tulis ini sangat berguna untuk menambah wawasan penulis
tentang asuhan keperawatanmengenai masalah Gangguan Tidur dengan diabetes
mellitus dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Gangguan Tidur dengan diabetes mellitus.
1.3.3.Bagi institusi
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk menambah masukan dan
sumber bacaan diperpustakaan khususnya mengenai asuhan keperawatan dengan
masalah Gangguan Tidur dengan diabetes mellitus.
PENGELOLAAN KASUS
1. Defenisi
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan cirri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons
terhadap rangsangan dari luar.
2. Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivias tidur ini diatur oleh
system pengaktivasi retikularis yang merupakan system yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juda pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbic. Dengan
demikian, system pada batang otak yang mengatur sikls atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Aziz Alimul Hidayat, 2006).
3. Jenis jenis tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi ke dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi reticularis,
disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang
otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur non rapid eye movement
2.1.Pengaturan Tidur
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan
bangun. Reticular Activating System (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan, dan kesadaran. RAS
memerikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus
dari korteks serebri ( emosi, proses pikir)( tarwoto & wartonah, 2006 ).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur
synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha
dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat
itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2.2.Tahap Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,
otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 110 menit sebelum tidur
berakhir.
4. Siklus Tidur
Selama siklus tidur, individu melalui tidur NREM dan REM, siklus komplit
biasanya berlangsung sekitar 1,5 jam pada orang dewasa. Dalam siklus ini tidur
pertama, orang yang tidur melalui kertiga tahap pertama tidur NREM dalam
total waktu 20 sampai 30 menit. Kemudian tahap IV NREM, tidur kembali ke
tahap III dan II sekitar 20 menit. Setelah itu terjadi tahap REM pertama, yang
berlangsung sekitar 10 menit, melengkapi siklus tidur pertama. Orang tidur
biasanya mengalami empat sampai eman kali siklus tidur selama 7 sampai 8
jam. Orang yang tidur yang dibangunkan di tahap manapun harus memulai
tahap I tidur NREM yang baru dan berlanjut ke seluruh tahap tidur REM.
Durasi tahap tidur NREM dan REM bervariasi selama periode tidur. Seiring
dengan berlalunya malam, orang tidur menjadi tidak terlalu Lelah dan
meluangkan lebih sedikit waktu di tahap III dan IV tidur NREM. Tidur REM
meningkat dan mimpi cenderung memanjang. Apabila orang tidur sangat Lelah,
siklus REM seringkali terjadi secara singkat. Sebelum tidur berakhir, terjadi
periode hampir terbangun, dan didominasi oleh Tahap I dan II tidur NREM dan
tidur REM (Kozier,dkk, 2002).
Siklus tidur normal dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut (Bennita W.
Vaughans, 2013) :
NREM I
REM
NREM IV
2.3.Fungsi Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak ketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur
dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stress pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.
Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi
seluler yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur: pertama, efek pada
sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur
tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh Karena selama
tidur terjadi penurunan (Aziz Alimul Hidayat, 2006).
2.1.7 Kebutuhan Tidur
Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :
2. Bayi
3. Toddler
10
5. Usia sekolah
6. Remaja
b. Tahap REM 20
7. Dewasa muda
9. Usia tua
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
11
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan hipertensi, gangguan
pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit persyarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antaralain :
a. Diuretik : menyebabkan insomnia
b. Antidepresan : menyupresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika : menyupresi REM
12
Gangguan pola tidur adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur (penghentian
kesadaran alami, periodic) yang diatasi waktu dalam jumlah dan kualitas (NANDA NIC,
NOC, 2007). Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat
yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan
(Carpenito,LJ, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang
memperlihatkan perasaan Lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesudan apatis, kehitaman
di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau menguap(Aziz, 2006).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika
terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
Kelainan Deskripsi
a. Stres situasional
b. Jet lag
c. Penyakit
d. Penggunaan hipnotik berlebihan
e. Kebiasaan tidur yang buruk
Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas
saat seseorang mengalami lebih banyak kesulitan untuk
tertidur dan tetap tertidur karena antisipasinya terhadap
masalah tidur.
13
a. Mimpi buruk
b. Gigi menggeratak
14
a. Pemakaian alkohol
b. Obesitas
c. Merokok
d. Posisi tidur (tidur telentang)
e. Gangguan jaringan ringan
f. Deformitas tulang rahang
Mengorok dan mengantuk sepanjang hari adalah dua
manifestasi umum yang menyertai apnea tidur. Perangkat
Tekanan udara positif berkelanjutan (CPAP) dan
pembedahan serta modifikasi gaya hidup dapat membantu
pasien yang memiliki apnea tidur.
15
16
2.8.7.Faktor Psikologis
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stres
emosional juga dapatmenyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah
frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005).
2.8.8.Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto
& Wartonah (2010) yaitu :
1. Riwayat keperawatan
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur, jumlah
jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun
pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat
bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket,
menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
17
-Tn. S mengatakan
susah tidur,tidak
nyenyak, sulit untuk
memulai tidur, sulit Penurunan fisiologi
18
-Sering Menguap
Nyeri kepala
-kelopak mata hitam
-konjungtiva mata
pucat
Gangguan Pola Tidur
-Klien tidur jam
02.00 Pagi.
-Frekuensi
terbangun pada
malam hari 2 kali
-TTV:
TD : 110/70 mmHg
RR : 22 x/menit
HR : 64 x/menit
T : 36,5 0C
Klien mengatakan
merasa cemas
dengan keadaannya.
Klien mengatakan
tidak nyaman
19
DO:
Klien tampak
gelisah
Kecemasan
Klien terlihat
berkeringat.
Klien selalu
bertanya tentang
penyakitnya.
Ekspresi wajah
tampak tegang.
TTV:
TD : 110/70 mmHg
RR : 22 x/menit
HR : 64 x/menit
T : 36,5 0C
20
21
22
23
2.2.1. Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Pipa II Sari Rejo
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 12 Juni 2017
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
24
C. Region/lokasi
Dimana lokasinya : -
D. Severity
Pasien mengatakan akibat tidak bisa tidur ia merasa sangat mengantuk dantidak
dapat bekerja seperti biasanya.
E. Time
Pada saat malam hari tidak bisa tidur dan pada siang hari pun tidak bisa tidur.
F. Imunisasi
25
F. Penyebab meninggal
26
g. Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur dan
buah
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek
danbersih
27
1. Pola Eliminasi
a. BAB
Pola BAB : Teratur 1 x sehari
Karakter feses : Keras
Riwayat perdarahan : Tidak ada riwayat perdarahan
BAB terakhir : Pagi hari
Diare : Tidak ada diare
Penggunaan laksatif : Tidak ada laksatif
b. BAK
Pola BAK : 5-6 x/hari
Karakter urine :Kuning jernih
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :Tidak ada rasa nyeri
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
Penggunaan diuretic : Tidak ada
Upaya mengatasi masalah : Tidak ada
2. Kebiasaan Olahraga
Tn. S jarang melakukan olahraga, hanya saja tekadang berjalan sekitar
rumah.
28
29
30
31
-Tn. S mengatakan
susah tidur,tidak
nyenyak, sulit untuk
memulai tidur, sulit Penurunan fisiologi
DO:
-Sering Menguap
-Frekuensi
terbangun pada
malam hari 2 kali
32
TD : 110/70 mmHg
RR : 22 x/menit
HR : 64 x/menit
T : 36,5 C
2 DS : Kecemasan
merasa cemas
Klien mengatakan
tidak nyaman
Kecemasan
DO:
Klien tampak
gelisah
Klien terlihat
berkeringat.
Klien selalu
bertanya tentang
penyakitnya.
Ekspresi wajah
tampak tegang.
TTV:
TD : 110/70 mmHg
33
HR : 64 x/menit
T : 36,5 C
2.7.8 PERENCANAAN
Kriteria Hasil :
34
Kriteria Hasil :
35
5. Kajitingkat
-Untuk memberikan
pengetahuan pasien
informasi yang tepat pada
tentang penyakit,
pasien dan menghindari
prognosa,
kejenuan informasi.
danpengobatannya.
36
37
38
39
1. Faktor resiko gangguan tidur pada Tn. S meliputi penyakit fisik klien yangmengalami
riwayat diabetes mellitus, pola tidur yang tidak biasanya sehinggamenyebabkan rasa
mengantuk yang berlebihan.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. S adalah gangguan kebutuhan tidur,
gangguan integritas kulit dan rasa cemas.
4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Tn. S dapat berupa menentukan jam tidur
klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan tekanan psikososial,
mendorong klien untuk menetapkan rutinitas tidur, dan menganjurkan klien untuk
menghindari yang mengganggu kebutuhan tidur sehari-hari.
3.2. Saran
a. Klien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan keadaannya
dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan ulang yang lebih buruk.
b. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada klien bila melanggar apa-apa
yang sudah dianjurkanoleh perawat.
c. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan secara lebih
baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang terkait dengan gangren
akibat diabetes melitus. Serta kerjasama antar tim perawat dan tim kesehatan, klien dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(diharapkan).
40
Alimul, A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, L. J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, Alih Bahasa Monica Ester,
Setiawan : EGC. Jakarta.
Guyton, A. C. Dan J. E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Jakarta :
EGC.
Kozier, (2004). Konsep Fundamental Keperawan, Jakarta : EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G, (2005). Buku Ajar : Fundamentals Keperawatan Konsep,
Proses & Praktik Edisi 4, Jakarta : EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G, (2006). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
& Praktik Edisi 5, Jakarta : EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G, (2009). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
& Praktik Edisi 7, Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi
3. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah, (2010), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi
4. Jakarta : Salemba Medika.
Wahid, (2007), Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Praktik Belajar Mengajar Dalam
Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wilkinson, J.M. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC.
41
Tanggal
-klienmengatakan sudah
membatasi intake cairan
malam hari.
TD : 110/70 mmHg
HR : 82x/menit
RR: 23x/menit
A:
P:
Intervensi Dilanjutkan
S:
42
HR: 82x/menit
RR:22 x/menit
A:
P:
Intervensi dilankutkan.
S:
-Klien mengatakan
43
O:
klien tampak
38 sebelumnya.
TD : 120/80 mmHg
HR : 82x/menit
RR : 23x/menit
A:
untukmemulaitidurpadamala
m hari sebagianteratasi).
P:
Intervensi dilanjutkan.
44
45
O:
-Klien tampak
TD : 120/80 mmHg
HR : 84x/menit
RR :23x/menit
A:
tidur dengan
tepat waktu)
46
siang hari
47
48