SKRIPSI
OLEH :
JESSI ELIA GERRET
NIM : 14071390
Abstrak
Nim : 14071390
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Joice M. Laoh, S.Pd, S.Kep, M.Kep Ns. Mario Anthonie, S.Kep
Mengetahui ,
Dekan
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
seperti individu lainnya. Sehingga pasien akan menjadi agak gelisah dan takut
ini merupakan suatu tanda kecemasan pasien. Perasaan gelisah dan takut
kadang tidak jelas, akan tetapi kadang pula kecemasan ini dapat terlihat dalam
bentuk lain. contonnya pasien merasa cemas sering bertanya terus –menerus
dan berulang-ulang walaupun pertanyaan telah di jawab, atau pasien tidak mau
perhatianya Atau sebaliknya, ia bergerak terus menerus dan tidak bisa tidur
(Oswari, 1993).
perlu ada penjelasan yang sangat penting dari petugas kesehatan dalam hal ini
untuk menjelaskan tentang apa yang di hadapi oleh pasien nanti bila akan di
bedah. Juga perawat harus mau mendengarkan semua keluhan dan sekaligus
yang akan di lakukan. Pemahaman tentang sesuatu yang akan terjadi, telah
menghadapi situasi berbahaya seorang diri, dalam lingkungan asing dan tanpa
tindakan pembedahan dalam keadaan yang siap, baik fisik maupun mentalnya
dan di terapkan dengan baik oleh perawat, dalam rangka untuk mengurangi
laparatomi lebih dari 60000 pasien, sedangkan di Sulawesi Utara pada tahun
yang sama lebih dari 1300 pasien yang menjalani pembedahan laparatomi,
sedang di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandow Manado periode bulan Maret 25
pasien, April 34 pasien, dan Mei 30 pasien dengan rata-rata tiap bulan 30
pasien.
operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan utama
keluarga pasien pre operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP
pre operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr.
laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Kota Manado.
D. Manfaat penelitian
laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Kota Manado.
laparatomi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi
1. Pengertian komunikasi
2010).
2. Pengertian terapeutik
3. Komunikasi terapeutik
teraupetik.
tahap, yang setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus di selasaikan oleh
perawat.
a. Tahap preinteraksi
terbuka.
penjelasan peran.
perawat dan pasien dengan gambaran apa yang perawat dapat atau tidak
pengalaman hidup pasien serta area konflik yang ada, hal ini di
c. Tahap kerja
d. Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksi
terminasi akhir.
3) Melakukan kontrak
1. Mendengar aktif
sampaikan pasien:
2. Penerimaan
penerimaan:
pertanyaan pada satu waktu atau berpindah pada subjeklain sampai topik
4. Paraphrasing.
5. Klarifikasi
7. Observasi.
8. Menawarkan informasi
9. Diam
khawatir.
10. Assertive
a. Berbicara jelas.
a. Kesejatian
Pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang
b. Hormat.
menghargai klien/pasien.
c. Empati
serta memahami perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan reaksi
mereka tanpa emosi kitaa terlarut dalam emosi orang lain (Smith,
1992).
d. Kongkret
a. Konfrontasi
1992). Tujuanya adalah agar orang lain sadar akan adanya ketidak
b. Kesegerahan
c. Membuka diri
d. Katarsis
e. Bermain peran
Tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan
kemampuan untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga
a. Resistensi
b. Transference
c. Counter transference
d. Pelanggaran batas
Jika perawat berusaha memenuhi kebutuhan pribadi melalui
dilanggar, jika hal ini terjadi maka hubungan menjadi tidak terapeutik
a. Untuk pasien
b. Untuk masyarakat
Komunikasi akan menjadi jelas dan lebih terbuka dan berfokus pada
masalah.
c. Untuk perawat
1. Pengertian
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
pasti dan tidak berdaya. keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik.
2. Etiologi kecemasan
a. Faktor predisposisi
1). Psikoanalitik
2). Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap adanya pencerminan
kearah berat.
kehidupannya.
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih antara ansietas dan
depresi.
(GABA).
b. Faktor presipitasi
kategori :
a. Umur
b. Pendidikan
klien. Klien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mampu
(Broewer, 1983).
c. Pekerjaan
(Met, 1991).
d. Pengalaman
(Maret, 1991).
4. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
gelisah, banyak bicara dan bertanya, orientasi tempat, orang dan waktu
b. Kecemasan sedang
pusing atau sakit kepala, rasa tertekan, nyeri dada, mual, muntah, cepat
tersinggung, bicara terus dan susah dimengerti serta tidak bisa tidur.
d. Panik
setelah kita mengetahui bahwa klien tersebut sedang merasa cemas, maka
tercantum adalah terdiri dari 14 item HARS (Hamilton Rating Scale for
tersinggung
c. Ketakutan : takut akan gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada
banyak.
sepanjang hari.
g. Gejal: nyeri otot, kedutaan pada otot, gigi gemeteran, dan suara tidak
stabil.
nafas pendek/sesak.
kembung.
D. Keluarga
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal
yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang dan kelompok lain (Mc
Kenzie, 2006).
Status sehat-sakit pada keluarga dan pengaruh status sehat-sakit keluarga
dalam mengambil keputusan pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota
penyembuhan. yaitu ada enam tahap sehat atau sakit dari sebuah keluarga:
pertolongan
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Pasangan inti, keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.
c. Keluarga dengan orang tua tunggal, satu orang sebagai kepala keluarga,
d. Keluarga komuni, yaitu keluarga yang lebih dari satu pasang monogami
E. Konsep Preoperatif
a. Penilaian
pembedahan.
1) Riwayat
itu.
2) Pemeriksaan fisik
3) Tes laboratorium
5) Pemeriksaan lainnya
b. Persiapan
pascaoperasi.
E. Konsep Laparatomi
1. Pengertian
Laparatomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi.
2. Indikasi
b. Peritonitis
3. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mengurangi komplikasi
b. mempercepat penyembuhan
operasi
A. KERANGKA KONSEP
Tinggi
Komunikasi Tingkat
kecemasan Sedang
terapeutik
Rendah
B. Hipotesis
pre operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr.
pasien pre operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof.
Definisi
No Variabel Parameter Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
operasional
1 Independen Komunikasi yang - Tahapan Kuesioner Ordinal Baik
Komunikasi dilakukan oleh pra Jika skor ≥ nilai
terapeutik perawat pada saat interaksi. median
pemberian - Tahapan
pelayanan pada orientasi Kurang baik
pasien di rumah - Tahapan Jika skor < nilai
sakit yang diukur kerja median
berdasarkan - Tahapan
indokator tahapan terminasi
komunikasi
terapeutik.
2 Dependen Ungkapan - Perasaan Kuesioner Ordinal Ringan
Tingkat perasaan keluarga - Sikap Jika skor ≥ nilai
kecemasan terhadap sakit dan - Pikiran median
penyakit yang Peran
diderita oleh Berat
anggota keluarga Jika skor < nilai
berupa perasaan, median
sikap, pikiran dan
serta perubahan
peran fungsi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan diruang Instalasi Bedah Sentral BLU RSU Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado.
2 Waktu penelitian
1. Populasi
2. Sampel
population
D. Etika Penelitian
1. Informed concernt
yang memenuhi inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian,
bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
hak-hak subjek.
3. Confidentiality
E. Instrumen penelitian
kadang (skor 3), JR = Jarang (Skor 2), TP = Tidak Pernah (Skor 1). Kuisioner
kecemasan pasien: 9 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman alternatif
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder.
Yaitu data tentang gambaran umum rumah sakit, jumlah pasien, dan
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
akan diteliti. Data univariant yaitu : motivasi perawat yang terdiri dari balas
2. Analisa Bivariat
dan digunakan uji statistik. Setelah itu data di input dengan software
uji chi- square dengan nilai signifikasi <0.05. dengan kriteria, jika angka
signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan, jika
angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan
BAB IV
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
kerja yang luas mencakup seluruh masyarakat Sulawesi Utara dan sekitarnya
karena Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Rujukan dan Rumah Sakit
pendidikan. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, memiliki lahan yang sangat
luas yaitu sebesar 178.389 m2, bersertifikasi dengan hak pakai dan Rumah Sakit
Letak Rumah Sakit yang dekat dari Jalan Raya dari Pusat Kota ke Rumah
angkutan umum yang bisa terjangkau dari berbagai arah yang memudahkan
Manado.
1) Tahun 1936, awal berdirinya Rumah Sakit pada jaman Hindia Belanda
Manado dan Rumah Sakit K.W.Z diganti namanya menjadi Rumah Sakit
Kaiugun Bioin.
4) Tahun 1946, Bulan Februari Rumah Sakit Kaiugun Bioin diganti namanya
pendidikan calon dokter dan dokter spesialis oleh Menteri Kesehatan RI.
(PNBP).
Umum Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sesuai surat keputusan No.
730/MenKes/SK/VI/2004.
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
b. Kegiatan Pelayanan
1) Pelayanan Medis yang terdiri dari instalasi rawat jalan, instalasi rawat
inap, instalasi rawat intensif, instalasi Penyakit Dalam Umum sentral dan
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Data pada Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berumur 26-36 tahun yaitu sebanyak 50,0%, diikuti oleh 36-45 tahun sebanyak
36,7%, 46-55 tahun sebanyak 10,0% dan berumur 56-65 tahun sebanyak 3,3%.
b. Jenis Kelamin
Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.2.
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60,0%, diikuti oleh laki-laki sebanyak
40,0%.
c. Tingkat Pendidikan
5.3.
Tingkat Persentase
Frekuensi
Pendidikan (%)
SMA 20 66,7
D III 5 16,7
S1 5 16,7
Total 30 100,0
Data pada Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sebanyak 16,7%.
adalah 16. Dari nilai median maka dapat diambil kategori tiap-tiap variabel
penelitian. Apabila nilai total dibawah nilai median kategorinya ialah kurang baik
untuk variabel komunikasi dan tinggi untuk kecemasan keluarga. Apabila nilai
total sama dengan atau lebih dari nilai median maka kategorinya yaitu baik untuk
a. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Persentase
Frekuensi
Terapeutik (%)
Kurang Baik 8 26,7
Baik 22 73,3
Total 30 100,0
Dari Tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik berada
dalam katagori baik. Dimana dari 30 orang responden dalam penelitian ini,
Kecemasan Persentase
Frekuensi
Keluarga Pasien (%)
Berat 13 43,3
Ringan 17 56,7
Total 30 100,0
Dari Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa kecemasan keluarga pasien
berada dalam katagori baik. Dimana dari 30 orang responden dalam penelitian ini,
keluarga pasien pre operasi laparatomi di Instalasi Bedah Sentral BLU Prof. DR.
Kecemasan Keluarga
Komunikasi OR
Tinggi Rendah Total % Nilai p
Terapeutik (95% CI)
N % N %
Kurang Baik 6 20,0 2 6,7 8 26,7
6,43
Baik 7 23,3 15 50,0 22 73,3 0,049
(1,03-40,26)
Total 13 43,3 17 56,7 30 100,0
Data pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang
tinggi sedangkan 6,7% rendah. Data di atas juga menunjukkan bahwa dari 22
kecemasan yang tinggi sedangkan rendah sebanyak 50,0%. Dilihat dari nilai
dari 0,05 (0,049<0,05), maka H1 diterima atau ada hubungan antara komunikasi
Instalasi Bedah Sentral BLU Prof. DR. R. D Kandou Kota Manado. Dilihat dari
nilai OR maka responden yang merasa komunikasi terapeutik perawat baik akan
dominan adalah baik yaitu sebesar 73,3%. Komunikasi terapeutik dikatakan baik
perawat mengenai tindakan yang akan dilakukan serta melakukan evaluasi dari
adalah pra interaksi, tahap orientasi, kerja dan tahapan terminasi. Pada tahap pra
interaksi yang dilakukan oleh perawat ialah menggali semua informasi tentang
tenang dan dapat mengontrol perasaanya saat bertemu dengan pasien. Pada tahap
orientasi biasanya para perawat memberikan salam dan tersenyum pada pasien,
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga. Pada tahap terminasi meliputi
dan memberitahukan kepada pasien jika ada pemeriksaan atau tindakan lanjutan
dan berpamitan kepada pasien dan keluarga ketika meninggalkan ruangan pasien.
akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien maupun keluarga
keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga pasien.
Salah satu penyebab dari ketidakpuasan pelayanan yang didapatkan pasien dan
keluarga karena buruknya komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien
maupun keluarga.
kecemasan yang diakibatkan merasa detak jantung berdebar saat keluarga berada
di Instalasi Bedah Sentral; merasa pusing, sakit kepala pada saat keluarga berada
di Instalasi Bedah Sentral; tertekan di dada dan menjadi sulit bernafas dengan
pada otot saat keluarga berada di Instalasi Bedah Sentral; mengalami peningkatan
frekuensi buang air kecil saat keluarga berada di Instalasi Bedah Sentral; merasa
Sentral; merasa tegang, mudah terkejut, dan menangis saat keluarga berada di
Instalasi Bedah Sentral dan merasa gelisah dan gugup saat keluarga berada di
gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Hal
dioperasi.
tinggi karena pasien belum mempunyai pengalaman, takut operasi tidak berjalan
lancar, serta takut hal-hal lain yang terjadi kepada pasien. Situasi yang dapat
informasi tentang keadaan penyakit pasien kepada keluarga. Situasi tersebut dapat
antara lain menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara
sadar, serta tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
2. Hubungan antara Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kecemasan
Bedah Sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Kota Manado. Hal ini dapat
antara perawat dengan anggota keluarga tidak berjalan dengan baik menjadikan
timbulnya rasa cemas anggota keluarga yang sedang menunggu pasien dalam
pendekatan yang berbeda antara perawat yang satu dengan perawat yang lain. Di
lain pihak, responden memiliki penilaian yang berbeda terhadap perawat satu
menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien serta keluarga. Proses
interaktif antara pasien dan keluarga dengan perawat sangat membantu pasien dan
dapatkan melalui perawat dibandingkan profesi yang lain, karena perawat berada
dalam posisi yang strategis yang berinteraksi dengan pasien dan keluarganya
banyak informasi kepada pasien karena perawat lebih banyak mengetahui tentang
menciptakan suatu persepsi yang baik bagi anggota keluarga pasien terhadap
Persepsi yang terbangun dari adanya penilaian yang baik pada akhirnya akan
dalam layanan kesehatan kepada pasien dan keluarga. Komunikasi merupakan alat
Ruangan HCU RSU Sele Be Solu Kota Sorong. Penelitian yang dilakukan oleh
kritis.
BAB V
A. Kesimpulan
BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Kota Manado sebagian besar rendah.
keluarga pasien pre operasi laparatomi di Instalasi Bedah Sentral BLU RSUP
D. Saran
1. Bagi perawat Ruang Instalasi Bedah Sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D
perawat yang bekerja di ruangan Instalasi Bedah Sentral BLU RSUP Prof. Dr.
Stuart, G.W. dan S. J. Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Kepada Yth.
Bapak/Ibu………………………..
Di –
Tempat
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UNPI yang sementara ini
dalam proses penyelesaian tugas akhir/ skripsi dan akan melakukan penelitian.
Olehnya, mohon kiranya kesediaan Bapak/Ibu agar bisa menjadi subyek dalam
penelitian yang akan kami lakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien
pre operasi laparatomi di instalasi bedah sentral BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Kota Manado.
Partisipasi dalam penelitian dan atau informasi yang didapat tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan Bapak/Ibu. Kerahasiaan
identitas Bapak/Ibu akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis kode nomor
saja.
Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu
membaca dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan
Bapak/Ibu bersedia menjadi responden. Semoga Tuhan Memberkati.
Peneliti
Lampiran II
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
PRE OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL BLU
RSUP PROF DR. R. D KANDOU KOTA MANADO
I. Identitas Responden
1. Inisial Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
Kuesioner
Kecemasan Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tot Kat
2 2 2 2 2 2 1 2 2 17 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 17 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
2 1 1 1 1 2 1 1 1 11 1
2 1 1 1 1 2 1 1 2 12 1
2 1 1 1 1 2 1 2 2 13 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 17 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 17 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 17 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 1 1 2 1 2 2 2 2 15 1
2 1 1 2 1 2 2 2 2 15 1
2 1 1 2 1 2 1 2 2 14 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 1 1 1 2 1 2 1 13 1
2 2 2 2 1 2 1 2 2 16 1
2 2 1 2 1 2 1 2 2 15 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2
2 2 2 2 1 2 1 1 1 14 1
2 2 2 2 2 1 1 2 2 16 1
2 1 2 2 2 1 1 2 2 15 1
Lampiran V
Hasil Uji Statistika Penelitian
Karakteristik Responden
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 Tahun 15 50.0 50.0 50.0
36-45 Tahun 11 36.7 36.7 86.7
46-55 Tahun 3 10.0 10.0 96.7
56-65 Tahun 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 12 40.0 40.0 40.0
Perempuan 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMA 20 66.7 66.7 66.7
DIII 5 16.7 16.7 83.3
S1 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Komunikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 8 26.7 26.7 26.7
Baik 22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat 13 43.3 43.3 43.3
Ringan 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Hasil Bivariat Penelitian
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
4.455 1 .035
b
Continuity Correction 2.870 1 .090
Likelihood Ratio 4.535 1 .033
Fisher's Exact Test .049 .045
Linear-by-Linear Association 4.306 1 .038
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.47.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Komunikasi
6.429 1.026 40.261
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Kecemasan =
2.357 1.135 4.896
Berat
For cohort Kecemasan =
.367 .107 1.259
Ringan
N of Valid Cases 30