Pembimbing :
Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM
Disusun Oleh :
Florentina NIM. 11194561920084
Berdasarkan uraian diatas pada latar belakang, maka masalah pada latar
belakang, maka masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah Ada Hubungan
Dukungan Sosial,Koping Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pada Lansia
Pasca Stroke di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru ?’’
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang Hubungan
Dukungan Sosial,Koping Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pada Lansia
Pasca Stroke di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru.
b. Mengidentifikasi dukungan sosial terhadap peningkatan kualitas hidup dan
koping di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
c. Menganalisis hubungan dukungan sosial, koping terhadap peningkatan
pada lansia pasca stroke diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.
3. Praktis
a. Bagi lansia pasca stroke
Lansia pasca stroke dapat mengetahui keterkaitan pengaruh dukungan
sosial,koping dengan peningkatan kualitas hidup dan koping pada lansia
pasca stroke.
Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif
. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Elisa Anderson, (2019). Motivasi Pada Rehabilitasi Pasca Stroke. Jurnal Skolastik
Keperawatan. 1-9.
Lijun Liu, (2014). Social support mediates loneliness and depression in elderly
people. Journal of Healty Psycology, 1-9.
Siew Kwaon Lui 1, and Minh Ha Nguyen. (2019). Elderly Stroke Rehabilitation:
Overcoming the Complications and Its Associated Challenges .
International Journal Of Curerent Gerontologu and Geriatrics Research,
1-9.
1. Klasifikasi Stroke
Menurut WHO ((2014) stroke terbagi menjadi 2 klasifikasi yaitu :
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri
dalam otak yang memicu perdarahan disekitar organ tersebut
sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang/terputus,
secara singkatnya stroke hemoragik diartikan sebagai keadaan yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak.
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai
20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan
intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada
ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi
arteriovena11 (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin;
perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.
2. Stroke iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik,
yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum . Stroke iskemik atau non hemoragik
adalah stroke yang terjadi karena adanya sumbatan di pembuluh
darah otak. Stroke iskemik terjadi akibat gangguan aliran darah ke
otak, secara patologis suatu infark dapat terjadi karena trombosis,
embolisme, artritis, dan obat-obatan.
.Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri
atas:
1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik
dalam waktu kurang dari 30 menit
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit
neurologis membaik kurang dari 1 minggu
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke
4. Completed Stroke. Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
a. Trombosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis
(spontan atau traumatik); Gangguan darah: polisitemia,
hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
b. Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark
miokardium, penyakit jantung rematik, penyakit katup
jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik; Sumber
tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis
komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi:
kontrasepsi oral, karsinoma.
c. Vasokonstriksi
d. Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan
Subarakhnoid).
3. Etiologi Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis utama, tergantung pada
penyebabnya (Departemen Kedokteran Hospital Authorit, 2016) :
1. Stroke iskemik: disebabkan oleh trombosis serebral (gumpalan
darah yang terbentuk di dalam pembuluh otak) dan relatif umum
terjadi, lebih dari 70% kasus stroke merupakan jenis iskemik.
Aterosklerosis serebral juga menyebabkan pembentukan gumpalan
darah di arteri serebral atau bekuan darah bisa terbentuk di jantung
atau arteri karotis di leher. Gumpalan darah bisa terangkut hingga
pembuluh otak distal dan memblokir aliran darah. Penyakit
jantung, termasuk aritmia (detak jantung yang tidak normal),
masalah katup jantung, dan penyakit jantung koroner, bisa
menyebabkan stroke.
2. Stroke hemoragik: disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di
dalam otak. Kasus stroke ini paling sering dikaitkan dengan
tekanan darah tinggi yang berlangsung secara terus-menerus. Ada
juga kasus di mana pembuluh darah pada permukaan jaringan otak
yang pecah. Kasus stroke ini dikaitkan dengan penyakit pembuluh
darah otak bawaan, misalnya aneurisma arteri serebral atau
malformasi arteriovenosa. Darah akan keluar di bawah ruang
arachnoid (ruang antara jaringan otak dan tengkorak) dan menekan
jaringan otak. Selain itu, pembuluh darah akan menyempit setelah
terjadinya pendarahan, yang ikut mengurangi laju aliran darah.
2. Pengukuran Koping
Cara seseorang melakukan strategi koping berdasar pada sumber
daya yang dimiliki. Adapun sumberdaya koping yang dinilai sangat
penting adalah dukungan sosial. Dukungan sosial ini meliputi dukungan
pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada individu yang
diperoleh atau diberikan oleh orangtua, saudara atau anggota keluarga lain,
teman, dan lingkungan masyarakat sekitar. Dengan adanya dukungan
sosial, maka individu akan semakin mampu dan yakin dalam memecahkan
masalah yang dihadapi serta dapat membantu individu dalam
mempraktikkan koping yang tepat.
3. Jenis Koping
Lazarus dan Folkman (2015) secara umum membedakan bentuk
strategi koping ke dalam dua klasifikasi, yaitu problem focused coping dan
emotional focused coping. Carver, Weintraub, dan Scheier (1989)
menjelaskan bahwa problem focused coping digunakan untuk mengontrol
hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungan yang berfokus
pada pemecahan masalah, pembuatan keputusan ataupun dengan
menggunakan tindakan langsung serta strategi penyelesaian.
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah suatu keadaan yang merupakan tahap lanjut dari
proses kehidupan ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan system tubuh ini bersifat fisiologis (Ninik,
2019).Lanjut usia (lansia) menurut World Health Organization (WHO,
2017) adalah kelompok manusia dengan usia ≥ 60 tahun.
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam
Kholifah, 2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses
menjadi tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain (Kholifah, 2016).
2. Penggolongan Lansia
a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru
memasuki lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.
a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat
pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata.
4. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa
jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dan kemampuan perenggangan torak berkurang.
7. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (daya ingat, Ingatan).
2. IQ (Intellegent Quotient).
3. Kemampuan Belajar (Learning).
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making).
7. Kebijaksanaan (Wisdom).
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi.
C. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Keturunan (hereditas).
5. Lingkungan.
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan family.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan kensep diri.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian dapat dilihat sebagai berikut.
Faktor Resiko
Stroke
1. Faktor tidak terkendali
- Usia
Pengobatan
- Jenis Kelamin
- Riwayat Keluarga
Pasca Stroke Aspek Psikologi
2. Faktor terkendali
- Hipertensi
Rehabilitasi Depresi
- Penyakit Jantung
- DM
Sehat Mekanisme
- Kadar Kolesterol Darah
Koping
- Cidera Kepala&Leher
- Merokok Proses
Pemulihan Strategi Koping
- Alkohol
- Obat-obatan
Upaya Dukungan Sosial
Pemulihan
1. Keluarga
Kualitas
2. Teman
Hidup
3. Lingkungan
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Dukungan Sosial
Kualitas Hidup
Koping
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari :
Ha : Ada hubungan antara dukungan sosial,koping terhadap peningkatan
kualitas hidup pada lansia pasca stroke di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Ho: Tidak ada hubungan antara dukungan sosial,koping terhadap
peningkatan kualitas hidup pada lansia pasca stroke di Panti Sosial
Tresna Werfha Budi Sejahtera Banjarbaru.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu
waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu,
dan tidak akan dilakukan penelitian lain diwaktu yang berbeda untuk
diperbandingkan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu tidak
bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau hitungan
tahun saja. Tidak ada batasan yang baku untuk menunjukkan satu waktu
tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa penelitian itu telah
selesai. Dengan demikian , bisa saja seorang melakukan penelitian dibulan
januari, kemudian karena ada keperluan mendesak, pada bulan februari dan
maret, ia kembali ke rumahnya. Pada bulan April, ia kembali lagi ke lapangan
untuk meneruskan mengumpulkan data. Sekalipun peneliti mendatangi lokasi
penelitian sebanyak dua kali, ia tetap dikategorikan melakukan penelitian
cross-sectional. Dengan demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu
penelitianlah yang digunakan untuk menentukan bahwa penelitian tersebut
merupakan penelitian cross-sectional. (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul
Jannah, 2011).
3. Sampling
Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik acak sederhana
(Simple Random Sampling) adalah tekinik penarikan sampel yang paling
mudah dilakukan. Anda mungkin tahu bagaimana suatu arisan atau undian
berhadiah dilaksanakan. Misalnya 10 orang ibu mengikuti arisan. Nama-
nama mereka dituliskan dalam secarik kertas, kemudian dimasukkkan
kedalam satu gelas untuk diambil satu per satu secara acak. Cara ini sudah
termasuk acak sederhana (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah,
2011).
Namun, apa syarat yang harus dipenuhi agar teknik ini dapat
digunakan? Teknik ini dapat dipakai jika populasi dari suatu penelitian
homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya. Bagaimana jika jumlahnya
lebih banyak? Mungkin anda akan merasa lelah menggulung satu per satu
nama orang. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunkan
Tabel Angka Acak (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2011).
.
Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel ini adalah :
1. Membentuk kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut
seluruh unsur yang ada dalam kerangka sampel.
2. Memilih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian atau
menggunakan Tabel Angka Acak.
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Definisi
No Variabel Alat Ukur HasilUkur Skala
Operasional
1. Dukungan Tersedianya Kuesioner 1. Kurang Ordinal
Sosial hubungan yang 2. Cukup
bersifat 3. Baik
menolong dan
mempunyai
nilai khusus
bagi individu
yang
menerimanya
2. Kualitas Persepsi Kuesioner 1. Kurang Ordinal
Hidup individual 2. Cukup
tentang 3. Baik
kesehatan fsik,
status
psikologis,
derajat
kemandirian,
hubungan
sosial,
keyakinan
pribadi, dan
hubungan yang
istimewa dari
seseorang
dimasyarakat
3. Koping Proses di mana Kuesioner 1. Kurang Ordinal
seseorang 2. Cukup
mencoba untuk 3. Baik
mengatur
perbedaan
yang diterima
antara
keinginan dan
pendapatan
yang dinilai
dalam suatu
kejadian
maupun
keadaan yang
penuh tekanan
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data kuantitatif.
Menurut Nursalam (2014) data kuantitatif adalah data berbentuk angka
atau bilangan. Data kuantitatif hasil penelitian ini didapatkan setelah
melakukan penelitian.
2. Sumber data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner
dalam peneliti dengan nara sumber. Data yang diperoleh dai data primer
ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sujarweni, 2014).
Data primer meliputi data hubungan dukungan sosial terhadap peningkatan
kualitas hidup dan koping pada lansia pasca stroke. Sumber data primer
diperoleh langsung dari responden yang diukur menggunakan kuesioner.
b.Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa
laporan, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah dan sebagainya. Data
sukender yang diperoleh tidak perlu diolah lagi (Sujarweni, 2014).
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data jumlah lansia pasca stroke.
Sumber data tersebut diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
dan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada lansia pasca stroke di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
G. Metode Analisis Data
1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolohan data penelitian ini digunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing
Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian koesioner. Setelah kuesioner yang dibagikan terkumpul
maka dilakukan pengecekan kelengkapan data.
b. Coding
Cooding merupakan suatu proses penyusunan secara seistematis yang ada
dalam kuesioner kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah
data seperti komputer. Huruf-huruf yang ada pada pertanyaan diubah
menjadi kode angka (Pemberian Kode).
c. Data Entrering
Data entring adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode
kedalam mesin pengolah data.
2. Analisa data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencari
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
a. Analisa univariat bertujuan untuk mengindentifikasi distribusi dan
frekuensi tiap variabel.
b. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
hubungan variabel independen dengan dependen. Untuk menguji
hubungan variabel menggunakan uji Spearman Rank. Interperestasi data
dengan tingkat kepercayaan yang dipakai dalam uji statistik adalah 95%
dengan nilai kemaknaan α 0,05. Hasil uji korelasi Spearman Rank bila P ≤
0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima artinya ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dan bila P > 0,05, maka Ho
diterima atau Ha ditolak artinya tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.