Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
oleh
1420119010
2023
Lembar Pengesahan Pembimbing Proposal
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim
Penguji
Program S1 Keperawatan Institut Kesehatan Immanuel
Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ka UP Program Studi S1 Keperawatan
Institut Kesehatan Immanuel
Lembar Pengesahan
Proposal ini telah disetujui dan diketahui oleh Tim Penguji seminar proposal
Penguji 1 Penguji 2
Tanggal Ujian:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyusun serta menyelesaikan proposal ini dengan tepat pada
waktunya. Tema yang dipilih dalam proposal ini berjudul: “Hubungan Antara
Tingkat Depresi Dengan Interaksi Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Laswi Caringin”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada selaku pembimbing dan dosen
penguji yang telah memberikan saran. Dan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada para lansia di panti yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga yang telah
memberi dukungan dalam segi materi dan do’a. Semoga penelitian ini bermanfaat.
A. Latar Belakang
Lansia ialah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas menurut
undang-undang nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Lansia
yaitu ketika mencapai usia 60 Tahun. Setiap orang mengalami proses penuaan.
Usia tua merupakan periode terakhir kehidupan, ketika manusia terjadi
penurunan fisik, mental serta sosial secara bertahap (World Health
Organization dalam Manafe & Berhimpon, 2022). Hapus
Prevalensi lansia pada seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang
bisa terus bertambah sampai 2 miliar orang memperkirakan di tahun 2025
(WHO dalam Friska et al., 2020). Setengah jumlah lansia di dunia berada di
Asia. Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk
menua atau ageing population karena jumlah penduduknya yang berusia 60
tahun ke atas melebihi angka 7 % (Friska et al., 2020).
Negara Indonesia termasuk pada data Negara berkembang. Bisa diketahui
jumlah penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat dari 1,4 miliar pada tahun 2020 menjadi 2,1 miliar di tahun 2050.
Dari tahun 2021, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua (ageing
population), kurang lebih 1 dari 10 penduduk ialah lansia. (Badan Pusat
Statistika, 2022).
Prevalensi lansia di Jawa Barat pada tahun 2021 menempati posisi 3 besar
dengan 4,94 juta penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2022 mencapai 27 juta jiwa (10,48%). Jumlah ini diperkirakan akan
terus semakin tinggi menjadi 40 juta jiwa (13,8%) di tahun 2035. 65,56%
lansia terbagi menjadi lansia muda (60-69 tahun), 26,76% lansia madya (70-79
tahun) serta 7,69% lansia tua (80 tahun ke atas) (Badan Pusat Statistika, 2022).
Lansia akan mengalami perubahan dari berbagai aspek yang bisa
mengakibatkan lansia rentan mengalami masalah kesehatan baik fisik juga
psikologis pada proses menua. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya kulit
mengendur serta mengeriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, penurunan
fungsi panca indera, mudah lelah serta gerakan lambat (Sisi, N & Ismahmudi,
R, 2020).
Secara perubahan psikologis yang terjadi pada lansia yaitu menurunnya
gairah dan minat terhadap penampilan, dan terjadi peningkatan sensitifitas
emosional seperti mudah tersinggung, kesepian, perasaan sedih, cemas serta
depresi (Sisi, N & Ismahmudi, R, 2020).
Prevalensi depresi tertinggi berada di rentan usia 65-74 tahun. Prevalensi
gangguan mental emosional di penduduk umur ≥15 tahun sebanyak 12,11
dengan prevalensi tertinggi berada pada rentan usia 75 tahun ke atas (Dinkes
Jawa Barat, 2021).
Depresi adalah perasaan sedih, merasa tak berdaya, yang berhubungan
dengan suatu penderitaan. bisa berupa serangan yang ditujukan pada diri
sendiri atau perasaan marah yang dalam (Untari Ida, 2018).
Konsekuensi yang serius pada depresi di lansia apabila tidak mendapatkan
perhatian serta penanganan akan semakin memburuknya penyakit yang
diderita, kehilangan harga diri dan keinginan untuk bunuh diri (Ramli, R., &
Suhermi, 2022).
Depresi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: ringan, sedang, dan berat. Jika
depresi ringan atau sedang tidak segera ditangani, konsekuensi yang serius dari
depresi pada lansia bisa merujuk ke gangguan kejiwaan (skizofrenia bahkan
hingga bunuh diri). Banyak sekali penderita depresi yang mempunyai ciri-ciri
dengan menarik diri dari lingkungan, menyendiri, merenung, merasa tidak
berharga, dan sebagainya. Penderita depresi ringan atau sedang tidak langsung
berobat. Dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap depresi sehingga
munculnya stigma negatif terhadap depresi baik dari sudut pandang masyarakat
maupun penderita (Lovita, A., & Kurnia, A. S, 2019).
Penelitian Jamini, T., Jumaedy, F., & Agustina (2020) mengungkapkan
bahwa lansia yang menderita depresi di panti asuhan sangat berat sebab
kurangnya interaksi sosial. dampak depresi bisa menyebabkan lansia mudah
sakit, mengalami gangguan kesehatan mental, takut pada orang lain serta
interaksi sosial menurun.
Interaksi sosial adalah sebuah hubungan timbal balik atau sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia didalam masyarakat.
Indikatornya pun terdiri dari imitasi, identifikasi, sugesti, simpati dan empati.
Serta interaksi sosial bisa berdampak positif terhadap kualitas hidup sebab
dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak akan pernah merasakan
kesepian, oleh karena itu interaksi sosial harus tetap di pertahankan serta
dikembangkan di kelompok lansia. Lansia yang bisa mempertahankan status
sosialnya sesuai kemampuan bersosialisasi (Manafe & Berhimpon, 2022).
Hasil penelitian Andriyani, R et al, (2019) didapatkan sebagian besar
responden mengalami interaksi sosial yang buruk yaitu sebanyak 20 responden
(55,6%), dan interaksi sosial baik sebanyak 16 responden (44,4%).
Interaksi sosial diperlukan adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Kontak sosial yaitu hubungan yang terjalin antara satu orang atau bahkan lebih
dengan orang lain akibat adanya suatu proses komunikasi, dalam komunikasi
terjadi apabila adanya pengirim, adanya pihak penerima, adanya pesan yang
berisi maksud dan tujuan yang disampaikan, serta adanya tanggapan atau
umpan balik (Oktaviana, 2019b).
Pentingnya interaksi sosial pada individu kita bisa saling membantu dan
mampu tetap bertahan hidup, interaksi sosial juga sangat penting bagi lansia
sebab seiring dengan penurunan yang terjadi, lansia menjadi kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga lansia membutuhkan bantuan dari
orang lain (Wiko Tri Widodo, 2022).
Lansia sangat memerlukan dukungan sosial dari lingkungannya, lansia
bisa memperoleh dukungan sosial yang baik dari lingkungannya, tetapi tidak
semua lansia memperolah dukungan sosial yang baik, beberapa lansia menjadi
terabaikan serta kurang dipedulikan anggota keluarganya, karena keluarga
yang tidak mau merawat lansia, ketidakmampuan finansial keluarga
membiayai kebutuhan lansia, umumnya menempatkan lansia di panti sosial
menjadi cara alternatif pilihan (Wiko Tri Widodo, 2022).
Berdasarkan studi pendahuluan Panti Sosial Tresna Werdha Laswi
berada di Jl. Caringin, Gang Lumbung I, RT.04/RW03, No. 26, Bandung,
Jawa Barat. Panti ini merupakan panti yayasan sosial swasta yang didirikan
sejak tahun 1980, Panti ini merawat para lansia serta fungsi panti sosial ini
adalah pelayanan/rehabilitasi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
supaya bisa dirawat/dibina sehingga bisa berperan/bersosialisasi dengan
masyarakat. Panti ini menampung lansia sebanyak 30 orang dengan jumlah
laki-laki 17 orang, perempuan 13 orang.
Studi Pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi,
pada tanggal 16 April 2023. Hasil observasi dan wawancara kepada 5 orang
lansia, 2 orang lansia mengatakan merasa kesepian, bosan, dan sedih tidak
terdapat keluarga yang berkunjung karena kesibukan keluarga dan ekonomi
yang kurang mampu, 1 orang lansia mengatakan sudah pasrah dengan penyakit
yang diderita dan ingin mengakhiri hidupnya, 2 orang lansia mengatakan
kondisi fisik telah mulai menurun, fungsi pendengaran menurun, berkurangnya
fungsi penglihatan, maupun gerak fisik. Sebagian lansia didapatkan interaksi
sosial yang cukup, serta didapatkan beberapa lansia kurang berinteraksi dengan
lansia lainnya, ditemukan bahwa ada lansia yang sedang menyendiri dan
melamun.
Berdasarkan masalah di atas serta pengalaman penulis ketika melakukan
wawancara atau studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi
Caringin. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial pada lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin.
Selain itu, alasan lain yang mendasari ketertarikan dalam melakukan
penelitian ini ialah belum adanya penelitian tentang hubungan antara tingkat
depresi dengan interaksi sosial di lansia yang dilakukan di panti tersebut.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
depresi dengan interaksi sosial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan, penyakit fisik, kemampuan fungsional, dan lama tinggal di
panti sosial tresna werdha laswi caringin.
b. Mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.
c. Mengetahui interaksi sosial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.
d. Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pada tim medis dampak tingkat depresi terhadap
penurunan interaksi sosial pada lansia di panti sosial tresna werdha laswi
caringin.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lansia
Sebagai bahan masukan bagi lansia agar melakukan interaksi sosial
untuk menurunkan tingkat depresi.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat dijadikan rujukan petugas kesehatan untuk memberikan
pelayanan promotif berupa penyuluhan kepada lansia tentang cara
menurunkan tingkat depresi dengan interaksi social.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi hubungan tingkat depresi dengan interaksi
sosial pada lansia.
d. Bagi Institut Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan studi perpustakaan serta berguna untuk menambah informasi dan
membantu proses pembelajaran bagi mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas
yang akan mengalami proses penuaan yang disertai dengan perubahan-
perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial (WHO dalam Friska
et al., 2020). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Lanjut usia merupakan fenomena biologis yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. UU No. IV.Tahun 1965 Pasal 1, menyatakan setiap
seseorang dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 Tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya dan menerima nafkah dari orang lain. (Emmelia
Ratnawati, 2018)
2. Kategori Lansia
Lanjut usia dapat terbagi menjadi beberapa bagian dalam berbagai
klasifikasi serta batasan.
a. Berdasarkan World Health Organization (WHO), lanjut usia dibagi
menjadi empat kriteria yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.
b. Menurut Emmelia Ratnawati (2018) klasifikasi lansia antara lain sebagai
berikut.
1) Pralansia (Prasenilis)
Yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia Potensial
Lansia yang bisa melakukan pekerjaan dan aktivitas yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak Potensial
Merupakan lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Emmelia Ratnawati (2018) lanjut usia diartikan sebagai fase
menurunnya kemampuan akal serta fisik, di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalan hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Soejono (2000)
yang mengatakan bahwa di tahap lansia, individu mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran pada
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki.
Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai memutih,
muncul kerutan pada wajah, ketajaman pancaindra menurun, dan terjadi
kemunduran daya tahan tubuh. Selain itu, di masa ini lansia juga harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, dan perpisahan
dengan orang yang dicintai. Maka, diperlukan kemampuan menyesuaikan
diri yang cukup besar untuk bisa menyikapi perubahan pada usia lanjut
secara bijak.
B. Konsep Depresi
1. Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang berat ditandai
dengan gangguan fungsional baik yang bersifat fisik maupun sosial yang
berlangsung lama pada diri seseorang (Wulandari, 2020).
Depresi adalah perasaan sedih, merasa tidak berdaya, yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Untari Ida,
2018).
5. Pengukuran Depresi
Untuk mengukur gejala depresi ada beberapa instrumen yang dapat
digunakan seperti (1) Geriatric Depression Scale (GDS), (2) Beck
Depression Inventory (BDI), dan (3) Center of Epidemologic Studies
Depression Scale (CESD) (Dewi, 2012). Dalam penelitian ini
menggunakan salah satu instrumen pengukuran depresi yaitu Geriatric
Depression Scale (GDS).
GDS merupakan kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan, pada
tahun 1986 GDS dikembangkan lagi menjadi short form isinya 15
pertanyaan dengan kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, 10
diantaranya yaitu pertanyaan yang menunjukkan gejala depresi jika
jawaban yang dipilih “YA” dan sisanya (nomor pertanyaan 1, 5, 7, 11, 13)
menunjukkan gejala depresi jika jawaban yang dipilih “TIDAK”, untuk
skor 0-4 termasuk kategori normal, 5-8 menunjukkan adanya depresi
ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang dan 12-15 menandakan depresi
berat.
Geriatric Depression Scale (GDS) memiliki format yang
sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca.
Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut
usia di Indonesia (Damayanti et al., 2020)
Faktor Yang
Mempengaruhi Depresi
Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor Fisik
Interaksi Sosial
a. Faktor Usia
Penyakit fisik
b. Jenis Kelamin
c. Dukungan Sosial Pengalaman trauma
d. Gaya Hidup
e. Penyakit Fisik
Komponen terjadinya
f. Medikasi interaksi sosial
2. Faktor Psikologis
a. Kepribadian
b. Harga Diri
c. Stress
Setelah berbagai aspek telah disajikan dalam pembahasan yang terdapat pada
tinjauan pustaka, kemudian akan dirangkum sebagai dasar dalam membuat
kerangka konsep. Maka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Tabel 3.1 Kerangka Konsep
Tingkat Depresi
1. Normal
Ada
2. Depresi Ringan Interaksi Sosial
Hubungan
3. Depresi Sedang 1. Baik
Tidak Ada
4. Depresi Berat 2. Buruk
Hubungan
B. Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif berupa analitik
korelasional dengan menggunakan metode pendekatan cross-sectional.
Metode ini digunakan untuk melihat korelasi antar variabel serta sejauh mana
variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variabel lain. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel terikat (Y) Interaksi Sosial
dan variabel bebas (X) Tingkat Depresi.
Alasan menggunakan metode tersebut karena pada disain studi ini
seluruh variabel diukur dan diamati sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama. Sehingga lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian,
selanjutnya peneliti tidak melakukan tindak lanjut. Pada penelitian ini akan
mendeskripsikan hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial
pada lansia di panti sosial tresna werdha.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan suatu objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu:
1. Variabel Independent ( Variabel Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang
menjadi sebab suatu perubahan atau timbulnya variabel dependent
(terikat) (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
Tingkat Depresi.
2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Dalam
penelitian ini pada variabel terikatnya adalah Interaksi Sosial.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu bertujuan untuk membatasi ruang lingkup atau
definisi dari setiap variabel yang diteliti. Definisi operasional juga memiliki
manfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang berhubungan serta pengembangan alat ukur penelitian
(Notoadmojo, 2018).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa
terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya
ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan.
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga dapat mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia di panti sosial
tresna werdha laswi, besar sampel penelitian berjumlah 30 lansia.
Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah lansia di panti
sosial tresna werdha laswi dengan tidak ada spesifikasi agama tertentu dan
bersifat universal untuk semua agama.
1. Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Nonprobability Sampling dengan model Total Sampling.
Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yang ada (Sugiyono, 2018).
Alasan mengambil total sampling menurut Syamsunie (2018) mengatakan
jumlah populasi ketika dibawah 100, maka digunakan dengan cara total
sampling. Penelitian ini melibatkan 30 responden.
Kriteria inklusif dalam penelitian ini adalah:
1. Lansia berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun.
2. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi yang bersedia menjadi
responden.
3. Lansia dengan kondisi sehat fisik
4. Lansia yang dapat berkomunikasi verbal.
Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah:
1. Lansia yang sakit secara fisik dan tidak memungkinkan untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
2. Saat sedang penelitian lansia di panti mengundurkan diri atau menolak
menjadi responden.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner sebagai berikut:
1. Kuesioner Tingkat Depresi
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu instrumen pengukuran
tingkat depresi yaitu Geriatric Depression Scale (GDS). GDS merupakan
kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan, pada tahun 1986 GDS
dikembangkan lagi menjadi short form isinya 15 pertanyaan dengan
kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, untuk skor 0-4 termasuk
kategori normal, 5-8 menunjukkan adanya depresi ringan, 9-11
menunjukkan depresi sedang dan 12-15 menandakan depresi berat.
Alasan memilih GDS untuk mengukur tingkat depresi karena GDS
memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan
respon yang mudah dibaca. GDS telah divalidasi pada berbagai populasi
lanjut usia di Indonesia.
2. Kuesioner Interaksi Sosial
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu instrumen
pengukuran tingkat interaksi sosial yaitu Social Connectedness. Skala ini
berisikan 19 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan positif dan 3
pernyataan negatif. Pernyataan positif Kuesioner interaksi sosial ini
menggunakan skala ordinal dengan pilihan “Sering”, “Kadang-kadang”,
“Tidak Pernah”. Keseluruhan jawaban subjek penelitian akan
diinterpretasikan dalam kategori interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%,
interaksi sosial cukup = 60 – 75%, dan interaksi sosial kurang = < 60%.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode uji statistik univariat
dan bivariat, data disajikan distribusi frekuensinya, dan untuk mengetahui
adanya hubungan antara tingkat ansietas dengan kualitas tidur mahasiswa
digunakan metode uji statistik Spearman's rank menggunakan pemrograman
komputer SPSS. Dalam pengisian tidak ada yang dianggap salah, sehingga
dalam memberikan jawaban subjek tidak merasa terbebani.
1) Tingkat Depresi
Geriatric Depression Scale (GDS) dengan 15 pertanyaan dengan
kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, pengolahan data
menggunakan SPSS, untuk mengetahui data frekuensi dan
presentase.
Penskoran tingkat depresi GDS(15) adalah sebagai berikut:
Tidak ada gejala depresi/ Normal (0-4)
Tngkat depresi Ringan (5-8)
Tingkat depresi sedang (9-11)
Tingkat depresi Berat (12-15)
Menurut Notoatmodjo (2010 dalam Nurazizah 2014) untuk
komposisi porposi responden dari setiap kategori dideskripsikan
sebagai berikut:
0% = Tidak seorang pun dari responden
1% - 25% = Sebagian kecil dari responden
26% - 49% = Hampir setegahnya
50% = Setengah responden
51% - 76% = Sebagian besar dari responden
77%-99% = Hampir semua responden
100% = Seluruh responden
2) Interaksi Sosial
Skala ini berisikan 19 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan
positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan positif Kuesioner
interaksi sosial ini menggunakan skala ordinal dengan pilihan
“Sering”, “Kadang-kadang”, “Tidak Pernah”. Pilihan jawaban pada
item favorable akan diberi nilai 3 (sering), 2 (kadang-kadang), 1
(tidak pernah), dan untuk item unfavorable akan diberi nilai 1
(sering), 2 (kadang- kadang), 3 (tidak pernah).
Penskoran Social Connectedness adalah sebagai berikut:
Interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%
Interaksi sosial cukup = 60 – 75%,
Interaksi sosial kurang = < 60%.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan (Notoadmojo, 2018). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengatahui hubungan tingkat depresi dengan
interaksi sosial pada lansia.
Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman rho yaitu
mencari hubungan atau menguji signifikan bila masing-masing variabel
yang dihubungkan berbentuk ordinal (Sugiyono, 2018) sebagai berikut:
Rumus:
6 ∑bi2
P=1
n(n2-1)
Keterangan:
P = Koefisien korelasi spearman rho
Bi = Selisih peringkat setiap data
n = Jumlah data
Dasar pengambilan keputusan
Jika nilai signifikasi < 0,05, maka berkorelasi
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05, maka tidak berkorelasi
Nilai berkorelasi spearman berada diantara – 1 ≤ p ≤ 1. Bila nilai = 0,
berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan antara variabel
dependen dan independen. Nilai p = + 1 berarti terdapat hubungan yang
positif antara independen. Nilai p = - 1 berarti terdapat hubungan yang
negatif antara variabel independen dan variabel dependen. Dengan kata
lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah hubungan diantara variabel
yang sedang dioperasionalkan.
Berikut adalah tabel nilai korelasi beserta makna nilai tersebut:
Tabel 3.3 Kekuatan Hubungan Nilai Korelasi
Nilai Makna
0,00-0,19 Sangat rendah/sangat lemah
0,20-0,39 Rendah/lemah
0,40-0,59 Tinggi/kuat
0,60-0,79 Tinggi/kuat
0,80-1,00 Sangat tinggi/sangat kuat
Martono, 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS
I. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku pada setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan mendapatkan dampak dari hasil
penelitian. Tujuan dari etika penelitian ini adalah untuk memperhatikan dan
mengutamakan hak-hak responden (Notoadmojo, 2018).
Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan dan menekankan pada
masalah etika yang meliputi:
1) Penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia (Respect human
dignity)
Responden harus memperoleh hak dan informasi tentang tujuan
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti juga harus memberikan
kebebasan kepada responden untuk memberikan informasi atau tidak
memberikan informasi. Untuk menghormati martabat responden, peneliti
harus menyiapkan formulir persetujuan (inform concent).
2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh karena itu peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
responden. Peneliti cukup menggunakan inisial sebagai pengganti
identitas responden.
3) Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Seorang peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan keadilan,
percaya diri dalam menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
memastikan bahwa responden menerima perlakuan dan manfaat yang
sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, dan sebagainya.
4) Memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms
and benefits).
Dalam sebuah penelitian semaksimal mungkin untuk mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan khususnya para
responden. Peneliti harus meminimalisir dampak yang merugikan
responden.
K. Rencana Pelaksanaan
Rencana penelitian atau langkah-langkah penelitian berguna dan
mempermudah dalam menyelesaikan penelitian. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
b. Memilih lokasi penelitian
c. Konsultasi dengan pembimbing
d. Menyusun proposal penelitian pada bulan Maret 2023
e. Membuat daftar pertanyaan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan informed concent kepada responden selama penelitian
pada bulan Mei 2023
b. Melakukan penelitian pada bulan Mei 2023
c. Mengumpulkan data dan mengolah hasil penelitian pada bulan mei
2023
3. Tahap Akhir
a. Menyusun hasil akhir penelitian
b. Melakukan presentasi analisa, penyajian data dan kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., Anggreny, Y., & Utami, A. (2019). Hubungan dukungan keluarga
terhadap depresi dan interaksi sosial pada lansia. Journal homepage:
http://afiasi. unwir. ac. id ISSN Online, 2622, 3392.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Damayanti, R., Irawan, E., Tania, M., & Rahmawati, R. (2020). Hubungan
Activity Of Daily Living ( ADL ) Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.
Jurnal Keperawatan BSI, 8(2), 247–255.
Dinkes Jawa Barat. (2021). Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat Tahun 2021.
[Online]. Tersedia: https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/profil
[2023, April 7].
Emmelia Ratnawati, N. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik. JL. Wonosari
Km.6 Demblaksari Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Friska, B., Usraleli, U., Idayanti, I., Magdalena, M., & Sakhnan, R. (2020). The
Relationship Of Family Support With The Quality Of Elderly Living In
Sidomulyo Health Center Work Area In Pekanbaru Road. JPK : Jurnal
Proteksi Kesehatan, 9(1), 1–8. https://doi.org/10.36929/jpk.v9i1.194
Jamini, T., Jumaedy, F., & Agustina, D. M. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan: Correlation Between Social
Interaction With The Level of Depression in Elderly at The Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera, South Kalimantan Province. Jurnal Surya
Medika (JSM), 6(1), 171-176.
Lovita & Kurnia. (2019). Pusat Rehabilitasi Kaum Milenial Depresi di
Jagakarsa. 1(2); 941-954.
Manafe, L. A., & Berhimpon, I. (2022). Hubungan Tingkat Depresi Lansia
Dengan Interaksi Sosial Lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado. Jurnal
Ilmiah Hospitality 749, 11(1), 749–758.
Nikmah, K., Lumadi, S. A., & Maria, L. (2021). Efektifitas Life Review Therapy
Terhadap Penurunan Depresi Pada Lansia Di Posyandu Gatot Koco Desa
Pakisaji Kab. Malang. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).
Ramli, R., & Suhermi, s. (2022). Senam Lansia Menurunkan Tingkat Depresi
Pada Lansia. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES". "(Journal
of Health Research" Forikes Voice"), 12(1), 36-38.
Sirenden, A. F. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKS-LU) Yayasan
Batara Sabintang Kabupatem Takalar= The Relationship between Physical
Activity and Depression Levels in the Elderly at the Elderly Social Welfare
Institution (LKS-LU) Batara Sastar Foundation, Takalar Regency (Doctoral
Dissertation, Universitas Hasanuddin).
Sisi, N., & Ismahmudi, R. (2020). Hubungan usia dan jenis kelamin dengan
tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Wonorejo Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 1(2), 895-900.
Statistik, B. P. (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Untari, Ida. (2018). Keperawatan Gerontik, Terapi Tertawa dan Senam Cegah
Pikun. EGC.
Wiko Tri Widodo. (2022). Hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat
depresi pada lansia di panti sosial tresna werdha khusnul khotimah
pekanbaru. (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau). http://repository.uin-suska.ac.id/59389/.
FORMAT BIMBINGAN
NIM : 1420119010
NIM : 1420119010