Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI


SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA LASWI CARINGIN

Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

oleh

ANTI ANISA FITRI

1420119010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

2023
Lembar Pengesahan Pembimbing Proposal

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim
Penguji
Program S1 Keperawatan Institut Kesehatan Immanuel

Bandung, Mei 2023

Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., Stephanie Melia, S.Kep., Ners., MNS


M.Kep., M.Pd

Mengetahui,
Ka UP Program Studi S1 Keperawatan
Institut Kesehatan Immanuel

Lidya Maryani, S.Kep., Ners., M.M., M.Kep


Judul Proposal : Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Interaksi Sosial
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin
Nama : Anti Anisa Fitri
Nim : 1420119010

Lembar Pengesahan

Proposal ini telah disetujui dan diketahui oleh Tim Penguji seminar proposal

Penguji 1 Penguji 2

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)

Tanggal Ujian:
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyusun serta menyelesaikan proposal ini dengan tepat pada
waktunya. Tema yang dipilih dalam proposal ini berjudul: “Hubungan Antara
Tingkat Depresi Dengan Interaksi Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Laswi Caringin”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada selaku pembimbing dan dosen
penguji yang telah memberikan saran. Dan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada para lansia di panti yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga yang telah
memberi dukungan dalam segi materi dan do’a. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bandung, Maret 2023

Anti Anisa Fitri


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia ialah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas menurut
undang-undang nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Lansia
yaitu ketika mencapai usia 60 Tahun. Setiap orang mengalami proses penuaan.
Usia tua merupakan periode terakhir kehidupan, ketika manusia terjadi
penurunan fisik, mental serta sosial secara bertahap (World Health
Organization dalam Manafe & Berhimpon, 2022). Hapus
Prevalensi lansia pada seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang
bisa terus bertambah sampai 2 miliar orang memperkirakan di tahun 2025
(WHO dalam Friska et al., 2020). Setengah jumlah lansia di dunia berada di
Asia. Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk
menua atau ageing population karena jumlah penduduknya yang berusia 60
tahun ke atas melebihi angka 7 % (Friska et al., 2020).
Negara Indonesia termasuk pada data Negara berkembang. Bisa diketahui
jumlah penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat dari 1,4 miliar pada tahun 2020 menjadi 2,1 miliar di tahun 2050.
Dari tahun 2021, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua (ageing
population), kurang lebih 1 dari 10 penduduk ialah lansia. (Badan Pusat
Statistika, 2022).
Prevalensi lansia di Jawa Barat pada tahun 2021 menempati posisi 3 besar
dengan 4,94 juta penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2022 mencapai 27 juta jiwa (10,48%). Jumlah ini diperkirakan akan
terus semakin tinggi menjadi 40 juta jiwa (13,8%) di tahun 2035. 65,56%
lansia terbagi menjadi lansia muda (60-69 tahun), 26,76% lansia madya (70-79
tahun) serta 7,69% lansia tua (80 tahun ke atas) (Badan Pusat Statistika, 2022).
Lansia akan mengalami perubahan dari berbagai aspek yang bisa
mengakibatkan lansia rentan mengalami masalah kesehatan baik fisik juga
psikologis pada proses menua. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya kulit
mengendur serta mengeriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, penurunan
fungsi panca indera, mudah lelah serta gerakan lambat (Sisi, N & Ismahmudi,
R, 2020).
Secara perubahan psikologis yang terjadi pada lansia yaitu menurunnya
gairah dan minat terhadap penampilan, dan terjadi peningkatan sensitifitas
emosional seperti mudah tersinggung, kesepian, perasaan sedih, cemas serta
depresi (Sisi, N & Ismahmudi, R, 2020).
Prevalensi depresi tertinggi berada di rentan usia 65-74 tahun. Prevalensi
gangguan mental emosional di penduduk umur ≥15 tahun sebanyak 12,11
dengan prevalensi tertinggi berada pada rentan usia 75 tahun ke atas (Dinkes
Jawa Barat, 2021).
Depresi adalah perasaan sedih, merasa tak berdaya, yang berhubungan
dengan suatu penderitaan. bisa berupa serangan yang ditujukan pada diri
sendiri atau perasaan marah yang dalam (Untari Ida, 2018).
Konsekuensi yang serius pada depresi di lansia apabila tidak mendapatkan
perhatian serta penanganan akan semakin memburuknya penyakit yang
diderita, kehilangan harga diri dan keinginan untuk bunuh diri (Ramli, R., &
Suhermi, 2022).
Depresi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: ringan, sedang, dan berat. Jika
depresi ringan atau sedang tidak segera ditangani, konsekuensi yang serius dari
depresi pada lansia bisa merujuk ke gangguan kejiwaan (skizofrenia bahkan
hingga bunuh diri). Banyak sekali penderita depresi yang mempunyai ciri-ciri
dengan menarik diri dari lingkungan, menyendiri, merenung, merasa tidak
berharga, dan sebagainya. Penderita depresi ringan atau sedang tidak langsung
berobat. Dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap depresi sehingga
munculnya stigma negatif terhadap depresi baik dari sudut pandang masyarakat
maupun penderita (Lovita, A., & Kurnia, A. S, 2019).
Penelitian Jamini, T., Jumaedy, F., & Agustina (2020) mengungkapkan
bahwa lansia yang menderita depresi di panti asuhan sangat berat sebab
kurangnya interaksi sosial. dampak depresi bisa menyebabkan lansia mudah
sakit, mengalami gangguan kesehatan mental, takut pada orang lain serta
interaksi sosial menurun.
Interaksi sosial adalah sebuah hubungan timbal balik atau sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia didalam masyarakat.
Indikatornya pun terdiri dari imitasi, identifikasi, sugesti, simpati dan empati.
Serta interaksi sosial bisa berdampak positif terhadap kualitas hidup sebab
dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak akan pernah merasakan
kesepian, oleh karena itu interaksi sosial harus tetap di pertahankan serta
dikembangkan di kelompok lansia. Lansia yang bisa mempertahankan status
sosialnya sesuai kemampuan bersosialisasi (Manafe & Berhimpon, 2022).
Hasil penelitian Andriyani, R et al, (2019) didapatkan sebagian besar
responden mengalami interaksi sosial yang buruk yaitu sebanyak 20 responden
(55,6%), dan interaksi sosial baik sebanyak 16 responden (44,4%).
Interaksi sosial diperlukan adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Kontak sosial yaitu hubungan yang terjalin antara satu orang atau bahkan lebih
dengan orang lain akibat adanya suatu proses komunikasi, dalam komunikasi
terjadi apabila adanya pengirim, adanya pihak penerima, adanya pesan yang
berisi maksud dan tujuan yang disampaikan, serta adanya tanggapan atau
umpan balik (Oktaviana, 2019b).
Pentingnya interaksi sosial pada individu kita bisa saling membantu dan
mampu tetap bertahan hidup, interaksi sosial juga sangat penting bagi lansia
sebab seiring dengan penurunan yang terjadi, lansia menjadi kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga lansia membutuhkan bantuan dari
orang lain (Wiko Tri Widodo, 2022).
Lansia sangat memerlukan dukungan sosial dari lingkungannya, lansia
bisa memperoleh dukungan sosial yang baik dari lingkungannya, tetapi tidak
semua lansia memperolah dukungan sosial yang baik, beberapa lansia menjadi
terabaikan serta kurang dipedulikan anggota keluarganya, karena keluarga
yang tidak mau merawat lansia, ketidakmampuan finansial keluarga
membiayai kebutuhan lansia, umumnya menempatkan lansia di panti sosial
menjadi cara alternatif pilihan (Wiko Tri Widodo, 2022).
Berdasarkan studi pendahuluan Panti Sosial Tresna Werdha Laswi
berada di Jl. Caringin, Gang Lumbung I, RT.04/RW03, No. 26, Bandung,
Jawa Barat. Panti ini merupakan panti yayasan sosial swasta yang didirikan
sejak tahun 1980, Panti ini merawat para lansia serta fungsi panti sosial ini
adalah pelayanan/rehabilitasi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
supaya bisa dirawat/dibina sehingga bisa berperan/bersosialisasi dengan
masyarakat. Panti ini menampung lansia sebanyak 30 orang dengan jumlah
laki-laki 17 orang, perempuan 13 orang.
Studi Pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi,
pada tanggal 16 April 2023. Hasil observasi dan wawancara kepada 5 orang
lansia, 2 orang lansia mengatakan merasa kesepian, bosan, dan sedih tidak
terdapat keluarga yang berkunjung karena kesibukan keluarga dan ekonomi
yang kurang mampu, 1 orang lansia mengatakan sudah pasrah dengan penyakit
yang diderita dan ingin mengakhiri hidupnya, 2 orang lansia mengatakan
kondisi fisik telah mulai menurun, fungsi pendengaran menurun, berkurangnya
fungsi penglihatan, maupun gerak fisik. Sebagian lansia didapatkan interaksi
sosial yang cukup, serta didapatkan beberapa lansia kurang berinteraksi dengan
lansia lainnya, ditemukan bahwa ada lansia yang sedang menyendiri dan
melamun.
Berdasarkan masalah di atas serta pengalaman penulis ketika melakukan
wawancara atau studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi
Caringin. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial pada lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin.
Selain itu, alasan lain yang mendasari ketertarikan dalam melakukan
penelitian ini ialah belum adanya penelitian tentang hubungan antara tingkat
depresi dengan interaksi sosial di lansia yang dilakukan di panti tersebut.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
depresi dengan interaksi sosial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan, penyakit fisik, kemampuan fungsional, dan lama tinggal di
panti sosial tresna werdha laswi caringin.
b. Mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.
c. Mengetahui interaksi sosial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Laswi Caringin.
d. Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pada tim medis dampak tingkat depresi terhadap
penurunan interaksi sosial pada lansia di panti sosial tresna werdha laswi
caringin.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lansia
Sebagai bahan masukan bagi lansia agar melakukan interaksi sosial
untuk menurunkan tingkat depresi.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat dijadikan rujukan petugas kesehatan untuk memberikan
pelayanan promotif berupa penyuluhan kepada lansia tentang cara
menurunkan tingkat depresi dengan interaksi social.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi hubungan tingkat depresi dengan interaksi
sosial pada lansia.
d. Bagi Institut Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan studi perpustakaan serta berguna untuk menambah informasi dan
membantu proses pembelajaran bagi mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia

1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas
yang akan mengalami proses penuaan yang disertai dengan perubahan-
perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial (WHO dalam Friska
et al., 2020). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Lanjut usia merupakan fenomena biologis yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. UU No. IV.Tahun 1965 Pasal 1, menyatakan setiap
seseorang dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 Tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya dan menerima nafkah dari orang lain. (Emmelia
Ratnawati, 2018)

2. Kategori Lansia
Lanjut usia dapat terbagi menjadi beberapa bagian dalam berbagai
klasifikasi serta batasan.
a. Berdasarkan World Health Organization (WHO), lanjut usia dibagi
menjadi empat kriteria yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.
b. Menurut Emmelia Ratnawati (2018) klasifikasi lansia antara lain sebagai
berikut.
1) Pralansia (Prasenilis)
Yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia Potensial
Lansia yang bisa melakukan pekerjaan dan aktivitas yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak Potensial
Merupakan lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Emmelia Ratnawati (2018) lanjut usia diartikan sebagai fase
menurunnya kemampuan akal serta fisik, di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalan hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Soejono (2000)
yang mengatakan bahwa di tahap lansia, individu mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran pada
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki.
Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai memutih,
muncul kerutan pada wajah, ketajaman pancaindra menurun, dan terjadi
kemunduran daya tahan tubuh. Selain itu, di masa ini lansia juga harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, dan perpisahan
dengan orang yang dicintai. Maka, diperlukan kemampuan menyesuaikan
diri yang cukup besar untuk bisa menyikapi perubahan pada usia lanjut
secara bijak.

4. Perubahan Pada Lanjut Usia


Menurut (Sunaryo, 2016) Seseorang yang telah memasuki masa tua pada
lansia bisa mengalami banyak perubahan-perubahan pada dirinya seperti:
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan Sel
Perubahan sel bisa terjadi sebab jumlah sel pada lansia
menjadi lebih sedikit, jumlah cairan di tubuh berkurang namun
ukuran semakin besar, berat sel berkurang 5-10%.
2) Perubahan Sistem Sensoris
a) Penglihatan
Pada proses menua akan terjadi perubahan fungsi mata dan
penglihatan maka lansia kesulitan dalam membaca huruf-huruf
kecil, selain itu perubahan warna juga dapat menyebabkan
katarak sehingga penglihatan menjadi kabur, dan penurunan
produksi air mata.
b) Pendengaran
Kehilangan pendengaran seringkali disebut prebiakusis,
perubahan yang umumnya terjadi pada telinga bagian dalam
yang mengakibatkan lansia kehilangan pendengaran serta terjadi
pengapuran di tulang pendengaran. Pada telinga bagian luar,
kulit menjadi kering serta tipis sehingga terjadi gangguan
konduksi pada suara. Sekitar 50% umumnya banyak terjadi pada
lansia yang berusia >60 tahun.
c) Perabaan
Perubahan pada indra peraban dipengaruhi oleh perubahan
penglihatan dan pendengaran seperti kehilangan propioseptif
dan sensasi.
d) Pengecapan
Perubahan yang bisa terjadi di indra pengecapan yakni
kerusakan papila sehingga sistem sensitivitas pada lidah untuk
merasa berkurang (manis, pahit, asam, dan asin).
e) Penciuman
Penurunan dan kehilangan sensasi penciuman sehingga
terjadi penurunan sensivitas pada lansia.
3) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a) Jaringan
Penguhubung (Elastin dan Kolagen) Perubahan yang terjadi
seperti penurunan kemampuan meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan bergerak, serta hambatan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
b) Tulang
Berkurangnya kepadatan pada tulang yang menjadi
penyokong organ tubuh pada manusia sehingga akan
mengakibatkan fraktur, nyeri, dan deformitas.
c) Otot
Penyebab dari adanya peningkatan jaringan lemak dan
penghubung menyebabkan struktur dan ukuran otot mengalami
perubahan yakni semakin mengecil.
d) Kartilago
Perubahan yang terjadi pada permukaan sendi yang rata dan
granulasi yakni peradangan, keterbatasan gerak, serta nyeri.
e) Sendi
Perubahan yang kerap terjadi pada kemunduran elastisitas
umumnya menyebabkan kehilangan fleksibilitas dan luas gerak
sendi menjadi terbatas.
4) Perubahan Sistem Kardiovakular serta Respirasi
a) Sistem Kardiovaskular
Perubahan yang terjadi yakni dinding ventrikel kiri menjadi
menebal sebab fungsi di serat-serat elastis menghilang sehingga
terjadilah ketidakmampuan jantung untuk distensi, pada sistem
aorta, arteri perifer manjadi kaku dan tidak lurus, vena meregang
membentuk fase dilatasi sehingga terjadi oedema.
b) Sistem Respirasi
Perubahan yang terjadi di jaringan ikat bisa menyebabkan
kapasitas total yang ada didalam paru menjadi tetap, tetapi
volume cadangan pada paru semakin bertambah serta juga, otot
kartilago dan sendi pada thoraks berubah sehingga pola
pernafasan menjadi terganggu.
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Pada usia >30 tahun akan mengalami kehilangan gigi yang
dikarenakan terjadinya periodontal diase, berkurangnya rasa lapar
atau nafsu makan berkurang.
6) Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan yang terjadi seperti pada perempuan terjadi penurunan
di selaput lendir vagina, mengalami penurunan sekresi, peningkatan
endrogen sehingga mengakibatkan terajadinya penurunan pada masa
tulang dengan resiko osteoporosis maupun fraktur. sedangkan pada
laki-laki meskipun terjadi penurunan pada reproduksi masih mampu
mendapatkan spermatozoa dan atrofi prostat otot di area hyperplasia
(Sunaryo, 2016).
7) Perubahan pada Sistem Kulit
Perubahan yang terjadi pada kulit diakibatkan dari semakin
bertambahnya usia maka kulit akan mengalami perubahan serta
penurunan seperti keriput sebab kehilangan kratinasi, kulit menjadi
kasar sebab keelastisitasan di permukaan kulit hilang, jumlah
kelenjar keringat yang terdapat didalam tubuh berkurang.
b. Perubahan Mental
Perubahan mental seringkali dialami pada lansia disebabkan karena
faktor umum yang mempengaruhinya seperti muncul rasa cemas, tidak
aman, merasa terancam karena suatu penyakit, dan merasa tidak mampu
saat melakukan aktivitas yang seringkali dilakukannya secara mandiri
atau dengan bantuan orang lain.
c. Perubahan Spiritual
Bertambahnya usia individu maka akan lebih sering dalam
mendekatkan diri kepada sang penciptanya serta memahami agamanya,
hal ini bisa dilihat dari cara berfikir maupun tindakan yang dilakukan
pada kesehariannya.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan yang akan terjadi seperti kondisi tubuh semakin
melemah, hilangnya pekerjaan sehingga berakibat pada gangguan gizi,
merasa memiliki ketidakmampuan dalam hidupnya sebab penyakit
kronis, perubahan pada pandangan hidup yang seringkali datang ke
rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, serta merasa malu
dan minder terhadap faktor lingkungan.

5. Permasalahan Pada Lansia


Banyaknya penduduk lansia berdampak pada berbagai aspek
kehidupan, seiring dengan bertambahnya usia fungsi organ tubuh akan
semakin menurun baik itu sebab faktor ilmiah maupun karena faktor
penyakit. Salah satu gangguan kesehatan yang bisa muncul pada lansia ialah
gangguan mental.
Gangguan mental yang seringkali muncul pada masa ini ialah depresi,
gangguan kognitif. Sejumlah faktor resiko psikososial juga menyebabkan
lansia kepada gangguan mental. Faktor resiko tersebut merupakan hilangnya
peranan sosial, hilangnya ekonomi, kematian teman atau sanak saudaranya,
penurunan kesehatan, peningkatan isolasi sebab hilangnya interaksi sosial,
keterbatasan finansial, serta penurunan fungsi kognitif (Puspitasari, A., &
Maria, 2020).

B. Konsep Depresi

1. Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang berat ditandai
dengan gangguan fungsional baik yang bersifat fisik maupun sosial yang
berlangsung lama pada diri seseorang (Wulandari, 2020).
Depresi adalah perasaan sedih, merasa tidak berdaya, yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Untari Ida,
2018).

2. Tanda Gejala Depresi


Depresi adalah masalah medis yang serius, depresi bisa menjadi
salah satu gejala yang bisa dikaitkan dengan suasana hati, fisik, serta
gejala kognitif. Gejala tersebut seperti suasana hati yang tertekan, sedih,
atau mudah tersinggung, seringkali merasa bersalah dan tidak berguna,
tidak bisa merasakan kesenangan, berfikir untuk bunuh diri dan pikiran
perihal kematian, tidak ada minat dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Gejala kognitif termasuk kesulitan membuat keputusan,
kekurangan energi, perubahan pola tidur, gerakan lambat, merasa lelah dan
konsentrasi yang buruk , aktivitas dan nafsu makan juga merupakan gejala
fisik yang bisa terlihat pada pasien depresi (Manafe & Berhimpon, 2022).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Depresi


Menurut Sirenden et al.,(2022) Depresi biasanya diakibatkan oleh
suatu peristiwa hidup tertentu, yaitu seperti penyakit. Dimana penyebab
dari depresi belum diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi antara lain sebagai berikut.
1. Faktor fisik
a. Faktor usia
Usia merupakan salah satu faktor penyebab depresi terutama pada
seorang lansia. Resiko terjadinya depresi bisa meningkat dua kali
lipat saat usia semakin meningkat karena banyak terjadi perubahan
pada hidup penderita pada masa tersebut. Perubahan tersebut baik
perubahan secara fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia susunan kimia otak dan tubuh.
b. Jenis kelamin
Perempuan lebih sering terkena gejala depresi dari pada pria,
karena terdapat beberapa faktor lain yang kemungkinan
menyebabkan depresi, seperti: kematian pasangan hidup, perbedaan
sosial dan budaya. Selain itu pengaruh perubahan hormonal pada
perempuan misalnya early onset of menopause. Serta tanggung
jawab seseorang perempuan dalam kehidupan sehari-hari cukup
berat, seperti mengurus rumah tangga dan mengurus anak, hal ini
menyebabkan kemungkinan faktor resiko depresi lebih banyak pada
lansia perempuan dari pada laki-laki.
c. Dukungan sosial
Lansia secara perlahan akan mengalami penurunan kondisi fisik,
penurunan aktivitas, pemutusan hubungan sosial dan perubahan
posisi dalam masyarakat. Dalam kondisi tersebut lansia
membutuhkan dukungan sosial seperti perhatian dan motivasi untuk
memperoleh ketenangan. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai
bentuk tanda seseorang merasa dicintai, diperhatikan dan dihargai
melalui komunikasi serta kontak sosial.
d. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan seseorang
terkena berbagai macam penyakit, contohnya penyakit jantung dapat
memicu terjadinya kecemasan dan depresi. Dimana tingkat stres
digabungkan dengan pola makan yang tidak sehat, tidur yang tidak
teratur, jarang berolahraga serta kurangnya aktivitas fisik dapat
menjadi faktor beberapa orang mengalami depresi.
e. Penyakit fisik
Seseorang yang memiliki suatu penyakit yang serius dapat
membuat seseorang terkejut sehingga mengurangi rasa percaya diri,
dan terus memikirkan penyakitnya dapat menyebabkan terjadinya
depresi.
f. Medikasi
Pengobatan merupakan salah satu tindakan medis untuk
memulihkan kembali kondisi tubuh. Tetapi, beberapa obat yang
diberikan bias menyebabkan gejala depresi pada lansia. Obat
tersebut seperti obat anti hipertensi, obat psikiatri dan analgetik.
2. Faktor psikologis
a. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Lebih rentan
terhadap depresi, yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola pikir
yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian introvert salah satu
aspek kepribadian itu merupakan penyesuaian diri.
Penyesuaian diri yaitu suatu proses yang dapat mempengaruhi
banyak faktor, baik berasal dari diri seseorang seperti keluarga,
masyarakat, dan luar diri individu seperti lingkungan sosial, antara
lain melalui gambaran diri yang positif, hubungan antar pribadi yang
baik dengan keluarga dan lingkungan sosial, kemampuan
mengontrol emosi dan rasa percaya diri.
b. Pola pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan
pola pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat
seseorang rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa
seseorang yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena
depresi
c. Harga diri (self-esteem)
Harga diri yang rendah dapat berpengaruh negatif pada seseorang
yang bersangkutan dan mengakibatkan seseorang tersebut akan
menjadi stres serta depresi.
d. Stres
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah
rumah, atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan
depresi. Reaksi terhadap stres sering kali ditangguhkan dan depresi
dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.
e. Lingkungan keluarga
Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan
keluarga yaitu dikarenakan kehilangan orang tua ketika masih anak-
anak, jenis pengasuhan yang kurang kasih sayang ketika kecil, dan
penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil.

4. Dampak Depresi Pada Lansia


Dampak depresi pada lansia dapat berasal dari fisik, psikologis dan
sosial yang saling berinteraksi secara merugikan dan memperburuk
kualitas hidup serta produktifitas kerja pada lansia. Penurunan kondisi
fisik pada lansia rawan terhadap berbagai macam penyakit, kemudian akan
menghadirkan berbagai macam gangguan fungsional dan penyakit pada
lansia, tidak hanya akan berpengaruh pada kondisi fisik namun juga akan
berpengaruh pada kondisi psikisnya.
Faktor psikologis ditandai dengan adanya konflik yang tidak
terselesaikan (cemas, rasa bersalah), kemunduran daya ingat serta adanya
ganguan kepribadian. Faktor sosial yang berpengaruh yaitu kurangnya
interaksi sosial (isolasisosial) dan kesepian yang dialami lansia (Nikmah et
al., 2021)

5. Pengukuran Depresi
Untuk mengukur gejala depresi ada beberapa instrumen yang dapat
digunakan seperti (1) Geriatric Depression Scale (GDS), (2) Beck
Depression Inventory (BDI), dan (3) Center of Epidemologic Studies
Depression Scale (CESD) (Dewi, 2012). Dalam penelitian ini
menggunakan salah satu instrumen pengukuran depresi yaitu Geriatric
Depression Scale (GDS).
GDS merupakan kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan, pada
tahun 1986 GDS dikembangkan lagi menjadi short form isinya 15
pertanyaan dengan kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, 10
diantaranya yaitu pertanyaan yang menunjukkan gejala depresi jika
jawaban yang dipilih “YA” dan sisanya (nomor pertanyaan 1, 5, 7, 11, 13)
menunjukkan gejala depresi jika jawaban yang dipilih “TIDAK”, untuk
skor 0-4 termasuk kategori normal, 5-8 menunjukkan adanya depresi
ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang dan 12-15 menandakan depresi
berat.
Geriatric Depression Scale (GDS) memiliki format yang
sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca.
Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut
usia di Indonesia (Damayanti et al., 2020)

C. Konsep Dasar Interaksi Sosial

1. Definisi Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah sebuah hubungan timbal balik atau
hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia di dalam masyarakat.
Indikatornya terdiri dari imitasi, identifikasi, sugesti, simpati dan empati.
Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena
dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak akan pernah merasakan
kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap di pertahankan dan
dikembangkan pada kelompok lansia.
Hubungan sosial yang dilakukan lansia yaitu karena mereka
mengacu pada sebuah teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan
manusia, umumnya berasal dari hubungan sosial. Adapun kegiatannya
seperti mengikuti sebuah acara di masyarakat dan ikut juga membantu
tetangga yang sedang membutuhkan pertolongan dari pertolongan itu
dapat menimbulkan kebahagiaan.
Kurangnya interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan
perasaan tidak berguna, perasaan terisolir sehingga lansia menyendiri atau
mengalami isolasi sosial dan langsung menyatakan bahwa seseorang yang
menginjak lanjut usia itu akan semakin meningkat perasaannya terhadap
isolasinya dan kondisi ini juga rentan terhadap depresi (Manafe &
Berhimpon, 2022).
2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Menurut Fitri, Z (2022) terdapat dua aspek yang dapat di ukur dalam
interaksi sosial yaitu:
a. Kontak sosial
Kontak sosial adalah peristiwa terjadinya hubungan sosial antara
individu satu dengan yang lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik
tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial
dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada
suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja
sama.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan penyampaian informasi, ide, konsepsi,
pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik.
Tujuan utama komunikasi yaitu menciptakan pengertian bersama
dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku
seseorang menuju ke arah positif.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial


Menurut Oktaviana, E. S (2019) terdapat enam faktor yang
mempengaruhi terjadinya interaksi sosial, seperti yang dijelaskan sebagai
beriku.
a. Faktor imitasi
Imitasi adalah kegiatan meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau
penampilan fisik. Imitasi pertama terjadi dalam lingkungan keluarga,
seperti dengan kebiasaan mengulangi bunyi kata saat mereka belajar
bahasa dan sebagainya. Imitasi merupakan suatu bagian dari proses
interaksi sosial, dimana didalam imitasi menerangkan mengapa dan
bagaimana keseragaman pandangan dan tingkah laku orang-orang dapat
terjadi.
b. Faktor sugesti
Sugesti merupakan pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa
adanya daya kritik. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang-orang yang
dianggap mempunyai wibawa dan juga mempunyai pengaruh yang
besar dalam lingkungannya. Menurut Ahmadi sugesti dapat dibedakan
menjadi dua yaitu auto sugesti dan heterosugesti.
Autosugesti merupakan sugesti terhadap diri sendiri yang datang
dari dalam individu. Sedangkan heterosugesti merupakan sugesti yang
datang dari orang lain. Dalam kehidupan terutama kehidupan sosial,
peranan heterosugesti lebih dominan bila dibandingkan dengan peranan
autosugesti.
c. Faktor identifikasi
Proses identifikasi dimulai dengan dirinya sendiri secara tidak
sadar. Identifikasi merupakan perasaan-perasaan atau kecenderungan
atau keinginan yang ada dalam diri seseorang untuk menjadi identik
dengan orang yang ditirunya. Proses ini adalah kelanjutan dari tahap
sugesti dan imitasi yang dilakukan seseorang.
Identifikasi berguna untuk melengkapi system norma-norma, cita-
cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi
itu. Sehingga seorang individu akan melakukan indentifikasi terhadap
orang-orang yang dianggap sebagai tokoh panutan ketika masih
memiliki kekurangan pegangan.
d. Simpati
Simpati merupakan dimana perasaan seseorang tertarik dengan
orang lain dengan sendirinya dan membuatnya seakan-akan berada
dalam kondisi dan keadaan orang lain. Simpati muncul berdasarkan
penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi, timbulnya simpati
adalah proses pada alam sadar seseorang yang merasa simpati akan
keadaan yang dialami orang lain.
e. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan atau rangsangan yang berasal dari
dalam diri seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu.
f. Empati
Empati merupakan perasaan iba yang dimiliki seseorang sehingga
mendorong untuk ikut merasakan kondisi atau keadaan yang dialami
dan dirasakan orang lain.

4. Pengukuran Interaksi Sosial


Peneliti menggunakan skala interaksi sosial yaitu Social
Connectedness yang diadaptasi dari penelitian Wiko Tri Widodo (2022).
Skala ini berisikan 19 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan positif
dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan positif kuesioner interaksi sosial ini
menggunakan skala ordinal dengan pilihan “Sering”, “Kadang-kadang”,
“Tidak Pernah”. Pilihan jawaban pada item favorable akan diberi nilai 3
(sering), 2 (kadang-kadang), 1 (tidak pernah), dan untuk aitem unfavorable
akan diberi nilai 1 (sering), 2 (kadang- kadang), 3 (tidak pernah).
Keseluruhan jawaban subjek penelitian akan diinterpretasikan dalam
kategori interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%, interaksi sosial cukup = 60 –
75%, dan interaksi sosial kurang = < 60%.

5. Interaksi Sosial Lansia


Interaksi sosial merupakan suatu hubungan yang saling
mempengaruhi dengan melakukan komunikasi dan saling mempengaruhi
dalam tindakan maupun cara berpikir. Lansia mengalami penurunan
kemampuan fisik dan derajat kesehatan yang dimiliki menyebabkan lansia
cenderung menghindar dari hubungan dengan orang lain. Hal ini dapat
menyebabkan interaksi sosial lansia yang menurun (Oktaviana, E. S,
2019).
Sesuai dengan teori pembebasan (disengagement theory) bahwa
seseorang dengan bertambahnya umur akan mulai menarik diri dari
kehidupan sosialnya, yang berarti lansia mempunyai tingkat interaksi
sosial yang menurun. Interaksi sosial yang menurun dapat disebabkan
karena kerusakan kognitif yang dialami lansia, kehilangan keluarga
maupun teman dekat, fasilitas hidup yang didapat (Oktaviana, E. S, 2019).
Lansia cenderung akan kehilangan kesempatan dalam partisipasi
dan hubungan sosial, kehilangan peran, kontak sosial yang terhambat yang
disebabkan karena menurunnya interaksi sosial yang terjalin baik secara
kualitas maupun kuantitas (Oktaviana, E. S, 2019).
Lansia yang tinggal di panti werdha cenderung mempunyai
tingkat interaksi sosial yang rendah. Sebagian besar lansia sering
berada di kamar, duduk-duduk sendiri, jarang berkumpul dan
ngobrol dengan teman sebaya. Tidak adanya interaksi sosial yang
terjalin dapat membuat lansia merasa kesepian dan tidak memiliki
kesejahteraan.
D. Ringkasan Studi Literatur
Tabel 2.1 Ringkasan Studi Literatur

Peneliti dan Tujuan Metode Hasil Data Base (Link Sumber


Judul Penelitian (Desain, Sampel, Referensi)
Penelitian Variabel, Instrumen,
(Tahun Analisis)
Penelitian
Manafe, L. Mengetahui Desain : Penelitian Tingkat depresi pada lansia sebagian https://stp-mataram.e-
A., & hubungan observasiona besar berada pada kategori journal.id/JIH/article/
Berhimpon, antara tingkat l dengan depresi berat 36 orang atau 75% dan download/1979/1628
I. (2022) depresi pendekatan 12 orang lansia atau 25% mengalami
Hubungan dengan crosectional depresi sedang.
Tingkat interaksi study. Sebagian besar memiliki interaksi
Depresi sosial pada Sampel : 48 Orang sosial yang baik sebanyak 28 orang
Lansia lansia berusia di atau 58.3% dan 20 orang atau 25%
Dengan atas 60 memiliki interaksi sosial yang kurang
Interaksi tahun. baik.
Sosial Lansia Variabel : Tingkat Ada hubungan antara tingkat depresi
Di Bpslut Depresi & dan interaksi lansia di UPTD Badan
Senja Cerah Interaksi Pelayanan Terpadu Lanjut Usia Senja
Manado Sosial Cerah Paniki Manado
Instrumen: Kuisioner 0.05 (0.002< α 0.05)
dengan
menggunaka
n Geriatric
depression
scale dan
Kuisioner
Interaksi
Sosial yang
diadopsi dari
penelit
sebelumnya.
Analisis : Uji
Penelitian
ini memakai
uji Chi-
square.
Failusuf, S. I. Mengetahui Desain : Keterhubungan sosial diketahui https://
M., & hubungan Sampel : 116 lansia sebanyak 2 subjek penelitian atau www.jurnal.usahidsolo.ac.id/
Kusumaningr antara di Bekasi (1.8%) termasuk dalam kategori index.php/JTL/article/
um, F. A. keterhubunga berusia rendah, kategori sedang sebanyak 17 download/954/733
(2022). n sosial minimal 60 subjek atau (14.9%), dan kategori
Social dengan tahun tinggi sebanyak 55 subjek atau
Connectedne kesepian Variabel : social (48.2%). Sedangkan kategori sangat
ss And lansia connectedne tinggi berjumlah 40 subjek atau
Loneliness ss dan (35.1%)
Of Elderly. kesepian
Jurnal Instrumen: Kesepian Variabel kesepian terdapat 13 subjek
Talenta, menggunaka atau sebanyak (11.4%) berada pada
11(1), 13-33. n alat ukut kategori sangat rendah dan subjek
UCLA yang berada dalam kategori tinggi
Loneliness hingga sangat tinggi sebanyak 13
Scale versi 6 subjek atau (11.4)%.
aitem (ULS-
6) (Neto, Hasil data menunjukkan koefisien
2014). korelasi r = - 0,580 dengan
Sedangkan signifikansi p = 0,000 sehingga dapat
skala social dikatakan hipotesis diterima.
connectedne
ss
menggunaka
n hasil
adaptasi dari
social
connectedne
ssi scale
(Lee &
Robbins,
1995). Skala
ini terdiri
dari tiga
aspek, yaitu
companions
hip,
affiliation,
dan
connectedne
ss.
Analisis : Teknik
korelasi
Spearman’s
Rho

Puspitasari, Mengetahui Desain : Analitik Sebagian besar 29 responden (72.5%) https://


A., & Maria, hubungan korelasional berinteraksi dengan baik dan sebagian ejournal.akesrustida.ac.id/
L. (2022) interaksi dengan kecil 11 responden (27.5%) index.php/jikr/article/
Hubungan sosial dengan pendekatan berinteraksi sosial sedang. download/110/8
Interaksi tingkat cross
Sosial depresi pada sectional Didapatkan hasil bahwa 29 responden
Dengan lansia di Panti Sampel : 40 Orang (72.5%) dikategorikan normal dan 11
Tingkat Werdha berusia di responden (27.5%) dikategorikan
Depresi Pangesti atas 60 tingkat depresi ringan.
Pada Lawang. tahun. Hasil uji korelasi spearman
Lansia Di Variabel : Interaksi didapatkan (r hitung) sebesar -713
Panti Sosial & dengan p-value 0.000
Werdha Tingkat sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pangesti Depres terdapat hubungan antara interaksi
Lawang Instrumen: Data sosial dengan tingkat depresi pada
interaksi lansia di Panti Werdha Pangesti
sosial Lawang.
diperoleh
dengan
menggunaka
n instrumen
pedoman
wawancara
interaksi
sosial yang
berisikan
17
pertanyaan
dengan
kategori
interaksi
sosial buruk
(1-11),
interaksi
sosial
sedang
(12-23) dan
interaksi
sosial baik
(24-34).
Tingkat
depresi
diperoleh
dengan
menggunaka
n pedoman
wawancara
DASS
42
(Depression
Anxiety
Stress Scale)
Analisis : uji korelasi
spearman
Wiko Tri Mengkaji Desain : Desain Hasil analisis korelasi menunjukkan http://repository.uin-
Widodo, W. secara ilmiah kuantitatif bahwa terdapat hubungan negatif suska.ac.id/59389/1/SKRIPSI
(2022) hubungan korelasional yang signifikan antara interaksi sosial %20GABUNGAN.pdf
Hubungan antara Sampel : Sebanyak dengan tingkat depresi pada lansia di
Antara interaksi 47 lansia Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Interaksi sosial dengan Variabel : Interaksi Khotimah Pekanbaru dengan r = -
Sosial tingkat Sosial & 0,893 dan signifikansi p = 0,000
Dengan depresi pada Tingkat (sig<0,05).
Tingkat lansia di Panti Depres
Depresi Pada Sosial Tresna Instrumen: Interaksi
Lansia Di Werdha sosial peneliti
Panti Sosial Khusnul menggunakan
Tresna Khotimah skala interaksi
Werdha Pekanbaru. sosial yang
Khusnul diadaptasi dari
Khotimah penelitian
Pekan Baru Peny
Indrawati
(2019).
Tingkat
Depresi
Menggunakan
skala Geriatric
Depression
Scale (GDS)
Analisis : Korelasi
pearson
product
moment
dengan
bantuan
SPSS 25.00
for windows.
Sumartyawat Melihat Desain : Penelitian Religiusitas lansia kategori baik http://id.stikes mataram.ac.id/e
i, N. M., religiusitas korelasi sebanyak 75 (95.2%) orang, dan journal/index.php/JPRI/article/
Marliani, Y., dan interaksi dengan kategpri cukup sebanyak 4 (4.8%) download/268/182
Putra, A.A., sosial dengan pendekatan orang. Interaksi sosial lansia kategori
Santosa, I. depresi pada cross cukup sebanyak 44 (53%) orang dan
M. E., & lansia sectional kategori kurang sebanyak 39 (47%)
Sukardin, S. Sampel : Lansia yang orang. Depresi lansia pada kategori
(2022) beragama tidak depresi sebanyak 59 (71.1%)
Religiusitas islam orang dan kategori
Dan Interaksi sebanyak 83 ringan 24 (28.9%) orang.
Sosial orang. Hasil P value pada uji spearman rank
Dengan Variabel : Interaksi religiusitas dengan depresi sebesar
Depresi sosial dan 0.196 dengan α 0.05, sehingga P > α
Lansia Di depresi dan artinya tidak ada hubungan
Panti Werdha Instrumen: religiusitas dengan depresi. P value
Kota Pengumpula sebesar 0.541 > α 0.05, artinya tidak
Mataram n data ada hubungan
depresi interaksi sosial
digunakan
kuesioner
Getriatric
Depression
Scale
(GDS).
Untuk
kuesioner
interaksi
sosial dilihat
dari 23 item
pernyataan
dari 2 syarat
interaksi
sosial yaitu
kontak sosial
dan
komunikasi
dengan 3
pilihan
jawaban.
(Rohmawati,
2017).
Analisis: Uji statistik
spearman rank
E. Kerangka Teori
Tabel 2.2 Kerangka Teori Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Interaksi
Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Caringin.

Tabel 2.2 Kerangka Teori

Interaksi Sosial Pada Lansia


Di Panti Sosial Tresna
Tingkat Depresi Werdha Laswi Caringin.

Faktor Yang
Mempengaruhi Depresi
Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor Fisik
Interaksi Sosial
a. Faktor Usia
Penyakit fisik
b. Jenis Kelamin
c. Dukungan Sosial Pengalaman trauma
d. Gaya Hidup
e. Penyakit Fisik
Komponen terjadinya
f. Medikasi interaksi sosial
2. Faktor Psikologis
a. Kepribadian
b. Harga Diri
c. Stress

Sumber: Sirenden, (2022), Oktaviana, E. S, (2019).


E. Hipotesis
1. Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan
interaksi sosial pada lansia di panti sosial tresna werdha laswi caringin.
2. Hipotesis Nol (H0): Tidak terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan
interaksi sosial pada lansia di panti sosial tresna werdha laswi caringin.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Setelah berbagai aspek telah disajikan dalam pembahasan yang terdapat pada
tinjauan pustaka, kemudian akan dirangkum sebagai dasar dalam membuat
kerangka konsep. Maka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Tabel 3.1 Kerangka Konsep

Tingkat Depresi

1. Normal
Ada
2. Depresi Ringan Interaksi Sosial
Hubungan
3. Depresi Sedang 1. Baik
Tidak Ada
4. Depresi Berat 2. Buruk
Hubungan

B. Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif berupa analitik
korelasional dengan menggunakan metode pendekatan cross-sectional.
Metode ini digunakan untuk melihat korelasi antar variabel serta sejauh mana
variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variabel lain. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel terikat (Y) Interaksi Sosial
dan variabel bebas (X) Tingkat Depresi.
Alasan menggunakan metode tersebut karena pada disain studi ini
seluruh variabel diukur dan diamati sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama. Sehingga lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian,
selanjutnya peneliti tidak melakukan tindak lanjut. Pada penelitian ini akan
mendeskripsikan hubungan antara tingkat depresi dengan interaksi sosial
pada lansia di panti sosial tresna werdha.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan suatu objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu:
1. Variabel Independent ( Variabel Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang
menjadi sebab suatu perubahan atau timbulnya variabel dependent
(terikat) (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
Tingkat Depresi.
2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Dalam
penelitian ini pada variabel terikatnya adalah Interaksi Sosial.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu bertujuan untuk membatasi ruang lingkup atau
definisi dari setiap variabel yang diteliti. Definisi operasional juga memiliki
manfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang berhubungan serta pengembangan alat ukur penelitian
(Notoadmojo, 2018).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa
terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya
ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan.
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga dapat mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain.
Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Penelitian Operasional

1. Tingkat Depresi adalah Geriatric Ordinal 1. Normal


Depresi suatu perasaan Depression (0-4)
Scale (GDS)
sedih pada 2. Depresi
lansia yang Ringan
(5-8)
sangat
mendalam, 3. Depresi
Sedang
yang bisa
(9-11)
terjadi setelah
4. Depresi
kehilangan
Berat (12-
seseorang atau 15)
peristiwa
menyedihkan
lainnya
ditandai dengan
kesedihan yang
berkepanjangan
.
2. Interaksi Interaksi sosial Social Ordinal 1. Interaksi
Sosial merupakan Connectednes sosial
s
hubungan baik
timbal balik (≥76–
atau hubungan 100%)
yang saling 2. Interaksi
mempengaruhi sosial
satu sama lain cukup
sehingga dapat (60–75%)
mempengaruhi 3. Interaksi
, mengubah, sosial
atau kurang (<
memperbaiki 60%)
perilaku lansia
atau individu
yang lain.
E. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia di panti sosial
tresna werdha laswi, besar sampel penelitian berjumlah 30 lansia.
Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah lansia di panti
sosial tresna werdha laswi dengan tidak ada spesifikasi agama tertentu dan
bersifat universal untuk semua agama.

1. Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Nonprobability Sampling dengan model Total Sampling.
Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yang ada (Sugiyono, 2018).
Alasan mengambil total sampling menurut Syamsunie (2018) mengatakan
jumlah populasi ketika dibawah 100, maka digunakan dengan cara total
sampling. Penelitian ini melibatkan 30 responden.
Kriteria inklusif dalam penelitian ini adalah:
1. Lansia berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun.
2. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi yang bersedia menjadi
responden.
3. Lansia dengan kondisi sehat fisik
4. Lansia yang dapat berkomunikasi verbal.
Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah:
1. Lansia yang sakit secara fisik dan tidak memungkinkan untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
2. Saat sedang penelitian lansia di panti mengundurkan diri atau menolak
menjadi responden.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner sebagai berikut:
1. Kuesioner Tingkat Depresi
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu instrumen pengukuran
tingkat depresi yaitu Geriatric Depression Scale (GDS). GDS merupakan
kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan, pada tahun 1986 GDS
dikembangkan lagi menjadi short form isinya 15 pertanyaan dengan
kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, untuk skor 0-4 termasuk
kategori normal, 5-8 menunjukkan adanya depresi ringan, 9-11
menunjukkan depresi sedang dan 12-15 menandakan depresi berat.
Alasan memilih GDS untuk mengukur tingkat depresi karena GDS
memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan
respon yang mudah dibaca. GDS telah divalidasi pada berbagai populasi
lanjut usia di Indonesia.
2. Kuesioner Interaksi Sosial
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu instrumen
pengukuran tingkat interaksi sosial yaitu Social Connectedness. Skala ini
berisikan 19 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan positif dan 3
pernyataan negatif. Pernyataan positif Kuesioner interaksi sosial ini
menggunakan skala ordinal dengan pilihan “Sering”, “Kadang-kadang”,
“Tidak Pernah”. Keseluruhan jawaban subjek penelitian akan
diinterpretasikan dalam kategori interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%,
interaksi sosial cukup = 60 – 75%, dan interaksi sosial kurang = < 60%.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode uji statistik univariat
dan bivariat, data disajikan distribusi frekuensinya, dan untuk mengetahui
adanya hubungan antara tingkat ansietas dengan kualitas tidur mahasiswa
digunakan metode uji statistik Spearman's rank menggunakan pemrograman
komputer SPSS. Dalam pengisian tidak ada yang dianggap salah, sehingga
dalam memberikan jawaban subjek tidak merasa terbebani.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data


Adapun langkah-langkah pengolahan data secara manual menurut
(Notoadmojo, 2018) adalah:
a. Editing
Editing merupakan pengecekan kelengkapan data yang
diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner. Jika ternyata masih
ada data atau informasi yang belum lengkap, dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dihapus
(drop out).
b. Coding
Coding merupakan suatu kegiatan setelah data yang sedang
dipelajari kemudian dikodekan dengan mengubah data yang berupa
huruf menjadi data berupa angka/bilangan, sehingga memudahkan
peneliti untuk memasukkan data ke dalam komputer.
c. Entry Data
Entry data adalah pengisian kolom atau kotak pada lembar
kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban setiap pertanyaan.
d. Cleaning
Yang membersihkan data yang merupakan kegiatan mengecek
kembali data yang telah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak
dalam penelitian ini menghilangkan data yang tidak sesuai dan tidak
diperlukan oleh peneliti.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan pengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang
diajukan (Sugiyono, 2018).
a. Analisa Univariat
Menurut Notoatmodjo (2018;h.182) analisis univariat bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari masing-
masing variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase masing-masing
variabel. Analisa univariat pada penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan setiap variabel bebas (Tingkat Depresi) dan variabel
terikat (Interaksi Sosial). Untuk melihat distribusi frekuensinya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = f x 100%
n
Keterangan :
P = Angka Presentase
f = Frekuensi jumlah responden
n = Banyaknya responden

1) Tingkat Depresi
Geriatric Depression Scale (GDS) dengan 15 pertanyaan dengan
kategori pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”, pengolahan data
menggunakan SPSS, untuk mengetahui data frekuensi dan
presentase.
Penskoran tingkat depresi GDS(15) adalah sebagai berikut:
Tidak ada gejala depresi/ Normal (0-4)
Tngkat depresi Ringan (5-8)
Tingkat depresi sedang (9-11)
Tingkat depresi Berat (12-15)
Menurut Notoatmodjo (2010 dalam Nurazizah 2014) untuk
komposisi porposi responden dari setiap kategori dideskripsikan
sebagai berikut:
0% = Tidak seorang pun dari responden
1% - 25% = Sebagian kecil dari responden
26% - 49% = Hampir setegahnya
50% = Setengah responden
51% - 76% = Sebagian besar dari responden
77%-99% = Hampir semua responden
100% = Seluruh responden
2) Interaksi Sosial
Skala ini berisikan 19 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan
positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan positif Kuesioner
interaksi sosial ini menggunakan skala ordinal dengan pilihan
“Sering”, “Kadang-kadang”, “Tidak Pernah”. Pilihan jawaban pada
item favorable akan diberi nilai 3 (sering), 2 (kadang-kadang), 1
(tidak pernah), dan untuk item unfavorable akan diberi nilai 1
(sering), 2 (kadang- kadang), 3 (tidak pernah).
Penskoran Social Connectedness adalah sebagai berikut:
Interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%
Interaksi sosial cukup = 60 – 75%,
Interaksi sosial kurang = < 60%.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan (Notoadmojo, 2018). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengatahui hubungan tingkat depresi dengan
interaksi sosial pada lansia.
Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman rho yaitu
mencari hubungan atau menguji signifikan bila masing-masing variabel
yang dihubungkan berbentuk ordinal (Sugiyono, 2018) sebagai berikut:
Rumus:
6 ∑bi2
P=1
n(n2-1)

Keterangan:
P = Koefisien korelasi spearman rho
Bi = Selisih peringkat setiap data
n = Jumlah data
Dasar pengambilan keputusan
 Jika nilai signifikasi < 0,05, maka berkorelasi
 Jika nilai signifikasi ≥ 0,05, maka tidak berkorelasi
Nilai berkorelasi spearman berada diantara – 1 ≤ p ≤ 1. Bila nilai = 0,
berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan antara variabel
dependen dan independen. Nilai p = + 1 berarti terdapat hubungan yang
positif antara independen. Nilai p = - 1 berarti terdapat hubungan yang
negatif antara variabel independen dan variabel dependen. Dengan kata
lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah hubungan diantara variabel
yang sedang dioperasionalkan.
Berikut adalah tabel nilai korelasi beserta makna nilai tersebut:
Tabel 3.3 Kekuatan Hubungan Nilai Korelasi
Nilai Makna
0,00-0,19 Sangat rendah/sangat lemah
0,20-0,39 Rendah/lemah
0,40-0,59 Tinggi/kuat
0,60-0,79 Tinggi/kuat
0,80-1,00 Sangat tinggi/sangat kuat
Martono, 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS

Alasan memilih uji statistik korelasi Spearman rho karena


merupakan salah satu penerapan koefesien korelasi dalam metode
analisis data statistic non parametrik. Digunakan karena ingin
mengetahui kesesuaian antara 2 subjek di mana skala datanya adalah
ordinal.

I. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku pada setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan mendapatkan dampak dari hasil
penelitian. Tujuan dari etika penelitian ini adalah untuk memperhatikan dan
mengutamakan hak-hak responden (Notoadmojo, 2018).
Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan dan menekankan pada
masalah etika yang meliputi:
1) Penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia (Respect human
dignity)
Responden harus memperoleh hak dan informasi tentang tujuan
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti juga harus memberikan
kebebasan kepada responden untuk memberikan informasi atau tidak
memberikan informasi. Untuk menghormati martabat responden, peneliti
harus menyiapkan formulir persetujuan (inform concent).
2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh karena itu peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
responden. Peneliti cukup menggunakan inisial sebagai pengganti
identitas responden.
3) Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Seorang peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan keadilan,
percaya diri dalam menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
memastikan bahwa responden menerima perlakuan dan manfaat yang
sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, dan sebagainya.
4) Memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms
and benefits).
Dalam sebuah penelitian semaksimal mungkin untuk mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan khususnya para
responden. Peneliti harus meminimalisir dampak yang merugikan
responden.

J. Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi Jl.
Caringin, Gang Lumbung I, RT 04/RW03, No. 26, Gg. Lumbung 2 No. 67,
Babakan Ciparay, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat 40223.

K. Rencana Pelaksanaan
Rencana penelitian atau langkah-langkah penelitian berguna dan
mempermudah dalam menyelesaikan penelitian. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
b. Memilih lokasi penelitian
c. Konsultasi dengan pembimbing
d. Menyusun proposal penelitian pada bulan Maret 2023
e. Membuat daftar pertanyaan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan informed concent kepada responden selama penelitian
pada bulan Mei 2023
b. Melakukan penelitian pada bulan Mei 2023
c. Mengumpulkan data dan mengolah hasil penelitian pada bulan mei
2023
3. Tahap Akhir
a. Menyusun hasil akhir penelitian
b. Melakukan presentasi analisa, penyajian data dan kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., Anggreny, Y., & Utami, A. (2019). Hubungan dukungan keluarga
terhadap depresi dan interaksi sosial pada lansia. Journal homepage:
http://afiasi. unwir. ac. id ISSN Online, 2622, 3392.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Damayanti, R., Irawan, E., Tania, M., & Rahmawati, R. (2020). Hubungan
Activity Of Daily Living ( ADL ) Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.
Jurnal Keperawatan BSI, 8(2), 247–255.

Dinkes Jawa Barat. (2021). Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat Tahun 2021.
[Online]. Tersedia: https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/profil
[2023, April 7].
Emmelia Ratnawati, N. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik. JL. Wonosari
Km.6 Demblaksari Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Fitri, Z. (2022). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kebahagiaan Pada Lansia Di


UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Di Ulee Kareng Kota Banda
Aceh (Doctoral Dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

Friska, B., Usraleli, U., Idayanti, I., Magdalena, M., & Sakhnan, R. (2020). The
Relationship Of Family Support With The Quality Of Elderly Living In
Sidomulyo Health Center Work Area In Pekanbaru Road. JPK : Jurnal
Proteksi Kesehatan, 9(1), 1–8. https://doi.org/10.36929/jpk.v9i1.194
Jamini, T., Jumaedy, F., & Agustina, D. M. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan: Correlation Between Social
Interaction With The Level of Depression in Elderly at The Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera, South Kalimantan Province. Jurnal Surya
Medika (JSM), 6(1), 171-176.
Lovita & Kurnia. (2019). Pusat Rehabilitasi Kaum Milenial Depresi di
Jagakarsa. 1(2); 941-954.
Manafe, L. A., & Berhimpon, I. (2022). Hubungan Tingkat Depresi Lansia
Dengan Interaksi Sosial Lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado. Jurnal
Ilmiah Hospitality 749, 11(1), 749–758.
Nikmah, K., Lumadi, S. A., & Maria, L. (2021). Efektifitas Life Review Therapy
Terhadap Penurunan Depresi Pada Lansia Di Posyandu Gatot Koco Desa
Pakisaji Kab. Malang. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).

Notoadmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktaviana, E. S. (2019). Hubungan Interaksi Sosial Dan Self Efficacy Dengan


Kesejahteraan Psikologis Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha. Werdha
(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Puspitasari, A., & Maria, L. (2020). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Tingkat
Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Pangesti Lawang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Rustida, 7(2), 142-148.

Ramli, R., & Suhermi, s. (2022). Senam Lansia Menurunkan Tingkat Depresi
Pada Lansia. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES". "(Journal
of Health Research" Forikes Voice"), 12(1), 36-38.
Sirenden, A. F. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKS-LU) Yayasan
Batara Sabintang Kabupatem Takalar= The Relationship between Physical
Activity and Depression Levels in the Elderly at the Elderly Social Welfare
Institution (LKS-LU) Batara Sastar Foundation, Takalar Regency (Doctoral
Dissertation, Universitas Hasanuddin).

Sisi, N., & Ismahmudi, R. (2020). Hubungan usia dan jenis kelamin dengan
tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Wonorejo Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 1(2), 895-900.
Statistik, B. P. (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Andi.

Untari, Ida. (2018). Keperawatan Gerontik, Terapi Tertawa dan Senam Cegah
Pikun. EGC.
Wiko Tri Widodo. (2022). Hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat
depresi pada lansia di panti sosial tresna werdha khusnul khotimah
pekanbaru. (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau). http://repository.uin-suska.ac.id/59389/.
FORMAT BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Anti Anisa Fitri

NIM : 1420119010

Judul : Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Interaksi


Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Laswi
Caringin.
Pembimbing Utama : Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep., M.Pd

No Tanggal Hasil Bimbingan Paraf Paraf


Mahasiswa Pembimbing
1. 04 April Bab 1:
2023 1. Tambahkan data
permasalahan pada lansia
2. Tambahkan tahapan depresi
3. Tambahkan study
pendahuluan
2. 11 April Bab 1:
2023 1. Perbaiki kalimat tiap
paragraph sesuai SPOK
2. Tambahkan hasil data riset
kesehatan dasar
3. 18 April Bab 1:
2023 1. Perbaiki kalimat tiap
paragraph sesuai SPOK
Bab 2:
2. Tambahkan ringkasan study
literatur sebelum kerangka
teori
Bab 3:
3. Perbaiki definisi operasional
4. Perbaiki kerangka konsep
5. Tambahkan alasan memilih
metode dan instrument
tersebut
4.
FORMAT BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Anti Anisa Fitri

NIM : 1420119010

Judul : Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan


Interaksi Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Laswi Caringin.
Pembimbing Pendamping : Stephanie Melia, S.Kep., Ners, M.NS.

No Tanggal Hasil Bimbingan Paraf Paraf


Mahasiswa Pembimbing
1. 04 April Bab 1:
2023 1. Merumuskan latar belakang
masalah
2. Tambahkan alasan dan
faktor risiko lansia
mengalami depresi
3. Perbaik perubahan lansia
secara fisik maupun
psikologis
2.

Anda mungkin juga menyukai