OLEH :
ERYK SYATRIADIN
13.20.036
PENDAHULUAN
biologis, lansia mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat secara nyata pada
perubahan-perubahan fisik dan mentalnya. Proses ini terjadi secara alami yang
tidak dapat dihindari dan berjalan secara terus menerus (Yan et al., 2019).
Semakin bertambahnya usia seseorang, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut
kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah, kenyataan itulah yang dialami
oleh orang yang sudah masuk lanjut usia (Arrias et al., 2019). Berbagai persoalan
hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti merasa di asingkan
bahwa dirinya tidak berguna lagi dan hanya menjadi beban bagi orang di
tahun 2009 mencapai 23.000 juta jiwa, pada tahun 2010 mencapai 25.100 juta
jiwa dan pada tahun 2015 mencapai 32.000 juta jiwa, pada tahun 2017 mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai 38.100 juta jiwa dari data tersebut
Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia, tahun 2011 usia harapan hidup
meningkat menjadi 66,2 tahun dari 15,6 juta jiwa, tahun 2012 usia harapan hidup
meningkat menjadi 68,7 tahun dari 16,2 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 19 juta orang dengan angka harapan hidup 70 tahun
(Oktaviani, 2020). Jumlah penduduk lansia di provinsi Bali pada tahun 2015 yaitu
4.618.990 jiwa (10.3%) (BPS, 2018). Di Kota Denpasar jumlah penduduk lansia
yaitu 102.000 jiwa, dan Denpasar Selatan jumlah lanjut usia 35.270 jiwa (Badan
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini
dapat dilakukan, di kenal sebagai “senescene” yaitu masa proses manjadi tua.
Seseorang akan menjadi semakin tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai
mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada laju kemunduran
kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Nuraini et al., 2018). Akibatnya
orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati bagaimana
kemunduran itu. Hal itu bisa di minimalisir dengan adanya kegiatan diantaranya
aktifitas fisik, setimulasi kognitif/mental dan interaksi sosial (Anita Sari, 2021).
Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang
menjadi bagian dari jaringan sosial, hal ini akan berdampak pada lamanya masa
hidup.
terpencil dari orang lain karena merasa berbeda dengan orang lain. Perasaan ini
fisik dan mental pada lansia (Anita, 2021). Kesepian merupakan suatu perubahan
yang secara tidak langsung dialami oleh setiap orang. Pada beberapa individu,
kesepian merupakan bentuk yang persistent dalam hidup mereka. Interaksi sosial
yang buruk pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dimana hal
tersebut akan menyebabkan lansia merasa terisolir sehingga lansia jadi suka
Irlandia terdapat 435.000 orang yang berusia 65 tahun atau 11.2% dari seluruh
bahwa kesepian dan isolasi sosial merupakan bagian dalam pengalaman hidup
lansia. Penelitian ini juga mengeksplorasi prevalensi kesepian dan isolasi sosial
yang terjadi antara orang Irlandia. Penelitian internasional memiliki prevalensi
kesepian yang ada di Cina yaitu 3,5 % dari sampel lansia yang melaporkan bahwa
dengan tingkat yang parah. Walaupun jumlah lansia yang melaporkan kesepian
mengalami kesepian tidak akan turun setelah usia 60 tahun. Untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada lansia maka pemerintah membentuk suatu wadah yang
dinamakan panti werdha atau lebih dikenal dengan nama panti jompo. Pada
awalnya panti jompo diperuntukan bagi lansia yang terlantar atau dalam keadaan
kebutuhan akan perawatan bagi lansia maka kini berkembang panti-panti berbasis
Selatan”.
II Denpasar Selatan
ar Selatan
1. Bagi Masyarakat
Selatan
3. Bagi Penulis
Anita Sari, L. (2021). Interaksi Sosial pada Lansia yang Tinggal Bersama
Keluarga. Jurnal Ilmiah Ners Indonesia, 2(2), 80–88.
https://doi.org/10.22437/jini.v2i2.15575
Yan, L. S., Octavia, D., & Suweno, W. (2019). Pengalaman Jatuh dan Kejadian
Imobilitas Pada Kelompok Lanjut Usia. Jurnal Endurance, 4(1), 150.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i1.3430