Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

OLEH :

ERYK SYATRIADIN
13.20.036

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan seseorang yang sudah berumur diatas 60 tahun. Secara

biologis, lansia mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat secara nyata pada

perubahan-perubahan fisik dan mentalnya. Proses ini terjadi secara alami yang

tidak dapat dihindari dan berjalan secara terus menerus (Yan et al., 2019).

Semakin bertambahnya usia seseorang, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut

mengalami kemunduran fungsional. Pendengaran mulai menuran, penglihatan

kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah, kenyataan itulah yang dialami

oleh orang yang sudah masuk lanjut usia (Arrias et al., 2019). Berbagai persoalan

hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti merasa di asingkan

sehingga tidak berguna, kurang mendapat perhatian sehingga mereka berpikir

bahwa dirinya tidak berguna lagi dan hanya menjadi beban bagi orang di

sekelilingnya (Hananta, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) (2018), jumlah lansia pada

tahun 2009 mencapai 23.000 juta jiwa, pada tahun 2010 mencapai 25.100 juta

jiwa dan pada tahun 2015 mencapai 32.000 juta jiwa, pada tahun 2017 mengalami

peningkatan yang signifikan hingga mencapai 38.100 juta jiwa dari data tersebut

dapat dilihat bahwasanya jumlah lansia setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia, tahun 2011 usia harapan hidup

meningkat menjadi 66,2 tahun dari 15,6 juta jiwa, tahun 2012 usia harapan hidup
meningkat menjadi 68,7 tahun dari 16,2 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun

2020 akan menjadi 19 juta orang dengan angka harapan hidup 70 tahun

(Oktaviani, 2020). Jumlah penduduk lansia di provinsi Bali pada tahun 2015 yaitu

4.618.990 jiwa (10.3%) (BPS, 2018). Di Kota Denpasar jumlah penduduk lansia

yaitu 102.000 jiwa, dan Denpasar Selatan jumlah lanjut usia 35.270 jiwa (Badan

Pusat Statistik Kota Denpasar, 2018).

Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi

secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini

dapat dilakukan, di kenal sebagai “senescene” yaitu masa proses manjadi tua.

Seseorang akan menjadi semakin tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai

mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada laju kemunduran

(Noerita, 2018). Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan

sosial. Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif,

kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Nuraini et al., 2018). Akibatnya

orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati bagaimana

seseorang mengatasi ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju

kemunduran itu. Hal itu bisa di minimalisir dengan adanya kegiatan diantaranya

aktifitas fisik, setimulasi kognitif/mental dan interaksi sosial (Anita Sari, 2021).

Interaksi sosial memainkan peranan sangat penting pada kehidupan lansia.

Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang

berpengaruh bagi kesehatan. Sejumlah penelitian telah mengaitkan antara

kesepian dan isolasi sosial dengan peningkatan risiko kematian.Andrew Steptoe

pada University College London mengatakan isolasi sosial berarti terbatasnya,


atau malah tidak ada sama sekali, hubungan dengan teman dan keluarga, atau

keterlibatan dalam perkumpulan organisasi atau olahraga. "Padahal kesepian

adalah pengalaman yang lebih subyektif berkaitan perasaan seseorang mengenai

persahabatan atau merasa ditinggalkan". Sebuah studi menemukan bahwa dengan

menjadi bagian dari jaringan sosial, hal ini akan berdampak pada lamanya masa

hidup.

Kurangnya interaksi sosil pada individu akan mengakibatkan individu

tersebut mengalami kesepian. Kesepian merupakan masalah psikologis yang

paling banyak terjadi pada lansia, merasa terasing (terisolasi), tersisihkan,

terpencil dari orang lain karena merasa berbeda dengan orang lain. Perasaan ini

bisa menimbulkan kesedihan yang mendalam sehingga bisa menekan kesehatan

fisik dan mental pada lansia (Anita, 2021). Kesepian merupakan suatu perubahan

yang secara tidak langsung dialami oleh setiap orang. Pada beberapa individu,

kesepian merupakan bentuk yang persistent dalam hidup mereka. Interaksi sosial

yang buruk pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dimana hal

tersebut akan menyebabkan lansia merasa terisolir sehingga lansia jadi suka

menyendiri dan akan menyebabkan lansia depresi (Oktaviani, 2020)

Penelitian dari National Council Ageing (2017) menyatakan bahwa di

Irlandia terdapat 435.000 orang yang berusia 65 tahun atau 11.2% dari seluruh

populasi mengalami peningkatan untuk hidup sendiri atau dengan pasangan

hidupnya. Sebuah badan internasional dan penelitian di Irlandia menyebutkan

bahwa kesepian dan isolasi sosial merupakan bagian dalam pengalaman hidup

lansia. Penelitian ini juga mengeksplorasi prevalensi kesepian dan isolasi sosial
yang terjadi antara orang Irlandia. Penelitian internasional memiliki prevalensi

yang berbeda-beda tentang kesepian. Insiden kesepian tertinggi terjadi pada

orang-orang Amerika. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan insiden

kesepian yang ada di Cina yaitu 3,5 % dari sampel lansia yang melaporkan bahwa

mereka mengalami kesepian tingkat tinggi.

Victor (2017) melaporkan bahwa 7% lansia yang mengalami kesepian

dengan tingkat yang parah. Walaupun jumlah lansia yang melaporkan kesepian

relatif kecil, tetapi memiliki kemungkinan bahwa prevalensi lansia yang

mengalami kesepian tidak akan turun setelah usia 60 tahun. Untuk mengatasi

masalah yang terjadi pada lansia maka pemerintah membentuk suatu wadah yang

dinamakan panti werdha atau lebih dikenal dengan nama panti jompo. Pada

awalnya panti jompo diperuntukan bagi lansia yang terlantar atau dalam keadaan

ekonomi keluarga yang serba kekurangan. Namun seiring dengan meningkatnya

kebutuhan akan perawatan bagi lansia maka kini berkembang panti-panti berbasis

swasta yang umumnya untuk lansia dengan keadaan ekonomi berkecukupan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Gambaran Interaksi Sosial Pada Lansia di Puskesmas II Denpasar

Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran gambaran interaksi sosial pada lansia di

Puskesmas II Denpasar Selatan


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran gambaran interaksi sosial pada lansia di Puskesmas

II Denpasar Selatan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik lansia berdasarkan : umur, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan.

2. Mengetahui gambaran interaksi sosial pada lansia di Puskesmas II Denpas

ar Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di bidang ke

perawatan dalam hal mengidentifikasi gambaran interaksi sosial pada lansia di Pu

skesmas II Denpasar Selatan

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam melakukan perawatan dan

menggali gambaran interaksi sosial pada lansia di Puskesmas II Denpasar

Selatan

2. Bagi Instansi Kesehatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan di institusi

pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan terkait

interaksi sosial pada lansia

3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan tindakan

keperawatan dalam hal mengidentifikasi gambaran interaksi sosial pada

lansia di Puskesmas II Denpasar Selatan


DAFTAR PUSTAKA

Anita Sari, L. (2021). Interaksi Sosial pada Lansia yang Tinggal Bersama
Keluarga. Jurnal Ilmiah Ners Indonesia, 2(2), 80–88.
https://doi.org/10.22437/jini.v2i2.15575

Arrias, J. C., Alvarado, D., & Calderón, M. (2019). No 主観的健康感を中心と


した在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析
Title. 5–10.

Hananta. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Dalam


Pengendalian Hipertensi. Jurnal Keperawatan Komunitas, 4(2).

Noerita. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada


Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun. Jurnal Husada Mulia, 5(1).

Nuraini, Kusuma, F. H. D., & H., W. R. (2018). Hubungan Interaksi Sosial


Dengan Kesepian Pada Lansia Di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Nursing News: Jurnal Ilmiah Keerawatan, 3(1), 603–611.

Oktaviani, A. S. S. (2020). Interaksi Sosial Berhubungan Dengan Kualitas Hidup


Lansia. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(2), 120–129.

Yan, L. S., Octavia, D., & Suweno, W. (2019). Pengalaman Jatuh dan Kejadian
Imobilitas Pada Kelompok Lanjut Usia. Jurnal Endurance, 4(1), 150.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i1.3430

Anda mungkin juga menyukai