BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran
buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah
medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh
balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan
utama penyakit ini adalah perdarahan.
Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar biasanya
merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid
(wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki
dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah
kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu
definisi yang sudah lama alias usang! Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, katadr
Toar JM Lalisang SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005,
tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan
lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).
Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus menerus. Seringkali juga
ditandai dengan adanye keluhan perasaan ingin buang air besar yang palsu. Atau seolah buang air
besar tetapi tidak tuntas. Gejala lainnya yang muncul adalah keluarnya benjolan dari anus (prolaps).
Mulanya prolaps terjadi waktu buang air besar dan kembali sendiri setelah selesai buang air
besar. Lambat laun prolaps ini tidak dapat kembali sendiri dan harus ditekan dengan jari. Jika
dibiarkan akhirnya benjolan ini akan terus menerus keluar dari anus.
Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain,
risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun. Pada
orang dewasa hemoroid dapat ditemukan pada 80 % pasien, tapi pada umumnya tanpa
gejala. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi (peradangan) pembuluh vena (pembuluh darah
balik) di daerah anus. Bila pelebaran venanya di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna
dan bila di bawah mukosa (selaput lendir) disebut hemoroid interna. Keluhan yang sering muncul,
antara lain: buang air besar sakit dan sulit, adanya benjolan di dubur, buang air besar berdarah segar
dan menetes. Selain perdarahannya sendiri, ada kekhawatiran tentang penyakit yang lebih serius
seperti kanker kolo-rektal (kanker usus besar). Namun penyakit hemoroid dapat diobati dengan obat-
obatan dan secara bedah yang tergantung derajat penyakitnya.
B. Tujuan
C. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemoroid
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi.
Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid
yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal.
( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
B. Etiologi/Penyebab
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi
dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
C. Patofisiologi
ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada
penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis,
ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri
yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut
dan nekrosis.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah
defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di
masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang
timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang
menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani
eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila
benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan
halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau Skin Tag terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
PATWAYS
D. Manifestasi Klinik
1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
E. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.
1. Insfeksi
2. Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan melakuakn rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek,
lihat apakah ada perdarahan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
e. Laboratorium :
1. Eritrosit
2. Leukosit
3. Hb
f. Komplikasi
1. terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang,
hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan
apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
3. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana
banyak kotoran yang ada kuman kumannya.
g. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Nama Perawat :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Perawatan :
Jam Pengkajian ` :
Tanggal Masuk :
a. Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa Medis :
2) Penanggung Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
b. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada
benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan
sehingga akan kembali RPD.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan
dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS.
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu
pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
e. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher,
dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi
keras, dan juga ada perdarahan.
f Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
-Elektrolit :
g. Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
h. Analisa Data
DO:
Data tambahan :
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
1. skala nyeri 6
DO :
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Data Tambahan :
i. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
Dx
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan 1.Mencegah dehidrasi
berhubungan tindakan keperawatan anjurkan minum secara oral.
dengan selama 2 x 24 jam kurang lebih 2
pembesaran diharapkankonstipasi liter/hari.
vena teratasi. 2.Berikan posisi semi 2.Meningkatkan usaha
hemoroidalis KH: fowler pada tempat evakuasi feses.
. a.Pola BAB normal (1- tidur.
2x/minggu). 3.Anjurkan 3.Makanan tinggi serat
b.Konsistensi feses mengkonsumsi dapar melancarkan
lunak. makana tinggi serat. proses defekasi.
c.Warna feses kuning.
d.Klien tidak takut 4.Auskultasi bunyi 4.Bunyi usus secara
untuk BAB. usus. umum meningkat pada
e.Tidak ada nyeri pada diare dan menurun pada
saat BAB. konstipasi.
5.Menurnnkan distres
5.Hindari makanan gastrik dan distensi
yang membentuk abdomen.
gas.
6.Makanan ini diketahui
6.Kurangi / batasi sebagai penyebab
makana seperti konstipasi.
produk susu. 7.Membantu
7.Berikan laktasif melancarkan proses
sesuai program defekasi.
dokter.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.
No. Dx Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal
sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa
tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik
bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi
trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada
penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
2) gangguan adalah :
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu.
Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi
dan kehamilan.
B. SARAN
1. Dalam sistem pengajaran respirasi kami sebagai mahasiswa ingin untuk dosennya agar
2. Kami bangga terhadapat dosen pembimbing kami, yang telah mengajari kami dalam membuat
3. Dalam Menyelesaikan makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen pembimbing kami..
5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen yang mengajar sitem Endokrin serta semoga
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
2. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.
EGC
6. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
EGC.
8. Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
9. Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
11. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk
hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun
akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai
dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong
empedu dan pankreas.
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka gizi dalam tubuh
kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit
Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster),
usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan
pankreas (Sujono Hadi, 2002)
B. Tujuan
2. Untuk mengetahui gangguan dalam kebutuhan nutrisi dan gangguan fungsi gastrointestinal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nutrisi
Proses pengambilan zat-zat makanan penting dengan kata lain nutrient adalah apa yang manusia
makan dan bagaimana tubuh menggunakannya.
2. Tujuan
a. Fisiologis
1) Intake nutien
Pengetahuan
Gangguan menelan
Anoreksia
Malaborbsi nutrient
DM
3) Kebutuhan metabolism
Pertumbuhan
Stres
Kanker
d. Sumber ekonomi
f. Gender
a. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebihdari 20% berat badan
normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori
dan penurunan dalam penggunaan kalori.
b. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler
atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan tubuh. Gejala
umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
c. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
d. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutris merupakan keadaan yang di alami seseoarang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis:
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi
atau kanker.
e. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai risiko
peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15mm pada pria dan 25mm pada wanita.
f. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
c. Wajah : kulit gelap diatas pipi dan dibawah mata,kulit bebecak,muka bengkak atau pipi kempot
g. Gigi : karies,kecoklatan,malposisi
j. Kulit : kasar,kering,berbecak,bengkak,pucat
6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
2) Data objektif
Kondisi mulut
Kemampuan menelan
b. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrient yang
tidak adekuat dalam diet
c. Perencanaan
Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang
adekuat
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan
yang sesuai bagi klien
Pada kondisi menurunnya nafsu makan batasi asupan cairan saat makan
Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik
Atur agar porsi makanan tinggi kalori dan protein disajikan saat kloien biasanya merasa paling
lapar
Lakukan Penkes
B. Gangguan Gastrointestinal
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit
Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster),
usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan
pankreas (Sujono Hadi, 2002).
Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan
menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh selaput-selaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut
diperlukan oleh badan (Sujono Hadi, 2002).
1. Klasifikasi
Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi menjadi dua yaitu
Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu
konstipasi, diare. Penyakit gangguan gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus,
gangguan lambung dan usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan
hepatik dan billiaris.
2. Patofisiologi
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan dipecah kedalam partikel
kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan, atau bahkan
melihat, mencium, atau mencicip makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi
pertama yang kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada
kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi
makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan. Dua pusat dalam inti retikularis medula
oblongata adalah zona pencetus kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh obat, emesis
karena radiasi dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh.
Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah . jaras eferen
empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi abdomen.
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan penutupan glotis, kontraksi
diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi lambung diikuti oleh kontraksi peristaltik yang berjalan
dari lambung tengah keujung insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah
berkaitan dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan gangguan traktus
gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut menyebabkan muntah dini.
Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya
merupakan menyebab lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke medula (renjatan, oklusi
vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat menginduksi emesis. Obat-obat emetik
menghasilkan efeknya melalui stimulasi sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola
muntah mendadak, sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab
sentral. Konsekuensi muntah metabolik, dengan muntah hebat terjadi hipovolemia, hipokalemia, dan
alkalosis metabolik serta deplesi natrium total.( Linda Chandranata, 2000)
3. Manifestasi Klinis
a. Keluhan pada mulut, bau mulut yang tidak sedap, atau rasa tidak enak atau rasa pahit pada
mulut, rasa tidak enak pada mulut yang menetap biasanya disebabkan karena keluhan psikhis.
b. Anoreksia, keluhan nafsu makan menurun dapat ditemukan pada semua penyakit, termasuk
juga penyakit saluran makan.
c. Disfagia, merupakan keluhan yang disebabkan kelainan pada esofagus, yaitu timbulnya
kesulitan pada waktu menelan makanan atau cairan. Kesulitan menelan terjadi baik pada bentuk
makanan padat maupun cairan, terutama bila terjadi refluks nasa, berarti adanya kelainan saraf
(neuromuscular disorder). Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di oropharynx, larynx,
spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan didaerah retrosternal setelah menelan
makanan, biasanya disebabkan kelainan dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks
asam, rasa nyeri didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme yang
difus pada esofagus.
d. Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual diantaranya
adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat yang tak menyenangkan.
e. Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat dari antrum dan
pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum dengan disertai relaksasi dari otot-otot
spinghter kardia, disusul melebarnya esofagus dan menutupnya glotis.
f. Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah, perdarahan
gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi hepar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan pemeliharaan kesehatan nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasikan tubuh.
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap
kesehatan dan penyakit khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada masa lalu, penelitian
mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit gizi dan menentukan standart penyakit
kurang gizi dan menentukan standart kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit
Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster),
usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan
pankreas (Sujono Hadi, 2002).
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka,penulis mengajukan beberapa saran yang ditujukan
kepada diri saya sendiri dan mengajak kepada teman-teman maupun pembaca lain untuk menjadi
bahan pertimbangan dan masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita sebagai seorang
perawat.Yaitu: Perlunya mempelajari secara mendalam tentang materi gangguan dalam kebutuhan
nutrisi dan gangguan fungsi gastrointestinal.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika