Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Hemorrhoid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena di


saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus
dan cairan. Selain itu pleksus arteri-vena tersebut juga dapat mengalami
perdarahan.

Hemorrhoid merupakan penyakit di daerah anus yang cukup banyak


ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Di Amerika Serikat lima ratus ribu
orang didiagnosa menderita hemorrhoid setiap tahunnya. Bahkan 75% penduduk
dunia pernah mengalami hemorrhoid.

Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan oleh beberapa faktor antara


lain: kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan,
kebiasaan duduk terlalu lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola
buang air besar yang salah, hubungan seks peranal, kurangnya intake cairan,
kurang olah raga dan kehamilan.

Sebuah penelitian di Amerika Utara pada tahun 2008 menunjukkan bahwa


14,8% orang dewasa mengalami konstipasi. Angka ini lebih tinggi daripada
penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes melitus,
sementara konstipasi merupakan salah satu faktor risiko dari kejadian hemorrhoid.

Tumor rektum juga dapat memicu terjadinya hemorrhoid.

Berdasarkan data yang diperoleh dari United States Cancer Statistics pada
tahun 2007 terdapat 142.672 orang yang didiagnosa menderita tumor rektum di
Amerika Serikat, dengan rincian 72.755 pria dan 69.917 wanita. Sementara itu
penelitian yang dilakukan di Hemorrhoid Care Medical Clinic didapatkan hasil
bahwa sebanyak 90% pasien tumor rektum juga menderita hemorrhoid.
Selain kedua hal di atas, kebiasaan duduk terlalu lama juga merupakan
faktor penyebab kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dapat dicegah dengan
melakukan aktivitas fisik ringan seperti berolahraga, karena dapat melemaskan
dan mengurangi ketegangan otot. Sebuah penelitian di Australia pada tahun 2004
menunjukkan bahwa sebanyak 43% orang dewasa tidak gemar berolahraga. Hal
tersebut dapat meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan, salah satunya
adalah hemorrhoid.

Prevalensi hemorrhoid di Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Di


RSCM Jakarta pada dua tahun terakhir, hemorrhoid mendominasi sebanyak 20%
dari pasien kolonoskopi.Sedangkan di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang pada
tahun 2008 dari 1575 kasus di instalasi rawat jalan klinik bedah, kasus
hemorrhoid mencapai 16% dari seluruh total kasus di instalasi tersebut. Penelitian
yang dilakukan pada penderita hemorrhoid di rumah sakit tersebut diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dan konstipasi dengan kejadian
hemorrhoid.

Kejadian hemorrhoid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya


usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun.Sekitar setengah dari
orang-orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemorrhoid.

Suatu penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada


tahun 2010 menunjukkan bahwa tingkat kejadian hemorrhoid lebih besar pada
usia lebih dari 45 tahun. Hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia sering
mengalami konstipasi, sehingga terjadi Penekanan berlebihan pada pleksus
hemorrhoidalis karena proses mengejan.

Namun sekarang ini terjadi perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini
meliputi perubahan pola makan yang cenderung lebih menyukai makanan siap saji
yang tinggi lemak, garam dan rendah serat serta kurangnya aktivitas fisik
manusia, terlebih lagi pada usia produktif (21-30 tahun). Usia produktif adalah
usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Sehingga
dalam rentang usia tersebut seseorang akan cenderung aktif bekerja dan rentan
terjadi perubahan pola hidup seperti yang telah diuraikan di atas. Hal tersebut
tentunya juga dapat memicu terjadinya hemorrhoid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoroid

1. Definisi
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo
yang berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah
adalah darah yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai
pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila
tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak
hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan
jaringan disekitar vasa atau vena.

Anatomi Rektum merupakan bagian utama usus besar yang


terakhir dan terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (muara
kebagian luar tubuh) dengan panjang sekitar 15-20 cm. Satu inci
terakhir dari rektum dinamakan kanalis analis dan dilindungi oleh
sphincterani eksternus dan internus. Pada sepertiga bagian atas rektum,
terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula recti,
dan bila ini terisi maka ingin timbul perasaan buang air besar. Bagian
proksimal rektum mendapat suplai darah dari arteri mesenterica inferior.
Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteri sakralis
media dan arteri hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari
arteri iliaca interna dan aorta abdominalis. Alir balik vena dari kolon dan
rektum superior melalui vena mesenterica superior dan inferior dan vena
hemoroidalis superior, yaitu bagian dari system portal yang mengalirkan
darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah
ke vena iliaca dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
2. Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid,
antara lain sebagai berikut.
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan
meningkatkan tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran
vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama
merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat
menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB)
sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang
mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi
atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini
mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang
kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat
peregangannya bertambah buruk.

c. Riwayat keluarga adalah ada tidaknya anggota keluarga yang


mempunyai penyakit hemoroid atau yang menderita hemoroid.
d. Kehamilan dapat menimbulkan statis vena didaerah pelvis, meskipun
etiologinya belum diketahui secara pasti. Kebanyakan pasien tidak
timbul gejala-gejala hemoroid seperti sebelumnya setelah
melahirkan. Adapula yang beranggapan bahwa hemoroid pada
wanita hamil disebabkan karena adanya perubahan-perubahan
hormonal selama kehamilan berlangsung. Pada wanita hamil terjadi
dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi
hormon relaksin. Pigot et al. mengatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kehamilan dengan kejadian hemoroid.

e. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal


akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal
dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan
mengakibatkan hemoroid.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.

g. Faktor umur. Pada umur tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan


tubuh, otot sfingter juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingternya
lemah, maka bisa timbul prolaps.
h. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus
menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena
hemoroid
i. Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik.
Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban
berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah,
dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu
berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda,
berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan
waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan m.
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita
mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.

3. Klasifikasi

Secara garis besar hemoroid bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Hemoroid eksterna, dimana terjadi varises pada pleksus


hemorodialis inferior, dibawah linea dentate,dan tertutup oleh kulit.
Hemoroid interna, dimana terjadi varises pada pleksus
hemoroidalis superior, diatas linea dentate, dan tertutup oleh mukosa.

Namun, bisa jadi kedua macam hemoroid tersebut dapat terjadi


secara bersamaan.
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut hemoroid
trombosis eksterna akut, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung
ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna
kronik atau skintag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan dan sedikit pembuluh darah.
Sedangkan hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:

a. Derajat I

Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan / prolaps


saat defekasi, walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I
dapat diketahui melalui adanya perdarahan melalui sigmiodoskopi.
b. Derajat II

Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan


selama defekasi berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara
spontan.
c. Derajat III

Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali
secara spontan dan harus didorong (reposisi manual).
d. Derajat IV

Prolapsus tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus


dapat terjepit diluar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedema, dan
ulserasi, sehingga saat hal ini terjadi baru timbul rasa sakit.

4. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari
bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada
didalam kandungan, bantalan tersebut mengelilingi dan
mendukung anastomosis distal antara a. rectalis superior dengan v.
rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar
disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normal
menimbulkan tekanan didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan
tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada aktivitas apapun) dan
memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus untuk
dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.

Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat


subepitelial pada anus. Bantalan bantalan tersebut merupakan posisi-
posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3
(lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan).
Sebenarnya hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan
dapat sirkuler, namun hal ini jarang terjadi. Mengenai jam tersebut,
pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam 6)
menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan
arah anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9
(jam 9) menunjukan arah kanan. Dengan pedoman tersebut kita bisa
tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul ketika
hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan
prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus
menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini
mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi prolaps
jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna
merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam
anastomosis arterivenous.

5. Manifestasi klinis

Keadaan klinis yang menjadi tanda dan gejala hemoroid adalah


sebagai berikut:
a. Perdarahan

Perdarahan bisa terjadi pada grade 1-4, perdarahan merupakan


penentu utama kecurigaan adanya hemoroid pada grade I.
Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan proses mengejan.
Ini menjadi pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal
lain, misalnya tumor. Pada hemoroid, darah keluar saat pasien
mengejan dan berhenti bila pasien berhenti mengejan, sedangkan
perdarahan karena sebab lain tidak mengikuti pola ini. Darah yang
keluar adalah darah segar yang tidak bercampur dengan feses
(hematoshezia). Perdarahan kadang menetes tapi dapat juga mengalir
deras. Sebab utama perdarahan adalah trauma feses yang keras.
Perdarahan yang berulang- ulang dapat menimbulkan anemia.

b. Nyeri

Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis


nyeri tidak berhubungan dengan hemoroid interna, tetapi bila pada
hemoroid interna terjadi nyeri, ini merupakan tanda adanya radang.
c. Benjolan / prolaps

Benjolan/prolap terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan nampak tapi


bila diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat
perabaan, jari akan menekan vasa sehingga darah dalam vasa akan
mengalir. Akibatnya, benjolan menjadi kempis. Benjolan hanya akan
teraba apabila telah terjadi trombus. Disini, benjolan teraba keras.

6. Diagnosis

Sebelum diagnosa di buat terlebih dahulu kita melakukan


anamnesis. Anamnesis yang baik akan menghasilkan diagnosa yang
tepat. Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang
keras, yang membutuhkan tekanan intra abdominal yang tinggi
(mengejan), pasien sering jongkok berjam- jam di toilet, dan dapat
disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum lainnya
tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit
lain seperti sindrom hipertensi portal. Diagnosis hemoroid ditegakkan
dari pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a. Inspeksi
Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi
thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat
dengan cara menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat
sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
b. Rectal Toucher (RT)

Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan


tidak nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau
fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan
dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
c. Anaskopi
Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
belum prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat
kuadran dan akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus
diperhatikan.

7. Diagnosis Banding

Diagnosis Banding dari hemorrhoid adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan

Antara lain karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel


seperti diverkulitas, colitis ulserosa, dan polip. Bila dicurigai adanya
penyakit- penyakit tersebut maka diperlukan pemeriksaan
5
sigmoidoskopi atau kolon in loop.
b. Benjolan

Antara lain karsinoma anorektal atau prolaps recti /


procidentia. Pada procidentia, seluruh dinding akan prolaps,
5
sedangkan pada hemoroid hanya mukosa saja yang prolaps.

8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan
portal sistemik pada hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Perdarahan
akut semacam ini dapat menyebabkan syok hipovolemik. Sedangkan
perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena jumlah
eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya
tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10.
prolaps hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi
( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi sampai terjadi
sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan
bau yang menyengat.

9. Terapi

a. Terapi konservatif

1) Pengelolaan dan modifikasi diet

Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air


ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan
kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna
oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan
gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
secara berlebihan.

2) Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid


derajat awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
a) Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga
mengurangi kebiasaan mengejan, misalnya Docusate
Sodium.
b) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya
Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang
penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan
topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping
sistematik.
c) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada
daerah perianal yang timbul akibat iritasi karena kelembaban
yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya
Hamamelis water (Witch Hazel).
d) Analgesik, untuk mengatasi rasa nyeri, misalnya
Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall)
yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang
memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau
pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau
pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
e) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat
supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya
karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru
di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan
hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila
konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh
lagi.
b. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif

1) Skleroterapi

Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 %


dalam minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis.
Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi /
mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada
jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi
inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri
yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml
bahan diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat hemoroid
panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi,
prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang
disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik
untuk derajat 1 dan 4.

2) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)


Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa
dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami
prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus
hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya timbul
iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada
bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada
satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan
ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai
empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri
yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang
kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas
atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
3) Bedah Beku (Cryosurgery)

Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2


sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang
dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis)
sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
4) IRC (Infra Red Cauter)

Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra


merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi
ini diulang tiap seminggu sekali.
c. Terapi Operatif

1) Hemoroidektomi

Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan


operasi minta untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika
ingin masuk militer, pasien meminta dokter untuk menjalankan
operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai
berikut:
a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.

b) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi


sederhana.

c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis


serta gangren. Prinsip hemoroidektomi :
a) Eksisi hanya pada jaringan yang benar-benar berlebih.

b) Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan


kulit normal tidak terganggu Spinchter ani.
Ada beberapa macam metode yang digunakan adalah :
a) MetodeLangenbeck
Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan
menjepit radiair hemoroid internus, mengadakan jahitan
jelujur di bawah klem dengan catgut chromic No. 2/0 dan
melakukan eksisi Diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jahitan di bawah klem diikat diikuti kontinuitas mukosa.
b) Metode Miligan Morgan

Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (jam 3, 7, 11).


Caranya dengan mengangkat vena yang varises kemudian
dijahit walaupun sebenarnya metode miligan morgan
originalnya tanpa jahitan. Sesuai prosedur aslinya, benjolan
hemoroid dijepit kemudian dilakukan diseksi. Pedikel
vaskuler diligasi dan luka dibiarkan terbuka agar terjadi
granulasi. Metode ini sangat sering digunakan di Inggris.
c) Metode Whitehead

Untuk hermoroid sirkuler / berat. Caranya dengan


melakukan incisi secara sirkular, mengupas seluruh v.
hemoriodalis dengan membebaskan mukosa dari submukosa,
bagian yang prolaps dipotong, kemudian dijahit kembali. Ini
merupakan operasi hemoroid yang radikal.
d) Metode Ferguson

Yaitu benjolan hemoroid ditampakkan melalui


anoskopi kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi
anatomic hemoroid tersebut. Metode ini digunakan di
Amerika Serikat
Metode hemoroidektomi yang sering dilakukan
adalah metode langenbeck karena mudah untuk dilakukan
dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sirkuler yang dapat menimbulkan stenosis.

2) Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and


hemorrhoids/ PPH)
Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru
dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari
PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta
mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini
sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB
sehingga tidak perlu dibuang semua. Prosedur tidak bisa diterapi
secara konservatif maupun terapi non operatif. Mula- mula
jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat
yang dinamakan dilator lalu dijahitkan ke tunika mukosa dinding
anus. Kemudian dengan menggunakan alat yang disebut circular
stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat,
maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan tersebut maka suplay
darah ke jaringan tersebut akan terhenti sehingga jaringan
hemoroid akan mengempis dengan sendirinya. Kerjasama
jaringan dan m. sphincter ani untuk melebar dan mengerut
menjamin control keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Keuntungan penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal
karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitive, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20- 45 menit, dan pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit lebih singkat. Penyulit
pada PPH dan operasi konvensional lainnya tidak jauh berbeda.
Tetapi ada kemungkinan terjadi perdarahan, trombosis, serta
penyempitan kanalis analis. Jika terlalu banyak jaringan otot
yang ikut terbuang akan mengakibatkan kerusakan dinding
rectum jika m. sphincter ani internus tertarik dapat menyebabkan
disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar
kerena sulit untuk memperoleh jalan masuk
ke kanalis analis dan kalaupun bisa, jaringan mungkin terlalu
tebal untuk masuk ke dalam stapler.

10. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan
menjadi asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan
hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namun bisa muncul kembali
(rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non
operatif seperti ligasi cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan
kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun
kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat ditangani
dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang
menunjukkan keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh,
penderita tidak boleh sering mengejan dan dianjurkan makan makanan
yang berserat tinggi.

11. Pencegahan

Dari seluruh tindakan pengobatan penyakit hemoroid


pencegahan non operatif, medikamentosa sampai operatif maka yang
paling terbaik adalah tindakan pencegahan. Cara terbaik untuk
mencegah hemoroid yang dapat dilakukan yaitu:
a. BAB usahakan teratur sehari sekali

b. Usahakan tinja / kotoran tidak keras sehingga pada saat BAB tidak
perlu mengejan.
c. Jangan terlalu lama jongkok di kloset.

d. Banyak minum minimal 1,5 2 liter air putih / sehari

e. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal ( makanan


pedas, alkohol) atau merangsang pencernaan (kopi, teh).
Berdasarkan penelitian mengkonsumsi makanan pedas memiliki
resiko terkena hemoroid sebanyak 4,95 kali, sedangkan orang yang
mengkonsumsi alkohol memiliki resiko 1,99 kali menderita
hemoroid.
f. Makanan yang seimbang , kaya serat, sayur dan buah- buahan
sehingga dapat menghindari konstipasi / sembelit kronis.
g. Hindari stress, karena berdasarkan penelitian seseorang yang stress
memiliki resiko 0,49 kali terkena hemoroid walaupun resikonya
kecil tetapi hubungannya cukup signifikan.
h. Olah raga yang teratur seperti senam, berjalan, berenang, dan
menungging pada saat menjelang tidur.
i. Hindari mengangkat beban / barang yang berat. Berdasarkan
penelitian, seseorang yang melakukan kegiatan fisik yang berat akan
beresiko 2,79 kali menderita hemoroid daripada yang tidak

Anda mungkin juga menyukai