Anda di halaman 1dari 10

Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 2 No.

2 Oktober 2016
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Hubungan pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Kondisi Fisik dengan


Personal Hygine pada Lansia Di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Relationship between Knowledge, Family Support and Physical Condition with


Personal Hygiene in The Elderly at UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
UleeKareng Banda Aceh

Faradilla Safitri*1, Aja Marjulita2, Fauziah Andika3


1,2
Program Studi D-IV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, UniversitasUbudiyah Indonesia, Banda Aceh, Indonesia
3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UniversitasUbudiyah Indonesia, Banda Aceh, Indonesia

*Korespondensi Penulis: faradilla@uui.ac.id

Abstrak

Lanjut usia mempunyai potensi yang besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
untuk itu perlu dukungan berupa personal hygiene. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan keluarga dan kondisi fisik dengan personal
hiegine pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Guenaseh Sayang Banda Aceh. Penelitian
survey yang bersifat analitik, dengan pendekatan cross sectional, sampel sebanyak 70 orang.
Penelitian dilakukan dengan cara wawancara. Analisis data secara univariat dan bivariate.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan personal hygine pada
lansia dengan nilai p value = 0,007. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan personal
hygine pada lansia dengan nilai p value = 0,005. Ada hubunganan tara kondisi fisik dengan
personal hygine pada lansiadengan nilai p value = 0,047. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa adahubungan antara pengetahuan, dukungan keluarga, dan kondisi fisik
dengan personal hygiene pada lansia di UPTD Rumoh Sajahtera Geunaseh Sayang
Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

Kata Kunci : Personal Hiegine Lansia, pengetahuan, dukungan, kondisi fisik

Abstract

Elderly has a great potential for decubitus because skin changes for that need support in the
form of personal hygiene. The purpose of this study was to determine the relationship
between knowledge, family support and physical condition with personal hygiene in the
elderly in UPTD, Guenaseh Prosperous JusticeBanda Aceh. Analytical survey research, with
a cross sectional approach, a sample of 70. The study was conducted by interview. Univariate
and bivariate data analysis The results showed that there was a significant relationship
between knowledge with personal hygine in the elderly with a p value = 0.007. There is a
significant relationship between family support and personal hygine in the elderly with a
p value =
0.005. There is a relationship between physical conditions with personal hygine in the elderly
with a p value = 0.047. Based on the results of the study it can be concluded that there is a
relationship between knowledge, family support, and physical condition with

1
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 2 No. 2 Oktober 2016
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X
personal

2
hygiene in the elderly at RumohSajahteraGeunaseh UPTD SayangUleeKareng District,
Banda Aceh City.

Keywords: Personal Hiegine Elderly, knowledge, support, physical condition.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut
usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih
dari 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak
14,439. 967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23. 992. 553
jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan
usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%),
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes, 2012).
Lanjut usia mempunyai potensi yang besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, untuk itu perlu dukungan berupa personal hygiene,
yang meliputi kebersihan badan, karena kurangnya personal hygiene pada kulit bisa
menimbulkan gangguan kulit berupa infeksi kulit seperti skabies dan pedikulosis (Nugroho,
2008). Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul pada kulit menua berupa infeksi dan
gangguan pada kulit perlu dilakukan perawatan kulit seperti menggunakan bahan pelembab
kulit dan mandi (Darmojo & Martono, 2010).
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, dan
pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika seseorang sakit
biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap
masalah kebersihan adalah masalah sepele, pada hal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Menurut Kusumaninggrum (2012) Untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan usia lanjut personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor
dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diriyang baik dan mempunyai resiko yang
lebih rendah untuk mendapatkan penyakit. Pendidikan ibu yang tinggi akan lebih
memudahkannya memahami tentang suatu informasi. Peningkatan personal hygiene dan
perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan
khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan. Perawatan fisik diri sendiri
mencakupperawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, gigi, mulut, telinga, dan hidung.
Pemeliharan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan
dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri,
pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan
personal hygiene secara rutin, selain itu beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi personal hygiene (Potter & Perry, 2006).
Hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Uptd Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh ditemukan bahwa mayoritas lansia memiliki
personal hygine tidak baik sehingga mudah jatuh sakit, hal ini dikarenakan banyak lansia
yang merasa takut sakit saat mandi, tidak adanya pengetahuan tentang kebersihan diri, serta
tidak adanya perhatian dari keluarganya, sehingga merasa tidak perlu untuk menjaga
kebersihan dirinya.

METODE PENELITIAN
Penelitian bersifat deskripti fanalitik dengan pendekatan cros sectional yaitu
pengambilan variable dependen dan independen dilakukan secara bersamaan. Pengambilan
sampel dengan teknik total populasi sebanyak 70 orang. Penelitian dilaksanakan di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang di Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh pada bulan Juli
tahun 2015. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan pengumpulan data dengan cara
wawancara. Analisis data menggunakanan alisis univariat dan bivariate.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Baik Tidak Baik Rendah Mendukung Tidak Mendukung Kuat Lemah


62.9
60
54.3 54.3
45.7 40 45.7
37.1

Personal Hygine Pengetahuan Dukungan Keluarga Kondisi Fisik

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Personal Hygine, Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan


Kondisi Fisik Lansia
Berdasarkan gambar 1 di atas dari 70 responden dapat dilihat bahwa distribusi
frekuensi personal hygine lansia, yang memiliki personal hygine baik sebesar 45.7%,
sedangkan lansia yang memiliki personal hygine tidak baik sebesar 54.3%. Pengetahuan
lansiayang memiliki pengetahuan yang tinggi sebesar 62.9%, sedangkan lansia yang memiliki
pengetahuan rendah sebesar 37.1%. Dukungan keluarga, lansia yang mendapatkan dukungan
keluarga sebesar 40%, sedangkan 60% lansia tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya.
Kondisi fisik lansia, yang memiliki kondisi fisik masih kuat sebesar 54.3%, sedangkan 45.7%
memiliki kondisi fisik yang lemah.

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Personal Hygine Lansia

No Pengetahuan Baik Tidak Baik P-value


f % f % f %
1 Tinggi 26 59,1 18 40,9 44 100 0,007
2 Rendah 6 23,1 20 76,9 26 100
Total 32 45,7 38 54,3 70 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lansia yang berpengetahuan rendah memiliki
personal hygine yang tidak baik pula yaitu sebesar 76,9 %, Dibandingkan dengan lansia yang
berpengetahuan rendah memiliki personal hygine yang baik yaitu sebesar 23,1%. Hasil uji
statistik didapat p value = 0,007 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia dengan personal hygine pada lansia.

Tabel 2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Personal Hygine pada Lansia

Dukungan Personal Hygine


No Total
Keluarga Baik Tidak Baik P-value
f % f % f %
1 Mendukung 19 67,9 9 32,1 28 100
2 Tidak mendukung 13 31 29 69 42 100 0,005

Total 32 45,7 38 54,3 70 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa lansia yang personal hygine yang tidak baik
yaitu sebesar 69%, dibandingkan dengan lansia yang tidak mendapatkan dukungan dari
keluarga yang memiliki personal hygine baik sebesar 31%. Hasil uji statistik didapat p value
= 0,005 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan personal hygine pada lansia.

Tabel 3. Hubungan Kondisi Fisik dengan Personal Hygine pada Lansia


Personal Hygine
Total
No Kondisi Fisik Baik Tidak Baik P-value
f % f % f %
1 Kuat 22 57,9 16 42,1 38 100 0,047
2 Lemah 10 31,2 22 68,8 32 100
Total 32 45,7 38 54,3 70 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa lansia yang kondisi fisiknya lemah memiliki
personal hygine yang tidak baik yaitu sebesar 68.8%, dibandingkan dengan lansia yang
kondisi fisiknya lemah memiliki personal hygine yang baik sebesar 31. 2%. Hasil uji statistik
didapat p value = 0,047 (p < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kondisi fisik dengan personal hygine pada lansia.

Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Personal Hygine Lansia
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup,
harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. perawatan diri. Seringkali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong lansia untuk meningkatkan higiene.
Misalnya, ketika lansia diabetes sadar akan efek diabetes pada sirkulasi di kaki, mereka
jauh lebih menyukai belajar teknik perawatan kaki yang tepat. Pembelajaran praktik
tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi risiko kesehatan dapat
memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu (Potter, 2005).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan personal hygine yang berarti semakin tinggi tingkat
pengetahuan lansia, maka akan semakin baik pemenuhan personal hygine pada lansia
tersebut, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan tingkat pengetahuan yang
tinggi agar lansia dalam berperilaku menerapkan personal hygine dapat dilakukan secara
baik dan benar.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan lansia yang memiliki pengetahuan tinggi,
namun personal hygine tidak baik yaitu sebesar 40,9 %. Hal ini dapat terjadi karena
kondisi fisik lansia yang menurun, menjadikan lansia tidak dapat melakukan personal
hygine dengan baik. Pengetahuan yang rendah pada lansia dapat disebabkan oleh
pendidikan yang masih rendah. Rendahnya pendidikan ini menjadikan pengetahuan yang
kurang sehingga lansia kurang mengerti dalam perilaku personal hygine secara baik dan
benar. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variable
pendidikan untuk dapat mengetahui secara pasti factor perawatan personal hygine pada
lansia.

2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Personal Hygine Lansia


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herning Krisfi
Oktaviana (2010) dengan judul “Gambaran perbedaan personal hygiene pada lansia yang
tinggal di rumah dikelurahan mangkujayan RT 03/RW 02 Dengan yang tinggal di panti di
UPT pelayanan lanjut usia kabupaten ponorogo” diperoleh kesimpulan bahwa sebagain
lansia yang tinggal dirumah personal hygienenya bersih, sedangkan lansia yang tinggal di
panti sebagain besar personal hygienenya masih kotor.
Dukungan keluarga menurut Suprajitno (2010) adalah sikap, tindakan, dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya atau penderita yang sakit. Dukungan dari
keluarga bertujuan untuk membagi beban juga memberi dukungan informasional dengan
membuat penguatan terhadap pola-pola positif dalam upaya pencari pertolongan.
Sesungguhnya dukungan keluarga secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang amat
besar terhadap kesehatan lansia, baik kesehatan fisik maupun mental. Segala potensi yang
dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan
diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal. Personal hygine
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para anggota keluarga karena
apabila lansia dapat menjaga dan melakukan perawatan personal hygine dengan baik, maka
lansia tersebut sapat terhindar dari beberapa penyakit tertentu. Lansia yang memiliki
kebersihan diri yang baik memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan
penuh makna, membahagiakan berguna dan berkualitas. Bila dukungan keluarga menurun
dapat menyebabkan kualitas hidup lansia menurun pula dan akhirnya akan mengakibatkan
angka kesakitan pada lansia meningkat dan angka kematiannya meningkat juga.
3. Hubungan Kondisi Fisik dengan Personal Hygine Lansia
Hasil penelitian ini sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010),
tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi personal hygiene Pada Lansia Di Perumahan
Sinar Waluyo Semarang” dari hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat
nilai p value = 0,004 (p < 0,05) artinya ada hubungan antara kondisi fisik dengan personal
hygiene.
Menurut Potter & Perry (2006), Lansia dengan keterbatasan fisik biasanya tidak
memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya: pada lansia dengan
traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi
ketangkasandan rentang gerak. Lansia di bawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi
mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit kronis (jantung, kanker, neurologis,
psikiatrik) sering melelahkan lansia. Genggaman yang melemah akibat artritis, stroke, atau
kelainan otot menghambat lansia untuk menggunakan sikat gigi, handuk basah, atau sisir.
Kehidupan lansia yang sudah banyak mendapatkan permasalahan baik masalah
keterbatasan gerak fisik dapat mempengaruhi tindakan lansia dalam melakukan pemenuhan
personal hygiene. Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) salah faktor yang mempengaruhi
personal hygienepada lansia adalah kondisi fisik (Physical Condotion). Kondisi fisik
individu yang mengalami penyakit tertentu atau kecacatan akan mengalami kesulitan
dalam melakuakan praktek kebersihan diri. Bahkan kadang memerlukan bantuan orang lain
untuk melaksanakan perawatan kebersihan diri.
Pada saat dilakukan penelitian didapat pula hasil yang menyatakan bahwa 31.2%
lansia yang kondisi fisiknya lemah namun personal hyginenya baik. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan lansia dan dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia
sehingga personal hygine pada lansia dapat terjaga dengan baik. Pemeliharaan personal
hygine pada lansia sangat diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan lansia
tersebut. Lansia yang sehat mampu memenuhi kebutuhan perawatan personal hygine
sendiri, namun sebaliknya apabila lansia tersebut mengalami gangguan kondisi fisik
dikarenakan oleh penyakit tertentu maka diperlukan bantuan untuk melakukan perawatan
personal hygine secara rutin.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan, dukungan keluarga dan kondisi fisik dengan personal hygine pada lansia
di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh.

SARAN
Diharapkan pemerintah daerah dapat mengagendakan bantuan fisik di UPTD Rumoeh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh sehingga para penghuni lebih dapat
melakukan personal hygiene yang lebih baik. Diharapkan petugas dapat lebih berperan aktif
dalam memberikan penerangan kepada penghuni panti mengenai pentingnya personal hygiene
yang diharapkan para lansia tetap menjaga kesehatannya. Diharapkan lansia untuk mau
berperilaku dalam menjaga kesehatan, termasuk perperilaku dalam personal hygiene seperti
menggosok gigi secara teratur, berpakaian yang bersih dan rapi. Diharapkan peneliti lain
dapat mengembangkan hasil dari penelitian ini sehingga dapat lebih menggambarkan kondisi
atau keadaan lansia dalam memelihara kebersihan diri secara lebih lengkap dan variatif.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Universitas Ubudiyah Indonesia yang telah memberikan
dukungan financial dalam penelitian ini dan ucapan terima kasih kepada Kepala UPTD
Rumoh Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh beserta jajarannya yang telah
memberikan izin penelitian dan ucapan terima kasih kepada para lansia yang telah bersedia
menjadi responden selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo & Martono. (2010). Buku Ajar Geriarti,Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Herning Krisfi Oktaviana. (2010). Dengan judul “Gambaran perbedaan personal hygiene pada
lansia yang tinggal di rumah dikelurahan mangkujayan RT 03/RW 02 Dengan yang
tinggal di panti di UPT pelayanan lanjut usia kabupaten ponorogo. Diunduh dari
http://digilib.umpo.ac.id/files/disk1/9/jkptumpo-gdl-retnowidya-438-1-abstrak,-h.pdf
Hidayat, A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta Salemba
Medika.
Kusumaningrum, R. (2012). Personal Hygiene, : Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A. ,& Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental :konsep, proses, dan praktik.
Jakarta : EGC56
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Volume 1.Edisi 4. Jakarta : EGC.
Suprajitno, (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai