Anda di halaman 1dari 5

APPENDISITIS AKUT

No. Dokumen : / SOP-2023


No. Revisi : 02
SOP Tanggal Terbit : 10 Januari
2023
Halaman : 1/5
UPTD PUSKESMAS dr. R. LISA RIANTUTI
KAMPUNG BUGIS NIP. 19741007 200502 2 006
1. Pengertian Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada
apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering
ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi dan
penatalaksanaan appendisitis akut.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kampung Bugis No. 023 Tahun
2023 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur / Langkah
– Langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
2. Petugas (Perawat / Bidan) melakukan kajian awal terhadap pasien
serta melakukan pemeriksaan vital sign kepada pasien dengan
mengukur tekanan darah, nadi, frekuensi napas dan suhu.
3. Petugas mengarahkan pasien ke petugas selanjutnya (dokter)
untuk dilakukan pemeriksaan.
4. Petugas melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan
utama pasien yang disesuaikan dengan gejala appendisitis akut,
yaitu:
a. Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium
kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa bila telah terjadi
inflamasi (>6 jam) penderita dapat menunjukkan letak nyeri,
karena bersifat somatik.
b. Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi n.vagus.
c. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam
sesudahnya, merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul
saat permulaan.
d. Disuria juga timbul apabila peradangan apendiks dekat
dengan vesika urinaria.
e. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa
penderita mengalami diare, timbul biasanya pada letak
apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum.
f. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu
suhu antara 37,50C - 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi,
diduga telah terjadi perforasi.
g. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan
nyeri somatik yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang
panjang dengan ujung yang mengalami inflamasi di kuadran
kiri bawah akan menyebabkan nyeri di daerah tersebut,
apendiks retrosekal akan menyebabkan nyeri flank atau
punggung, apendiks pelvikal akan menyebabkan nyeri pada
supra pubik dan apendiks retroileal bisa menyebabkan nyeri
testikuler, mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan
ureter.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
 Inspeksi: Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi
perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi,
penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler
abses.
 Palpasi:
- Terdapat nyeri tekan Mc.Burney
- Adanya rebound tenderness (nyeri tekan lepas)
- Adanya defens muskular.
- Rovsing sign positif
- Psoas sign positif
- Obturator Sign positif
 Perkusi: Nyeri ketok (+)
 Auskultasi: Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus
paralitik karena peritonitis generalisata akibat appendisitis
perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam
menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi
peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
 Rectal Toucher / Colok dubur: Nyeri tekan pada jam 9-12
Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
- Nyeri seluruh abdomen
- Pekak hati hilang
- Bising usus hilang
Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering
terjadi dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
b. Demam tinggi lebih dari 38,5°C
c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
d. Dehidrasi dan asidosis
e. Distensi
f. Menghilangnya bising usus
g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
h. Rebound tenderness sign
i. Rovsing sign
j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
3. Petugas melakukan rujukan internal ke petugas laboratorium bila
diperlukan, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
Laboratorium darah perifer lengkap
 Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil
laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat,

Halaman 2/2
walaupun bukan penanda utama.
 Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik untuk
karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada
pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3,
dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran
kekiri hampir 75%.
 Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya
sudah terjadi perforasi dan peritonitis.
 Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi
dan menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan nyeri
abdomen.
 Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita
usia subur.
4. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Diagnosis banding yaitu Cholecystitis akut, Divertikel Mackelli,
Enteritis regional, Pankreatitis, Batu ureter, Cystitis, Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) dan Salphingitis akut.
5. Pasien yang telah terdiagnosis Appendisitis akut harus segera
dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito. Petugas
melakukan penatalaksanaan awal sebelum dirujuk, yaitu:
- Non-farmakologis
 Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
 Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak
diberikan apapun melalui mulut.
 Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada
dehidrasi.
 Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung
dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi
anestesi.
 Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya
4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan.
 Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung
agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah
muntah.
- Tata Laksana Farmakologi
 Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling
tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya
pilihan yang terbaik.
 Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi
apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar
20%.
 Antibiotik spektrum luas
Petugas memasukkan data anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa,
tatalaksana dan edukasi ke dalam e-Puskesmas.

Halaman 2/2
t Bagan Alir

Memanggil Melakukan
pasien sesuai anamnesa pada Melakukan pemeriksaan fisik
nomor urut pasien dan pemeriksaan penunjang

Menulis resep untuk Menegakkan diagnose


pengobatan penyakit berdasarkan hasil
fimosis anamnesis dan pemeriksaan

Menulis hasil anamnesa,


pemeriksaan dan Menyerahkan resep Menulis diagnosa
diagnosa ke rekam ke pasien pasien ke buku
register.
medis

6. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. Ruang Pemeriksaan Anak
3. Ruang Pemeriksaan Lansia
4. Ruang Tindakan dan Gawat Darurat
5. Ruang Laboratorium
6. Ruang Farmasi
7. Ruang Rujukan
7. Dokumen Terkait Rekam Medis Elektronik
8. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
1. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sei
Jang No. 41 Tahun 2020
Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
Puskesmas.

2. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan


Umum
2. Ruang Pemeriksaan
Anak
14 April 2020
3. Ruang Pemeriksaan
Lansia
4. Ruang Tindakan dan
Gawat Darurat
5. Ruang Laboratorium
6. Ruang Farmasi
7. Ruang Rujukan

3. Langkah - Ditambahkan:
1. Petugas menggunakan
langkah
APD sesuai standar.

4. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sei


Jang No. 8 Tahun 2023

Halaman 2/2
Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
Puskesmas.

Halaman 2/2

Anda mungkin juga menyukai