Anda di halaman 1dari 3

ASMA BRONKIAL

No. Dokumen : 004/PRT/KDPM-IN/SOP/X/2018

No. Revisi :-
SOP
Tanggal terbit : 1 Oktober 2018

Halaman : 1-3

Klinik Diana dr. Fachrudiana F.A


Permata Medika Pimpinan Klinik

1. Pengertian Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan


inflamasi kronis di saluran nafas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti
mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk yang intensitasnya berbeda-
beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah bagi petugas dapat melakukan
pengelolaan penyakit yang meliputi :
1. Anamnesa (subjektif)
2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana (objektif)
3. Penegakkan diagnosa (Assessment)
4. Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
3. Kebijakan SK Pimpinan Klinik Nomor 029/KDPM-IN/SK/IX/2018 tentang Layanan
Klinis.
4. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien (Subjective)
Langkah- Keluhan :
langkah a. Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada terasa berat)
khususnya pada dewasa muda.
b. Pola hidup sehat.
c. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan :
 Menghindari setiap pencetus.
 Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan
exercise untuk mencegah exercise induced asthma.

Kriteria Rujukan :
a. Bila sering terjadi eksaserbasi.
b. Pada serangan asma akut sedang dan berat.
c. Asma dengan komplikasi.
d. Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini hari.
e. Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya.

1
Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan allergen, perubahan
cuaca, tertawa atau iritan seperti asap kendaraan, rokok atau bau
yang sangat tajam.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (Objective)
a. Petugas melakukan cuci tangan / menggunakan Hand Sanitizer
sebelum memeriksa pasien.
b. Pemeriksaan fisik.
Mengi ekspirasi terdengar saat pemeriksaan auskultasi, tetapi ini
bisa saja hanya terdengar saat ekspirasi paksa. Mengi dapat juga
tidak terdengar selama eksaserbasi asma yang berat karena
penurunan aliran nafas yang dikenal dengan “silent chest”.
c. Pemeriksaan penunjang :
 Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter.
Terdapat kenaikan ≥ 15% rasio APE sebelum dan sesudah
pemberian inhalasi salbutamol.
 Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah).
3. Penegakkan diagnosis (Assessment) dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
4. Penatalaksanaan (Plan)
a. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan
faktor pencetusnya.
b. Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian pengobatan jangka
panjang serta menetapkan pengobatan pada serangan akut.
Konseling dan Edukasi
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai
seluk beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah
membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan
dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat
asma secara berkala (asthma control test / ACT).

5. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam
Medis.
6. Dokumen terkait 1. Rekam Medis
2. Form rujukan
3. Informed concent
4. Resep
7. Unit terkait 1. Ruang Pendaftaran

2
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang Pemeriksaan Apotik
4. Rekam medis

8. Riwayat Perubahan Dokumen

No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Terbit

Anda mungkin juga menyukai