Anda di halaman 1dari 3

DENGUE

No. Dokumen : 008/PRT/KDPM-IN/SOP/X/2018

No. Revisi :-
SOP
Tanggal terbit : 1 Oktober 2018

Halaman : 1-3

Klinik Diana dr. Fachrudiana F.A


Permata Medika Pimpinan Klinik

1. Pengertian Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue. Dengue memiliki 4 serotipe : DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, namun tidak untuk
serotipe lainnya, sehingga dapat terinfeksi demam dengue 4 kali selama
hidupnya.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi Dokter atau petugas dalam menangani demam
dengue dan demam berdarah dengue.
3. Kebijakan SK Pimpinan Klinik Nomor 029/KDPM-IN/SK/IX/2018 tentang Layanan
Klinis.
4. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit
Langkah- sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit
langkah keluarga), apakah demam 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri retro orbital,
mialgia/atralgia, ruam, gusi berdarah, mimisan, nyeri perut, mual,
muntah, muntah darah (hematemesis), BAB berdarah (melena),
keluarga atau tetangga ada yang terkena demam dengue.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan : diperiksa
kemungkinan adanya petechiae, ekimosis, purpura, perdarahan
mukosa, hepatomegali, splenomegali, efusi pleura, asites.
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang diagnostik meliputi angka
leukosit, trombosit, hematokrit.
5. Jika diperlukan dan tersedia, petugas melakukan pemeriksaan
penunjang NS1.
6. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosa
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. NS1 positif : terinfeksi dengue.
Dengan kriteria WHO diagnosis DBD :
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

1
/ pola pelana.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan :
 Uji bendung positif.
 Petechiae, ekimosis atau purpura.
 Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain.
 Hematemesis atau melena.
c. Trombositopenia (trombosit < 100.000/ul).
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma :
 Peningkatan hematokrit diatas 20% dibandingkan standar
sesuai usia dan jenis kelamin.
 Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
 Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.
7. Petugas mengklasifikasikan derajat DBD :
Klasifikasi derajat DBD menurut WHO 1997 (setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi):
a. Derajat I : demam disertai gejala yang tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung.
b. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan darah menurun, sianosis disekitar mulut, kulit
dingin dan lembab.
d. Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
terukur.
8. Jika diperlukan petugas memberikan terapi simptomatik untuk
menurunkan demam (antipiretik). Parasetamol dosis dewasa 500 mg
tiap 6-8 jam, dosis anak 10 mg/kgBB tiap 6-8 jam.
9. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya :
a. Perjalanan penyakit dan tatalaksananya, bahwa tidak ada obat
untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit, penyakit akan sembuh sesuai
dengan perjalanan alamiah penyakit.
b. Jika diperlukan pemeriksaan laboratorium secara berkala.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi.
d. Melakukan kegiatan 3M : Menguras, mengubur, menutup

2
e. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit) jika :
 Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
 Terjadi komplikasi atau keadaan tubuh atau keadaan klinis
tidak lazim, seperti kejang, penurunan kesadaran.
f. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
bagian farmasi
g. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan lab, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan
dalam rekam medis pasien.
h. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk
dientry.
i. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan
terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus.
5. Referensi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang praktek kedokteran.

6. Dokumen terkait 1. Rekam Medis.


2. Form rujukan.
3. Informed concent.
4. Resep.
7. Unit terkait 1. Unit Pendaftaran.
2. Unit Dokter Umum.
3. Unit Farmasi.
4. Rekam medis.

8. Riwayat Perubahan Dokumen

No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Terbit

Anda mungkin juga menyukai