1. Pengertian Gagal jantung adalah kumpulan gejala yan kompleks dimana seorang pasien harus memiliki tampilan berupa : gejala gagal jantung, tanda retensi cairan, dan adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat. 2. Anamnesis 1. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu deffort) 2. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu) 3. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu) 4. Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada orangtua 5. Faktor Risiko : hipertensi, dislipidemia, obesitas, merokok, diabetes melitus, riwayat gangguan jantung sebelumnya, riwayat infark miokard. 3. Pemeriksaan Fisik 1. Peningkatan tekanan vena jugular 2. Frekuensi pernapasan meningkat 3. Kardiomegali 4. Gangguan bunyi jantung (gallop) 5. Ronki pada pemeriksaan paru 6. Hepatomegali 7. Asites 8. Edema perifer 4. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG (tidak tersedia) : menilai adanya hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan gambaran abnormal lain 2. X-ray thoraks (tidak tersedia) : untuk menilai kardiomegali dan melihat gambaran edema paru 3. Darah perifer lengkap 5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Kriteria Mayor: 1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu) 2. Distensi vena-vena leher 3. Peningkatan tekanan vena jugularis 4. Ronki basah basal 5. Kardiomegali 6. Edema paru akut 7. Gallop (S3) 8. Refluks hepatojugular positif Kriteria Minor: 1. Edema ekstremitas 2. Batuk malam 3. Dyspneu deffort (sesak ketika beraktifitas) 4. Hepatomegali 5. Efusi pleura 6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal 7. Takikardi >120 kali per menit
6. Diagnosis Kerja Gagal jantung akut, gagal jantung kronik
7. Diagnosis banding 1. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru berat (ARDS), emboli paru. 2. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik 3. Sirosis hepatik 4. Diabetes ketoasidosis 8. Tatalaksana 1. Modifikasi gaya hidup a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter (berat) b. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol 2. Aktivitas fisik a. Pada kondisi akut berat: tirah baring b. Pada kondisi sedang atau ringan:batasi beban kerja sampai 60% hingga 80% dari denyut nadi maksimal (220/umur) 3. Penatalaksanaan farmakologi
Pada gagal jantung akut:
a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam sampai dosis maksimal 600 mg/hari. c. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
a. Diuretik: diutamakan loop diuretic (furosemid) bila perlu dapat dikombinasikan Thiazid, bila dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke layanan sekunder. b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai segera dirujuk. 9. Edukasi 1. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah. 2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di rumah sakit. 3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan. 4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan berinteraksi. 5. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien. 10. Prognosis Tergantung dari berat ringannya penyakit, komorbid dan respon pengobatan. 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Kriteria Rujukan 1. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi. 2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk layanan sekunder atau layanan tertier terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. 14. Tujuan Rujukan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah 15. Penelaah Kritis 1. Dr. Alfi Syahrin 2. Dr. Ni Wayan Diptaningsih 3. Dr. Dwi Fachrul 4. Dr. Risky Septiana 16. Indikator 17. Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk. 02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama