Anda di halaman 1dari 3

HIPERTENSI URGENSI

No. Dokumen : /SOP/TDKN/PUSBUII


SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
: 00
: 31 Juli 2019
PUSKESMAS Zulfadliansyah Nur, SKM
BONTANG UTARA II NIP. 198103032005021003
1. Pengertian Hipertensi urgensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik >180
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >120 mmHg tanpa disertai
tanda dan/atau gejala kerusakan organ target (stroke akut,
ensefalopati, retinopati, sindrom koroner akut, edema paru kardiogenik,
diseksi aorta akut, preeklamsia berat/eklamsia, dan gagal ginjal akut).

2. Tujuan Sebagai pedoman atau acuan bagi dokter dan paramedis untuk
memberikan tata laksana yang sesuai prosedur pada pasien dengan
hipertensi urgensi

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tentang Penyusunan Rencana Layanan Medis,


Layanan Terpadu, Tim Interprofesi Dan Kesinambungan Dalam
Pelayanan Puseksmas Bontang Utara II

4. Referensi 1. Guideline Hipertensi dari American College of Cardiology/American


Heart Association tahun 2017
2. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktik
Klinis

5. Alat dan Bahan 1. Alat tulis


2. Rekam medis
3. Alat Vital sign: tensimeter, termometer
4. Stetoskop
5. EKG

6. Kualifikasi Dokter dibantu 1 orang perawat.


Pelaksana

7. Prosedur/ 1. Petugas melakukan pengkajian awal klinis sesuai SOP.


Langkah- 2. Dokter melakukan anamnesis (subjective). Pasien hipertensi
langkah urgensi pada umumnya tidak memiliki keluhan apapun. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku,
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik (objective). Pemeriksaan fisik

SOP-HIPERTENSI URGENSI Halaman 1 dari 3


pada pasien hipertensi urgensi umumnya normal. Terkadang
pasien mengeluh nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, dan mudah lelah. Bila tidak ada kerusakan organ target,
hampir tidak ditemukan kelainan yang berarti.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang EKG untuk menilai ada
tidaknya iskemik apabila terdapat indikasi, antara lain: pasien yang
memiliki resiko tinggi kardiovaskular seperti usia tua, merokok,
diabetes melitus, dislipidemia, dan memiliki keluhan yang
mengarah ke iskemia miokard.
5. Dokter menegakkan diagnosis (assessment) berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6. Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana terapi (plan)
kepada pasien dan keluarga bahwa hipertensi urgensi dapat
diterapi rawat jalan dengan obat antihipertensi oral. Penurunan
tekanan darah tidak boleh lebih dari 25% mean arterial pressure
(MAP) dalam 1 jam pertama, kemudian jika pasien stabil,
diturunkan menjadi 160/100 mmHg dalam 2 – 6 jam berikutnya,
kemudian diturunkan menjadi normal secara berhati-hati dalam 24
– 48 jam. Pilihan obat terapi lini pertama yang dapat digunakan
antara lain:
a. Captopril 25 mg – 50 mg PO
b. Amlodipine 2,5 – 5 mg PO
c. Clonidine 0,1 – 0,2 mg PO
d. Labetalol 200 – 400 mg PO
7. Dokter mencatat hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, terapi atau
rencana perawatan ke dalam rekam medis pasien dalam bentuk
metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan)

SOP-HIPERTENSI URGENSI Halaman 2 dari 3


8. Diagram Alir Hipertensi urgensi
(TD >180/120 mmHg tanpa kerusakan organ target)

Pasien dapat diterapi rawat jalan dengan obat antihipertensi oral


Pilihan obat:
- Captopril 25 – 50 mg PO
- Amlodipine 2,5 – 5 mg PO
- Clonidine 0,1 – 0,2 mg PO
- Labetalol 200 – 400 mg PO

9. Hal Yang Perlu Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgensi tidak boleh lebih dari
Diperhatikan 25% MAP dalam 1 jam pertama karena dapat beresiko terjadinya
iskemik organ
Dokter melakukan rujukan ke RS jika TD tidak turun sesuai yang
diharapkan atau terjadi tanda/gejala kerusakan organ

10. Unit Terkait 1. Ruang pemeriksaan umum 1


2. Ruang pemeriksaan umum 2
3. Ruang Tindakan

11. Rekaman Rekam medis

12. Catatan Revisi

SOP-HIPERTENSI URGENSI Halaman 3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai