Anda di halaman 1dari 4

HEART FAILURE

No. : SOP/UKP/
Dokumen BPU/ Kepala Klinik
LOGO KLINIK
No. Revisi : 01
SOP Tanggal
: 16/01/2018
Terbit
Halaman : 1/3

TTD
KLINIK SWA
Nama

Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan


yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya
rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan
angka kematian. Prevalensi kasus gagal jantung di komunitas
1. Pengertian meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu berkisar 0,7%
(40-45 tahun), 1,3% (55-64 tahun), dan 8,4% (75 tahun ke atas).
Lebih dari 40% pasien kasus gagal jantung memiliki fraksi ejeksi
lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko terjadinya gagal jantung
sekitar 21% untuk lelaki dan 20,3% pada perempuan.
Sebagai acuan petugas dalam memberikan tata laksana yang
2. Tujuan
tepat pada pasien gagal jantung
Keputusan Kepala KLINIK Disi Nomor 188/20 tentang Pelayanan
3. Kebijakan
Klinis
KMK No.514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
4. Referensi
Dokter di FKTP
5. Prosedur/ a. Alat dan bahan : tidak diperlukan peralatan khusus
Langkah- b. Petugas : dokter
langkah c. Langkah-langkah :
1. Petugas melakukan cuci tangan.
2. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
3. Petugas melakukan identifikasi pasien.
4. Petugas melakukan anamnesis
a) Keluhan :
a. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal
dyspneu) Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan
pada orangtua dapat disertai gangguan mental.
b) Faktor Risiko
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Obesitas
d. Merokok
e. Diabetes melitus
f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
g. Riwayat infark miokard
c) Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)
Pemeriksaan Fisik :
a. Peningkatan tekanan vena jugular
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Kardiomegali
d. Gangguan bunyi jantung (gallop)
e. Ronki pada pemeriksaan paru
f. Hepatomegali
g. Asites
h. Edema perifer
Pemeriksaan Penunjang :
a. X Ray thoraks untuk menilai kardiomegali dan melihat
gambaran edema paru
b. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan
gelombang T, dan gambaran abnormal lain).
c. Darah perifer lengkap
Diagnosis Klinis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham
yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor: a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari
(paroxysmal nocturnal dyspneu) b. Distensi vena-vena leher
c. Peningkatan tekanan vena jugularis d. Ronki basah basal
e. Kardiomegali f. Edema paru akut g. Gallop (S3) h.
Refluks hepatojugular positif Kriteria Minor: a. Edema
ekstremitas b. Batuk malam c. Dyspneu d’effort (sesak
ketika beraktifitas) d. Hepatomegali e. Efusi pleura f.
Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal g.
Takikardi >120 kali per menit Diagnosis Banding a. Penyakit
paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi
paru berat (ARDS), emboli paru b. Penyakit Ginjal: Gagal
ginjal kronik, sindrom nefrotik c. Sirosis hepatik d.
Diabetes ketoasidosis Rencana Penatalaksanaan Komprehensif

2/3
(Plan) Penatalaksanaan a. Modifikasi gaya hidup 1)
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan),
maksimal 1 liter (berat) 2) Berhenti merokok dan konsumsi
alkohol b. Aktivitas fisik 1) Pada kondisi akut berat:
tirah baring 2) Pada kondisi sedang atau ringan:batasi
beban kerja sampai 60% hingga 80% dari denyut nadi maksimal
(220/umur) c. Penatalaksanaan farmakologi Pada gagal
jantung akut: a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit b.
Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam
sampai dosis maksimal 600 mg/hari. c. Segera rujuk. Pada
gagal jantung kronik: a. Diuretik: diutamakan loop diuretic
(furosemid) bila perlu dapat dikombinasikan Thiazid, bila
dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke layanan sekunder. b.
ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker
(ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila
pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak
tercapai segera dirujuk. c. Digoksin diberikan bila
ditemukan takikardi untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu
cepat. Komplikasi a. Syok kardiogenik b. Gangguan
keseimbangan elektrolit Konseling dan Edukasi a. Edukasi
tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
kronik misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar
lemak atau kadar gula darah. b. Pasien dan keluarga perlu
diberitahu tanda-tanda kegawatan kardiovaskular dan
pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di
rumah sakit. c. Patuh dalam pengobatan yang telah
direncanakan. d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk
pasien beraktivitas dan berinteraksi. e. Melakukan
konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktorfaktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta
menyepakati bersama peran keluarga pada masalah kesehatan
pasien. Kriteria Rujukan a. Pasien dengan gagal jantung
harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis jantung atau spesialis penyakit
dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti
ekokardiografi. b. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis
mengalami perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk
layanan sekunder atau layanan tertier terdekat untuk
3/3
dilakukan penanganan lebih lanjut. Tatalaksana Rujuk Balik
Peserta rujuk balik Gagal Jantung Akut Dan Kronik dalam
kondisi stabil tetap ke FKTP untuk mendapatkan pengobatan
selama 30 hari sesuai dengan anjuran dari dokter ahli di
FKRTL, mendapatkan layanan dalam kegiatan kelompok
berbentuk edukasi dan senam serta mendapatkan pemeriksaan
fisik, pengobatan dan konseling faktor risiko. Peralatan a.
EKG b. Radiologi (X ray thoraks) bila ada c. Laboratorium
untuk pemeriksaan darah perifer lengkap Prognosis
Tergantung dari berat ringannya penyakit, komorbid dan
respon pengobatan.

6. Diagram alir -

- BP Umum
7. Unit terkait
- Ruang Obat
8. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan

9. Dokumen terkait Rekam Medis

Tanggal mulai
No Yang di ubah Isi Perubahan
diberlakukan
1. Format SOP Disesuaikan dengan 16 Januari 2018
Pedoman
10. Rekaman Penyusunan
Historis Dokumen Akreditasi
Perubahan tahun 2017.
2. Perubahan Kebijakan terbaru 16 Januari 2018
kolom kebijakan adalah SK Nomor
188/20 tentang
Pelayanan Klinis

4/3

Anda mungkin juga menyukai