Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

AKUT DAN KRONIK


No. Dokumen :
No. Revisi :-
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/5

UPT PUSKESMAS
Suciyati J. Sangadji, S.ST
RAWAT INAP Nip.197605292002122007
OME
Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan yang
1. Pengertian
menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi karena
kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angkan kematian.
Angka Morbiditas Penyakit: prevalensi kasus gagal jantung di komunitas
meningkat seiring dengan meningkatnya usia: 0,7 % (40-45 tahun), 1,3 % (55-
64 tahun), dan 8,4 % (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal
jantung memiliki ejeksi fraksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko
terjadinya gagal jantung sekitar 21% untuk lelaki dan 20.3 % pada perempuan.
2. Tujuan Sebagai pedoman pengobatan di UPT Puskesmas Rawat Inap Ome
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Ome Nomor :
008/KAPUS/2018 Tentang jenis pelayanan yang disediakan di Puskesmas
Rawat Inap Ome
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang
4. Referensi
panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer
1. Petugas menyapa pasien dengan ramah
5. Prosedur
2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada Orangtua
Faktor Risiko
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Obesitas
d. Merokok
e. Diabetes melitus
f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
g. Riwayat infark miokard
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
Pemeriksaan Fisik:
a. Peningkatan tekanan vena jugular
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Frekuensi nadi dan regularitasnya
d. Tekanan darah
e. Kardiomegali
f. Gangguan bunyi jantung (gallop)
g. Ronkhi pada pemeriksaan paru
h. Hepatomegali
i. Asites
j. Edema perifer
Pemeriksaan penunjang esential
a. Rontgen thoraks (kardiomegali, gambaran edema paru/alveolar
edema/butterfly appearance)
b. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan
gambaran abnormal lainnya.
c. Darah perifer lengkap

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
b. Distensi vena-vena leher
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Ronkhi
e. Terdapat kardiomegali
f. Edema paru akut
g. Gallop (S3)
h. Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam
c. dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
g. takikardi >120 kali per menit

Diagnosis Banding
a. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru
berat (ARDS), emboli paru
b. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
c. Penyakit Hati: sirosis hepatik

Komplikasi
a. Syok Kardiogenik
b. Gangguan keseimbangan elektrolit

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Modifikasi gaya hidup:
1. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter
(berat)
2. Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1 maksimal
gram (berat)
3. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
b. Aktivitas fisik:
1. Pada kondisi akut berat: tirah baring
2. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd 80%
dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
c. Penatalaksanaan farmakologi:
Pada gagal jantung akut:
1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
2. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid
injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
3. Cari pemicu gagal jantung akut.
4. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
1. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke
Layanan Sekunder.
2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB) mulai
dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target
tidak tercapai, dirujuk.
3. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai
dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk. Digoxin diberikan bila
ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu cepat.

Konseling dan Edukasi


a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik.
Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering adalah tidak terkontrolnya
tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan kardiovaskular
dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan
berinteraksi.
e. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati
bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.

Kriteria Rujukan
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp. Penyakit Dalam
untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu
cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit Dalam)
untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Sarana Prasarana
a. Oksigen
b. Digitalis
c. ACE Inhibitor
d. Diuretik

Prognosis
Tergantung dari berat ringannya penyakit.
6. Diagram Alir Menyapa pasien dengan ramah Melakukan anamnesis Melakukan
pada pasien pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
bila diperlukan

Melakukan
Memberikan konseling penatalaksanaan sesuai Menegakkan diagnosis
dan edukasi dengan diagnosa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang

Merujuk pasien bila


diperlukan

7. Unit terkait 1. Ruang pemeriksaan umum


8. Dokumen terkait 1. Rekam medis pasien
2. Buku register pasien rawat jalan
3. Lembar Rujukan Eksternal/internal
4. Resep
9. Rekaman No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
Historis
1.
Perubahan
2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai