Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR

I. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Sistolik Diastolik
1. Normotensi < 130 < 80
2. Pre hipertensi 130 – 140 80 – 90
3. Hipertensi tahap I 140 – 160 90 – 100
4. hipertensi tahap II > 160 > 100

II. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak
menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik,
aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam
ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan
peningkatan tekanan darah esensial.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme
primer, sindrom chusing, feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

III. Faktor Predisposisi


Faktor predioposisi penderita hipertensi meliputi :
a. orang yang mengalami stress psikososial.
b. kegemukan
c. kurang olahraga
d. perokok
e. peminum alkohol
IV. Patofisiologi
Pengetahuan patofisiologis hipertensi essensial sampai sekarang terus
berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang
menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial yaitu faktor genetik,
aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme Na dalam ginjal,
gangguan mekanisme pompa sodium Na (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensis, aldosteron. Patofisiologi di sini lebih mengacu pada
penyebabnya.
a. Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.
b. Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah
jantung meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah
jantung normal, tahanan perifer meningkat dan terjadilah refleks
autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan
hemodinamik yang normal.
c. Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh
hormon seperti angiotensin (vasopresin) termasuk sistem kontrol yang
bereaksi cepat, sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD
jangka panjang diatur oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.
d. Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal.
e. Sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf
simpatis yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II yang berefek vasokontriksi. Dengan angiotensin II sekresi
aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi Na dan air.

V. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul
setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain,
marah, telinga berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang. Gejala ini akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan, gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat
gangguan fungsi ginjal.

VI. Penatalaksanaan Medis Umum


Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 1991)
● Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :
a. Modifikasi diet
- Pembatasan natrium
- Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh
- Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
- Menurunkan masukan minuman beralkohol
b. Menghentikan merokok
c. Penatalaksanaan stres
d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan
● Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk
mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat
digunakan.
- diuretik
- penyekat beta adrenergik
- penyekat saluran kalsium
- penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
● Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang
berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang
berbeda.
● Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang
lain dari kelas yang berbeda.
● Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atamu keempat
dapat ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda.

VII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain
atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya dari pemeriksaan urinalisa, darah
perifer lengkap, kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol,
HDI) dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti Klirens kreatinin, protein urin
24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan EKG.
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan
irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan
darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual
dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi
pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik
(penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala,
nyeri abdomen.
h. Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok,
batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot
aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
Prioritas perawatan :
1. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program
pengobatan.
4. Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
b. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan peningkatan
afterload vasokontriksi.

3. Perencanaan
a. Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria hasil : - pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan
pengurangan
- pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang
diresepkan
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
2. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit kepala
(kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan
yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit kepala
dan komplikasinya.
3. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
4. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik
Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis.
b. Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria hasil : - pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan
- pasien akan melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
yang dapat diukur
- pasien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi
fisiologi
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat gosok
gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan O2
3. Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.

c. Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil : - pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi dan
kegemukan
- pasien akan menunjukkan perubahan pola makan
- pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
Rasional : kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung berkaitan
erat dengan peningkatan massa tubuh.
2. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi lemak,
garam, gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya.
3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern
individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar program
berhasil.
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program
diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian atau penyuluhan.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.

d. Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan dengan


peningkatan afterload vasokontriksi
Kriteria hasil : - pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
beban yang dapat diterima.
- pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil dalam rengtang normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang
keterlibatan atau bidang masalah vaskular.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap
terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
3. Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada
hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium)
perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.
4. Catat edema umum atau tertentu
Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskular.
5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan
dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh :
Aan Daliyah (02.469)
Aisyah (02.470)
Amaliyah (02.471)
Andika Bagus Prayoga (02.472)
Azhar Muttaqin (02.473)
Casiyo (02.474)
Dewi Kartikasari (02.475)
Dewi Masitah (02.476)
Dian Fitriasari (02.477)
Dian Noviani (02.478)

POLTEKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PEKALONGAN

Anda mungkin juga menyukai