Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita.
Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan tanda gagal
jantung. Sispnu saat beraktivitas, paroksismal noktural dispnu (PND), batuk, dan mudah lelah
adalah gejala yang pertamakali muncul. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan kongesti
vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran
hepar, dan takkikardi.
2.8 Penatalaksanaan
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa
darah ke seluruh tuuh,ole karena itu kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan jantung
kita,selain itu penyakit jantung merupaka penyakt maut yang mematikan dieluruh dunia. Salah
satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa
negara. Kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%.
Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyaki yang langsung mengenai otot jantung
(miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah. Penyakit ini tergolong khusus karena
kelainan-kelainan yang ditimbulkan bukan terjadi akibat penyakit perikardium,hipertensi, koroner,
kelainan kongenital atau kelainan katub. Walaupun sampai saat ini penyebab kardiomiopati masih
belum dapat dijelaskan secara pasti, tetapi kardiomiopati diduga kuat mempengaruhi oleh faktor
genetik.
A. Kesimpulan
Kardiomiopati jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup
oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk
ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk
kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah
jantung yang secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-
debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.
B. Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
Daftar Pustaka
Brunner & sudarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 4, jakarta: ECG
Sylvia & wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi. Jakarta : ECG
http://fandik-prasetyawan.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
KOMPLIKASI
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik.
3. Disritmia
A. Rumusan masalah
1. Apa definisi kardiomiopati?
2. Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati?
3. Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kardiomiopati?
B. Tujuan
2. Menjelaskan definisi kardiomiopati
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit kardiomiopati
4. Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis kardiomiopati
5. Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien kardiomiopati
A. Penatalaksanaan
a. Medik
1) Kardiomiopati dilatasi
Obat-obatan
Diuretik
Digitalis
Vasodilator
Kartikosteroid
Anti aritmika
Anti koagulan
Transplantasi jantung
2) Kardiomiopati Restriktif
Obat-obatan
Anti aritmia
Kortikosteroid
Imunosupresif.
Pemasangan alat pacu jantung
3) Kardiomiopati Hipertrofi
Obat-obatan
Amiodarum
Kalsiumantagonis, seperti verapamil & nifedipin
Disopiramid
Digitalis diuretik nitrat dan penyekat beta adrenergik
Operasi miotomi atau miektomi
b. Keperawatan
1. Pencegahan primer
Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.
Cegah proses infeksi
Monitor terjadinya hipertensi sistemik
Monitor keadaan wanita selama masa kehamilan
2. Pencegahan sekunder
Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.
Evaluasi klien dengan disritmia.
3. Pencegahan tersier.
Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat
Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung
Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi embolisme sistemik.
A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada
usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah
bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan
memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda
berat. Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu antimyocardial
antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan
scurvy), gangguan imunitas (leukimia),
Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses
infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi
seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes
melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan.
Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi
aldosteron. Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya
lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun
pada malam hari untuk eliminasi BAK.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru
kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas
dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak
terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b) Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada
auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium,
blok jnatung dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat
terjadi;nadi sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan
pengisian kapiler lambat.
c) Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia,
adanya nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d) Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e) Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f) Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan
dan keadaan kateterisasi .
g) Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan,
pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
5) Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit,
keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
6) Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi
sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya
klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu,
kelemahan dan kelelahan.
7) Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan
agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan
ibadahnya.
8) Data Penunjang
(a) Pemeriksaan Laboratorium
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel
kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel,
kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan
kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang
abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel,
fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup
aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan
dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai
fungsinya yang berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta
fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang
dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium
kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan
Daftar Pustaka
Ferri FF. 2007. Practical Guide to the Care of the Medical Patient 7th ed. Mosby, An Imprint of
Elsevier. Philadelphia.
Sofro ASM. 2006. Aspek Genetik Kardiomiopati dalam simposium Apoptosis Charming to Death.
Hotel borobudur, Jakarta.
Siregar AA. 2005. Kardiomiopati Primer pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (online), (http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-
abdullah.pdf, diakses 8 agustus 2008).
Gunawan CA. 2004. Kardiomiopati Hipertrofik. Cermin Dunia Kedokteran. No. 143 hal 19.
http://usebrains.wordpress.com/2008/09/12/kardiomiopati/