Anda di halaman 1dari 43

Pertemuan ke-3

Sifat Mekanik Logam


Tri Wahyuningsih, ST, MT
Sifat mekanik
(respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi
atau gabungan keduanya)

o kekuatan tarik (Strenght) : kemampuan bahan/suatu material untuk menahan


tegangan/menerima beban tanpa kerusakan
o ketangguhan (modulus of toughness) : sifat dari suatu bahan yang memungkinkan
menyerap energi pada tegangan yang tinggi tanpa patah, yang biasanya di atas batas
elastis
o Kelenturan (ductility) : Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat
deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik
o Keuletan
o Kekerasan (Hardness) : ketahanan suatu material terhadap deformasi lokal, misalkan
ketahanan terhadap goresan
o kekuatan mulur
o kekuatan leleh
pemilihan bahan kerja

Beberapa tujuan mempelajari mekanika kukuatan material :


➢ menentukan tegangan (stress),
➢ regangan (strain),
➢ dan perubahan panjang (displacement) pada struktur dan
komponen-komponennya akibat beban yang bekerja padanya.
1. TEGANGAN (STRESS)
• Setiap material bersifat elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika
gaya luar bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami
deformasi.
• Ketika benda tersebut mengalami deformasi, molekulnya akan
membentuk tahanan terhadap deformasi.
• Tahanan ini per satuan luas dikenal dengan istilah tegangan. Secara
matematik tegangan bisa didefinisikan sebagai gaya per satuan luas:

σ = tegangan normal (N/m2)


F = Besar gaya yang bekerja (N)
A= Luas penampang (m2)
Pada sistem SI, satuan tegangan adalah pascal (Pa) yang sama dengan 1 N/m2.
2. REGANGAN (STRAIN)
❑ Elongasi erat kaitannya dengan keuletan (ductility) material.
❑ Nilai elongasi menunjukkan besarnya pertambahan panjang ketika
suatu bahan/material diberi beban atau gaya sampai material
tersebut putus (failure).

𝑙1 −𝑙0 ∆𝑙
ε= =
𝑙0 𝑙0

𝑙0 = panjang mula – mula


𝑙1 = panjang akhir
Δl = pertambahan panjang
ε =%
Brinell Hardness Test

Knoop Hardness Test

Vickers Hardness Test Rockwell Hardness Test


Pengujian impact

fenomena patah getas

Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas (brittle)
Macam-macam Tegangan

• A. Tegangan Normal
Tegangan normal adalah gaya per satuan luas yang arah gayanya tegak lurus bidang.

• 1. Tegangan Tarik
UJI TARIK
Macam-macam Tegangan
2. Tegangan Tekan
Macam-macam Tegangan

3. Tegangan Lengkung

F
Balok Tanpa Tulangan
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi
dan rol), dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat F, maka akan timbul
tegangan lengkung sehingga balok akan melengkung ke bawah.
Balok Tanpa Tulangan
Balok Beton dengan Tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi
bawah, maka perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan “beton
bertulang”. Pada balok beton bertulang ini, tulangan ditanam sedemikian
rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada
penampang retak dapat ditahan.

Karena sifat beton yang tidak


kuat tehadap tarik, maka balok
diletakkan pada posisi untuk yang
menahan gaya tarik (di bawah
garis netral), sedangkan bagian
menahan gaya tekan (di bagian
atas garis netral) tetap ditahan
oleh beton.
UJI BENDING
Macam-macam Tegangan
• B. Tegangan Tangensial
Tegangan tangensial adalah gaya per satuan luas yang arah gayanya sejajar dengan permukaan.

𝐹
τ=
𝐴
B. Tegangan Tangensial
KUAT GESER
Uji Puntir / Torsi
3. Modulus Elastisitas/Modulus Young
❑ Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh
setiap benda ketika meregang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas
bahannya.
❑ Elastisitas yang dimiliki oleh tiap-tiap benda
tergantung dari jenis bahan benda itu terbuat.
❑ Sebagai suatu contoh, kita lebih mudah untuk
meregangkan sebuah karet gelang daripada besi pegas
yang biasanya dipakai untuk latihan otot.

❑ Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang, dan mengakibatkan
pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas.
❑ Besarnya pertambahan yang terjadi pada setiap keadaan tergantung pada elastisitas
bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja padanya.
3. Modulus Elastisitas/Modulus Young
❑ Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda
tersebut untuk dipanjangkan atau dipendekan
❑ Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka semakin
besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu,
sehingga semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari
benda tersebut.
❑ Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan
mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa
beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.

❑regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda berbanding lurus dengan
tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya.

𝜎 = 𝐸. 𝜀 → (Hukum Hook)
3. Modulus Elastisitas/Modulus Young
❑ Dalam rumus Hukum Hook, (E) adalah
𝐸=𝜎/𝜀
parameter modulus elastisitas atau
modulus young.
❑ Modulus ini adalah sebuah konstanta bahan
yang memiliki nilai tertentu untuk bahan
tertentu.
❑ Nilai modulus Young hanya bergantung
pada jenis benda (komposisi benda), tidak
bergantung pada ukuran atau bentuk benda.

❑ Tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri yang memberi gambaran
mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau beban tarik.
❑ Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami
perpanjangan atau perpendekan.
Baja Vs Aluminium
3. Modulus Elastisitas/Modulus Young
❑ Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom
❑ Gaya atom ini tidak dapat diubah tanpa terjadinya
perubahan mendasar dari sifat bahannya. Oleh karna itu,
Modulus elastisitas merupakan sifat mekanik bahan yang
tidak mudah untuk diubah.
❑ Modulus elastisitas hanya dapat berubah dalam jumlah
tertentu dengan proses perlakuan panas (work hardening),
atau pengerjaan dingin (cold working), atau penambahan
paduan tertentu.
❑ Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi
dengan motoda dinamik.
❑ Pada beberapa bahan logam yang diuji, nilai Modulus
elastisitas berbeda pada berbagai temperatur yang
signifikan
3. Modulus Elastisitas/Modulus Young
Bahan Modulus Elastisitas (psi x 10-6)
Temperatur 204 ⁰C 427 ⁰C 538 ⁰C 649 ⁰C
Kamar
Baja Karbon 30,0 27,0 22,5 19,5 18,0
Baja Tahan Karat 28,0 25,5 23,0 22,8 21,0
Austenit 𝐸=𝜎/𝜀
Paduan Titanium 16,5 14,0 10,7 10,1
Paduan Aluminium 10,5 9,5 7,8

❑ Dari table diketahui bahwa temperatur memberikan pengaruh terhadap


kelenturan bahan logam.
❑ Semakin tinggi temperatur kerja bahan logam, maka nilai E menjadi turun. Hal
ini berarti bahan atau logam menjadi lebih lentur ketika berada pada daerah
panas
❑ Modulus elastisitas dapat digunakan dalam merepresentasikan kekakuan
sebuah material
❑ Semakin besar modulus elastisitas, maka makin kecil regangan elastis yang
dapat dihasilkan dari pemberian tegangan
Hubungan Tegangan, Regangan &
Modulus Elastisitas
• Elastis dan Plastis

➢Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda tersebut akan
meregang (berdeformasi memanjang atau memendek).

➢Namun jika suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka benda tersebut
akan kembali seperti semula (seperti sebelum diberi gaya).

➢Keadaan ini disebut sebagai keadaan elastis, yaitu suatu keadaan dimana
benda kembali dari bentuk deformasinya ketika beban/gaya yang bekerja
pada benda tersebut dihilangkan.

➢Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya


deformasi. Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear,
dimanaa regangan berbanding lurus dengan tegangannya,

➢Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan seperti ini


disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus elastisitas
yang konstan. Hukum hooke berlaku dalam keadaan ini.
Hubungan Tegangan, Regangan &
Modulus Elastisitas
Elastis dan Plastis

➢ Ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban


yang bekerja pada benda tersebut ditambah
besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali ke
bentuk semula atau kembali seperti sebelum
benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini disebut
sebagai keadaan Plastis atau Inelastis.
➢ Pada kondisi awal dimana beban bekerja,
perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban
dihilangkan (elastis). Tapi jika beban terus
ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah,
maka pada suatu titik atau batas tertentu,
perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya atau
terjadi regangan permanen.
➢ Titik saat mulai terjadi perpanjangan (deformasi)
secara permanen dinamakan titik leleh,
sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini
terjadi disebut sebagai regangan leleh dan
tegangan yang mengakibatkannya
disebut tegangan leleh.
Hubungan Tegangan, Regangan &
Modulus Elastisitas
➢ Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan sudah
tidak linear lagi, perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis
lagi, tapi sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya
dinaikan, maka perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali lipat jika
dibandingkan saat deformasinya masih elastis. Dan seandainya tegangan
terus ditambah, maka pada suatu titik tertentu perpanjangan (deformasi)
akan mencapai batasnya.

➢ Titik saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik


batas atau titik ultimate. Dimana saat titik ini tercapai, deformasi benda
sudah mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus / runtuh
saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan)
yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang
turun setelah titik batas tercapai (lihat gambar), sehingga sampai suatu
titik dimana deformasi (regangan) sudah mencapai putus (runtuhnya).

➢ Titik dimana regangan sudah mencapai runtuh (putus) disebut


sebagai titik putus / runtuh/failure, dan regangan yang terjadi disebut
sebagai regangan putus/runtuh/failure.
Daktalitas / Ductilitty

❑ Alur keruntuhan dari benda dimulai dari titik awal


hingga mencapai titik putus/runtuh.
❑ Saat deformasi benda melalui batas elastisnya
(mencapai titik leleh) kemudian mengalami
regangan hingga mencapai titik batas baru
kemudian runtuh/putus/failure.
❑ Benda yang memiliki kemampuan
mengembangkan regangannya sampai batas
maksimal setelah mencapai titik leleh disebut
sebagai benda yang daktail.
❑ Semakin daktail suatu benda, semakin besar
benda tersebut bisa mengembangkan regangan
diatas titik lelehnya (kurva warna merahnya
semakin panjang).
❑ Daktalitas bisa diartikan : Kemampuan sebuah
benda untuk mengembangkan regangan
diatas titik lelehnya
Daktalitas pada Baja Tulangan
Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari baja tulangan, dimulai dari titik awal
(tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara kontinue beban terus ditingkatkan hingga
akhirnya baja mengalami keruntuhan (putus/failure) .

• 1. Fase elastis
• 2. Fase Plastis
• 3. Fase Strain hardening
• 4. Fase Necking

Perilaku materal baja tulangan dalam bentuk kurva hubungan tegangan-regangan


Perilaku materal baja tulangan dalam bentuk kurva hubungan tegangan-regangan
Jenis Patahan/Failure
➢ductile failure
adalah mode patahan/failure yang diharapkan, karena mode ini
melewati dahulu fasa regangan (pertambahan ukuran) material sebelum
material tersebut patah.
Keadaan demikian ini diharapkan karena menjadi peringatan sebelum
terjadinya failure, dan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

➢brittle failure
adalah keadaan yang paling tidak diharapkan dan harus dihindari,
karena material mengalami failure tanpa melewati fasa regangan.
Hal ini terjadi karena material tidak ductile (getas), failure terjadi tanpa
adanya peringatan (berupa regangan terlebih dahulu), sehingga bisa
menyebabkan kerusakan yang membahayakan.
Tugas Kelompok (lanjutan)

➢ Tentukan Modulus Elastisitas


➢ Tentukan Yield Stress
(tunjukkan pada gambar/kurva hasil)
➢ Tentukan titik Ultimate dan berapakah kuat tarik maksimal
yang dapat diterima spesimen?
➢ Berapa % regangan plastis yang terjadi sebelum spesimen
putus?
➢ Tentukan kelenturan spesimen tersebut
(Ductile / Britle)?

Anda mungkin juga menyukai