(a)
(b)
(b)
Gambar 8.1. Persamaan untuk membentuk kurva regangan dari hasil observasi bebanelongasi (a); dan kurva rengangan-tegangan yang dihasilkan (b).
Bentuk dari kurava regangan-tegangan dari metal bergantung kepada komposisinya,
perlakuan panas, pernah tidaknya mengalami deformasi plastis dan seberapa besar
regangannya, suhu, serta bentuk tegangan yang diberikan saat tes berlangsung. Parameter
yang digunakan untuk mendeskripsikan kurva rengangan-tegangan dari metal adalah tesile
strength, yield strength atau yield point, persentase elongasi, dan reduksi luas permukaan.
Kedua parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan sisanya adalah perameter
keuletan material. Berikut ini penjelasan lebih jelas mengenai parameter parameter
tersebut :
8.1.1. Tensile Strength
Tensile strength atau ultimate tensile strength (UTS) dalah beban maksimal yang
dibagi luas cross-sectional spesimen. Untuk material ulet, tensile strength dijadikan sebagi
alat ukur untuk mengukur beban maksimum yang bisa ditahan material dalam kondisi
pembebanan terbatas uniaxial. Untuk material getas, tensile strength merupakan salah satu
kriteria utama dalam desain. Tensile strength dapat dihitungan dengan rumus berikut :
(8-1)
8.1.2. Pengukuran Yielding ( Deformasi Plastis )
Pada kebanyakan material terdapat transisi bertahap dari perubahan perilaku elastis ke
plastis, dan titik dimana deformasi plastis mulai terjadi sulit didefinisikan secara presisi.
Berbagai kriteria untuk deformasi plastis mulai terjadi bergantung kepada sensitivitas
pengukuran regangan. Beberapa kriteria tersebut diantaranya :
a. Batas elastis asli (true elastic limit) berdasarkan pengukuran mikro regangan dengan
ketelitian 2 x 10-6. Batas elastis ini nilainya sangat kecil dan berhubungan dengan
pergerakan dari ratusan dislokasi.
b. Batas proporsional (proportional limit) adalah nilai tegangan maksimal dimana
tegangan nilainya proporsional dengan regangan dilihat pada kurva regangantegangan.
c. Batas elastis (elastic limit) adalah tegangan maksimal yang bisa material tahan tanpa
regangan permanen tersisa saat beban dilepas. Batas elastis memerlukan proses
pembebanan dan pelepasan beban berulang dan terus menerus hingga didapatkan nilai
yang dibutuhkan.
d. Kekuatan luluh (yield strength) adalah tegangan yang diperlukan untuk membentuk
suatu jumlah kecil deformasi plastis. Sifat ini disebut offset yield strength dan
ditentukan oleh tegangan terhadap silangan pada kurva regangan-tegangan dan garis
paralel terhadap bagian elastis cari kurva offset dengan regangan spesifik. ( terdapat
pada gambar 8.1). Kekuatan luluh dapat dihitung dengan :
(8-2)
8.1.3. Pengukuran Keuletan (Ductility)
Pengukuran keuletan adalah pengukuran kepada suatu material untuk mendapatkan:
a. Seberapa kemampuan material untuk dideformasi tanpa fraktur pada operasi
metalworking seperti rolling dan ekstrusi.
b. Kemampuan material untuk mengalir secara plastis sebelum fraktur terjadi dan
kemapuan untuk dideformasi secara lokal tanpa fraktur uyntuk mempermudah
pengukuran tegangan atau prediksi pembebanan.
c. Indikator perubahan impuritas atau pengkondisian pemrosesan material.
Nilai keuletan didapat dengan mencari ef (elongasi) dan q (pengecilan luasan pada
fraktur). Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran Lf dan Af seperti berikut ini :
(8-3)
(8-4)
Penurunan luasan fraktur dapat dikonversi ke zero-gage-length elongation e0. Dari
hubungan volume yang konstan untuk deformasi plastis AL = A0L0 , kita mendapatkan :
(8-5)
8.1.5. Resilience
Kemampuan material untuk menyerap energi saat dideformasi elastis dan
mengembalikannya saat beban dilepas adalah resilience. Resilience dihitung dengan modulus
resilience, yaitu energi regangan per unit volume yang digunakan untuk menegangkan
material dari tegangan nol ke yield stress 0. Nilai energi regangan per unit volume dapat
dicari dengan :
(8-6)
Tabel 8.2. Modulus resilience untuk berbagai material
8.1.5. Toughness
Toughness adalah kemampuan material untuk menyerap energi plastis. Kemampuan
untuk menahan tegangan yang terkadang diatas tegangan luluh tanpa mengalami fraktur
dibutuhkan pada beberapa part seperti kopling kendaraan pengankut, gir, rantai, dan pengait
crane.
Gambar 8.2. Perbandingan kurva tegangan-regangan unutk material dengan toughness tinngi
dan rendah.
Toughness dihitung dari total luas dibawah kurva tegangan-regangan seperti yang
digambarkan pada gambar diatas. Beberapa persamaan matematis digunakan untuk
menghitung luasan dibawah kurva tegangan-regangan tersebut. Untuk logam ulet seperti baja,
luasannya dapat dihitung dengan salah satu dari dua persamaan berikut :
(8.7)
(8.8)
Untuk material getas yang kurva tegangan-regangannya parabola, luasannya dapat
dihitung dengan :
(8.9)
8.2. Kurva tegangan asli-regangan asli (true-stress-true-strain curve)
Kurva tegangan asli-regangan asli tidak memberikan indkasi yang sebenarnya dari
karkteristik deformasi dari suatu logam karena kurva tersebut seluruhnya dibuat berdasarkan
dimensi asli spesimen. Selain itu, logam ulet yang diuji akan menjadi tidak stabil dan
mengalami necking. Karena area cross-sectional dari spesimen turun drastis pada fase
necking, maka beban yang diperlukan untuk melanjutkan deformasi juga menurun drastis.
Jika true stress berdasarkan luas cross-sectional aktual dari spesimen digunakan,
diketahui bahwa kurva tegangan-regangan meningkat terus menerus hingga fraktur terjadi.
Jika pengukuran regangan juga berdasarkan pengukuran langsung, maka kurva yang didapat
adalah Kurva tegangan asli-regangan asli.
Tegangan asli diekspresikan oleh lambang s dengan :
(8-10)
Gambar 8.3. Perbandingan kurva regangan-tegangan asli, asli, dan asli yang dikoreksi
8.2.1. Tegangan asli pada beban maksimum
Tegangan asli pada beban maksimun berhubungan terhadap tensile strength asli.
Untuk kebanyakan material, necking mulai tejadi pada beban maksimum dengan nilai
regangan tepat saat tegangan asli sebanding dengan lereng dari kurva flow (regangantegangan-asli). Jika u dan u menujukkan tegangan asli dan regangan asli pada beban
maksimum dengan luas cross-sectional Au. Ultimate tensile strength dapat dicari dengan.
(8-14)
(8-15)
Untuk spesimen tarik silinder, pengurangan area q berhubungan dengan regangan
fraktur sesuai persamaan.
(8-16)
8.2.4. Regangan asli seragam
Regangan asli seragam u adalah regangan asli berdasarkan regangan hanya samapi
beban maksimum dan dapat dihiutng dengan persamaan :
(8-17)
8.2.5. Regangan necking lokal asli
Regangan necking lokal asli n aalah regangan yang diperlukan untuk mendeformasi
spesimen dari bebam maksimum hingga mengalami fraktur.
(8-18)
(a)
(b)
Gambar 8.4. plot log-log kurva tegangan-regangan asli (a); dan berbagai bentuk kurva power
= Kn (b)
Tabel 8.3. Nilai untuk n dan K untuk logam pada suhu ruangan
(8-19)
Titik necking pada pembebanan maksimum dapat dicatat dari kurva true-stress-truestrain dengan mencari kurva yang memiliki kesatuan sub-tangent (gambar 8.5 a) atau titik
dimana tingkat strain hardening sama dengan tegangan (gambar 8.5 b). Kriteria necking dapat
diekspesikan bila regangan digunakan, yaitu dengan :
(8-20)
Gambar 8.6. geometri bagian yang mengalami necking (a); dan tegangan yang beraksi pada
titik 0 (b).
Bridgman membuat analisa matematis untuk koreksi terhadap tegangan aksial rata
rata untuk mengkompensasi munculnya teganan melintang dengan asumsi :
a.
b.
c.
d.
(8-21)
8.5. Pengukuran keuletan pada tes uji tarik
Diketahui sebelumnya bahwa kondisi elongasi pada uji tarik berubah ubah, yaitu
seragam sebelum necking terjadi dan terlokalisir saat necking terjadi. Elongasi seragam
bergantung pada kondisi metalurgi material, efek ukuran spesimen, dan bentuk pembentukan
neck. Semakin pendek panjang yang terukur pada necking, makin besar pengaruh deformasi
terlokalisir pada neck terhadap elongasi total dari panjang yang diukur.
(8-23)
Persamaan tersebut menunjukkan faktor geometrikal penting yang harus dijaga
kemiripannya adalah L0 / A 0 untuk spesimen berbentuk lembaran dan L0 / D 0 untuk
batang bulat.
Tabel 8.4. hubungan dimensional spesimen tarik di negara yang berbeda
Terjadinya necking pada pengujian tarik membuat semua konversi kuantitatif antara
elongasi dengan penurunan luasan spesimen mustahil dilakukan. Namun didapat pula bahwa
penurunan ukuran luas spesimen adalah parameter keuletan paling sensitif terhadap struktur
yang dapat berguna saat mendeteksi pqrubahan kualitas pada material.