DISUSUN OLEH :
Nama : Ganjar Kurnia
NIM : 21050118410004
Ukuran dari butir-butir atau diameter butir rata-rata, akan mempengaruhi sifat
mekanik pada polikristalin logam. Butir-butir yang berdekatan, biasanya memiliki
kristalografi yang orientasinya berbeda dan batas butir yang sama, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 1. Pada saat deformasi plastik, slip atau gerak dislokasi harus
berlangsung dibatas yang sama, dari butir A ke butir B pada gambar 2. Batas butir tersebut
bertindak sebagai penghalang untuk gerakan dislokasi. Pengecilan butir adalah salah satu
cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan menghalangi pergerakan
dislokasi di sekitar batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan
batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan.
Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan dislokasi. Sudut
yang besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan
pada material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu
dislokasi baru dalam pertambahan butir. Material dengan butir yang halus akan lebih
keras dan kuat dibanding butiran yang kasar, karena butir yang halus mempunyai jumlah
permukaan lebih besar pada total area lapisan butir yang akan menghambat pergerakan
dislokasi. Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam meningkatkan ketangguhan.
Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran butir mengacu pada persamaan
Hall-Petch:
……………………………………………………………………………………….(1)
Dimana:
Pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir yang
terlalu halus (<10nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding.
Gambar 2 menunjukkan hasil yield strength pada ukuran butir untuk paduan
kuningan. Ukuran butir dapat diatur oleh solidificasi dari fase liquid, dan juga deformasi
plastik diikuti oleh perlakuan panas yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan
ukuran butir meningkatkan tidak hanya kekuatan, tetapi juga toughness dari beberapa
paduan.
Gambar 2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan diameter butir pada
paduan kuningan 70Cu–30 Zn.
B. Solid-Solution Strengthening
Metode lain yang digunakan untuk penguatan dan pengerasan logam adalah
paduan imputiras logam dengan interstitial larutan padat yang biasa disebut dengan Solid
solution strengthening.
Pada umumnya logam campuran akan lebih kuat dibandingkan dengan logam
murni, karena impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan tegangan
kisi di sekeliling atom induknya. Semakin tinggi tingkat kemurnian logam maka semakin
lembut dan lemah logam tersebut. Interstisial atau impuritas substitusi dalam sebuah
larutan akan mengakibatkan regangan kisi. Hasilnya impuritas ini akan berinteraksi
dengan bidang dislokasi regangan dan menghambat pergerakan dislokasi.
Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk
menemukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan
energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.
Gambar 3 Variasi dengan kandungan nikel dari (a) Kekuatan Tarik (b) Yield strenght,
dan (c) ductility (% EL) untuk paduan tembaga-nikel, menunjukkan
penguatan.
Gambar 4 Mewakili strain kisi tarik dikenakan pada atom utama yang lebih
kecil daripada atom impuritas substitusi. (B) lokasi Kemungkinan kecil
atom impritas relatif terhadap dislokasi seperti yang ada adalah pembatalan
parsial kisi impuritas-dislokasi strain.
C. Strain Hardening
Dimana:
Gambar 7 Efek dari Cold Work di stress-strain dari besi dengan karbon yang rendah
Deformation by Twinning
Selain slip, deformasi plastik di beberapa bahan logam dapat terjadi akibat pembentukan
mekanik yang sama, atau twinning. Konsep dari twinning yaitu, gaya geser dapat
menghasilkan perpindahan atom sehingga pada satu sisi bidang (batas kembar), atom
terletak di posisi cermin-gambar atom di sisi lain. Dapat ditunjukkan pada gambar 8