Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fakhrizal S.

Abdong
Pangkat/NRP : Kapten laut (T) 19986/P
Prodi : S1 Ang 43 Teknik Mesin
Tugas : Ilmu Logam II

MEKANISME PENGUATAN LOGAM


Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antara
pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material
logam untuk diubah secara plastis tergantung pada kemampuan dislokasi untuk
dapat bergerak. Dengan mengurangi pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik
dapat ditingkatkan, dimana disebabkan energi mekanik yang dibutuhkan untuk
membuat deformasi plastis akan semakin besar. Sebaliknya apabila pergerakan
dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan lebih mudah untuk terdeformasi.
Secara umum mekanisme penguatan yang digunakan pada material logam adalah
melalui pengerasan regang, penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan
penguatan batas butir. Gambar di bawah ini memperlihatkan mekanisme penguatan
yang terjadi pada logam.

Mekanisme penguatan pada logam dalam skala mikroskopik, seperti


adanya presipitat, atom interstisi dan substitusi (larutan padat), serta penguatan
batas butir.

Metode Mekanisme Penguatan Logam


1. Reduksi Ukuran Butir (Grain Size Reduction)

Ukuran dari suatu butiran atau diameter dari butir mempengaruhi kekuatan
dari suatu material. Kita tahu bahwa masing- masing butir akan memiliki orientasi
gerak
yang berbeda- beda antara satu dengan yang lain. Selama deformasi plastis,
dislokasi tadi akan menabrak bagian yang disebut batas butir. Nah, pada mekanisme
ini, batas butir tadi lah yang akan menjadi penghalang dari terjadinya dislokasi.
Sebagai contoh, pada gambar dibawah antara butir A dengan butir B
memiliki orientasi pergerakan yang berbeda. Jika dislokasi bergerak searah dengan
pergerakan butir A, maka ketika dislokasi tadi bergerak kearah butir B, maka ia akan
terlebih dahulu menabrak bagian batas butir untuk kemudian mengubah arah
orientasinya mengikuti butir B. Oleh karena itu, batas butir disini dapat diartikan
sebagai barrier (penghalang). oleh Karena itu, semakin kecil ukuran dari butir atau
semakin kecil diameternya maka akan semakin banyak terdapat daerah batas butir
yang akan menjadi penghalang dari terjadinya dislokasi. Dengan demikian, material
dengan butir yang baik (Butir kecil) akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi
dibanding material yang memiliki butir kasar (Butir besar) karena memiliki lebih
banyak batas butir.

Gerakan Dislokasi Terhalang Batas Butir

Diagram Pengaruh Ukuran Butir Terhadap Yield Strength Material


2. Mekanisme Penguatan Larutan Padat (Solid Solution Hardening)
Mekanisme lainnya dari penguatan material adalah dengan menggunakan
atom lain yang disisipkan atau mengganti salah satu atom dalam unit sel.
Berdasarkan keterangan diatas, logam dalam keadaan murninya memiliki sifat yang
lemah dan lebih lembut. Dengan ditambahkannya atom lain yang disisipkan atau
digantikan, maka kekuatan dan kekerasan dari suatu material akan lebih besar
dibanding dalam keadaan murninya. Hal ini dikarenakan, atom sisipan tadi akan
mengalami dislokasi. Ukuran atom yang kecil dan besar yang terlarut akan
menurunkan energi regangan. Atom sisipan yang berukuran kecil akan menurunkan
energi regangan tekan sedangkan atom sisipan berukuran besar akan menurunkan
energi regangan tarik. Semakin banyak terdapat atom sisipan tadi, maka energi
regangan lama kelamaan akan hilang dan dislokasi juga semakin kecil hingga
hilang.

Variasi Komposisi Nikel Terhadap Yield Strength, Tensile Strength, dan Elongasi
Representasi dari kehadiran atom lain yang berukuran besar dan kecil
terhadap sifat mekanis logam

3. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening)


Pengerasan presipitasi, atau usia pengerasan, menyediakan salah satu
mekanisme yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan logam.
Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini didirikan pada awal bekerja di US
Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran teoritis untuk pengembangan
paduan baru jelas dari catatan sejarah. Pada akhir abad ke-19, besi cor adalah satu-
satunya paduan komersial yang penting belum diketahui teknologi barat pada zaman
Romawi. Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan secara tidak sengaja oleh
Wilm, selama tahun-tahun 1903-1911, dengan cepat menjadi paduan komersial
yang penting di bawah nama dagang Duralumin. Kekuatan dan kekerasan dari
beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan pembentukan seragam tersebar
sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli dalam proses yang dikenal
sebagai presipitasi atau usia pengerasan. Partikel endapan bertindak sebagai
hambatan untuk gerakan dislokasi dan dengan demikian memperkuat paduan
dipanaskan. Banyak paduan aluminium berbasis, tembaga – timah, baja tertentu,
nikel berbasis super- paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses
pengerasan usia. Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat,
harus ada solusi yang solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun
karena penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin adalah paduan aluminium kelompok
2XXX) menunjukkan jenis penurunan sepanjang solvus antara α dan α + θ daerah.
Pertimbangkan 96wt% Al – paduan Cu
4wt% yang dipilih karena ada degrease besar di kelarutan padat larutan α padat
dalam
mengurangi suhu dari 550°C sampai 75°C.
Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini, Paul D.
Merica dan rekan-rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas
pada kekerasan alloy dan pengaruh komposisi kimia pada kekerasan. Di antara
yang paling penting dari temuan mereka adalah pengamatan bahwa kelarutan
CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan meningkatnya. Suhu. Meskipun fase
tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan ternyata terlalu kecil untuk
diamati secara langsung, pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi beberapa
tahapan lain yang hadir. Para penulis melanjutkan untuk mengembangkan
penjelasan mendalam untuk perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi
model yang tak terhitung yang modern paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan.
Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli:
1. Usia-pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan-suhu kelarutan
konstituen pengerasan dalam aluminium.
2. Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
3. Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk
lain daripada dispersi atom, dan mungkin dalam bentuk molekul, koloid, atau
kristal halus.
4. Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan dengan
ukuran partikel nya.

4. Dispersi dispersion strengthening


Pengerasan dispersi merupakan pengerasan melalui proses memasukkan
partikel-partikel dispersi dalam bentuk serbuk yang tercampur secara homogen.
Partikel dispersi yang digunakan merupakan partikel yang sama sekali tidak larut
dalam matriknya. Campuran serbuk logam tersebut dikenai proses kompaksi dan
sintering dengan suhu pemanasan sampai mendekati titik cair logam matrik
sehingga mengakibatkan terjadi ikatan yang kuat. Partikel dispersi tersebut
merupakan rintangan bagi gerakan dislokasi dan semakin banyak partikel akan
semakin banyak terjadinya dislokasi. Dislokasi yang semakin banyak mengakibatkan
dislokasi semakin rapat dan semakin sulit bergerak sehingga bahan akan semakin
keras.
5. Pengerasan Regangan (Strain Hardening)
Penguatan Regangan (Strain Hardening) merupakan fenomena dimana
logam ulet berubah sifatnya menjadi lebih keras dan lebih kuat. Penguatan regangan
juga disebut dengan istilah ‘cold working’, dikarenakan proses hardening dilakukan
pada temperature kamar yang relatif lebih rendah dibanding temperatur leburnya
yang
tinggi.
Pada gambar dibawah juga dijelaskan bagaimana baja, kuningan, dan
tembaga memiliki nilai tegangan yield yang besar. Lalu, mengapa logam yang telah
mengalami proses reduksi luasan dapat semakin keras dan kuat? Jawabannya
karena hal ini disebabkan oleh interaksi antara daerah- daerah regangan yang
mengalami dislokasi. Saat benda mengalami yang namanya penguatan
regangan, otomatis benda akan mengalami dua dislokasi yaitu dislokasi yang terjadi
dalam unit sel dan dislokasi yang disebabkan oleh reduksi luasan tadi. Akibatnya,
kepadatan dislokasi akan menjadi semakin besar. Nah, karena saking padatnya
dislokasi tadi, ketika suatu bagian hendak mengalami dislokasi ia akan diganjal oleh
dislokasi lainnya. Biar lebih mudah, begini ceritanya. “Bro, aku dulu ya yang gerak,
udah kebelet nih mau kesana”, Dislokasi satu berkata. Melihat hal itu terjadi,
dislokasi 2 menjawab, “kagak bisa dong, bro. Saya juga harus gerak nih ke ujung
sebelah sana.”, Dislokasi 2 menjawab dengan nada kesal. Akhirnya pereseteruan
mereka pun terjadi, karena sama kuat maka keduanya gak mau bergerak, yang
artinya dislokasi jadi semakin kecil. Karena dislokasi jadi semakin kecil, otomatis
deformasi plastis juga semakin kecil dan hal inilah yang menaikkan tingkat
kekerasan dan kekuatan dari si logam tadi.
6. Quench Hardening (Pendinginan)
Pengerasan reganganAdalah fenomena dimana logam ulet menjadi lebih
keras dan lebih kuat. Disebut juga work hardening atau disebut juga cold working.
karena deformasi mudah terjadi saat suhu rendah (jauh dibawah titik leleh). Ketika
logam mengalami pengerjaan dingin, maka kerapatan dislokasi naik dan jarak antar
dislokasi menjadi lebih dekat. Regangan antar dislokasidislokasi tolak menolak,
akibatnya gerakan dislokasi terhambat.
Bahan dipanaskan sampai suhu yang sesuai dan kemudian didinginkan
dalam air atau minyak untuk mengeras sampai kekerasan penuh sesuai dengan
jenis baja. Bahan dipanaskan sampai suhu yang sesuai untuk pengerasan,
kemudian didinginkan dengan cepat dengan merendam bagian yang panas adalah
air, minyak atau cairan lain yang sesuai untuk mengubah bahan menjadi struktur
yang sepenuhnya mengeras. Bagian yang dipadamkan biasanya harus berumur,
marah atau stres lega untuk mencapai ketangguhan yang tepat, kekerasan akhir
dan stabilitas dimensi. Paduan dapat didinginkan dengan udara, atau didinginkan
dengan pendinginan dalam minyak, air, atau cairan lain, tergantung pada jumlah
elemen paduan dalam bahan dan sifat mekanik akhir yang akan dicapai.
Bahan yang dikeraskan ditempa untuk meningkatkan stabilitas dan ketangguhan
dimensinya.

Anda mungkin juga menyukai