Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Sifat Material Bahan Logam

Pengertian Definisi Sifat Material Bahan


logam.
Secara umum sifat atau karakteristik bahan atau material dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu: Sifat Mekanik, Sifat Fisik, Sifat Teknologi, dan Sifat Kimia.

Sifat Mekanik Bahan Material Logam


Sifat Mekanik Menunjukkan kemampuan dan perilaku dari suatu bahan ketika menerima suatu
pola pembebanan tertentu. Sifat material yang termasuk dalam kelompok sifat mekanik adalah,
kekuatan tarik, kekuatan luluh, kekerasan, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan
creep, ketahanan terhadap rambatan retak, ketahanan pada temperatur tinggi.

Dalam aplikasinya, sifat yang dimiliki oleh suatu bahan tidaklah harus unggul seluruhnya.
Namun, cukup beberapa sifat saja, dan sifat tersebut memang relevan dengan persyaratan
aplikasinya. Sifat yang harus dipenuhi tentu saja didasarkan pada optimasi sifat-sifat yang
dimiliki dan kondisi aplikasinya.

Beberapa sifat mekanik bahan menunjukkan adanya kecenderungan dengan perilaku yang saling
berlawanan. Ketika suatu bahan harus memiliki keuletan tinggi, maka bahan tersebut cenderung
memiliki kekuatan yang relative rendah. Begitupun sebaliknya, kekuatan bahan yang tinggi
cenderung diikuti oleh keuletan yang relatif rendah.

Dengan demikian, pemilihan suatu bahan akan menjadi optimasi antara beberapa sifat yang
dimiliki dengan pola pembebanannya.

Sifat Fisik Material Bahan Logam


Sifat fisik merupakan sifat bahan yang terkait dengan fisik bahan itu sendiri. Yang termasuk
dalam kelompok sifat fisik bahan adalah: berat jenis, titik leleh, konduktivitas panas,
kemagnetan, konduktivitas listrik, tahanan spesifik, titik leleh, dan sebagainya.

Bahan yang menunjukkan respon positif terhadap medan magnet, yaitu tertarik oleh medan
magnet disebut bahan yang memiliki sifat magnetik. Sedangkan bahan yang tidak menunjukkan
respon terhadap medan listrik disebut bahan yang tidak konduktif, atau non konduktor.

Sifat Teknologi Bahan Logam


Sifat teknologi merupakan sifat material yang menunjukkan kemampuan atau kemudahan suatu
material dikerjakan dengan suatu metoda proses produksi tertentu. Yang termasuk dalam
katagori sifat teknologi bahan adalah: sifat mampu las, sifat mampu bentuk, sifat mampu cor,
sifat mamou bentuk, sifat mampu mesin, dan lain sebagainya.

Bahan atau logam biasanya diproses menjadi barang setengah jadi maupun produk akhir dengan
melalui salah satu atau gabungan dari beberapa proses seperti pengecoran, rolling, proses las,
proses pengerjaan panas dan lainnya. Sifat yang menunjukan kemudahan bahan untuk dapat
dikerjakan dengan proses-proses tersebut dikatakan sebagai sifat teknologi.

Sifat yang menunjukkan kemampuan bahan untuk dapat dikerjakan dengan proses pengecoran
disebut dengan sifat mampu cor. Sifat yang dapat menjelaskan kemampuan bahan logam untuk
dapat dilas disebut sifat mampu las. Sedangkan sifat yang dapat mengidentifikasi kemampuan
suatu bahan logam untuk dapat dibentuk menjadi produk jadi disebut dengan sifat mampu
bentuk.

Sifat Kimia Bahan Material Logam


Sifat kimia adalah sifat yang dimiliki oleh bahan yang berhubungan dengan tingkat reaktivitas
terhadap zat lain. Yang termasuk dalam katagori sifat kimia bahan adalah: ketahanan terhadap
korosi, aktivitas, daya larut, potensial elektrokimia dan sebagainya.

Bahan yang menunjukkan ketahanan terhadap serangan korosi disebut sebagai bahan tahap
korosi. Dan Bahan yang dapat melarutkan bahan lain disebut sebagai bahan pelarut.

Pada prinsipnya Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bahan logam dapat diketahui dan dinyatakan
atau direpresentasikan secara kuatitatif dengan melakukan beberapa metoda pengujian.

Keyword:

Sifat Kimia Bahan Material Logam, Sifat Teknologi Bahan Logam, Sifat Fisik Material Bahan
Logam, Sifat Mekanik Bahan Material Logam

2. Titik leleh dan titik didih


Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan
logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada
jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya.
Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki titik leleh dan titik didih yang
relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada
ikatan – tetapi ada hal lain yang menyababkan hal ini terjadi:
* Unsur-unsur golongan 1 juga tersusun dengan tidak efektif (terkoordinasi 8), karena itu tidak
terbentuk ikatan yang banyak seperti kebanyakan logam.
* Unsur-unsur golongan 1 memiliki ukuran atom yang rekatif besar (berarti bahwa inti jauh dari
elektron yang terdelokalisasi) yang juga menyebabkan lemahnya ikatan.
Daya hantar listrik
Logam menghantarkan listrik. Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian
struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi batas butiran kristal. Meskipun
susunan logam dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom saling bersentuhan satu
sama lain, ikatan logam masih tetap ada.
Cairan logam juga menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom
logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa sampai
logam mendidih.

Daya hantar panas


Logam adalah konduktor panas yang baik. Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat
dari penambahan energi kinetik (hal ini memnyebabkan elektron bergerak lebih cepat). Energi
panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.

Kekuatan dan kemampuan kerja


Sifat dapat ditempa dan sifat dapat diregang
Logam digambarkan sebagai sesuatu yang dapat ditempa (dapat dipipihkan menjadi bentuk
lembaran) dan dapat diregang (dapat ditarik menjadi kawat). Hal ini karena kemampuan atom-
atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi
yang baru tanpa memutuskan ikatan logam.
Jika tekanan yang kecil dikenakan pada logam, lapisan atom akan mulai menggelimpang satu
sama lain. Jika tekanan tersebut dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi
asalnya. Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis.
Jika tekanan yang lebih besar dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang satu sama
lain sampai pada posisi yang baru, dan logam berubah secara permanen.

Kekerasan logam
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi oleh batas butiran
karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak
batas butiran (butiran- butiran kristal lebih kecil), menyebabkan logam lebih keras.
Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom
tidak berkaitan dengan baik satu sama lain, logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan
jumlah batas butiran tidak hanya membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat
logam menjadi rapuh.

Pengontrolan ukuran butiran kristal


Jika kamu memiliki bagian logam yang murni, kamu dapat mengontrol ukuran butiran kristal
melalui perlakuan panas atau melalui pengerjaan logam.
Pemanasan logam cenderung untuk mengocok atom- atom logam menjadi susunan yang lebih
rapi – penurunan jumlah batas butiran, dan juga membuat logam lebih lunak. Pembantingan
logam ketika logam tersebut mendingin cenderung untuk memhasilkan butirn yang kecil.
Pendinginan membuat logam menjadi keras. Untuk memperbaiki kinerja ini, kamu dapat
memanaskannya lagi.
Kamu juga dapat memutuskan susunan yang atom teratur melalui penyisipan atom yang
memiliki ukuran sedikit berbeda pada struktur logam. Alloy seperti kuningan (campuran
tembaga dan seng) lebih keras dibandingkan logam asalnya karena ketidakteraturan struktur
membantu pencegahan barisan atom tergelincir satu sama lain

Pengetahuan Sifat Logam (Mekanik & Fisik)

METALURGI FISIK
Pengetahuan Sifat Logam (Mekanik & Fisik)
Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma, Kampus J Kalimalang,BEKASI

Nama : Ahmad Fauzi

NPM : 20408065

Dosen Pembimbing : Drs.Syahbuddin,MSc,Ph.D

Mengenal Material dan Mineral

Material dapat berupa bahan logam dan non logam. Bahan logam ini terdiri dari logam
ferro dan nonferro. Bahan logam ferro diantaranya besi, baja, dan besi cor, sedangkan
logam nonferro (bukan besi) antara lain emas, perak, dan timah putih. Bahan non logam
dapat dibagi menjadi bahan organik (bahan yang berasal dari alam) dan bahan
anorganik. Selain pengelompokan di atas, material juga dapat dikelompokkan
berdasarkan unsur-unsur kimia, yaitu unsur logam, nonlogam dan metalloid. Dengan
mengetahui unsur-unsur kimia ini, kita dapat menghasilkan logam yang kuat dan keras
sesuai kebutuhan.

Berbagai Macam Sifat Logam :

Sifat Mekanik Sifat Fisik

- Kekuatan - Kerapatan

- Keuletan - Titik Lebur

- Ketangguhan - Panas Sfesifik

- Kekerasan - Kondduktivitas &


- Kelelahan (fatique) Ekspansi Panas

- Impak - Konduktivitas Listrik

- Mulur (creep) - Korosi & Oksidasi

Logam mempunyai beberapa sifat antara lain: sifat mekanis, sifat fisika, sifat kimia dan
sifat pengerjaan. Sifat mekanis adalah kemampuan suatu logam untuk menahan beban
yang diberikan pada logam tersebut. Pembebanan yang diberikan dapat berupa
pembebanan statis (besar dan arahnya tetap), ataupun pembebanan dinamis (besar
dan arahnya berubah). Yang termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan
bahan (strength), kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas, kelelahan bahan, sifat
fisika, sifat kimia, dan sifat pengerjaan. Kekuatan (strength) adalah kemampuan
material untuk menahan tegangan tanpa kerusakan. Beberapa material seperti baja
struktur, besi tempa, alumunium, dan tembaga mempunyai kekuatan tarik dan tekan
yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan gesermya kira-kira dua pertiga kekuatan
tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah tegangan maksimumnya, atau gaya terbesar
persatuan luas yang dapat ditahan bahan tanpa patah. Untuk mengetahui kekuatan
suatu material dapat dilakukan dengan pengujian tarik, tekan, atau geser. Kekerasan
(hardness) adalah ketahanan suatu bahan untuk menahan pembebanan yang dapat
berupa goresan atau penekanan. Kekerasan merupakan kemampuan suatu material
untuk menahan takik atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material
digunakan uji Brinell. Kekakuan adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk
menahan perubahan bentuk atau deformasi setelah diberi beban. Kelelahan bahan
adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban yang berganti-ganti dengan
tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan. Elastisitas adalah
kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima beban
yang mengakibatkan perubahan bentuk. Elastisitas merupakan kemampuan suatu
material untuk kembali ke ukuran semula setelah gaya dari luar dilepas. Elastisitas ini
penting pada semua struktur yang mengalami beban yang berubah-ubah terlebih pada
alat-alat dan mesin-mesin presisi. Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan padat
untuk mengalami perubahan bentuk tetap tanpa ada kerusakan.

Sifat fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika
seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang termasuk sifat-sifat fisika adalah
sebagai berikut: Titik lebur, Kepadatan, Daya hantar panas, dan daya hantar listrik.
Sifat kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa korosi.
Korosi adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan dengan lingkungannya.
Secara garis besar ada dua macam korosi, yaitu korosi karena efek galvanis dan reaksi
kimia langsung.
Sifat pengerjaan adalah suatu sifat yang timbul setelah diadakannya proses
pengolahan tertentu.

Mengenal Metode Pengujian Kekerasan

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari
suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material
yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force), dalam hal ini
bidang keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik
(Metallurgy Engineering).
Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban
identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan
menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni :

1. Brinnel (HB / BHN)


2. Rockwell (HR / RHN)
3. Vikers (HV / VHN)
4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)
5. Knoop

Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada :


a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji

1. Brinnel

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan


suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Idealnya, pengujian
Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB,
jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell
ataupun Vickers. Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi
(Koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102
dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.
Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka beban yang digunakan (pada
mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm maka beban yang
digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N. Dalam Praktiknya, pengujian Brinnel biasa
dinyatakan dalam (contoh ) : HB 5 / 750 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan Brinell hasil
pengujian dengan bola baja (Identor) berdiameter 5 mm, beban Uji adalah sebesar 750
N per 0,102 dan lama pengujian 15 detik. Mengenai lama pengujian itu tergantung pada
material yang akan diuji. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang
untuk material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik.

2. Vickers

Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu


material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk piramida dengan
sudut puncak 136 Derajat yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji
(F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas
luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Secara matematis dan
setelah disederhanakan, HV sama dengan 1,854 dikalikan beban uji (F) dibagi dengan
diagonal intan yang dikuadratkan. Beban uji (F) yang biasa dipakai adalah 5 N per
0,102; 10 N per 0,102; 30 N per 0,102N dan 50 per 0,102 N. Dalam Praktiknya, pengujian
Vickers biasa dinyatakan dalam (contoh ) : HV 30 hal ini berarti bahwa kekerasan
Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama
pembebanan 15 detik. Contoh lain misalnya HV 30 / 30 hal ini berarti bahwa kekerasan
Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama
pembebanan 30detik.

3. Rockwell

Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell adalah :


a. HRa (Untuk material yang sangat keras)
b. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan diameter 1/16
Inchi dan beban uji 100 Kgf.
c. HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa Kerucut intan
dengan sudut puncak 120 derjat dan beban uji sebesar 150 kgf.
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda uji (speciment) yang berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
Pengujian Kekerasan Logam

Kekerasan HB (Brinell) di hitung dari perbandingan antara gaya penekanan ( F ) dan


luas segmen desakan bola ( A ). Perhitungan ini sangat menjengkelkan oleh karena itu
dalam prakteknya HB dicari dalam tabel. Diameter bola penekan yang dipakai biasanya
10 mm, dengan lama penekanan untuk logam dengan kekokohan tinggi selama 15 detik.
Biasanya besar gaya penekanan untuk pengujian logam sebesar 100 N.

HB = Nilai kekerasan menurut Brinell

F = Gaya desakan Bola penekan ( N)

A = Luas dari luang bekas penekan bola ( mm2 )

Kerugian dari metoda Brinell :

· Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif
kekerasan bahan hingga 4300 HB

· Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecil

Keuntungan metoda Brinell :

Dengan bekas tekanan yang besar kekerasan rata-rata dari bahan yang tidak homogen
dapat ditentukan, seperti besi tuang.

1. Pengukuran Kekerasan Metoda Vickers ( VHN atau HV )

Pada pengukuran kekerasan menurut vickers suatu benda penekan intan, dengan
bentuk piramida lurus dengan alas bujur sangkar dan dengan sudut puncak 136 o,
ditekan kedalam kedalam bahan dengan gaya F tertentu selama waktu tertentu.
Kekerasan vickers dapat diperoleh dengan membagi gaya penekan dengan luas bekas
tekanan pada permukaan bahan.

Untuk mengukur baja biasanya digunakan gaya 1000 N, dengan waktu pembebanan
selama 15 detik.

Dimana :

VHN = nilai kekerasan Vickers


F = gaya penekan, dalam satuan Newton

A = luas dari bekas desakan pada permukaan bahan, dalam satuan mm2

Keuntungan pengukuran kekerasan menurut Vickers :

· Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk bahan
lunak akan tetapi juga untuk bahan keras

· Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikit

· Hasil pengukuran kekerasan lebih teliti

· Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil

Kerugian pengukuran kekerasan menurut Vickers :

· Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak homogen
tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuang

· Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu

Kekerasan menurut Van Vliet dan W. Both,1984 adalah tahanan yang yang dilakukan
oleh bahan terhadap desakan kedalam yang tetap, disebabkan oleh sebuah alat
pendesak dengan bentuk tertentu dibawah pengaruh gaya tertentu.

Pengujian Kekerasan menurut Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1995 adalah satu dari
sekian banyak pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang
kecil tanpa kesukaran mengenal spesifikasi.

Pengukuran kekerasan dapat dilakukan dengan dua metoda yang umum digunakan
sebagai berikut :

2. Pengukuran Kekerasan Metoda Brinell

Sebuah peluru baja yang dikeraskan ditekankan pada permukaan benda uji yang licin
dengan suatu gaya tertentu. Benda uji itu harus didukung secara merata oleh bidang
pendukung yang cukup tebal, sebab kalau tidak demikian kekerasan bidang pendukung
itu ikut terukur.

Diposkan oleh fauzi di 21.20

3.

Anda mungkin juga menyukai