Dalam aplikasinya, sifat yang dimiliki oleh suatu bahan tidaklah harus unggul seluruhnya.
Namun, cukup beberapa sifat saja, dan sifat tersebut memang relevan dengan persyaratan
aplikasinya. Sifat yang harus dipenuhi tentu saja didasarkan pada optimasi sifat-sifat yang
dimiliki dan kondisi aplikasinya.
Beberapa sifat mekanik bahan menunjukkan adanya kecenderungan dengan perilaku yang saling
berlawanan. Ketika suatu bahan harus memiliki keuletan tinggi, maka bahan tersebut cenderung
memiliki kekuatan yang relative rendah. Begitupun sebaliknya, kekuatan bahan yang tinggi
cenderung diikuti oleh keuletan yang relatif rendah.
Dengan demikian, pemilihan suatu bahan akan menjadi optimasi antara beberapa sifat yang
dimiliki dengan pola pembebanannya.
Bahan yang menunjukkan respon positif terhadap medan magnet, yaitu tertarik oleh medan
magnet disebut bahan yang memiliki sifat magnetik. Sedangkan bahan yang tidak menunjukkan
respon terhadap medan listrik disebut bahan yang tidak konduktif, atau non konduktor.
Bahan atau logam biasanya diproses menjadi barang setengah jadi maupun produk akhir dengan
melalui salah satu atau gabungan dari beberapa proses seperti pengecoran, rolling, proses las,
proses pengerjaan panas dan lainnya. Sifat yang menunjukan kemudahan bahan untuk dapat
dikerjakan dengan proses-proses tersebut dikatakan sebagai sifat teknologi.
Sifat yang menunjukkan kemampuan bahan untuk dapat dikerjakan dengan proses pengecoran
disebut dengan sifat mampu cor. Sifat yang dapat menjelaskan kemampuan bahan logam untuk
dapat dilas disebut sifat mampu las. Sedangkan sifat yang dapat mengidentifikasi kemampuan
suatu bahan logam untuk dapat dibentuk menjadi produk jadi disebut dengan sifat mampu
bentuk.
Bahan yang menunjukkan ketahanan terhadap serangan korosi disebut sebagai bahan tahap
korosi. Dan Bahan yang dapat melarutkan bahan lain disebut sebagai bahan pelarut.
Pada prinsipnya Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bahan logam dapat diketahui dan dinyatakan
atau direpresentasikan secara kuatitatif dengan melakukan beberapa metoda pengujian.
Keyword:
Sifat Kimia Bahan Material Logam, Sifat Teknologi Bahan Logam, Sifat Fisik Material Bahan
Logam, Sifat Mekanik Bahan Material Logam
Kekerasan logam
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi oleh batas butiran
karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak
batas butiran (butiran- butiran kristal lebih kecil), menyebabkan logam lebih keras.
Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom
tidak berkaitan dengan baik satu sama lain, logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan
jumlah batas butiran tidak hanya membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat
logam menjadi rapuh.
METALURGI FISIK
Pengetahuan Sifat Logam (Mekanik & Fisik)
Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma, Kampus J Kalimalang,BEKASI
NPM : 20408065
Material dapat berupa bahan logam dan non logam. Bahan logam ini terdiri dari logam
ferro dan nonferro. Bahan logam ferro diantaranya besi, baja, dan besi cor, sedangkan
logam nonferro (bukan besi) antara lain emas, perak, dan timah putih. Bahan non logam
dapat dibagi menjadi bahan organik (bahan yang berasal dari alam) dan bahan
anorganik. Selain pengelompokan di atas, material juga dapat dikelompokkan
berdasarkan unsur-unsur kimia, yaitu unsur logam, nonlogam dan metalloid. Dengan
mengetahui unsur-unsur kimia ini, kita dapat menghasilkan logam yang kuat dan keras
sesuai kebutuhan.
- Kekuatan - Kerapatan
Logam mempunyai beberapa sifat antara lain: sifat mekanis, sifat fisika, sifat kimia dan
sifat pengerjaan. Sifat mekanis adalah kemampuan suatu logam untuk menahan beban
yang diberikan pada logam tersebut. Pembebanan yang diberikan dapat berupa
pembebanan statis (besar dan arahnya tetap), ataupun pembebanan dinamis (besar
dan arahnya berubah). Yang termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan
bahan (strength), kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas, kelelahan bahan, sifat
fisika, sifat kimia, dan sifat pengerjaan. Kekuatan (strength) adalah kemampuan
material untuk menahan tegangan tanpa kerusakan. Beberapa material seperti baja
struktur, besi tempa, alumunium, dan tembaga mempunyai kekuatan tarik dan tekan
yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan gesermya kira-kira dua pertiga kekuatan
tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah tegangan maksimumnya, atau gaya terbesar
persatuan luas yang dapat ditahan bahan tanpa patah. Untuk mengetahui kekuatan
suatu material dapat dilakukan dengan pengujian tarik, tekan, atau geser. Kekerasan
(hardness) adalah ketahanan suatu bahan untuk menahan pembebanan yang dapat
berupa goresan atau penekanan. Kekerasan merupakan kemampuan suatu material
untuk menahan takik atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material
digunakan uji Brinell. Kekakuan adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk
menahan perubahan bentuk atau deformasi setelah diberi beban. Kelelahan bahan
adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban yang berganti-ganti dengan
tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan. Elastisitas adalah
kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima beban
yang mengakibatkan perubahan bentuk. Elastisitas merupakan kemampuan suatu
material untuk kembali ke ukuran semula setelah gaya dari luar dilepas. Elastisitas ini
penting pada semua struktur yang mengalami beban yang berubah-ubah terlebih pada
alat-alat dan mesin-mesin presisi. Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan padat
untuk mengalami perubahan bentuk tetap tanpa ada kerusakan.
Sifat fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika
seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang termasuk sifat-sifat fisika adalah
sebagai berikut: Titik lebur, Kepadatan, Daya hantar panas, dan daya hantar listrik.
Sifat kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa korosi.
Korosi adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan dengan lingkungannya.
Secara garis besar ada dua macam korosi, yaitu korosi karena efek galvanis dan reaksi
kimia langsung.
Sifat pengerjaan adalah suatu sifat yang timbul setelah diadakannya proses
pengolahan tertentu.
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari
suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material
yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force), dalam hal ini
bidang keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik
(Metallurgy Engineering).
Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban
identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan
menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel
2. Vickers
3. Rockwell
· Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur efektif
kekerasan bahan hingga 4300 HB
Dengan bekas tekanan yang besar kekerasan rata-rata dari bahan yang tidak homogen
dapat ditentukan, seperti besi tuang.
Pada pengukuran kekerasan menurut vickers suatu benda penekan intan, dengan
bentuk piramida lurus dengan alas bujur sangkar dan dengan sudut puncak 136 o,
ditekan kedalam kedalam bahan dengan gaya F tertentu selama waktu tertentu.
Kekerasan vickers dapat diperoleh dengan membagi gaya penekan dengan luas bekas
tekanan pada permukaan bahan.
Untuk mengukur baja biasanya digunakan gaya 1000 N, dengan waktu pembebanan
selama 15 detik.
Dimana :
A = luas dari bekas desakan pada permukaan bahan, dalam satuan mm2
· Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk bahan
lunak akan tetapi juga untuk bahan keras
· Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikit
· Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil
· Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak homogen
tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuang
Kekerasan menurut Van Vliet dan W. Both,1984 adalah tahanan yang yang dilakukan
oleh bahan terhadap desakan kedalam yang tetap, disebabkan oleh sebuah alat
pendesak dengan bentuk tertentu dibawah pengaruh gaya tertentu.
Pengujian Kekerasan menurut Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1995 adalah satu dari
sekian banyak pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang
kecil tanpa kesukaran mengenal spesifikasi.
Pengukuran kekerasan dapat dilakukan dengan dua metoda yang umum digunakan
sebagai berikut :
Sebuah peluru baja yang dikeraskan ditekankan pada permukaan benda uji yang licin
dengan suatu gaya tertentu. Benda uji itu harus didukung secara merata oleh bidang
pendukung yang cukup tebal, sebab kalau tidak demikian kekerasan bidang pendukung
itu ikut terukur.
3.