Anda di halaman 1dari 31

Sifat -sifat Logam

SIFAT LOGAM

Sifat penting material teknik menentukan penggunaan material yang mempengaruhi kuantitas
dan kualitas respon material terhadap stimulan atau beban yang diberikan. Berbagai sifat material
teknik diantaranya:

1. Sifat fisik
2. Sifat kimia
3. Sifat termal
4. Sifat listrik
5. Sifat magnet
6. Sifat optic
7. Sifat mekanik

PENGKAJIAN:
SIFAT FISIK

Sifat fisik yang penting dari logam diantaranya adalah densitas, warna, ukuran, dan bentuk
(dimensi), specific gravity, porositas, kilau dll.

Densitas
Massa per unit volume disebut sebagai densitas. Dalam sistem metric satuannya adalah kg/mm3.
Karena densitas sangat rendah, alumunium dan magnesium cocok digunakan dalam aplikasi
transportasi dan penerbangan.

Warna
Warna berhubungan dengan kualitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan logam.

Ukuran dan bentuk


Dimensi beberapa logam menunjukkan ukuran dan bentuk material. Panjang, lebar, tinggi,
kedalaman, diameter kurva dll. Bentuk secara khusus diantaranya adalah persegi panjang, persegi,
lingkaran atau beberapa bentuk yang lain.

Specific Gravity
Specific gravity dari beberapa logam adalah rasio massa dari volume logam yang diberikan
terhadap massa dari volume air yang sama pada temperatur yang ditentukan.

Porositas (Berongga-rongga)
Material disebut sebagai berongga atau permeable jika material memiliki rongga didalamnya.

1
SIFAT KIMIA.

Studi sifat kimia material adalah penting karena banyak dari material teknik ketika mereka
berkontak dengan zat-zat lainnya yang dengannya mereka dapat bereaksi, mengalami kerusakan
kimia pada permukaan logam. Beberapa sifat kimia pada logam adalah ketahanan terhadap korosi,
komposisi kimia dan keasamaan dan alkalinitas. Korosi adalah kerusakan gradual dari material
karena reaksi kimia dengan lingkungannya.

SIFAT TERMAL

Studi sifat termal adalah penting untuk mengetahui respon logam terhadap perubahan termal yaitu
penurunan dan penaikan temperatur. Sifat termal yang berbeda adalah konduktifitas termal,
ekpansi termal, panas spesifik, titik lebur, difusifitas termal. Beberapa sifat penting dijelaskan
sebagai berikut:

Titik lebur

Titik lebur adalah temperatur dimana logam murni atau senyawa berubah bentuknya dari padat ke
cair. Hal itu disebut sebagai temperatur dimana cairan dan padat dalam kondisi setimbang. Titik
lebur dapat juga dikatakan sebagai transisi titik antara padat dan fase cair. Temperatur lebur
bergantung pada ikatan alami antar atom dan antar molekul. Karenanya, titik lebur yang lebih
tinggi ditunjukkan oleh material yang memiliki ikatan terkuat. Kovalen, ionic, metalik dan
molecular adalah tipe-tipe ikatan material oadat yang memiliki penurunan kekuatan ikatan dan
titik lebur. Titik lebur dari baja ringan adalah 1500 oC. Tembaga adalah 1080 oC. Dan
Alumunium adalah 650 oC.

SIFAT LISTRIK
Berbagai sifat listrik dari material adalah konduktivitas, koefisien temperatur dari tahanan,
kekuatan dielektrik, resistivitas dan termoelektrik. Sifat ini diuraikan dibawah ini:

Konduktivitas
Konduktivitas didefinisikan sebagai kemampuan material untuk menghantarkan arus listrik
melaluinya dengan mudah yaitu material yang konduktif akan memudahkan aliran listrik
melaluinya.

Koefisien temperatur tahanan


Pada umumnya diistilahkan untuk menentukan variasi resistivitas dengan temperatur.

Kekuatas dielektrik
Ini diartikan kapasitas dari material pada tegangan tinggi. Sebuah material memiliki kekuatan
dielektrik yang tinggi dapat menahan selama waktu yang lebih lama terhadap tegangan tinggi
melaluinya sebelum mengkonduksi arus yang melaluinya.

Resistivitas (resistivity)
Ini adalah sifat material yang mana material menolak aliran listrik yang hendak melaluinya.

2
Thermoelectricity
Jika dua logam yang tak sama digabungkan dan kemudian gabungan ini dipanasi, maka tegangan
yang kecil (dalam mili volt) dihasilkan dan ini dikenal sebagai efek termoelektrik. Hal ini
merupakan dasar dari thermocouple. Thermocouple disiapkan menggunakan sifat material.

SIFAT MAGNET

Sifat magnet material muncul dari berputarnya electron dan gerak orbital dari electron di sekitar
inti atom. Pada atom-atom tertentu, perputaran yang berkebalikan menetralisir (meniadakan) satu
dengan yang lain, tetapi ketika ada kelebihan electron yang berputar pada satu arah, maka medan
magnet akan dihasilkan. Banyak material kecuali material ferromagnetic dapat membentuk
magnet permanen, menunjukkan bahwa pengaruh magnet hanya ada ketika ditujukan ke medan
elekto-magnet luar. Sifat magnet dari material menentukan banyak aspek struktur dan perilaku
dari material. Berbagai sifat magnetic dari material diantaranya adalah hysteresis magnetic, gaya
koersif dan permeability absolute.
SIFAT OPTIK

Sifat optic utama dari material teknik adalah indeks bias, absorptivity, koefisien penyerapan,
pantulan, dan transmissivity. Indeks bias adalah sifat optic penting dari logam yang
didefinisikan sebagai rasio kecepatan cahaya dalam ruangan hampa udara (vacuum) terhadap
kecepatan material. Indeks bias dapat juga diistilahkan sebagai rasio sin sudut datang terhadap sin
sudut pantul.

SIFAT MEKANIK
Dibawah aksi berbagai jenis gaya, perilaku dari material dikaji ukuran kekuatan dan karakteristik
material. Sifat mekanik material adalah kebutuhan industri yang besar akan desain tool, mesin,
dan struktur. Sifat ini adalah struktur yang sensitive yang mereka bergantung diatasnya struktur
Kristal dan gaya ikatan-ikatannya, dan khususnya pada perilaku ketaksempurnaan yang ada di
dalam kristalnya atau lapisan butir.
Sifat mekanik logam adalah berhubungan dengan kemampuan material untuk menahan
gaya mekanik dan beban. Sifat mekanik utama dari material adalah kekuatan, kekakuan,
elastisitas, plastisitas, keuletan, malleability, kekasaran, kegetasan, kekerasan, mampu bentuk,
mampu cor, dan mampu las.

Elastisitas
Elastisitas didefinisikan sebagai sifat material untuk mengembalikan bentuk aslinya setelah
mengalami deformasi tatkala gaya luar dihilangkan. Atau dapat diartikan juga sebagai kekuatan
material untuk kembali ke posisi aslinya setelah dideformasi tatkala tegangan atau beban
dihilangkan. Elastisitas disebut juga sebagai sifat tarik (tensile) dari material.

Batas Proporsional
Batas proporsional didefinisikan sebagai tegangan maksimum bawah yang mana material akan
memelihara laju seragam dari regangan ke tegangan secara sempurna. Meskipun nilainya sulit
untuk diukur, batas proporsional dapat digunakan sebagai aplikasi penting untuk membangun
instrument presisi, pegas dan yang lainnya.

3
Batas elastis
Banyak logam dapat diletakkan dibawah tegangan secara lurus diatas batas proporsional tanpa
menjadi bentuk yang permanen. Tegangan terbesar dimana material dapat bertahan tanpa menjadi
bentuk yang permanen disebut batas elastis. Diluar (diatas) batas ini, logam tidak mampu
mengembalikan bentuk aslinya dan akan berbentuk permanen

Titik luluh (yield point)


Pada tegangan tertentu, logam ulet secara khusus menawarkan ketahanan terhadap gaya tarik. Ini
berarti, logam dan bentuk permanen yang besar secara relative terjadi tanpa terlihat meningkat
dalam beban. Titik ini disebut titik luluh. Logam tertentu seperti baja ringan menunjukkan titik
luluh yang ditentukan.

Kekuatan
Kekuatan didefiniskan sebagai kemampuan material untuk menahan gaya aplikasi dari luar
dengan memecahkan atau meluluhkan. Ketahan internal yang ditawarkan oleh sebuah material
untuk gaya aplikasi dari luar disebut tegangan. Kapasitas beban bantalan oleh logam dan untuk
menahan kerusakan dibawah aksi beban luar dikenal sebagai kekuatan. Material yang lebih kuat
lebih besar daya tahannya terhadap beban. Sifat material ini menentukan kemampuan untuk
menahan tegangan tanpa kegagalan. Kekuatan bervariasi menurut tipe pembebanan. Tegangan
maksimum pada bebarapa material yang dapat menahan sebelum terjadinya kerusakan disebut
kekuatan puncak (ultimate strength).

Kekakuan
Kekakuan didefinisikan sebagai kemampuan material untuk menahan deformasi dibawah
tegangan. Ketahanan material terhadap deformasi elastic atau defleksi disebut kekakuan atau
rigidity. Material menderita sedikit atau sangat kurang deformasi dibawah beban yang memiliki
derajad kekakuan yang tinggi. Sebaliknya batang balok baja dan alumunium keduanya dapat
menjadi cukup kuat untuk membawa beban yang dibutuhkan tetapi balok alumunium akan
terdefleksi lebih lanjut. Ini berarti bahwa balok baja lebih kaku atau lebih rigid daripada balok
alumunium.

Plastisitas
Plastisitas didefiniskan sebagai sifat mekanik dari material yang mempertahankan deformasi yang
dihasilkan dibawah beban permanen. Sifat dari material ini dibutuhkan dalam forging, stamping
dan dalam kerja ornamental. Plastisitas adalah kemampuan atau kecendurungan material untuk
mengatasi beberapa derajad deformasi permanen tanpa retak atau gegal. Deformasi plastic terjadi
hanya setelah range daerah plastic dari material melebihi. Sifat material seperti itu penting dalam
pembentukan (forming), shaping, extruding, dan banyak proses pengerjaan panas atau dingin
yang lain. Material seperti lempung, timah adalah plastic pada temperatur ruangan dan baja
adalah plastic pada temperatur forging. Sifat ini pada umumnya meningkat dengan meningkatnya
temperatur material.

Keuletan (ductility)
Keuletan didefinisikan sebagai sifat material yang mampu menahan aplikasi beban tarik. Material
ulet harus menjadi kuat dan plastic. Keuletan biasanya diukur dengan istilah persentase
perpanjangan dan persentase pengurangan pada area (luas) yang sering digunakan sebagai ukuran

4
empiris keuletan. Material yang memiliki lebih dari 5% perpanjangan disebut sebagai
material ulet. Material ulet yang biasanya digunakan dalam aplikasi engineering
untuk dihilangkan keuletannya (dengan perlakuan panas semacam hardening, quenching) adalah
baja ringan, tembaga, alumunium, nikel, seng, dan timah.

PENGANTAR ILMU MATERIAL DAN TEKNIK


UNCATEGORIZED

Disiplin ilmu material dan teknik dapat dibagi menjadi subdisiplin material science dan material
teknik. Sebenarnya, science melibatkan penyelidikan hubungan yang ada antara struktur dan sifat
bahan (yaitu, mengapa bahan memiliki sifat seperti itu). Sebaliknya, material teknik melibatkan,
atas dasar korelasi struktur-sifat, perancangan atau merekayasa struktur material untuk
menghasilkan seperangkat sifat bahan yang telah ditentukan. Dari perspektif fungsional, peran
ilmuwan material mengembangkan atau mensintesis bahan baru, sedangkan insinyur material
bertugas menciptakan produk baru atau sistem yang menggunakan bahan yang ada dan/atau untuk
mengembangkan teknik pengolahan bahan.

Struktur Material

Secara singkat, struktur suatu material biasanya berkaitan dengan susunan komponen internalnya.
Elemen struktural dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan dalam hal ini ada beberapa
tingkatan:

5
 Struktur subatomik: melibatkan elektron di dalam masing-masing atom, energinya
dan interaksi dengan inti.
 Struktur atom: berkaitan dengan kelompok atom menghasilkan molekul atau kristal.
 Struktur nano: berkaitan dengan kumpulan atom yang membentuk partikel (partikel
nano) yang memiliki dimensi nano (kurang dari sekitar 100 nm).
 Struktur mikro: elemen struktural yang dapat diamati
langsung dengan menggunakan beberapa jenis mikroskop (memiliki dimensi
antara 100 nm dan
beberapa milimeter).
 Makrostruktur: elemen struktural yang dapat dilihat dengan mata telanjang (dengan
rentang skala antara beberapa milimeter dan pada urutan meter).
Sifat Penting Material

Hampir semua sifat penting dari bahan padat dapat dikelompokkan menjadi enam: mekanik,
listrik, termal, magnetik, optik, dan deteriorative. Untuk setiap kategori, ada jenis stimulus yang
khas yang mampu memicu respons yang berbeda:
 Sifat mekanis: menghubungkan deformasi dengan beban atau gaya yang diterapkan;
contohnya modulus elastisitas (kekakuan), kekuatan, dan ketahanan terhadap patah.
 Sifat listrik: sifat rangsangan medan listrik yang diterapkan pada bahan; contohnya
konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik.
 Sifat termal: terkait dengan perubahan suhu atau gradien suhu melintasi bahan;
contoh ekspansi termal dan kapasitas kalor.
 Sifat magnetik: respon bahan terhadap penerapan medan magnet; contoh kerentanan
magnetik dan magnetisasi.
 Sifat optik: rangsangan bahan terhadap radiasi elektromagnetik atau cahaya; contoh
indeks bias dan daya pantualan.
 Karakteristik deterioratif: berkaitan dengan reaktivitas kimia; contohnya ketahanan
korosi logam.
Berkenaan dengan desain, produksi, dan pemanfaatan bahan, ada empat elemen yang perlu
dipertimbangkan yaitu: pemrosesan, struktur, sifat, dan kinerja. Kinerja suatu bahan tergantung
pada sifat-sifatnya, yang pada gilirannya merupakan fungsi dari struktur. Struktur ditentukan oleh
bagaimana bahan diproses. Hubungan timbal balik di antara keempat elemen ini biasanya disebut
paradigma sentral dari ilmu material dan teknik.

Empat elemen
ilmu material teknik dan keterkaitannya antar elemen dasar
Klasifikasi Material
Bahan padat telah dikelompokkan ke dalam tiga kategori dasar: logam, keramik, dan polimer,
yang didasarkan pada susunan kimia dan struktur atom. Sebagian besar bahan jatuh ke dalam satu
pengelompokan yang berbeda atau yang lain. Selain itu, ada bahan komposit yang merupakan
kombinasi teknik dari dua atau lebih bahan yang berbeda.

6
Logam/Metal
Logam terdiri dari satu atau lebih unsur logam (misalnya, besi, aluminium, tembaga, titanium,
emas, nikel), dan sering juga unsur nonlogam (misalnya, karbon, nitrogen, oksigen) dalam jumlah
yang relatif kecil. Atom dalam logam dan paduannya disusun dengan sangat teratur dan relatif
padat dibandingkan keramik dan polimer. Untuk sifat mekanik, bahan ini relatif kaku dan kuat
namun bersifat ulet (yaitu, mampu mengalami deformasi dalam jumlah besar tanpa patah), dan
tahan terhadap fraktur. Bahan logam memiliki sejumlah besar elektron yang tidak terlokalisasi
yaitu elektron-elektron ini tidak terikat pada atom tertentu. Banyak sifat logam yang dapat
diatribusikan secara langsung ke elektron-elektron ini. Misalnya, logam adalah konduktor listrik
dan panas yang baik, dan tidak transparan terhadap cahaya tampak; permukaan logam yang
dipoles memiliki penampilan yang berkilau. Selain itu, beberapa logam (yaitu, Fe, Co, dan Ni)
memiliki sifat magnetik yang baik.

Keramik
Keramik adalah senyawa antara unsur logam dan nonlogam paling sering oksida, nitrida, dan
karbida. Misalnya, bahan keramik umum terdiri dari: aluminium oksida (atau alumina, Al2O3), silikon dioksida
(atau silika, SiO2), silikon karbida (SiC), silikon nitrida (Si3N4), dan, sebagai tambahan, keramik tradisional
tersusun oleh mineral lempung (misalnya, porselen), serta semen dan kaca. Berkenaan dengan
sifat mekanik, bahan keramik relatif kaku dan kuat, kekakuan dan kekuatan sebanding dengan
logam. Selain itu, mereka biasanya sangat keras. Secara historis, keramik telah menunjukkan
kerapuhan yang ekstrim (kurangnya keuletan) dan sangat rentan patah. Namun, keramik baru
sedang direkayasa ke telah meningkatkan ketahanan terhadap fraktur; bahan-bahan ini digunakan
untuk peralatan masak, peralatan makan, dan bahkan bagian-bagian mesin mobil. Selanjutnya,
bahan keramik biasanya bersifat isolator terhadap aliran panas dan listrik (yaitu, memiliki
konduktivitas listrik yang rendah) dan lebih tahan terhadap suhu tinggi dan lingkungan yang
keras daripada logam dan polimer. Berkenaan dengan karakteristik optik, keramik bisa
transparan, tembus cahaya, atau buram, dan beberapa keramik oksida (misalnya, Fe3O4)
menunjukkan memiliki sifat magnetik.

Polimer
Polimer seperti bahan plastik dan karet sudah lama dikenal. Banyak polimer organik yang secara
kimia terdiri dari karbon, hidrogen, dan unsur nonlogam lainnya (yaitu, O, N, dan Si). Selain itu,
polimer memiliki struktur molekul yang sangat besar, seringkali seperti rantai di alam, yang
sering memiliki tulang punggung atom karbon. Beberapa yang umum adalah polietilen (PE),
nilon, poli (vinil klorida) (PVC), polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan karet silikon. Bahan-
bahan ini biasanya memiliki kepadatan, sedangkan karakteristik mekanisnya umumnya berbeda
dari bahan logam dan keramik, mereka tidak kaku atau kuat seperti jenis material lainnya.
Namun, berdasarkan kepadatannya yang rendah, sering kali kekakuan dan kekuatannya pada basis
per- massa sebanding dengan logam dan keramik. Selain itu, banyak polimer sangat ulet dan
lentur (yaitu, plastik), yang berarti mereka mudah dibentuk menjadi bentuk yang kompleks.
Polimer relatif lembam secara kimia dan tidak reaktif di sejumlah besar lingkungan. Selain itu,
mereka memiliki konduktivitas listrik yang rendah dan nonmagnetik. Salah satu kelemahan
utama polimer adalah kecenderungannya untuk melunak dan/atau membusuk pada suhu
sederhana sehingga penggunaannya terbatas.
7
Komposit
Komposit terdiri dari dua (atau lebih) bahan individu yang berasal dari kategori yang telah
dibahas sebelumnya: logam, keramik, dan polimer. Tujuan desain dari komposit adalah untuk
mencapai kombinasi sifat yang tidak ditampilkan oleh satu pun material dan juga untuk
menggabungkan karakteristik terbaik dari masing-masing komponen material. Sejumlah besar
jenis komposit diwakili oleh kombinasi yang berbeda dari logam, keramik, dan polimer.
Beberapa bahan alami juga tersedia pada komposit misalnya kayu dan tulang.
Salah satu komposit yang paling umum adalah fiberglass, di mana serat kaca kecil tertanam dalam
bahan polimer (biasanya epoksi atau poliester). Serat kaca relatif kuat dan kaku (tetapi juga
rapuh), sedangkan polimernya lebih fleksibel. Dengan demikian, fiberglass relatif kaku, kuat, dan
fleksibel. Selain itu, ia memiliki kepadatan yang rendah.

Modulus elastisitas
(kekakuan) versus grafik pemilihan massa jenis material

Material Tingkat Lanjut


Kategori bahan lainnya adalah bahan canggih yang digunakan dalam aplikasi berteknologi tinggi.
Seperti semikonduktor (memiliki konduktivitas listrik antara mereka dari konduktor dan isolator),
biomaterial (yang harus kompatibel dengan tubuh) jaringan), smart-material (yang merasakan dan
merespons perubahan di lingkungan mereka dengan cara yang telah ditentukan), dan
nanomaterial (yang memiliki fitur struktural pada orde nanometer, beberapa di antaranya dapat
dirancang pada tingkat atom/molekul).

8
STRUKTUR ATOM DAN IKATAN ANTAR ATOM PADA MATERIAL
TEKNIK
UNCATEGORIZED

Selama akhir abad kesembilan belas, disadari bahwa banyak fenomena melibatkan elektron dalam
padatan tidak dapat dijelaskan dalam istilah mekanika klasik. Pembentukan seperangkat prinsip
dan hukum yang mengatur sistem atom dan entitas subatomik diciptakan yang kemudian dikenal
sebagai mekanika kuantum. Sebuah pemahaman tentang perilaku elektron dalam atom dan
padatan kristal tentu melibatkan diskusi dari konsep mekanika kuantum. Namun, eksplorasi rinci
dari prinsip-prinsip ini adalah di luar cakupan teks ini, dan hanya perlakuan yang sangat dangkal
dan disederhanakan yang diberikan.
Salah satu hasil awal mekanika kuantum adalah model atom Bohr yang disederhanakan, di mana
elektron diasumsikan berputar di sekitar inti atom dalam orbital diskrit, dan posisi elektron
tertentu kurang lebih didefinisikan dengan baik dalam hal orbit. Model Bohr merupakan upaya
awal untuk menggambarkan elektron dalam atom, dalam baik posisi (orbital elektron) dan energi
(tingkat energi terkuantisasi).
Model Bohr ini akhirnya ditemukan memiliki beberapa keterbatasan yang signifikan karena:
ketidakmampuannya untuk menjelaskan beberapa fenomena yang melibatkan elektron.
Penambahan resolusi tercapai dengan model gelombang-mekanik, di mana elektron dianggap
menunjukkan kedua gelombang dan karakteristik seperti partikel. Dengan model ini, elektron
tidak lagi diperlakukan sebagai sebuah partikel bergerak dalam orbital diskrit; alih-alih, posisi
dianggap sebagai probabilitas dari elektron berada di berbagai lokasi di sekitar inti.

9
Model atom
dan Model Gelombang Mekanik Bohr
Konfigurasi Elektron
Untuk menentukan jumlah subkulit atom yang teriisi dengan elektron yang mengorbit, prinsip
Pauli dapat digunakan bahwa setiap keadaan elektron dapat menampung tidak lebih dari dua
elektron yang harus memiliki putaran yang berlawanan. Jadi, subkulit s, p, d, dan f masing-masing
dapat mengakomodasi, berturut-turut sebanyak 2, 6, 10, dan 14 elektron. Konfigurasi elektron
atau struktur atom mewakili cara di mana subkulit ini diduduki elektron. Dalam notasi
konvensional, jumlah elektron dalam setiap subkulit ditunjukkan oleh superskrip setelah subkulit.
Misalnya, konfigurasi elektron untuk hidrogen, helium, dan natrium berdasarkan tabel periodik
berturut-turut adalah 1s1 (1),1s2 (2), dan 1s22s22p63s1 (11).

Skema energi elektron relatif untuk berbagai


subkulit atom
Konfigurasi elektron ini salah satu output yang digunakan adalah mencari elektron valensi.
Elektron valensi adalah elektron yang menempati kulit terluar. Elektron ini sangat penting seperti
yang akan terlihat, mereka berpartisipasi dalam ikatan antar atom untuk membentuk sekumpulan
atom dan molekul. Selanjutnya, banyak dari sifat fisik dan kimia didasarkan pada elektron valensi

10
ini yang dapat diamati di tabel periodik. Pengelompokkan golongan unsur juga dipengaruhi oleh
elektron valensi.

Contoh
konfigurasi elektron pada setiap unsur
Ikatan Antar Atom
Ikatan Ion
Ikatan ionik mungkin yang paling mudah untuk digambarkan dan divisualisasikan. Ikatan ini
ditemukan di senyawa yang terdiri dari unsur logam dan unsur nonlogam pada tabel periodik.
Atom unsur logam dengan mudah melepaskan elektron valensinya kepada atom nonlogam.
Dalam prosesnya, semua atom mendapatkan konfigurasi gas yang stabil atau inert (yaitu, kulit
orbital terisi penuh) dan, Selain itu, mereka bermuatan listrik—yaitu, mereka menjadi ion.
Natrium klorida (NaCl) adalah bahan ion klasik. Atom natrium dapat mengasumsikan struktur
elektron neon (dan satu muatan positif bersih dengan pengurangan ukuran) dengan transfer satu
muatan elektron valensi 3s ke atom klorin.

Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen ditemukan pada bahan yang atomnya memiliki perbedaan keelektronegatifan yaitu
yang terletak berdekatan satu sama lain dalam tabel periodik. Untuk bahan-bahan ini, konfigurasi
elektron yang stabil diasumsikan dengan berbagi elektron antara atom yang berdekatan. Dua atom
yang terikat secara kovalen masing-masing akan berkontribusi pada paling sedikit satu elektron
ke ikatan, dan elektron bersama dapat dianggap milik kedua atom. Biasanya ikatan kovalen terjadi
pada unsur nonlogam terikat dengan unsur nonlogam.

Ikatan Van Der Walls


Ikatan sekunder, atau ikatan van der Waals (fisik), lemah dibandingkan dengan ikatan ikatan
primer atau kimia; energi ikatan berkisar antara sekitar 4 dan 30 kJ/mol. Ikatan sekunder ada di
antara hampir semua atom atau molekul, tetapi keberadaannya mungkin dikaburkan jika salah
satu dari tiga jenis ikatan utama hadir. Ikatan sekunder dibuktikan untuk gas inert, yang memiliki
struktur elektron stabil. Selain itu, sekunder (atau antarmolekul) ikatan dimungkinkan antara atom
atau kelompok atom, yang bergabung bersama oleh ikatan (atau intramolekul) ikatan ionik atau
kovalen.

11
Gaya ikatan van der walls muncul dari dipol atom atau molekul. Intinya, dipol listrik ada setiap
kali ada pemisahan positif dan negatif bagian dari atom atau molekul. Ikatan dihasilkan dari gaya
tarik coulombik antara ujung positif dari satu dipol dan daerah negatif dari yang berdekatan.
Interaksi dipol terjadi antara dipol terinduksi, antara dipol terinduksi dan molekul polar (yang
memiliki dipol permanen), dan antara molekul. Ikatan hidrogen, jenis khusus dari ikatan van der
walls, ditemukan di antara beberapa molekul yang memiliki hidrogen sebagai salah satu
unsurnya.

Skema Ikatan Van Der Walls antar dua dipol


STRUKTUR KRISTAL PADA MATERIAL LOGAM
UNCATEGORIZED

Ketika logam memadat dari keadaan cair, atom mengatur diri menjadi berbagai konfigurasi yang
teratur, yang disebut kristal. Susunan atom ini disebut struktur kristal. Kelompok atom terkecil
yang menunjukkan ciri-ciri kisi struktur dari logam tertentu dikenal sebagai unit sel. Unit sel
adalah blok bangunan dari kristal, dan kristal tunggal dapat memiliki banyak unit sel.

Susunan Atom Dasar Pada Logam


Berikut ini adalah tiga susunan atom dasar pada logam:

1. Body-centered cubic (bcc): contohnya besi alpha, chromium, molybdenum,


tantalum, tungsten, dan vanadium.
2. Face-centered cubic (fcc): contohnya besi gamma, aluminum, tembaga, nikel, timah,
perak, emas, dan platinum.
3. Hexagonal close-packed (hcp): contohnya beryllium,
cadmium, cobalt, magnesium, alpha titanium, zinc, dan zirconium.
Jarak antara atom dalam kristal ini struktur kira-kira 0,1 nm (10-8 m). Model yang ditunjukkan
pada gambar di bawah adalah dikenal sebagai model hard-ball atau hard-sphere; mereka bisa
disamakan dengan bola tenis yang diatur dalam berbagai konfigurasi dalam sebuah kotak.

12
Struktur kristal
Body-centered cubic (bcc): (a) hard-ball model; (b) unit sel; dan (c) kristal tunggal dengan
beberapa unit sel

Struktur kristal Face-


centered cubic (fcc): (a) hard-ball model;(b) unit sel dan (c) kristal tunggal dengan beberapa unit
sel

Struktur kristal hexagonal close-packed (hcp): (a)


unit sel; dan (b) kristal tunggal dengan beberapa unit sel
Dalam tiga struktur yang diilustrasikan, kristal
hcp memiliki konfigurasi yang paling padat, diikuti oleh fcc dan kemudian bcc. Dalam struktur
hcp, bidang atas dan bidang bawah disebut bidang basal. Ketiga pengaturan dapat dimodifikasi
dengan menambahkan atom dari beberapa logam atau logam lain, yang dikenal sebagai paduan,
sering kali untuk meningkatkan berbagai sifat logam. Struktur kristal memiliki pengaruh utama
dalam menentukan sifat-sifat logam tertentu.
Alasan logam membentuk struktur kristal yang
berbeda adalah untuk meminimalkan energi dibutuhkan untuk mengisi ruang. Tungsten,
misalnya, membentuk struktur bcc karena struktur itu melibatkan lebih sedikit energi daripada
struktur lain; demikian juga, aluminium membentuk struktur fcc. Namun, pada suhu yang
berbeda, logam yang sama dapat membentuk struktur
13 yang
berbeda, karena kebutuhan energi yang lebih rendah. Misalnya, besi membentuk struktur bcc (besi
alfa) di bawah 912°C (1674°F) dan di atas 1394°C (2541°F), tetapi membentuk struktur fcc (besi
gamma) antara 912° dan 1394°C.
Munculnya lebih dari satu jenis struktur kristal dikenal sebagai alotropisme atau polimorfisme
(berarti “banyak bentuk”). Karena sifat dan perilaku logam sangat bergantung pada struktur
kristalnya, alotropisme adalah faktor dalam perlakuan panas logam, serta dalam pengerjaan logam
dan pengelasan operasi. Logam kristal tunggal sekarang diproduksi sebagai ingot dalam ukuran
dengan panjang 1 m (40 in.) dan hingga 300 mm (12 in), dengan diterapkan pada bilah turbin dan
semikonduktor. Namun, sebagian besar logam yang digunakan dalam pembuatan adalah
polikristalin.

KETIDAKSEMPURNAAN STRUKTUR KRISTAL PADA LOGAM


UNCATEGORIZED

Kekuatan sebenarnya dari logam didasarkan kira-kira satu hingga dua orde besarnya lebih rendah
dari tingkat kekuatan yang diperoleh dari perhitungan teoritis berdasarkan dinamika molekul.
Perbedaan ini dijelaskan dalam hal cacat dan ketidaksempurnaan dalam struktur kristal. Tidak
seperti dalam model ideal, kristal logam yang sebenarnya mengandung sejumlah besar cacat dan
ketidaksempurnaan, yang umumnya dikategorikan sebagai berikut:

1. Cacat titik, seperti kekosongan (atom yang hilang), atom interstisial (tambahan
atom dalam kisi), atau pengotor (atom asing yang menggantikan atom logam murni).
2. Cacat linier, atau satu dimensi, yang disebut dislokasi.
3. Ketidaksempurnaan planar, atau dua dimensi, seperti batas butir dan fase batas.
4. Volume, atau massal, ketidaksempurnaan, seperti rongga, inklusi (unsur nonlogam
seperti oksida, sulfida, dan silikat), fase lainnya, atau retak.

Ilustrasi skema jenis cacat pada


kisi kristal tunggal: self- interstisial, kekosongan, interstisial, dan substitusi.

14
Sifat mekanik dan listrik logam seperti tegangan luluh, kekuatan patah, dan konduktivitas elektrik
terpengaruh oleh cacat. Sifat-sifat ini dapat disebut sebagai struktur peka. Sebaliknya, sifat fisik
dan kimia seperti titik leleh, kalor jenis, koefisien ekspansi termal, dan konstanta elastis
(misalnya., modulus elastisitas dan modulus kekakuan), tidak sensitif terhadap cacat ini. Sifat-
sifat ini dapat disebut sebagai struktur tidak peka.

Dislokasi
Pertama kali diamati pada tahun 1930-an, dislokasi adalah cacat pada keteraturan susunan struktur
atom logam. Karena bidang slip yang mengandung dislokasi membutuhkan lebih sedikit tegangan
geser untuk memungkinkan slip daripada yang dilakukan bidang dalam keadaan kisi sempurna.
Dislokasi adalah cacat paling signifikan yang menjelaskan perbedaan antara kekuatan aktual dan
teoritis logam.

Pergerakan dislokasi tepi


melintasi kisi kristal pada tegangan geser. Dislokasi membantu menjelaskan mengapa kekuatan
sebenarnya dari logam jauh lebih rendah dari yang diperkirakan dengan teori.

Jenis

dislokasi

dalam kristal tunggal:

(a)
dislokasi tepi dan (b) dislokasi sekrup.
Ada dua jenis dislokasi: tepi dan sekrup. Sebuah analogi untuk pergerakan dislokasi tepi adalah
kemajuan cacing tanah, yang bergerak maju melalui punuk yang dimulai dari ekor dan bergerak
ke arah kepala. Analogi lainnya adalah gerakan karpet besar di lantai dengan terlebih dahulu
membentuk punuk di satu ujung dan memindahkan punuk secara bertahap ke ujung yang lain.
Kekuatan yang dibutuhkan untuk memindahkan karpet dengan cara ini jauh lebih rendah daripada
yang dibutuhkan untuk menggeser seluruh karpet di sepanjang lantai. Dislokasi ulir dinamakan
demikian karena bidang atom membentuk jalan 15 spiral.
DIFUSI MATERIAL

Bahan dari semua jenis sering diberi perlakuan panas untuk ditingkatkan sifat-sifatnya. Fenomena
yang terjadi selama perlakuan panas hampir selalu melibatkan difusi atom. Banyak reaksi dan
proses yang penting dalam pengolahan bahan bergantung pada perpindahan massa baik dalam
padatan tertentu (biasanya pada tingkat mikroskopis) atau dari cair, gas, atau fase padat lainnya.
Hal ini harus dicapai dengan difusi, fenomena transportasi material dengan gerakan atom.

Mekanisme Difusi
Dari perspektif atom, difusi hanyalah migrasi bertahap atom dari kisi ke kisi. Faktanya, atom
dalam bahan padat bergerak konstan, berubah dengan cepat. Agar atom dapat bergerak seperti
itu, dua kondisi harus dipenuhi: (1) harus ada menjadi tempat kosong yang berdekatan, dan (2)
atom harus memiliki energi yang cukup untuk memutuskan ikatan dengan atom tetangga dan
kemudian menyebabkan beberapa distorsi kisi selama perpindahan. Pada suhu tertentu, beberapa
fraksi kecil dari jumlah total atom mampu melakukan gerakan difusi, berdasarkan besaran energi
getaran. Fraksi ini meningkat dengan meningkatnya suhu.

Beberapa macam difusi antara lain:


Vacancy Diffusion: Salah satu mekanisme melibatkan pertukaran atom dari posisi kisi normal ke
kisi kosong yang berdekatan atau kosong. Mekanisme ini disebut difusi kekosongan (vacancy).
Tentu saja, proses ini memerlukan keberadaan kekosongan, dan sejauh mana difusi kekosongan
dapat terjadi adalah sebuah fungsi dari jumlah cacat ini yang ada; konsentrasi kekosongan yang
signifikan mungkin ada dalam logam pada suhu tinggi. Karena atom yang berdifusi dan
pertukaran posisi kekosongan, difusi atom dalam satu arah sesuai dengan pergerakan
kekosongan dalam arah

16
yang berlawanan. Baik difusi sendiri maupun interdifusi terjadi mekanisme ini; yang terakhir
atom pengotor harus menggantikan atom inang.
Interstitial Diffusion: Jenis difusi kedua melibatkan atom yang bermigrasi dari posisi interstisial
ke tetangga yang kosong. Mekanisme ini ditemukan untuk interdifusi pengotor seperti hidrogen,
karbon, nitrogen, dan oksigen, yang memiliki atom yang cukup kecil agar sesuai dengan posisi
interstisial. Inang atau atom pengotor pengganti jarang membentuk interstisial dan biasanya tidak
menyebar melalui mekanisme ini.
Di sebagian besar paduan logam, difusi interstisial terjadi jauh lebih cepat daripada difusi oleh
mode kekosongan, karena atom interstisial lebih kecil dan dengan demikian lebih mobile. Selain
itu, ada lebih banyak posisi interstitial kosong daripada kekosongan; maka, peluang pergerakan
atom interstisial lebih besar daripada difusi kekosongan.

(a) vacancy diffusion and


interstitia (b)
l
diffusion.
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Difusi
Jenis Difusi
Besarnya koefisien difusi D menunjukkan tingkat di mana atom berdifusi. Jenis difusi dan bahan
inang mempengaruhi koefisien difusi. Untuk contoh, ada perbedaan besaran yang signifikan
antara difusi sendiri dan karbon interdifusi dalam besi alpha pada 500 °C, D yang lebih besar
untuk interdifusi karbon (3.0 × 10-21 vs 1,4 × 10-12 m2/s). Perbandingan ini juga kontras antara laju
difusi melalui mode kekosongan dan interstisial, seperti yang dibahas sebelumnya. Difusi diri
terjadi oleh mekanisme kekosongan, sedangkan difusi karbon dalam besi adalah interstisial.

Suhu
17
Suhu memiliki pengaruh besar pada koefisien dan laju difusi. Sebagai contoh, untuk difusi sendiri
Fe dalam 𝛼-Fe, koefisien difusi meningkat sekitar enam orde besarnya (dari 3,0 × 10-21 menjadi
1,8 × 10-15 m2/s) dalam kenaikan suhu dari 500 °C hingga 900 °C.

1. Sifat Mekanis Logam


1. Uji tarik
2. Kurva Tegangan-regangan
3. Uji Tekan dan Puntir
4. Uji kekerasan material

UJI TARIK PADA LOGAM


UNCATEGORIZED

Uji tarik adalah metode yang paling umum untuk menentukan sifat mekanik bahan, seperti
kekuatan, keuletan, ketangguhan, modulus elastisitas, dan kemampuan pengerasan regangan. Uji
tarik terlebih dahulu membutuhkan persiapan tes spesimen. Meskipun sebagian besar benda uji
tarik berbentuk padat dan bulat, mereka juga bisa datar atau berbentuk tabung. Spesimen
disiapkan secara umum menurut spesifikasi ASTM. Berbagai spesifikasi lainnya juga tersedia
dari organisasi di seluruh dunia.
Benda uji standar biasanya penampangnya melingkar, tetapi benda uji persegi panjang dapat
digunakan. Konfigurasi spesimen berbentuk “tulang anjing” dipilih sehingga, selama pengujian,
deformasi terbatas ke wilayah tengah yang sempit (yang memiliki penampang seragam sepanjang
panjangnya) dan juga untuk mengurangi kemungkinan patah pada ujung spesimen. Diameter
sekitar 12,8 mm (0,5 inci), sedangkan panjang bagian yang dikurangi harus setidaknya empat kali
diameter ini; 60 mm (2,25 in) umumnya. Panjang pengukur digunakan dalam perhitungan
keuletan, nilai standarnya adalah 50 mm (2,0 inci). Spesimen dipasang pada ujungnya ke
pegangan alat pengujian. Mesin uji tarik dirancang untuk spesimen memanjang pada tingkat yang
konstan, dan untuk mengukur secara terus menerus dan simultan beban yang diterapkan seketika
(dengan sel beban) dan perpanjangan yang dihasilkan (menggunakan ekstensometer). Tes
tegangan- regangan biasanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk dilakukan dan
destruktif; yaitu, benda uji berubah bentuk secara permanen dan biasanya retak.

18
Spesimen Standar Uji Tarik

Output dari uji tarik tersebut dicatat (biasanya pada komputer) sebagai beban atau kekuatan versus
perpanjangan. Karakteristik beban-deformasi ini tergantung pada spesimen ukuran. Misalnya,
diperlukan dua kali beban untuk menghasilkan perpanjangan yang sama jika potongan melintang
luas benda uji menjadi dua kali lipat. Untuk meminimalkan faktor geometris ini, beban dan
perpanjangan dinormalisasi ke masing-masing parameter tegangan teknik dan tekanan teknik.
Tekanan teknik ditentukan oleh hubungan
𝜎 = F/A0
di mana F adalah beban sesaat yang diterapkan tegak lurus terhadap penampang spesimen, dalam
satuan newton (N) atau gaya pound (lbf), dan A0 adalah penampang asli daerah sebelum beban diberikan (m2
atau in2). Satuan tegangan teknik adalah megapascal, MPa (SI) (di mana 1 MPa = 106 N/m2), dan
pon gaya per inci persegi, psi.

Regangan teknik 𝜀 dapat dituliskan

𝜀 = (li – l0) / l0 = Δl / l0

di mana l0 adalah panjang awal sebelum beban diterapkan dan li adalah panjang sesaat. Terkadang kuantitas li –
l0 dilambangkan sebagai Δl dan merupakan perpanjangan deformasi atau perubahan panjang pada suatu
saat, sebagaimana mengacu pada panjang aslinya. Regagan tidak memiliki satuan, tetapi meter per
meter atau inci per inci sering digunakan; nilai regangan jelas tidak tergantung pada sistem
satuan. Kadang-kadang regangan juga dinyatakan sebagai persentase, di mana nilai regangan
dikalikan dengan 100.

Mesin uji tarik

19
Kurva Tegangan Regangan Pada Material

Ketika beban pertama kali diterapkan pada spesimen uji, spesimen memanjang sebanding dengan
beban, disebut perilaku elastis linier. Jika beban dihilangkan, spesimen kembali ke panjang dan
kembali ke bentuk aslinya. Analoginya seperti meregangkan karet gelang dan melepaskannya.

Perilaku benda uji pada uji tarik

Kurva teganga-reganan secara umum

Tegangan 𝜎 ditentukan oleh hubungan 𝜎 = F/A0 dan Regangan 𝜀 dapat dituliskan𝜀 = (li – l0) / l0 = Δl / l0. l

adalah panjang benda uji.

20
Dengan bertambahnya beban, spesimen mulai mengalami deformasi elastisitas nonlinier pada
tegangan yang disebut batas proporsional. Pada saat itu, tegangan dan regangan tidak lagi
proporsional, karena berada di daerah elastis linier, tetapi ketika diturunkan, spesimen masih
kembali ke bentuk aslinya. Permanen deformasi (plastis) terjadi ketika tegangan luluh, Y, dari
material tercapai.

Untuk bahan lunak dan ulet, mungkin tidak mudah untuk menentukan lokasi yang tepat pada
kurva tegangan-regangan di mana luluh terjadi, karena kemiringan kurva mulai menurun perlahan
di atas batas proporsional. Oleh karena itu, Y biasanya didefinisikan dengan menggambar garis
dengan kemiringan yang sama dengan kurva elastis linier, tapi itu diimbangi oleh regangan
0,002, atau perpanjangan 0,2%. Tegangan luluh adalah didefinisikan sebagai tegangan di mana
garis offset ini memotong kurva tegangan-regangan.

Saat spesimen mulai memanjang di bawah beban yang terus meningkat, luas penampang
berkurang secara permanen dan seragam di seluruh panjang pengukurnya. Jika spesimen
diturunkan dari tingkat tegangan yang lebih tinggi dari tegangan luluh, kurva mengikuti garis
lurus ke bawah dan sejajar dengan kemiringan awal kurva. Ketika beban meningkat lebih jauh,
tegangan akhirnya mencapai maksimum dan kemudian mulai menurun. Tegangan disebut
kekuatan tarik, atau kekuatan tarik ultimate (UTS/ ultimate tensile strength), dari bahan.

skema dari pemuatan dan pelepasan beban uji tarik

21
Sifat Mekanik Berbagai Bahan pada Suhu Kamar

Jika benda uji dibebani melebihi kekuatan tarik maksimalnya, benda tersebut mulai menekuk
(necking), atau necking ke bawah. Luas penampang spesimen tidak lagi seragam pada panjang
pengukur dan lebih kecil di daerah necking. Saat tes berlangsung, tegangan turun lebih jauh dan
spesimen akhirnya patah di daerah necking; tegangan pada kondisi patah dikenal sebagai breaking
atau tegangan patah.

Rasio tegangan terhadap regangan di daerah elastis adalah modulus elastisitas, E, atau modulus
Young.

E = 𝜎/𝜀

karena regangan teknik tidak berdimensi, E memiliki unit yang sama dengan stres. Modulus
elastisitas adalah kemiringan bagian elastis dari kurva dan karenanya kekakuan material. Semakin
tinggi nilai E, semakin tinggi beban yang diperlukan untuk meregangkan benda uji ke tingkat
yang sama, dan dengan demikian semakin kaku bahannya. Bandingkan, misalnya, kekakuan
kawat logam dengan karet pita atau lembaran plastik saat diberi beban.

Perpanjangan spesimen di bawah tegangan disertai dengan kontraksi lateral; efek ini dapat dengan
mudah diamati dengan meregangkan karet gelang. Nilai absolut rasio regangan lateral terhadap
regangan longitudinal dikenal sebagai rasio Poisson dan dilambangkan dengan simbol v.

Pengetahuan tentang sifat mekanik material ini sangatlah penting untuk mendesain struktur, baik
mesin ataupun bangunan. Salah satu metode yang paling komprehensif dan detail untuk
mendesain struktur ini adalah menggunakan Finite Element Analysis (FEA).

22
UJI TEKAN DAN PUNTIR PADA MATERIAL LOGAM
UNCATEGORIZED

Tentu saja, logam dapat mengalami deformasi plastis di bawah pengaruh yang diterapkan beban
tekan, geser, dan torsi. Perilaku tegangan-regangan yang dihasilkan ke dalam daerah plastis mirip
dengan pengaruh beban tarik. Namun untuk beban tekan tidak ada beban maksimal karena
necking tidak terjadi dan mode patahnya berbeda dengan beban tarik.

Deformasi Tekan
Banyak operasi di bidang manufaktur, terutama proses seperti penempaan, rolling, dan ekstrusi
dilakukan dengan benda kerja yang dikenai gaya tekan. Uji kompresi, di mana spesimen dikenai
gaya tekan beban, memberikan informasi yang berguna untuk memperkirakan gaya dan kebutuhan
daya dalam proses-proses ini. Tes ini biasanya dilakukan dengan mengompresi silinder padat
spesimen antara dua pelat datar yang dilumasi dengan baik. Karena gesekan antara spesimen dan
pelat, permukaan silinder spesimen menonjol, efeknya disebut barreling. Perhatikan bahwa
spesimen ramping dapat tertekuk selama pengujian; dengan demikian, rasio tinggi-diameter dari
spesimen silinder padat biasanya kurang dari 3:1.
Karena barelling, luas penampang spesimen berubah sepanjang tinggi, dan mendapatkan kurva
tegangan-regangan dalam kompresi bisa sulit. Selanjutnya, gesekan menghilangkan energi,
sehingga gaya tekan lebih tinggi dari itu sebaliknya memasok pekerjaan yang diperlukan untuk
mengatasi gesekan. Dengan pelumasan yang efektif, gesekan dapat diminimalkan, dan luas
penampang yang cukup konstan dapat dipertahankan selama pengujian.
Ketika hasil uji tekan dan tarik pada logam ulet dibandingkan, dapat dilihat bahwa kurva
tegangan- regangan real bertepatan. Perilaku ini tidak berlaku untuk bahan rapuh, yang umumnya
lebih kuat dan lebih ulet dalam kompresi daripada dalam ketegangan.

23
Tes Cakram

Tes tekan pada benda getas yang menunjukan arah beban dan fraktur
yang muncul
Untuk bahan getas seperti keramik dan gelas, uji cakram telah dikembangkan, di mana cakram
mengalami kompresi antara dua pelat datar. Ketika material dimuat seperti yang ditunjukkan,
tegangan tarik berkembang tegak lurus terhadap garis tengah vertikal di sepanjang calram; fraktur
dimulai dan piringan terbelah dua secara vertikal. Tegangan tarik 𝜎 dalam cakram seragam
sepanjang garis tengah dan dapat dihitung dari rumus

𝜎 = 2P / (𝜋dt)
di mana P adalah beban saat patah, d adalah diameter piringan, dan t adalah ketebalannya. Untuk
menghindari kegagalan prematur pada titik kontak, strip tipis logam lunak ditempatkan di antara
piringan dan pelat. Strip ini juga melindungi pelat dari rusak selama pengujian. Fraktur di tengah
spesimen telah digunakan dalam pembuatan tabung mulus.

Deformasi Geser

24
Uji Torsi pada bahan. Benda uji dipasang
pada kedua ujung mesin uji dan dipuntir.
Selain mengalami beban tarik dan kompresi, benda kerja dapat mengalami untuk regangan geser,
seperti pada pembuatan lubang pada lembaran logam dalam swaging dan dalam pemotongan
logam. Metode pengujian umumnya digunakan untuk menentukan sifat bahan dalam gaya geser
adalah uji torsi. Untuk mendapatkan tegangan yang kira-kira seragam dan distribusi regangan di
sepanjang penampang, tes ini biasanya dilakukan pada spesimen tubular tipis.

Spesimen torsi biasanya memiliki bagian penampang tereduksi untuk membatasi deformasi
menjadi sempit. Tegangan geser dapat dihitung dari rumus
𝑟 = T / (2𝜋r2t)

di mana T adalah torsi, r adalah jari-jari rata-rata dari tabung, dan t adalah tebal tabung pada titik
bagian sempitnya. Regangan geser dapat dihitung dari rumus
𝛾 = r𝜙/l

di mana l adalah panjang tabung yang mengalami torsi dan 𝜙 sudut puntir dalam radian.
Rasio tegangan geser terhadap regangan geser dalam rentang elastis dikenal sebagai modulus
geser, atau modulus kekakuan, G, besaran yang berhubungan dengan modulus elastisitas, E. Sudut
puntir 𝜙 patah pada puntiran batang bundar padat pada kenaikan suhu juga berguna dalam
memperkirakan forgeability (Kemampuan untuk ditempa) logam. Semakin besar jumlah tikungan
sebelum kegagalan, semakin baik kemampuan untuk ditempa.

UJI KEKERASAN PADA MATERIAL TEKNIK

25
1.
Sifat Kekerasan merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi plastis lokal (misalnya,
penyok kecil atau goresan). Tes kekerasan awal didasarkan pada mineral alami dengan skala yang
dibangun hanya pada kemampuan satu bahan untuk menggores bahan lain yang lebih lembut.
Sebuah skema pengindeksan kekerasan kualitatif dan dirancang sederhana, disebut skala Mohs,
yang berkisar dari 1 pada ujung lunak untuk mineral talek hingga 10 untuk intan. Teknik
kekerasan kuantitatif telah dikembangkan selama bertahun-tahun di mana indentor kecil dipaksa
masuk ke dalam permukaan bahan yang akan diuji dalam kondisi beban yang terkendali.
Kedalaman atau ukuran lekukan yang dihasilkan diukur dan dikaitkan dengan nomor indeks
kekerasan; semakin lembut bahannya, semakin besar dan dalam lekukannya, dan semakin rendah
nomor indeks kekerasan. Kekerasan yang diukur hanya bersifat relatif (bukan absolut), dan
kehati-hatian harus dilakukan ketika membandingkan nilai yang ditentukan oleh teknik yang
berbeda.

Uji kekerasan dilakukan lebih sering dari pada uji mekanis lainnya untuk beberapa alasan:
 Sederhana dan murah biasanya tidak perlu
spesimen khusus disiapkan, dan peralatan pengujian relatif
murah.
 Pengujian tidak merusak spesimen tidak retak atau
berlebihan
cacat; lekukan kecil adalah satu-satunya deformasi.
 Sifat mekanik lainnya sering dapat
diperkirakan dari data kekerasan 26
seperti kekuatan
tekanan.
Uji Kekerasan
Beberapa metode pengujian menggunakan bahan dan bentuk indentor yang berbeda telah
dikembangkan untuk mengukur kekerasan bahan. Uji kekerasan yang umum digunakan dijelaskan
selanjutnya.

Macam-macam uji kekerasan.


a) metode Micro Vickers; (b) metode Rockwell; (c) metode Durometer; (d) metode Leeb.

27
Karakteristik umum metode dan formula pengujian kekerasan untuk menghitung kekerasan.

Metode Brinell
Diperkenalkan oleh J.A. Brinell pada tahun 1900, tes ini melibatkan menekan baja atau bola
tungsten-karbida berdiameter 10 mm (0,4 in.) pada permukaan, dengan beban 500, 1500, atau
3000 kg. Angka kekerasan Brinell (HB) didefinisikan sebagai: rasio beban P dengan luas
permukaan lekukan lekukan. Semakin sulit bahan yang akan diuji, semakin kecil lekukan;
karenanya, beban 1500 kg atau 3000 kg biasanya direkomendasikan untuk mendapatkan lekukan
yang cukup besar agar akurat. Tergantung pada kondisi bahannya, salah satu dari dua jenis kesan
berkembang di permukaan setelah kinerja tes ini atau salah satu tes lain yang dijelaskan dalam
bagian ini. Lekukan dalam logam anil umumnya memiliki profil bulat dalam logam pengerjaan
dingin, mereka biasanya memiliki profil yang tajam.

Metode Rockwell
Dikembangkan oleh S.P. Rockwell pada tahun 1922, tes ini mengukur kedalaman penetrasi bukan
diameter lekukan. Indentor ditekan ke permukaan, pertama dengan beban kecil dan kemudian
dengan beban besar; perbedaan kedalaman penetrasi adalah ukuran dari kekerasan material. Uji
kekerasan superfisial Rockwell menggunakan jenis indentor yang sama, tetapi pada beban yang
lebih ringan, juga telah dikembangkan.

Metode Vickers
Tes ini, dikembangkan pada tahun 1922 dan sebelumnya dikenal sebagai uji kekerasan piramida,
menggunakan indentor berlian berbentuk piramida dan beban yang berkisar dari 1 kg sampai 120
kg. Angka kekerasan Vickers ditunjukkan oleh HV. Hasil yang diperoleh biasanya kurang dari 0,5
mm (0,020 inci) pada diagonal. Tes Vickers pada dasarnya memberikan angka kekerasan yang
sama terlepas dari beban, dan cocok untuk menguji bahan dengan berbagai kekerasan, termasuk
baja yang diberi perlakuan panas. Baru-baru ini, prosedur pengujian telah dikembangkan untuk
melakukan Tes tipe Vickers dalam mikroskop kekuatan atom dan nanoindenters, untuk
memperkirakan kekerasan pada kedalaman penetrasi serendah 20 nm.

Metode Knoop
Tes ini, dikembangkan oleh F. Knoop pada tahun 1939, menggunakan indentor berlian di bentuk
piramida memanjang, dengan beban yang diterapkan umumnya berkisar dari 25 g menjadi 5kg.
Angka kekerasan Knoop ditunjukkan oleh HK. Karena beban ringan yang diterapkan, uji Knoop
adalah uji kekerasan mikro. Oleh karena itu, sangat cocok untuk spesimen kecil atau sangat tipis,
dan untuk bahan rapuh seperti karbida, keramik, dan kaca.

28
1. Dislokasi dan Penguatan Mekanis
1. Dislokasi dan Deformasi Plastis
2. Mekanisme Penguatan Pada Logam

Dislokasi dan Deformasi Plastis pada Material


Tepi dan sekrup adalah dua jenis dislokasi mendasar. Dalam dislokasi tepi, terlokalisasi
distorsi kisi ada di sepanjang ujung setengah bidang atom tambahan, yang juga
mendefinisikan garis dislokasi. Dislokasi sekrup dapat dianggap sebagai akibat dari
distorsi geser; garis dislokasi melewati pusat spiral pada bidang atom. Banyak dislokasi
dalam bahan kristal memiliki dislokasi tepi dan sekrup. Ini adalah dislokasi campuran.
Deformasi plastis merujuk pada gerakan dislokasi yang besar. Dislokasi tepi bergerak
sebagai respons terhadap tegangan geser yang diterapkan dalam arah tegak lurus ke
garisnya; mekanika gerak dislokasi. Membiarkan setengah bidang atom tambahan awal
menjadi bidang A. Ketika tegangan geser diterapkan, bidang A dipaksa ke kanan; ini pada
gilirannya mendorong bagian atas dari pesawat B, C, D, dan seterusnya, dalam arah yang
sama. Jika tegangan geser yang diterapkan cukup besarnya, ikatan interatomik bidang B
terputus sepanjang bidang geser, dan setengah bagian atas bidang B menjadi setengah
bidang tambahan sebagai bidang A terhubung dengan bawah setengah dari bidang B.
Proses ini kemudian diulang untuk yang bidang lain, sedemikian rupa sehingga setengah
bidang tambahan, dengan langkah-langkah diskrit, bergerak dari kiri ke kanan secara
berurutan dan pemutusan berulang ikatan dan pergeseran dengan jarak interatomik atas
setengah pesawat. Sebelum dan sesudah pergerakan dislokasi melalui suatu titik wilayah
tertentu dari kristal, susunan atomnya teratur dan sempurna; itu hanya selama itu melewati
setengah bidang ekstra yang struktur kisinya terganggu. Pada akhirnya, tambahan setengah
bidang muncul dari permukaan kanan kristal, membentuk tepi yang lebarnya satu jarak
atom.

29
Penataan ulang atom yang menyertai gerakan dislokasi tepi saat bergerak sebagai respons
terhadap tegangan geser yang diterapkan. (a) Setengah bidang atom tambahan diberi label
A. (b) Dislokasi bergerak sejauh satu jarak atom ke kanan saat A menghubungkan ke
bagian bawah bidang B; dalam prosesnya, bagian atas B menjadi ekstra setengah bidang.
(c) Sebuah langkah terbentuk di permukaan kristal saat setengah bidang ekstra keluar.
Proses terjadinya deformasi plastis akibat gerakan dislokasi adalah disebut slip; bidang
kristalografi yang dilalui garis dislokasi adalah bidang slip. Deformasi plastik
makroskopik hanya sesuai hingga deformasi permanen yang dihasilkan dari pergerakan
dislokasi, atau slip, dalam menanggapi tegangan geser yang diterapkan.
Gerak dislokasi dianalogikan pada cara gerak ulat. Ulat membentuk punuk di dekat ujung
posteriornya dengan menarik kaki ke dalam. Punuk didorong ke depan dengan
mengangkat berulang kali dan pergeseran dari pasangan kaki. Ketika punuk mencapai
ujung anterior, seluruh ulat telah bergerak maju dengan jarak pemisahan kaki. Punuk ulat
dan gerakannya seirama pada setengah bidang atom ekstra dalam model dislokasi
deformasi plastis.

30
Pembentukan langkah permukaan kristal
dengan gerakan (a) dislokasi tepi dan (b) sekrup dislokasi. Perhatikan bahwa pada
dislokasi tepi, garis dislokasi bergerak searah dari tegangan geser yang diterapkan ; untuk
dislokasi sekrup, gerakan garis dislokasi tegak lurus terhadap arah tegangan.

Analogi antara gerak ulat dan dislokasi.

31

Anda mungkin juga menyukai