MATERIAL TEKNIK
REFILIANA LESTARI
NIM :112121150
TI-36-04
Pokok Bahasan
• Pendahuluan
• Sifat mekanik
• Diagram fasa
• Logam besi
• Keramik
• Polimer
• Komposit
1.1 Pendahuluan
1. Material logam
2. Material non logam
Berdasarkan pada komposisi kimia, logam dan paduannya dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu:
Logam-logam besi merupakan logam dan paduan yang mengandung besi (Fe) sebagai
unsur utamanya.
Logam-logam non besi merupakan meterial yang mengandung sedikit atau sama sekali
tanpa besi. Dalam dunia teknik mesin, logam (terutama logam besi / baja) merupakan
material yang paling banyak dipakai, tetapi material-material lain juga tidak dapat diabaikan.
Material non logam sering digunakan karena meterial tersebut mempunyai sifat yang khas
yang tidak dimiliki oleh material logam.
1. Keramik
2. Plastik (polimer)
3. Komposit
Material keramik merupakan material yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara
satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur
non logam. material jenis keramik semakin banyak digunakan, mulai berbagai abrasive,
pahat potong, batu tahan api, kaca, dan lain-lain, bahkan teknologi roket dan penerbangan
luar angkasa sangat memerlukan keramik.
Plastik (polimer) adalah material hasil rekayasa manusia, merupakan rantai molekul yang
sangat panjang dan banyak molekul MER yang saling mengikat. Pemakaian plastik juga
sangat luas, mulai peralatan rumah tangga, interior mobil, kabinet radio/televisi, sampai
konstruksi mesin.
Komposit merupakan material hasil kombinasi dari dua material atau lebih, yang sifatnya
sangat berbeda dengan sifat masing-masing material asalnya. Komposit selain dibuat dari
hasil rekayasa manusia, juga dapat terjadi secara alamiah, misalnya kayu, yang terdiri dari
serat selulose yang berada dalam matriks lignin. Komposit saat ini banyak dipakai dalam
konstruksi pesawat terbang, karena mempunyai sifat ringan, kuat dan non magnetik.
Sifat mekanik adalah sifat yang menyatakan kemampuan suatu material / komponen untuk
menerima beban, gaya dan energi tanpa menimbulkan kerusakan pada material/komponen
tersebut.
1. Kekuatan (strength)
Merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan
material menjadi patah. Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja, kekuatan dibagi
dalam beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan
torsi, dan kekuatan lengkung.
2. Kekakuan (stiffness)
Adalah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan/beban tanpa
mengakibatkan terjadinya deformasi atau difleksi.
3. Kekenyalan (elasticity)
Didefinisikan sebagai kemampuan meterial untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan
dihilangkan, atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk dan
ukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk)
4. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan bentuk
secara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai plastisitas
tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material yang
mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).
5. Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik.
Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur dengan suatu
periode tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidan
perteknikan, dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga,
aluminium, nikel, dll.
6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan.
7. Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan.
Kerapuhan ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit
pergeseran permanent. Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban
regang, tanpa memberi keregangan yang terlalu besar. Contoh bahan yang memiliki
sifat kerapuhan ini yaitu besi cor.
8. Kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak-
balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan elastiknya.
9. Melar (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila
pembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu
yang tinggi.
Load
Didefinisikan sebagai kekuatan eksternal yang mendukung bagian dari sutau mesin. Beban
ini terdiri dari 3 tipe, yaitu:
Beban tetap (steady load), dikatakan beban tetap apabila beban dalam keadaan diam
dimana benda tersebut tidak dapat erubah arah.
Beban gerak (variying load), apabila beban dapat dipindahkan secara kontiyu.
Beban kejut (shock load), apabila bebam digunakan dan dipindahkan secara tiba-tiba.
Tegangan
Saat gaya atau beban dari system eksternal terjadi pada benda kerja, gaya internal aka
muncul dari dalam benda kerja baik searah ataupun berlawanan arah sebagai reaksi atas
gaya eksternal tersebut. Stress adalah besarnya gaya internal yangtimbul per satuan luas
area pada benda kerja.
Regangan
Adalah gaya yang diberikan pada suatu benda dengan memberikan tegangan tarik sehingga
benda tersebut juga mengalami perubahan bentuk.
Adalah suatu sifat bahan hubungan tegangan-regangan pada tarikan memberikan nilai yang
cukup berubah tergantung pada laju tegangan temperature dll. Umumpnya kekuatan tarik
lebih rendah daripada umpannya seperti baja, duralumin dll.
Compressive in terjadi bila suatu benda kerj ayang menjadi sasaran aksial yang sama ata
berlawanan, dimana tekanan ini disebabakan pada setiap sisi dari benda kerja dan inilah
yang disebut dengan compressive stress. Pertimbangan lain akan menunjukkan bahwa
dengan adanya tegangan beban, akan ada penurunan penjang benda kerja dimana
perbandingan pengurangan panjang dengan panjang asli suatu benda kerja dikenal sebagai
tegangan regangan.
Ketika benda kerja menjadi sasaran dua kekuatan yang sama atau berlawanan, bergerak
secara tangensial dengan sisi yang berlawanan, dimana ini disebabkan pada setiap sisi dari
benda kerja dan inilah yang disebut shear stress. Dan yang berhubungan dengan regangan
dikenal shear strain, yang diukur dengan sudut deformasi yang berdekatan dengan shear
stress
Modulus Young
Hukum Hook menyatakan bahwa ketika benda kerja pada sutu bahan yang elastis maka
tegangan akan seimbang dengan regangan. Dimana E adalah konstanta maka dapat
dikatakan modulus young, dan satuan yang digunakan adalah kg/cm3 atau N/mm2.
σ
E=
ε
Bearing Stress / Tegangan Dukung
Pembatasan compressive stress pada area antara 2 bagian dikenal sebagai bearing stress.
Bearing stress ini dapat digunakan dalam mendesign penyambungan paku. Distribusi dari
bearing stress ini tidak selalu sama tetapi bergantung pada bentuk permukaan benda kerja
dan sifat-sifat fisik dari dua material tersebur. Sedangkan distribusi tekanan akan sama. Bila
pendistribusian stress sulit untuk ditentikan oleh karena itu bearing stress biasanya
dikalkuasikan dengan membagi beban pada beberap area.
2.2 ATOM
Dalam gambaran sederhana oleh Rutherford, atom terbentuk atas inti
bermuatan positif pembawa sebagian besar massa atom, dengan elektron-elektron
yang bergerak mengitarinya. Ruterford mengatakan bahwa elektron-elektron
mengitari inti dalam orbit melingkar sehingga gaya sentrifugal semua elektron tepat sama
dengan gaya tarik elektrostatik antara inti yang bermuatan positif dan elektronelektron
yang bemuatan negatif.
Guna menghindari kesulitan dalam pemahaman akibat adanya hokum
elektrodinamika yang disini menyatakan bahwa elektronelektron
yang berevolusi harus terus-menerus melepaskan energi berupa radiasi
elektromagnetik, maka Bohr dalam tahun 1913 terpaksa menyimpulkan bahwa dari
semua orbit yang mungkin, hanya orbit-orbit tertentu saja yang boleh ditempati oleh
electron. Orbit-orbit khusus itu diandaikan mempunyai sifat luar biasa, yakni bahwa
bila sebuah elektron berada dalam salah satu orbit tersebut, radiasi tak akan terjadi.
Kumpulan orbit-orbit stabil tadi dicirikan menurut kritiria yang menyatakan bahwa
momentum sudut elektron-elektron dalam orbit dihitung mengunakan rumus nh /
2π , dengan h konstanta Planck dan n bilangan bulat (n = 1, 2, 3, …).
Dalam kenyataan, ketidak pastian tentang posisi dan momentum partikel
kecil harus kita akui, akan tetapi hasil kali derajat ketidakpastian masing-masing
besaran tadi dapat kita hubungkan dengan nilai konstanta Planck (h = 6.6256 x 10-34
Js). Di alam makroskopik ketiddakpastian ini terlalu kecil untuk dapat diukur, namun
bila kita melakukan sesuatu terhadap gerak elektron yang mengelilingi inti atom,
penerapan prinsip ketidakpastian (Uncertainty Principle-istilah yang diperkenalkan
oleh Heisenberg) penting sekali.
Akibat menganut Prinsip Ketidakpastian ini, kita tak boleh lagi
membayangkan elektron sebagai sesuatu yang bergerak dalam orbit tetap
mengelilingi inti. Kita harus memandang gerak elektron sebagai fungsi gelombang.
Dengan fungsi ini kita hanya mungkin mendapatkan elkctron yang energinya tertentu
saja diruang disekitar inti.
Sekarang kita harus menyatakan keadaan elektron mengunakan empat
buah bilangan. Bilangan-bilangan yang dikenal sebagai bilangan-bilangan kuantum
ini adalah n, l, m dan s, dimana n merupakan bilangan kkuatum pertama (principal
quantum number), l bilangan kuantum orbit (orbital quantum number), m bilangan
kuantum dalam (inner quantum number) dan s bilangan kuantum spin (spin quantum
number).
Bilangan kuantum yang paling penting adalah bilangan
kuantum utama, karena inilah yang paling berperan dalam penentuan energi elektron.
Bilangan kuantum utama dapat memiliki harga bilangan bulat mulai dari n = 1, yang
menyatakan energi paling rendah. Elektron dengan n = 1 paling stabil, dan kestabilan
berkurang dengan naiknya harga n.
Elektron yang bilangan kuantum utamanya n dapat mempunyai bilangan kuantum
orbital bernilai bulat antara 0 dan (n - 1). Jadi jika n = 1, l harus 0, sementara bila n = 2, l =
atau 1, dan bila n = 3, l = 0, 1, atau 2. bilangan kuantum orbital menyatakan momentum
sudut elektron ketika mengitari inti, dan ini mnentukan sesuatu yang dalam mekanika
nonkuantum disebut bentuk orbit. Untuk suatu harga n, elektron dengan l paling rendah
akan mempunyai energi paling rendah, sehingga semakin tinggi harga l makin besar pula
energinya.
Ketidaksempurnaan titik
4.SIFAT MEKANIK
4.1. Hardness (Kekerasan)
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda, bagi insinyur metalurgi kek erasan adalah ketahanan material terhadap
penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari
tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap
goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material
terhadap pemotongan dari alat potong.
4.2 KETANGGUHAN (IMPAK)
Ketangguhan (impak) merupakan ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah
yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana
pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya
untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan
transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan
melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat
terjadinya tumbukan kecelakaan.
Alat Uji Impak
Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan
tersebut. Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan
dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi
yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode
Charpy diberikan oleh :
HI = E/A
dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan Joule dan A luas penampang di
bawah takik dalam satuan mm4.
Perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular / kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
4.3 KEHAUSAN
Kehausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau
pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relatif
antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pembahasan mekanisme keausan
pada material berhubungan erat dengan gesekan
(friction) dan pelumasan (lubrication). Telaah mengenai ketiga subyek ini yang dikenal
dengan nama ilmu Tribologi. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan
response material terhadap sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat
mengalami keausan disebabkan mekanisme yang beragam.
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan
teknik,yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah
satunya adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek dari
cincin yang berputar (revolving disc). Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak
antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian
material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah
yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam
jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji.
A. Keausan adhesive: terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih
mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lain dan pada akhirnya terjadi
pelepasan/pengoyakan salah satu material.
B. Keausan abrasif: terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu
meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau
pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada mekanisme ini ditentukan oleh
derajat kebebasan (degree of freedom) partikel keras atau sperity tersebut.
C. Keausan lelah: merupakan mekanisme yang relatif berbeda dibandingkan dua
mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesive
maupun abrasif melibatkan hanya satu interaksi sementara pada keausan lelah dibutuhkan
interaksi multi.
D. Keausan Oksidasi ( keausan korosif)
Pada prinsipnya mekanisme ini dimulai dengan adanya perubahan kimiawi
material di bagian permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini akan
menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan
material induk. Sebagai konsekuensinya, material pada lapisan permukaan akan mengalami
keausan yang berbeda Hal ini selanjutnya mengarah kepada perpatahan interface antara
lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan
tercabut.
4.4 Fatik
Fatik merupakan ketahanan suhatu material menerima pembebanan dinamik.
Benda yang tidak tahan terhadap fatik akan mengalami kegagalan pada kondisi
pembebanan dinamik (beban berfluktuasi ). Mengalami kegagalan ( patah ) pada
tegangan jauh di bawah tegangan yang diperlukan untuk membuatnya patah pada
pembebanan tunggal ( statis ). Kegagalan fatik biasanya terjadi pada tempat yang
konsentrasi tegangannya besar, seperti pada ujung yang tajam atau notch.
5. DIAGRAM FASA
Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur
dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemenasan yang
lambatdengan kadar karbon. Diagramini merupakan dasar pemahaman untuk semua
operasi-operasi perlakuan panas.
Fungsi diagram fasa adalah memudahkan memilih temperatur pemanasan yang
sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik proses anil, normalizing maupun proses
pengerasan.
Baja adalah paduan besi dengan karbon maksimal sampai sekitar 1,7%.paduan
besi diatas 1,7% disebut cast iron.
Perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur mikro dan sifat yang di
inginkan. Struktur mikro dan sifat yang diinginkan dapat diperoleh melalui proses
pemanasan dan proses pendinginan pada temperatur tertentu.
Macam –macam struktur yang ada pada baja adalah:
1. ferit
ferit adalah larutan padatkarbon dan unsur paduan lainya pada besi kubus
pusat badan (Fe). Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang lambat dari
austenit baja hypotektoid pada saat mencapai A3 . ferit bersifat sangat lunak ,ulet
dan memiliki kekerasan sekitar 70-100 BHN dan memiliki konduktifitas yany
tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai
karbida besi dengan prosentase karbon 6,67%C. yang bersifat keras sekitar
5-68HRC
3. Perlit
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan sekitar
10-30HRC . perlit yang terbentuk sedikit dibawah temperatur eutektoid memiliki
kekerasan yang lebih rendah dan memerlukan waktu inkubasiyang lebih banyak.
4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit
pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke perlit dan
lebih tinggi dari transformasi ke martensit.
5. Martensit
Martensit merupakan larutan padat dari karbon yang lewatjenuh pada besi
alfa sehingga latis-latis sel satuanya terdistorsi.
Karbon adalah unsur penyetabil austenit . kelarutan maksimum dari karbon
padaaustenit adalah sekitar 1,7% (E) pada 11400C. Sedangkan kelarutan karbon pada ferit
naik dari 0% pada 9100C menjadi 0,025% pada 7230C. pada pendinginan lanjut ,
kelarutan karbon pada ferrit menurun menjadi 0,08% pada temperatur kamar.
Kegunaan dari baja tergantung dari sifat-sifatnya yang sangat berfariasi yang
diperoleh melalui pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari
baja sangat tergantung pada struktur mikronya , sedangkan struktur mikro sangat mudah
diubahmelalui proses perlakuan panas.
Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai akibat penambahan
unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang dapat mengontrol sifat
baja adalah karbon (C). jika besi dipadu dengan karbon , transformasi yang terjadi pada
rentang temperatur tertentu erat kaitanya dengan kandungan karbon.
Berdasarkanpemaduan antara besi dan karbon , karbon didalam besi dapat berbentuk
larutan atau berkombinasi dengan besi membentuk karbida besi (Fe3C).
Grafik pemanasan,
quenchi dan tempering
Media Quenching
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh struktur
martensit yang keras, sekurang-kurangnya di permukaan baja. Hal ini hanya
dapat dicapai jika menggunakan medium quenching yang efektif sehingga
baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya
struktur yang lebih lunak seperti perlit atau bainit. Tetapi berhubung
sebagian besar benda kerja sudah berada dalam tahap akhir dari proses ,
maka kualitas medium quenching yang digunakan harus dapat menjamin
agar tidak timbul distorsi pada benda kerja setelah proses quench selesai
dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara menggunakan media
quenching yang sesuai tergantung pada jenis baja yang diproses, tebal
penampang dan besarnya distorsi yang diijinkan.
Quench ke dalam oli saat ini paling banyak digunakan, manfaat dari
pendinginannya oli adalah bahwa laju pendinginannya pada tahap
pembentukan lapisan uap dapat dikontrol sehingga dihasilkan karakteristik
quenching yang homogen. Laju pendinginan untuk baja yang diquench di
oli relatif rendah karena tingginya titik didih dari oli. Memanaskan oli
sampai sekitar 40 - 1000C sebelum proses quenching akan meningkatkan
laju pendinginan
Pengaruh Unsur Paduan Pada Pengerasan
Sifat mekanik yang diperoleh dari proses perlakuan panas terutama
tergantung pada komposisi kimia. Baja merupakan kombinasi Fe dan C.
Disamping itu, terdapat juga beberapa unsur yang lain seperti Mn, P, S dan
Si yang senantiasa ada meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan unsur
pembentuk karbida . Penambahan unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V,
W, T dapat menolong untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan, unsurunsur
ini merupakan unsur pembentuk karbida yang kuat.
Pembentukan Austenit Sisa
Austenit akan bertransformasi menjadi martensit jika didinginkan ke
temperatur kamar dengan laju pendinginan yang tinggi, sementara itu masih
ada sebagian yang tidak turut bertransformasi yang disebut sebagai austenit
sisa. Dimana sejumlah austenit sisa yang terbentuk akan semakin meningkat
dengan meningkatnya kadar karbon
Tempering
Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses
temper. Dengan proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan.
dan kekuatannya akan menurun. Pada sebagian besar baja struktur, proses
temper dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan,
duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian, proses temper
setelah proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena
adanya struktur yang lebih stabil.
Delay quenching adalah istilah yang diterapkan pada proses quenching
dimana komponen setelah dikeluarkan dari tungku pada temperatur
pengerasannya dibiarkan beberapa saat sebelum di quench. Ini
dimaksudkan agar proses quench terjadi pada temperatur lebih rendah
sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya distorsi. Cara ini lazim
diterapkan pada HSS, baja hot worked dan baja – baja yang dikeraskan
permukaannya.
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh struktur
martensit yang keras, sekurang – kurangnya di permukaan baja. Hal ini
dapat dicapai jika menggunakan media quenching yang efektif sehingga
baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya
struktur yang lebih lunak seperti perlit atau bainit.
7.LOGAM
7.LOGAM BUKAN BESI
Logam bukan besi merupakan salah satu bahan yang mempunyai peranan
yang sangat penting di dalam perkembangan teknologi. Karena logam bukan besi
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yang kurang dimiiiki oleh logam besi.
Sifat-sifat umum yang dimiiiki oleh logam bukan besi seperti tahan korosi terhadap
udara lembab maupun bahan kimia, lebih ringan; kecuali timah dan timbel, lebih
ulet, mudah dibentuk, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik, dsb.
Logam bukan besi, dibagi atas logam ringan dan logam berat. Yang termasuk
logam ringan (m.j<5000 kg/m3) adalah lithium, kalium, natrium, rubidium, kalsium,
magnesium, aluminium. Logam yang paling ringan ialah lithium dengan massa jenis
54 kg/m3. Sedangkan yang termasuk logam berat (m.j≥5000 kg/m3) adalah tembaga,
seng, timah, timbel.
7.2. Logam Tembaga
Dari produksi seluruh dunia, tembaga dipakai lebih dari 50% dalam dunia
teknik listrik. Hal ini karena tembaga mempunyai daya hantar yang baik untuk
listrik, juga untuk panas ia merupakan pengahantar yang baik, sehingga ia banyak
dipakai dalam teknik pendinginan dan pemanasan; umpamanya di dalam penukar
panas, radiator pendingin, kondensor, dll.
Dalam keadaan terpijar lunak, tembaga murni lunak, ulet, dan hanya memiiiki
kekuatan yang rendah. Ini dapat ditingikatkan melalui pembentukan dingin
(penggilingan, perentangan, pengempaan). Baik dalam keadaan panas harus
berlangsung di atas sekitar 650OC. Tembaga yang telah mengeras akibat pemberian
bentuk dalam keadaan dingin dapat menjadi lunak kembali melalui pemijaran antara
300 hingga 700OC.
Tembaga tahan karat di udara. Pada penyimpanan jangka panjang terbentuk
lapisan oksid ( lapisan pelindung) yang gelap dan butek pada permukaan. Di udara
lembab, tembaga menyelimuti diri dengan suatu lapisan hijau tembaga karbonat
(platina, karat mulia). Asam, garam, belerang, bahan mengandung belerang, dan
amoniak yang mengoksidasikan, menyerang tembaga. Di bawah pengaruh asam
cuka dan asam buah-buahan terbentuk karat hijau, garam tembaga yang sangat
beracun.
Tembaga bewarna coklat keabu-abuan dan mempunyai struktur kristal FCC.
Bijih-bijih tembaga dapat diklasifikasikan atas 3 golongan .
Bijih sulfida.
Bijih oksida.
Bijih murni (native).
Proses pernurnian bijih tembaga dapat dilakukan dengan dua cara:
Proses Pirometalurgy:
Proses ini menggunakan temperatur tinggi yang diperoleh dari pembakaran
bahan bakar. Bijih tembaga yang telah dipisahkan dari kotoran-kotoran
(tailing) dipanggang untuk menghilangkan asam belerang dan selanjutnya bijih
ini dilebur.
Proses Hidrometalurgy
Metode ini dilakukan dengan cara melarutkan bijih-biiih tembaga (leaching)
kedalam suatu larutan tertentu, kemudian tembaga dipisahkan dari bahan
ikutan lainnya(kotoran).
B. Jenis-Jenis Tembaga
Beberapa jenis perdagangan (cuplikan dari DIN 1708) .
Sifat-sifat tembaga
9.POLIMER
Berasal dari kata poli (banyak) dan mer (meros, yunani: bagian)
Penyusunan mer menjadi polimer melalui ikatan atom C
Polimer sering dsbt sbg plastik sintetis, punya berat molekul yg tinggi, yg t.d rantai molekul
yg bercabang2 yg membentuk senyawa polimer.
Plastik adalah bahan organis yg dg mudah dpt dicetak/ moulding atau dibentuk/ shaping
dengan cara mekanik ataupun kimia untuk menghasilkan substansi yg liat & nonkristalin yg
pd temperatur kamar berada dalam keadaan padat.
Kebanyakan mer berasal dari gugus hidrokarbon, misal :
Rangkaian polimer yg t.d 2 atom atau lebih polimer disebut sebagai COPOLIMER
Polimer bs dibuat bhn kristal polimer, dg cara pendinginan cepat, pd saat bhn polimer mulai
mendingin (memadat dr kead leleh/plastis)
Bahan polimer kebanyakan bersifat plastis, artinya sangat mudah berubah bentuk secara
permanen
Mer-mer yang membentuk polimer karet misalnya dibawah ini :
Karakteristik dan pembuatan , gambar kurva pengujian tarik beberapa polimer digambarkan
sebagai berikut:
Berat jenis polimer berkisar antara 0.9 –2 kgf/dm3, seperti pada tabel berikut memuat
karakteristik fisik & mekanis beberap polimer ;
Temperatur leleh dan temp transisi(temperatur untuk membuat proses kristal polimer)
disajikan pada tabel berikut ini :
10.KOMPOSIT
Komposit adalah gabungan antara 2 atau lebih material yg pada permukaan antara ke2
benda tersebut tidak bercampur atau tidak bereaksi secara kimia. Jadi ke 2 benda campuran
tersebut masih bissa dilihat bedanya (beda dengan fasa fasa logam yaitu fasa perlit yg
merupakan gabungan antara ferit dan sementit dengan kandungan Fe dan C sehingga tidak
bisa dikatakan sebagai komposit)
•Gabungan dari ke2 material pada komposit adalah
Mempunyai kekuatan tinggi
Mempunyai berat jenis rendah
Kuat dan cukup kaku
Tahan terhadap beban kejut atau impact
Mempunyai ketangguhan tinggi
Bagian komposit yang lebih banyak (%-nya) berfunggsi sebagai pengikat disebut
matriks, untuk bahan pengisinya atau yg diikat oleh matriks disebut fasa terdispersi (dispersed
phase)/ dispersan/ serat (fiber)/ fillers (pengisi)
Ukuran/ % serta penataan fillers sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik komposit yg
dihasilkan.
Secara visual komposit digolongkan macroscopic composite (kasat mata) dan
microscopic composite (dengan bantuan mikroskop untuk melihat).
Macroscopic composite : beton, dinding, structural laminates, tripleks dll
Microscopic composite : dispersion strengthened (komposit dispersi), particel reinforced
(komposit partikel), fiber reinforced (komposit serat, arah kontinyu, serat acak, hybrid)
Microscopic composite
Komposit dispersi, material yg diikat matriks mempunyai dimensi 0,01 –0,1 μm (10 –100
nm), dispersi partikel secara merata biasanya sampai 15% volume.
Komposit partikel, mempunyai ukuran partikel > 1 μm diameter, dengan konsentrasi 20
-40% volume
Serat komposit, ukuran serat mulai 0,001 inch dengan konsentrasi volume serat sampai
70% volume
Komposit partikel
Termasuk komposit partikel adalah cermet (ceramics –metal) dmn carbida sementit diikat
dengan logam WC dan TiC, misalnya= diikat dengan cobalt dan nikel. Material ini digunakan
sebagai alat potong mesin perkakas. Dibuat dengan teknologi metalurgi serbuk, dicampur,
dipres dan dipanasi (sintering)
Pada material ban, dicampurkan serbuk carbon C (carbon black) kedalam karet, sebesar 15-
30% volume, dengan diameter partikel carbon black 20-50 mm