PENDAHULUAN
Perkembangan industri dewasa ini, seperti industri konstruksi dan rekayasa, maka
peranan bahan-bahan logam, baik fero maupun non fero sangat dibutuhkan dan seluruh produksi
industri logam didunia. Baja adalah yang terbanyak karena merupakan logam yang banyak
dipergunakan dalam bidang teknik. Bahan yang dibutukan menurut kualitas yang sesuai dengan
penggunaannya yang menyangkut sifat-sifat yang di inginkan. Hal inilah yang mendorong
semakin berkembangnya penelitian yang berhubungan dengan logam. Salah satu jalan yang
ditempuh untuk memenuhi logam dalam industri konstruksi dan rekayasa adalah dengan
memberikan proses perlakuan panas (heat treatmen) yaitu proses perlakuan logam dengan jalan
memanaskan logam sampai temperatur tertentu kemudian di dinginkan. Logam yang mengalami
proses ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik yang diinginkan seperti kekuatan,
kekerasan, dan keuletan. Sifat-sifat logam terutama sifat mekanik dan teknologi sangat
dipengaruhi oleh struktur mikro dari komposisi tersebut.
Komposisi dari logam tersebut akan mempunyai sifat yang berbeda, bila susunan struktur
mikronya dari baja yang telah mengalami perlakuan panas sangat tergantung pada kecepatan
pendinginan dan temperatur austenit ke temperatur kamar. Karena perubahan struktur ini maka
dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh bahan yang mengalami perlakuan panas
tersebut akan berubah.
Salah satu sifat dari suatu logam yang penting untuk diketahui adalah sifat kekerasannya,
karena banyak sifat-sifat lain yang berhubungan dengan kekerasan. Kekerasan sangat
berhubungan erat dengan kekuatan oleh karena itu dalam membicarakan kekerasan pada suatu
bahan dengan angka-angka sudah tercerminkan kekuatan-kekuatan bahan tersebut dengan proses
perlakuan panas yang telah dilakukan pada bahan tesebut sehingga bahan menjadi lebih kuat dan
keras.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat mampu keras baja karbon St
42, St 60, dan St 70 dengan jarak penyemprotan air dari nossel ( laju pendinginan ) pada
temperatur 7500 C, 8000 C, 8500 C, 9000 C dan 9500 C.
Penelitian ini dilakukan dengan menganggunakan baja karbon yakni St 42, St 60 dan St
70 yang merupakan jenis baja yang banyak digunakan pada industry manufaktur.
Media pendingin yang digunakan adalah air dengan perlakuan panas pada temperatur
yang diberikan antara lain 750 C, 800 C, 850 C, 900 C dan 950 C. Dalam pendinginan
dilakukan dengan cepat dan menyemprot spesimen dari bawah tanpa membasahi sisi-sisinya,
kemudian dilakukan pengujian kekerasan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada masyarakat pemakai,
mengenai sifat mampu keras pada baja St 42, St 60 dan St 70 dengan perlakuan panas pada
temperatur 750C, 800C, 850C, 900C, dan 950C dengan pengujian kuens ujung jominy.
TINJAUAN PUSTAKA
Logam adalah unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang kuat, liat, keras, getas dan
penghantar listrik atau panas. Karena sifat-sifat tersebut maka logam dipergunakan untuk
berbagai macam keperluan sehingga kehidupan manusia kini tidak bisa lepas dari logam. Dalam
berbagai bidang teknik, logam murni jarang dipergunakan, yang banyak dipakai adalah paduanpaduannya yaitu campuran antara dua unsur atau lebih logam dengan logam atau dengan
metaloid.
Sifat Mekanik
Sifat-sifat mekanik dari logam adalah kelakuan dan ketahanan logam terhadap beban-beban
terikat, puntiran, gesekan, tekanan, goresan, baik beban-beban statis atau dinamis pada
temperatur biasa, temperatur tinggi atau temperatur di bawah nol. Setiap sifat mekanik dapat
diuji dengan menggunakan peralatan mekanik dan dievaluasi untuk menentukan kegunaan logam
atau perlakuan panas yang tepat untuk terapan tertentu. Sifat mekanik suatu logam meliputi
kegetasan, keliatan, elestisitas, kekerasan, plastisitas, ketangguhan takik dan kekuatan.
Kekerasan dapat didefenisikan sebagai ketahanan bahan (logam) terhadap penetrasi penekan.
untuk mengetahui nilai kekerasan, Metode yang sering digunakan adalah metode Vickers,
Brinnell den metode Rockwell.
Kekuatan yaitu kemampuan untuk menahan perubahan bentuk atau ukuran apabila dikenakan
gaya-gaya luar. Ada tiga jenis dasar tegangan yaitu Tegangan tarik, tegangan tekan ( bending test
) dan tegangan geser.
Kekuatan tarik merupakan salah satu sifat bahan yang dipergunakan untuk memperkirakan
karakteristik bahan dalam perencanaan suatu konstruksi. Kekuatan tarik dapat ditentukan dengan
pengujian tarik yang berbanding terbalik dengan luas penampang mula-mula.
Elastisitas adalah kemampuan suatu logam untuk meregang pada bahan tertentu, kemudian
kembali kebentuk dan ukuran semula pada waktu beban lepas. Batas elastisitas adalah beban
terbesar yang dapat ditahan oleh material agar material dapat kembali kebentuk dan ukurannya
semula. apabila beban dilepas. Batas elastisitas dapat dengan mudah ditentukan pada diagram
tegangan regangan yaitu batas garis lurus grafik tegangan regangan seperti tampak pada
gambar 1.
(kg/mm )
Regangan ( )
Ketangguhan takik (kekuatan benturan) adalah kemampuan suatu logam untuk tidak
pecah atau retak karena gaya benturan apabila terdapat takik atau pengganda tegangan pada 1
logam tersebut. Takik atau tekukan pada suatu komponen akan menurunkan ketahanan kejutan
logam komponen tersebut karena takik akan mengkonsentrasikan tegangan pada daerah yang
sempit.
Sifat Fisik
Sifat fisik suatu bahan pada umumnya menyangkut karasteristik thermal, menyangkut daya
hantar panas, muai panas, panas jenis. Dengan naiknya temperatur maka terjadi pergerakan
elektron dalam atom yang dapat menimbulkan pemuaian.
Sifat Teknologi
Sifat teknologi suatu bahan didefenisikan sebagai kemampuan bahan tersebut untuk dibentuk.
Sifat teknologi ini mencakup sifat mampu las, mampu tempa, mampu mesin dan sifat pengerjaan
panas atau dingin.
Menurut baja standar AISI, maka baja dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Baja karbon rendah sekali ( Mild Steel ).
2. Baja karbon rendah ( Low Carbon Steel )
3. Baja karbon menengah ( Midle Carbon Steel ).
4. Baja karbon tinggi ( High Carbon Steel ).
Diagram fasa Fe C sangat bermanfaat untuk memahami dan menerangkan sifat dari logam.
Diagram ini merupakan landasan untuk proses perlakuan panas pada kebanyakan jenis baja yang
kita kenal.
Pada diagram ini dapat dibedakan menjadi dua macam material teknik berdasarkan
kandungan karbonnya. Untuk kadar karbon antara 0.008 2,0 persen disebut baja, sedangkan
untuk tingkat kandungan karbonnya antara 2,0 6,67 persen disebut besi cor. Bila diperinci lagi
maka baja dapat diklasifikasikan menjadi baja hypoeutectoid dengan kandungan karbon antara
0,008 0,83 persen, baja eutectoid dengan kandungan karbon adalah 0,83 2,0 persen.
Mengquench komponen seperti itu sehingga diperoleh martensit sekitar 80 persen yang
dinilai memadai. Baja karbon digunakan untuk membuat produk yang memiliki penampang
tingkat, dan juga diperlukan suatu baja yang memiliki mampu keras yang lebih baik, jika
komponen yang terbuat dari baja hanya dibebani dengan bahan moderat (sedang) maka
komponen tersebut cukup diquench sehingga menghasilkan martensit sekitar 50 persen.
Perlu dibedakan antara pengertian kekerasan dan mampu keras (hardenability).
Kekerasan adalah ukuran daripada daya tahan terhadap deformasi plastis, mampu keras adalah
kemampuan bahan untuk dikeraskan
Hubungan antara kekerasan dengan meningkatnya kadar karbon dalam baja. Kekerasan
maksimum hanya dapat dicapai bila terbentuk martensit 100%. Baja yang dengan cepat
bertransformasi dari austenit menjadi ferit dan kardiba mempunyai kemampu kerasan yang
rendah karena dengan terjadinya transformasi pada suhu tinggi, martensit tidak terbentuk.
Sebaliknya, baja dengan transformsi yang lambat dari austenit keferit dan kardiba mempunyai
kemampukerasan yang lebih besar. Kekerasan mendekati maksimum dapat dicapai pada baja
dengan kemampu kerasan yang tinggi dengan pencelupan sedang dan dibagian tengah baja dapat
dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat. Hal ini dapat dilihat pada
gambar adalah tampak kekerasan maksimum akibat martensit dibandingkan dengan kekerasan
yang ditimbulkan struktur mikro perlit. Untuk dapat mencapai kekerasan maksimum, harus
dicegah terjadinya reaksi + kardiba selama pencelupan
70
Kekerasan Rc
60
Martensit
50
Kekerasan
Maksimum
40
30
Ferit + Perlit
20
10
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
Komposisi, % C
(Gambar 3). Hubungan antara kekerasan maksimum dan kadar karbon dalam baja karbon.
Kurva mampu keras Bagi setiap jenis baja terdapat hubungan langsung dan konsisten
antara kekerasan dan laju pendinginan. Selain itu landasan teori untuk analisa kuantitatif cukup
rumit. Untunglah bahwa ada cara pengujian standar yang singkat, memungkinkan ahli teknik
memperkirakan kekerasan penggunaan tertentu dan membandingkan kekerasan antara berbagai
jenis baja.
Pengujian Kekerasan
Pada prinsipnya cara pengujian kekerasan Rockwell sama dengan cara pengujian kekerasan
Brinell dan Vickers, tetapi ada perbedaan pada pengukuran jejak dan pembebanannya. Pada
pengujian kekerasan Rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin langsung
menunjukan angka kekerasan dari bahan yang diuji, cara ini lebih cepat dan akurat.
Pada cara pengujian kekerasan Rockwell yang normal, mula mula permukaan logam yang
diuji ditekan oleh indikator dengan gaya tekan 10 kg, beban awal ( Minor load Po ) sehingga
ujung indikator menembus permukaan sedalam h ( lihat gambar 11 ) setelah itu penekanan
diteruskan dengan memberikan beban utama ( Major load P ) setelah beberapa saat, kemudian
beban utama dilepas, hanya tinggal beban awal pada saat ini kedalaman penetrasi ujung indentor
adalah h
BAHAN
PEMBUATAN SAMPEL
UJI TARIK
UJI TARIK
PEMBUATAN SAMPEL
JOMINY TEST
SAMPEL I
St 42
St 60
St 70
SAMPEL II
St 42
St 60
St 70
SAMPEL III
St 42
St 60
St 70
SAMPEL IV
St 42
St 60
St 70
SAMPEL V
St 42
St 60
St 70
PERLAKUAN PANAS
TEMPERATUR
750 0C
TEMPERATUR
800 0C
TEMPERATUR
850 0C
PROSES PENDINGINAN
SECARA JOMINY
PENGUJIAN KEKERASAN
ROCKWELL SKALA C
HASIL PENELITIAN
TEMPERATUR
900 0C
TEMPERATUR
950 0C
90
80
80
70
70
60
KEKERASAN HRC
KEKERASAN HRC
90
60
ST 42
50
ST 60
40
ST 70
50
ST 42
ST 60
40
ST 70
30
30
20
20
10
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
20
40
50
60
70
80
90
90
90
80
80
70
60
50
ST 42
ST 60
40
ST 70
KEKERASAN HRC
70
KEKERASAN HRC
30
60
50
ST 42
ST 60
40
ST 70
30
30
20
20
10
10
0
0
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
20
30
40
50
60
70
80
90
90
80
KEKERASAN HRC
70
60
50
ST 42
ST 60
40
ST 70
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pemanasan, pendinginan dengan metode jominy test dan juga telah diuji
mampuan kerasannya pada baja St 42, baja St 60 dan baja St 70 maka dapat digambarkan bahwa
setiap spesimen baja St 42, baja St 60 dan baja St 70 memperoleh hasil nilai kekerasan yang
berbeda beda Adapun pengujian kekerasan yang dilakukan pada setiap spesimen baja St 42,
baja St 60 dan baja St 70 yang telah mengalami perlakuan panas dengan temperatur yang berbeda
- bada antara lain pada temperatur 7500C, 8000C, 8500C, 9000C, dan 9500C.
Hal ini dapat dilihat pada grafik hasil Pengujian Kekerasan yang pembahasannya
sebagai berikut :
Untuk temperatur 750 C.
Pada baja St 42, diperoleh hasil nilai kekerasan tertingginya adalah 41,7 Rockwell (HRC),
pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai kekerasan terendah adalah 15,8 Rockwell (HRC),pada jarak 98
(mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
: 41,7 (HRC), 38,8 (HRC),35,2 (HRC), 32,2 (HRC), 28,2 (HRC), 24,2 (HRC), 21,9 (HRC), 20,1
(HRC), 18,7 (HRC), 16,9 (HRC). Perlu diperhatikan bahwa kecenderungan terjadi penurunan
nilai kekerasan pada setia titik pengukuran mulai dari jatak 0 s/d 90 mm, terjadi pada 3(tiga) jenis
baja maupun pada variasi temperature.
Untuk Pada baja St 60, temperatur 750C yang telah diuji mampu kerasannya dapat
diperoleh hasil nilai tertingginya adalah 54,9 Rockwell (HRC), pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai
kekerasan terendah adalah 27,7 Rockwell (HRC), pada jarak 98 (mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
= 54,9 (HRC), 51,8 (HRC), 49,9 (HRC), 47,9 (HRC), 45,5 (HRC), 43,5 (HRC), 40,0 (HRC ),
36,9 (HRC), 33,1 (HRC), dan 29,5 (HRC).
Demikian pula Pada baja St 70, diperoleh hasil nilai kekerasan tertingginya adalah 67,1
Rockwell (HRC), pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai kekerasan terendah adalah 40,0 Rockwell
(HRC), pada jarak 98 (mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
= 67,1 (HRC), 63,2 (HRC), 61,0 (HRC), 58,1 (HRC), 56,1 (HRC), 54,1 (HRC), 51,4 (HRC ,
48,6 (HRC), 45,8 (HRC),
42,0 (HRC).
Hal yang sama terjadi pada temperatur 800 s/d 950 C dimana distribusi temperature juga
mengalami penurunan nilai kekerasan mulai dari jarak 10 s/d 90 mm.sebagai contoh
Untuk temperatur 950 C.
Pada baja St 42 , temperatur 950 C yang telah diuji mampu kerasannya dapat diperoleh
hasil nilai kekerasan tertingginya adalah 59,3 Rockwell (HRC), pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai
kekerasan terendah adalah 39,6 Rockwell (HRC), pada jarak 98 (mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
= 59,3 (HRC), 57,8 (HRC), 55,2 (HRC), 52,0 (HRC), 50,5 (HRC), 48,3 (HRC), 46,0 (HRC),
44,9 (HRC), 43,1 (HRC), 40,1 (HRC).
Pada baja St 60, temperatur 950 C yang telah diuji mampu kerasannya dapat diperoleh
hasil nilai kekerasan tertingginya adalah 75,1 Rockwell (HRC), pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai
kekerasan terendah adalah 53,1 Rockwell (HRC), pada jarak 98 (mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
= 75,1 (HRC), 74,7 (HRC), 72,7 (HRC), 69,5 (HRC), 66,1 (HRC), 63,0 (HRC), 60,0 (HRC),
56,9 (HRC), 54,9 (HRC), 53,8 (HRC).
Pada baja St 70, temperatur 950 C yang telah diuji mampu kerasannya dapat diperoleh
hasil nilai kekerasan tertingginya adalah 80,5 Rockwell (HRC), pada jarak 0 (mm) dan hasil nilai
kekerasan terendah adalah 60,0 Rockwell (HRC), pada jarak 98 (mm).
Sedangkankan distribusi kekerasannya pada jarak 0 ,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 90 mm adalah
= 80,5 (HRC),79,5 (HRC), 77,5 (HRC),
74,5 (HRC), 72,7 (HRC), 70,5 (HRC), 68,2
(HRC), 66,1 (HRC), 64,4 (HRC), 62,5 (HRC).
Analisa hasil pengujian kekerasan secara umum.
Dari grafik hubungan antara kekerasan dengan jarak dari ujung yang disemprot secara
umum dapat di analisa bahwa semakin dekat dengan ujung spesimen yang disemprot maka
kekerasannya semakin tinggi, hal ini terjadi karena proses pendinginannya yang cepat.
Distribusi kekerasan pada grafik hubungan antara kekerasan dengan jarak dari ujung yang
disemprot pada temperatur 9000C yaitu dari hasil pengujian kekerasan baja karbon St 70 dari titik
0 60 distribusi kekerasannya merata kemudian pada titik 60 98 menurun lebih besar.Hal ini
menunjukkan bahwa St 70 mempunyai sifat mampu keras yang lebih baik dibanding St 60 dan St
42.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada semua spesimen uji di ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada pengujian kekerasan menunjukkan bahwa material dengan pemanasan pada temperatur
yang bervariasi menghasilkan nilai kekerasan yang berbeda pula.
2. Kekerasan yang paling dekat dengan ujung spesimen yang disemprot akan menghasilkan
nilai kekerasan tertinggi, karena pendinginannya paling cepat.
3. Dari tiga jenis baja yang diuji, maka baja st 70 mempunyai sifat mampu keras yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amstead, B. H, 1985. TEKNOLOGI MEKANIK,Diterjemahkan oleh Djaories S,edisi ke
tujuh, Erlangga, Jakarta.
2. Avner, S. H, 1984. INTRODUCTION TO PHYSICAL METALLURGY. Mc Graww Hill,
Kogakusha L. D. Tokyo.
3. Callister JR, Willian D, 1985. MATERIAL SCIENCE AND ENGINEERING, John Willey
dan Sone, New York.
4. Davis, H. E; Trosell, G. E; Houck, F. W. THE TESTING OF ENGINEERING
MATERIALS, Fourth Edition, Mc. Graww Hill, book company.
5. Pollack, W. H, MATERIAL SCINCE AND METALLURGY, Third Edition, New York.
6. Schonmetz, Alois, 1985. PENGETAHUAN BAHAN DALAM PENGERJAAN LOGAM,
Diterjemahkan oleh Hardjpamekas, Angkasa, Bandung.
7. Smith, William, 1985. PRINCIPLES OF MATERIALS SCIENCE AND ENGINEERING,
Mc. Graww Hill, International Edition.
8. Speich, G. R, 1984. FORMATION OF AUSTENITE DURING ICA, Metallurgycal
Transaction.
9. Suardi, Amin; Adnyana, D. N, 1989. PENGETAHUAN LOGAM UPT LUK, BPPT,
Serpong.
10. Suardi, Tata, 1985. PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK, PT. Pradnya paramita, Jakarta.
11. Tehlning, K E, 1975. STEEL AND HEAT THREATMENT, Bofors Hand Book,
Butterworths.
12. Vlack, L. V, 1984. ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN, Diterjemahkan oleh Djaprie S,
Erlangga, Jakarta.