Anda di halaman 1dari 8

ANALISA DAMPAK PERLAKUAN PANAS TERHADAP

KEKUATAN TARIK DAN MIKROSTRUKTUR BAJA AISI 1045


PADA LAMBUNG KAPAL

Ranto Frederick Alexander Panjaitan1), Yoseph Arya Dewanto 2)


Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada
Jl. Taman Malaka Selatan No. 8 Jakarta Timur, DKI Jakarta 13450

Abstrak
Baja yang digunakan dalam pembuatan lambung kapal sering kali mengalami perlakuan panas seperti
pemanasan, pemanasan ulang, atau perlakuan termal lainnya untuk meningkatkan kekuatan dan kelenturan.
Namun, efek perlakuan panas terhadap sifat mekanik dan struktural baja lambung kapal masih belum
sepenuhnya dipahami. Parameter mekanik yang dievaluasi adalah kekuatan tarik, keuletan, dan modulus
elastisitas. Selain itu, analisis mikrostruktur dilakukan menggunakan mikroskop optik dan mikroskop
elektron untuk memahami perubahan struktural yang terjadi akibat perlakuan panas. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki dampak perlakuan panas terhadap kekuatan tarik dan mikrostruktur baja
lambung kapal. Dalam penelitian ini, dilakukan serangkaian uji tarik pada sampel baja lambung kapal yang
telah mengalami perlakuan panas dengan variasi suhu, waktu pemanasan, dan metode pendinginan.

Kata Kunci : Lambung kapal, Baja, Perlakuan Panas, Kekuatan Tarik, Mikrostruktur.

1. PENDAHULUAN struktural suatu material. Perlakuan panas


Lambung kapal adalah salah satu
yang tepat dapat meningkatkan kekuatan
komponen struktural utama yang memainkan
tarik, ketahanan lelah, dan ketangguhan baja.
peran penting dalam memastikan integritas
Dalam konteks lambung kapal, perlakuan
dan kekuatan keseluruhan kapal. Baja
panas bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
digunakan secara luas dalam pembuatan
dan kelenturan baja, serta mengurangi potensi
lambung kapal karena kombinasi yang baik
retak dan deformasi yang tidak diinginkan.
antara kekuatan, kelenturan, dan ketahanan
korosi. Namun, untuk memenuhi persyaratan Studi sebelumnya telah menyelidiki efek
kekuatan yang tinggi dan tuntutan kinerja perlakuan panas pada sifat mekanik dan
yang ekstrem di lingkungan maritim, baja mikrostruktur baja dalam berbagai aplikasi,
lambung kapal sering mengalami perlakuan seperti industri otomotif dan manufaktur.
panas. Namun, penelitian tentang dampak perlakuan
panas terhadap kekuatan tarik dan
Perlakuan panas adalah suatu proses termal
mikrostruktur baja lambung kapal masih
yang melibatkan pemanasan dan pendinginan
terbatas.
kontrol untuk mengubah sifat mekanik dan

1
Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan konstruksi kapal, yang pada gilirannya akan
untuk mendalaminya dan memperluas meningkatkan keamanan dan kinerja kapal di
pemahaman kita tentang bagaimana perlakuan lautan.
panas mempengaruhi kekuatan tarik dan 2. METODE
Pelaksanaan penelitian ini perlu adanya
mikrostruktur baja lambung kapal. Dengan
kerangka dasar yang digunakan sebagai acuan
mempelajari perubahan struktural yang terjadi
untuk menganalisa studi kasus tersebut.
akibat perlakuan panas, kita dapat
Untuk metode penelitian ini menjelaskan
mengidentifikasi parameter perlakuan panas
terkait material yang digunakan, proses
yang optimal untuk meningkatkan kekuatan
quenching, lokasi penelitian dan pengujian
dan kelenturan baja.
tarik, kekerasan dan puntir.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan
2.1 Baja AISI 1045
serangkaian uji tarik pada sampel baja
AISI 1045 adalah baja karbon yang
lambung kapal yang telah mengalami
mempunyai kandungan karbon sekitar 0,43 -
perlakuan panas dengan variasi suhu, waktu
0,50 dan termasuk golongan baja karbon
pemanasan, dan metode pendinginan. Selain
menengah. Baja spesifikasi ini banyak
itu, kami juga akan menganalisis
digunakan sebagai komponen otomotif
mikrostruktur sampel menggunakan teknik
misalnya untuk komponen roda gigi pada
mikroskopik untuk melihat perubahan yang
kendaraan bermotor. Komposisi kimia dari
terjadi pada struktur kristal dan butir.
baja AISI 1045 dapat dilihat pada Tabel 1.
Diharapkan bahwa temuan dari penelitian ini
akan memberikan kontribusi yang signifikan
untuk pemahaman kita tentang perlakuan
panas pada baja lambung kapal dan
membantu industri galangan kapal dalam
memilih perlakuan panas yang tepat untuk
mencapai kombinasi optimal antara kekuatan 2.2 Uji Tarik
tarik dan ketahanan baja. Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan
Dengan memperoleh pemahaman yang lebih untuk menguji kekuatan suatu bahan material
baik tentang dampak perlakuan panas dengan cara memberikan beban gaya yang
terhadap kekuatan tarik dan mikrostruktur sesumbu.Percobaan ini untuk mengukur
baja lambung kapal, kita dapat memperbaiki ketahanan suatau material terhadap gaya
desain struktural dan meningkatkan kualitas stasis yang diberikan secara lambat.

2
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui Dimana, adalah Tegangan tarik maksimum
sifat mekanis dari suatu benda logam terhadap (MPa, N/mm2), P adalah Beban Maksimum
tarikan atau tekanan dimana sifat mekanis (N), dan Ao adalah Luas Penampang Mula-
tersebut antara lain titik lulu, titik tarik mula (mm2).
maksimum, titik putus dan karakter bahan. b. Regangan Maksimum (e)
Metode yang digunakan adalah benda uji Regangan maksimum dapat menunjukkan
dijepit pada mesin pengujian dengan pertambahan panjang dari suatu material
pembebanan perlahan-lahan meningkat setelah perpatahan terhadap panjang awalnya.
sampai suatu beban tertentu hingga benda uji ∆L
e= x 100 %
Lo
patah. Beban tarik yang bekerja pada benda
Li−Lo
uji akan menimbulkan pertambahan panjang e= x 100 %
Lo
disertai pengecilan lebar benda uji. Pengujian
Dimana, Li adalah Panjang sesudah patah
tarik ini akan menggunakan spesimen dengan
(mm), Lo adalah Panjang mula-mula (mm), 𝑒
standar ASTM E8 yang bisa dilihat pada
adalah Regangan (%).
gambar 1 dan tabel 2.
c. Modulus Elastisitas
Merupakan ukuran kekakuan suatu material pada
grafik tegangan-regangan. Modulus elastisitas
tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan
Gambar 1. Spesimen uji tarik (ASTM E8) garis elastik yang linier.
σ
E=
e
Dimana, E adalah Modulus elastisitas (MPa),
σ adalah Tegangan Maksimum (KN/mm 2),
dan 𝑒 adalah Regangan (%).
2.3 Mikrostruktur
Sifat-sifat yang dihasilkan dari pengujian tarik Uji mikrostruktur baja AISI 1045 adalah
adalah sebagai berikut: proses pengamatan dan analisis struktur
a. Tegangan Tarik maksimum mikroskopis dari baja AISI 1045
Merupakan tegangan maksimum yang dapat menggunakan mikroskop metalografi.
ditanggung oleh material sebelum terjadinya Mikrostruktur mencakup butiran, fasa, dan
perpatahan (fracture). fitur-fitur lainnya yang terlihat pada tingkat
P mikroskopis.
σ=
Ao

3
Baja AISI 1045 adalah baja karbon medium mendapatkan rata-rata nilai dari hasil yang
yang sering digunakan dalam aplikasi yang didapatkan.
membutuhkan kekuatan dan kekerasan yang Tabel 6 menunjukkan nilai rata-rata dari hasil
baik. Uji mikrostruktur pada baja ini penting pengujian Tabel 5. Nilai rata-rata yang dihitung

untuk memahami dan mengevaluasi adalah tegangan maksimal dan modulus


elastisitas.
karakteristik mikroskopisnya yang dapat
Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai tegangan
mempengaruhi sifat dan performa material
tarik pada suhu 650 turun 3% dari raw material,
tersebut.
dan suhu 850 naik 108% dari raw material. Angka
Uji mikrostruktur pada baja AISI 1045 sering
tersebut menunjukkan bahwa hasil quenching
dilakukan untuk memastikan bahwa material yang dilakukan pada suhu 850 mendapatkan nilai
tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi tegangan tarik tertinggi.
yang diperlukan dalam aplikasi tertentu,
seperti industri otomotif, konstruksi, dan
manufaktur umum.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa hasil pengujian penelitian ini
adalah uji tarik, uji puntir, dan uji kekerasan
serta hasil pengujian raw material dengan
metode Finite Element Methiod yang
kemudian hasil pengujian tersebut
dibandingkan untuk mendapatkan nilai
terbaik.
3.1 Uji Tarik
Hasil pengujian tarik dari 3 spesimen
didapatkan nilai kuat tarik baja AISI 1045
dengan proses quenching ditunjukkan pada
tabel 5. Standar deviasi tegangan tarik untuk
raw material, 650, 850 adalah 24.08, 24.66,
dan 212.92. Standar deviasi tersebut
didapatkan data hasil pengujian yang masuk
dalam kriteria standar deviasi yang kemudian Gambar 8. Diagram rata-rata tegangan tarik

dapat dihitung dan digunakan untuk

4
3.2 Uji Puntir dan suhu 850 menunjukkan kenaikan
Uji puntir merupakan suatu pengujian yang
tegangan puntir sebesar 114% dari tegangan
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat seperti
geser raw material. Dari data tersebut
modulus elastisitas geser, kekuatan luluh
tegangan geser terbesar didapatkan dari hasil
puntir dan modulus pecah.
quenching pada suhu 850.
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan
untuk menentukan keplastisan suatu material.
Spesimen yang digunakan pada pengujian
puntir adalah batang dengan penampang
melingkar karena bentuk penampang ini
paling sederhana sehingga mudah untuk
diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai
beban puntiran pada salah satu ujungnya
karena dua pembebanan akan menyebabkan
sudut puntir tidak konstan.
Hasil pengujian punter dari 3 spesimen
didapatkan nilai tegangan geser baja AISI
dengan perlakuan quenching ditunjukkan
pada tabel 8. Standar deviasi tegangan geser 3.3 Uji Mikrografi
Strutktur mikro baja AISI 1045 pada raw
untuk raw material, 650 dan 850 adalah
material merupakan struktur mikro padalam
35.15, 37.39, dan 15.87. Dengan standar
kondisi tempratur kamar dengan keadaan
deviasi ini, didapatkan data hasil pengujian
normal. Sesuai dengan foto struktur mikro
yang masuk dalam kriteria standar deviasi dan
pada spesimen ini terdiri dari dua fasa, yaitu
kemudian dapat dihitung dan digunakan untuk
perlit dan proeutectoid. Perlit berwarna gelap
mendapatkan rata-rata nilai dari hasil yang
dan proecuectoid berwarna terang. Perlit
didapatkan.
sendiri merupakan susunan karbida (Fe3C)
Tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata dari hasil
dan euctectoid.
pengujian tabel 8. Nilai rata-rata yang
Struktur mikro yang terbentuk setelah
dihitung adalah tegangan puntir dan modulus
dilakukan quenching ditunjukkan dengan
geser.
bentuk sturtur mikro yang memiliki fasa
Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai tegangan
maternsit yaitu seperti jarum dan fasa
geser pada 650 menunjukkan penurunuan
austenite sisda dan fasa ferit yang berwarna
sebesar 7% dari tegangan geser raw material

5
terang tersebar merata. Gambar sturtuk mikro
spesimen pengujian dapat dilihat pada gambar
11 – 13. Gambar 11 menunjukkan spesiman
dalam kondisi raw material dimana struktur
mikro masih belum tersebar merata. Gambar
12 menunjukkan spesimen setelah dilakukan
quenching pada suhu 650, gambar tersebut
menunjukan sebaran yang mulai merata jika
dibandingkan dengan raw material. Gambar
13 menunjukkan struktru mikro setelah 3.4 Simulasi FEM
dilakukan quenching pada suhu 850, gambar
Setelah proses simulasi FEM didapatkan hasil
tersebut menunjukkan sebaran struktur mikro yang kemudian dibandingkan dengan hasil
yang lebih merata jika dibandingan dengan experimental. Tabel 12 menunjukkan
raw material dan hasil quenching pada suhu perbandingan tegangan tekuk dan puntir raw
650. material baja AISI 1045. Pada tabel tersebut
didapatkan nilai perbedaan tegangan kurang dari
5% sehingga hasil tersebut dapat dianggap sesuai
dan dapat digunakan sebagai acuan pengujian
material sejenis dengan variasi lainnya. Hasil
pengujian tarik dapat dilihat pada gambar 14. Dari
gambar terlihat letak tegangan terbesar pada titik
material plastis atau patah.

Gambar 11. Struktur mikro raw material

6
4. KESIMPULAN material dan hasil quenching pada suhu 650.
Dari hasil penelitian pengujian AISI 1045
Hasil simulasi FEM mendapatkan mesh dan
dengan proses quenching suhu 650 dan 850
setup yang sesuai dengan kondisi
didapatkan nilai rata-rata tegangan tarik
experimental yang dapat digunakan sebagai
sebesar 405.76 Mpa, 395.14 Mpa, dan 876.3
acuan pengujian computational pada material
Mpa untuk masing masing spesimen raw
sejenis. Dari keseluruhan hasil pengujian baik
material dan suhu quenching pada pengujian
tarik, pengujian puntir, uji kekerasn dan
Tarik yang menunjukan bahwa nilai tertinggi
struktur mikro menunjukkan bahwa nilai
pada pengujian ini yaitu pada suhu 850.
kenaikan tertinggi pada pengujian ini adalah
Tegangan geser didapatkan 517.26 Mpa,
di suhu 850.
472.37 Mpa, dan 1139.62 Mpa untuk masing-
DAFTAR PUSTAKA
masing raw material dan suhu quenching pada [1] Dendy Setiawan, Analisis Kekuatan
pengujian puntir menunjukan bahwa nilai Tarik, Kekuatan Puntir, Kekerasan Dan
tertinggi pada pengujian ini yaitu pada suhu Sturktur Mikro Baja AISI 1045 Setelah
850. Angka kekerasan didaptkan 202.32 VN, Dilakukan Proses Quenching Sebagai
206 VN, dan 505.63 NV untuk masing- Alternatif Gearbox Kapal Perikanan:
masing raw material dan suhu quenching dari Jurnal Teknik Perkapalan,Vol.11 Nomor
hasil uji kekerasan yang dimana menunjukan 2, 2023.
bahwa nilai tertinggi pada pengujian ini yaitu [2] Indah Kurniawan, Analisa Kekuatan
pada suhu 850. Hasil pengujian mikrografi Puntir, Kekuatan Tarik, Kekerasan dan
menunjukkan proses quenching menyebabkan Uji Metalografi Baja S45C Sebagai
sebaran struktur mikro menjadi lebih merata Bahan Poros Baling-Baling Kapal
setelah dilakukan quenching ditunjukkan (Propeller Shaft) Setelah Proses
dengan bentuk sturtur mikro yang memiliki Tempering: Jurnal Teknik
fasa maternsit yaitu seperti jarum dan fasa Perkapalan,Volume 7 Nomor 4, 2019.
austenite sisda dan fasa ferit yang berwarna [3] Ian Niko Iswara Sihombing, Pengaruh
terang tersebar merata dari raw material Posisi Pengelasan dan Bentuk Kampuh
dimana struktur mikro masih belum tersebar Terhadap Kekuatan Tarik dan Mikrografi
merata. Dan di suhu 650 menunjukan sebaran Sambungan Las Metal Inert Gas (MIG)
yang mulai merata jika dibandingkan dengan Pada Aluminium 6061 Sebagai Bahan
raw material. dan pada suhu 850 Material Kapal: Jurnal Teknik
menunjukkan sebaran struktur mikro yang Perkapalan,Volume 7 Nomor 4, 2019.
lebih merata jika dibandingan dengan raw

7
[4] Nanda Julian, Analisa Perbandingan
Kekuatan Tarik pada Sambungan Las
Baja SS400 Pengelasan MAG Dengan
Variasi Arus Pengelasan dan Media
Pendingin Sebagai Material Lambung
Kapal: Jurnal Teknik Perkapalan,Volume
7 Nomor 4, 2019.
[5] Ali Mustofa, Analisa Kekuatan Tarik,
Kekuatan Lentur Putar dan Kekuatan
Puntir Baja ST 41 sebagai Bahan Poros
Baling-baling Kapal (Propeller Shaft)
setelah Proses Quenching: Jurnal Teknik
Perkapalan,Volume 6 Nomor 1, 2018.

Anda mungkin juga menyukai