Anda di halaman 1dari 6

Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

PERTEMUAN 8
KEMAMPUKERASAN

A. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan materi pada pertemuan 8 ini, maka mahasiswa
diharapkan mampu mengenal, memahami dan menjelaskan tentang
kemampukerasan yang dimiliki oleh logam, serta metode pengujiannya melalui uji
jominy.

B. Uraian Materi
1. Kemampukerasan (Hardenabillity)
Kemampukerasan material dapat dijabarkan sebagai kesuadian suatu
material untuk menjadi keras hingga kedalaman tertentu sebagai akibat
pendinginan cepat yang dialaminya dari kondisi temperatur austenisasi.
Kemampukerasan berbagai jenis baja dapat dinilai dengan nilai kekerasan
maksimum yang mampu dicapai. Seperti telah dibahas pada pertemuan 7
sebelumnya, bahwa kekerasan baja sangat dipengaruhi oleh prosentase karbon
serta kecepatan pendinginan baja ketika diquench. Selain itu kondisi struktur
awal baja, temperatur austenisasi, besar butir austenit juga akan memberi
pengaruh pada pembentukan serta kedalaman kekerasan baja.
Ada perbedaan pengertian antara kekerasan (hardness) dan mampu keras
(hardenabillty) yang perlu untuk dipahami. Kekerasan (hardness) dapat diartikan
sebagai kemampuan material terhadap gesekan dan tekanan yang bekerja
padanya hingga menyebabkan perubahan bentuk permanen. Kemampukerasan
memiliki pengertian kesudian material untuk ditingkatkan kekerasannya. Korelasi
antara kekerasan (hardness) dengan bertambahnya kadar C baja
memperlihatkan bahwa kekerasan optimum diperoleh manakala martensit yang
tebentuk hingga setidaknya 70%. Transformasi baja dari fasa austenit ke ferit
yang berlangsung cepat tidak membentuk kekerasan yang tinggi, hal ini
dikarenakan pada temperatur tingi tidak terjadi transformasi austenit ke
martensit. Namun apabila transformasi baja dari fasa austenit menjadi ferit dan
karbida ini dapat berlangsung secara lambat, maka kekerasan yang terbentuk
akan lebih tinggi. Kekerasan optimum diperoleh baja melalui quenching
(pencelupan cepat).

Metalurgi Fisik 92
Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

2. Mampu Keras Kuantittif


Hardenabillity material dapat dibuktikan dengan cara kuantitatif melalui
besar diameter kritik serta ketebalan penampang. Diameter yang dimaksud
adalah diameter yang ketika dicelup cepat dalam suatu media pendingin dari
temperatur austenisasinya, maka akan didapatkan struktur martensit dengan
kadar tertentu serta kekerasan tertentu di daerah tengahnya. Struktur yang
terbentuk dari hasil pencelupan ini tidaklah semua martensit, melainkan ada
struktur lain yang terbentuk semisal perlit, atau bainit. Dan perlu diingat bahwa
mampu keras suatu material juga dapat dimodifikasi dengan mencampurkan
unsur pemadu yang memiliki sifat meningkatkan kemampukerasan baja. Jenis
media pendingin juga turut memberi pengaruh terhadap peningkatan
kemampukerasan baja. Dengan demikian disimpulkan bahwa unsur-unsur
pemadu dan jenis media pendingin ikut berpengaruh terhadap diameter kritik.
3. Pengujian Jominy
Cara yang mudah untuk dapat mengetahui hardenabillity baja yang
dikembangkan oleh seorang ilmuan dari Amerika yang bernama Jominy
Boegehold adalah dengan memanaskan spesimen hingga temperatur
austenisasi kemudian sampel tersebut diquech pada salah satu ujungnya.
Selanjutnya cara ini dikenal sebagai pengujian jominy (Jomin Test).

Sumber: https://www.google.com/search?q=uji+jominy
Gambar 67. Sampel uji jominy

Cara pengujian jominy adalah dengan membuat sampel uji jominy dengan
ukuran yang sesuai standar, yaitu batang baja dengan panjang 4 inchi, diameter

Metalurgi Fisik 93
Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

1 inchi. Untuk memudahkan penggantungan sampel pada alat uji jominy saat
penyemprotan, maka pada salah satu ujung sampel diameternya dibuat lebih
lebar daripada 1 inchi. Gambar 67 menunjukan penampang sampel uji jominy
dengan ukurannya. Dua sisi batang diberikan bidang rata yang saling
berhadapan agar pada saat pengujian kekerasan sampel bisa duduk dengan
baik sehingga indentasi dilakukan dengan sempurna. Pada sisi yang nantinya
akan disemprot air dibuat sehalus mungkin dengan menggunakan mesin bubut
kemudian diamplas.
Tahap selanjutnya sampel dipanaskan dalam tungku/furnace hingga
mencapai temperatur austenisasi dan setelah temperatur tercapai, maka sampel
dipertahankan pada temperatur tersebut selama 30 menit agar struktur sampel
bisa homgen antara bagian luar hingga dalam. Setelah cukup pemanasannya,
maka sampel diambil dan ditempatkan pada alat uji jominy dan sesegera
mungkin disemprot air pada ujung bawahnya dengan air bertemperatur 24°C.
Jarak diangkatnya sampel hingga disemprot air tidak boleh melebihi 5 detik,
sebab jika melebihi waktu itu sampel akan mengalami penurunan temperatur dari
temperatur austenisasinya. Diameter air yang disemprotkan 1/2 inchi dan jarak
ujung sampel dengan ujung pipa air juga 1/2 inchi. Penyemprotan dihentkan
setelah 7 menit.

Sumber: https://docplayer.info/149283654-Perancangan-dan-pembuatan-
alat-jominy-test

Gambar 68. Penyemprotan air pada sampel uji jominy

Untuk memastikan sampel telah benar-benar dingin, maka boleh


diteteskan air pada bagian atas sampel. Dengan demikian akan terjadi vareasi

Metalurgi Fisik 94
Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

pendinginan sepanjang batang sampel uji, di mana ujung sampel yang lebih awal
disemprot air mengalami pendinginan yang paling cepat.

Sumber: https://www.summaryplanet.com/engineering/Heat-Treatment.html
Gambar 69. Daerah pengujian kekerasan pada sampel jominy

Langkah terakhir dilakukan uji kekerasan sepanjang batang ujui pada


beberapa titik dan hasilkanya ditetapkan pada diagram kemampukerasan pada
kertas milimeter atau kertas yang dibuat dengan skala. Seperti ditunjukkan pada
gambar 70 di bawah ini. Melalui hasil dari pengujian kekerasan yang dituangkan
dalam diagram atau grafik tersebut kemudian kemampukerasan suatu sampel
baja dapat dianalisis, dan jika perlu lakukan perbandingan dengan data uji dari
material-material yang lain.

Sumber: https://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi Fisik


Gambar 70. Data hasil uji jominy

Metalurgi Fisik 95
Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

C. Latihan
1. Struktur mikro apakah yang menjadikan material baja menjadi keras?
2. Jekaskan perbedaan antara kekerasan material dan kemampukerasan material
3. Faktor apasajakah yang mampu membentuk material baja menjadi keras?
4. Apa manfaat yang diperoleh dari jominy test?
5. Siapakah penggagas metode jominy tersebut?
6. Apa yang dimaksud diameter kritik dalam pengujian jominy?
7. Jelaskan ukuran sampel jominy test
8. Sebutkan tahapan dari pengujian jominy
9. Mengapa kekerasan dari sampel uji jominy bisa berbeda dari setiap titik dari
ujung yang terkena semprotan air dengan ujung yang jauh dari semprotan air.

D. Daftar Pustaka
Andrey Belyakov, (2018). Microstructure and Mechanical Properties of Structural
Metals and Alloys. Basel, Switzerland, Publisher: MDPI.
ASM International, Introduction to Steel Heat Treatment, in Steel Heat Treating
Fundamentals and Processes, vol. 4A, J. Dossett and G. E. Totten, Eds.,
Materials Park, OH: ASM International, 2013, pp. 3-25
ASM International, (1986). ASM Handbook Vol. 9 Publication Information and
Contributors Metallography and Microstructures. USA, Publisher: ASM
International.
ASM International, (2006). Practical HeatTreating, Fundamentals of the Heat Treating
of Steel 2nd Edition
Anrinal, (2013). Metalurgi Fisik. Jogjakarta, Penerbit: ANDI.
Josep R. Davis, (1988). Metals Hand Book Desk Edition 2nd, USA, Publisher: ASM
International.
Dossett and G. E. Totten. (2013). Introduction to Steel Heat Treatment,” in Steel Heat
Treating Fundamentals and Processes, Eds., Materials Park, USA, Publisher:
ASM International,
Dodi Prayitno, (2010). Teknologi Rekayasa Material, Jakarta, Penerbit: Universitas
Trisakti.
Karl Gruber, Alois Schonmetz, (2013) Pengetahuan Bahandalam Pengerjaan Logam.
Bandung, Penerbit: Angkasa.
Lawrence H. Van Vlack, (2004). Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material,
Jakarta, Penerbit: Erlangga.

Metalurgi Fisik 96
Universitas Pamulang Teknik Mesin S-1

RE. Smallman and R. J. Bishop, (1995), Metal and Materials, Science, Processes,
Applications. London: Butterworths Heinenn.
Sofyan, B. T. (2010). Pengantar Material Teknik. Jakarta, Indonesia, Publisher:
Salemba Teknik.
Syamsul Hadi, (2016). Teknologi Bahan, Jogjakarta, Penebit: ANDI
William D. Callister, Jr., (2014). Materials Science and Engineering: An Introduction,
6th ed USA, Publisher: John Wiley & Sons, Inc.

Metalurgi Fisik 97

Anda mungkin juga menyukai