Tujuan
Percobaan
1. Mempelajari prinsip proses perlakuan panas pada paduan aluminium
2. Menganalisis hubungan antara perlakuan panas terhadap struktur mikro dan sifat
mekanis pada aluminium
Tinjauan Pustaka
-
Aluminium dengan berat jenis 2,7 g/cm3 adalah logam yang lunak, ringan, dan
mudah ditempa. Berat jenis yang relative kecil ( sekitar 1/3 berat jenis baja; berat
jenis baja ~7,8 g/cm3) menyebabkan aluminium digunakan sebagai material dasar
pesawat terbang. Selain itu aluminium memilki resistansi terhadap korosi akibat
adanya fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan aluminium oksida dalam
keadaan terbuka di udara bebas. Lapisan ini mencegah terjadinya oksidasi lebih
lanjut. Sementara konduktivitas panas dan listrik yang baik juga turut
memperkaya sifat aluminium
Perlakuan panas pada aluminium terdepat beberapa jenis yang dapat dilakukan,
antara lain:
a. Solution Heat-Treatment (SHT)
Tujuan dari proses ini adalah melarutkan unsur pemadu seperti Mg, Si, Cu,
dan Zn menjadi larutan padat (solid solution) dengan cara memanaskan
paduan pada temperature dan waktu tertentu. Selain itu dapat juga terjadi
pembentukan suatu fasa larutan padat dari paduan tersebut.
b. Quenching
Proses
pendinginan
cepat
(quenching)
sering
dilakukan
untuk
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
c. Aging
Pada proses aging material aluminium dipanaskan kembali pada
temperature tertentu dan selama waktu tertentu. Terdapat dua jenis proses
aging, yaitu:
d. Annealing
Proses perlakuan panas yang umum diterapkan pada paduan logam yang
telah mengalami pengerjaan dingin (cold working) disebut annealing.
Tujuannya adalah melunakkan kembali paduan logam dari keadaan
pengerasan regangan (strain-hardening).
Uji kekerasan dengan metode Vickers menggunakan intan sebagai indentor. Cara
kerja uji ini adalah dengan menekankan indentor pada spesimen dengan
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Prosedur
Percobaan
Spesimen A,B,C dan D diamplas
Muffle Furnance dipanaskan hingga temperatur 500C. Pemanasan furnance dilakukan secara bertahap,
spesimen
yaitu pemanasan pada temperatur 250C dan ditahan selama 15 menit, kemudian pemanasan pada
dan furnance temperatur 500C dan ditahan selama 15 menit
disiapkan
Solution HeatTreatment
Quenching
Aging
Kekerasan Di
uji
Spesimen A,B,C dimasukkan ke dalam furnance pada temperatur 500C, dilakukan selama 15 menit
Ketiga spesimen dikeluarkan dari dalam furnance, lalu dinginkan dengan cepat(quenching)
menggunakan air
Spesimen A dimasukkan ke dalam furnance (artificial aging) pada temperature 150C selama 1 jam
Spesimen B dibiarkan pada temperature kamar ( natural aging) selama 1 jam
Spesimen C langsung di uji kekerasanya
Seluruh Spesimen( A,B,C, dan D) di uji ke-kerasanya dengan menggunakan alat vickers
Pengolahan Data
Dalam pengujian Nilai kekerasan, menggunakan Metode Vickers dengan alat Vickers Micro
Hardness dengan tiga kali percobaan. Adapun hasil uji kekerasan yang didapat :
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Rata-rata
Diagonal 1
34,16
37,22
32,12
Diagonal 2
34,75
30,31
36,32
Hardness
156,2
162,7
158,7
159,2
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Rata-rata
Diagonal 1
33,45
31,19
32,38
Diagonal 2
32,41
30,45
32,89
Hardness
171,0
195,2
174,2
180,1333
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Rata-rata
Diagonal 1
37,1
37,38
37,61
Diagonal 2
35,14
35,13
34,78
Hardness
142,1
141,1
141,6
141,6
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Rata-rata
Diagonal 1
38,82
39,30
38,84
Diagonal 2
40,84
39,95
39,07
Hardness
116,9
118,1
122,2
119,0667
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Pembahasan
1. Perbandingan urutan kekerasan pada perlakuan panas
Teori
Percobaan
No. Perlakuan Panas Perlakuan Panas Nilai Kekerasan (VHN)
1
Artificial Aging
Artificial Aging
180,133
Tanpa Perlakuan Tanpa Perlakuan
2
159,2
panas
panas
3
Natural Aging
Natural Aging
141,6
4
Quench
Quench
119,066
SHT bertujuan untuk melarutkan unsur pemadu seperti Mg, Si, Cu, dan Zn menjadi larutan
padat (solid solution) dengan cara memanaskan paduan pada temperature dan waktu tertentu.
Selain itu dapat juga terjadi pembentukan satu fasa larutan pada dari paduan tersebut
Quenching
Proses ini dilakukan bertujuan untuk mempertahankan sifat yang terdapat pada paduan
setelah dilakukan proses solution heat-treatment.
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Artificial Aging
Agar paduan yang telah jenuh menyebar lagi dengan membentuk lartutan padat dengan
merata yang dipanaskan menggunakan furnance agar cepat penyebarannya, sehingga
kekerasan logam meningkat sangat tinggi
Natural Aging
Agar paduan yang telah jenuh menyebar lagi dengan membentuk larutan padat dengan merata
namun di simpan di ruangan terbuka sehingga penyebaran menjadi lebih lama dan
kekerasanya hanya meningkat sedikit dari proses quenching sebelumnya
Pada proses ini endapan paduan aluminium di heat treatment akan mengumpul sehingga
penyebaran paduanya tidak terdistribusi merata, Kekerasan logam pada proses ini akan
menurun dari logam saat awal
Queching
Proses pendinginan cepat ( quenching ) dimaksudkan untuk mempertahankan
larutan pada Cu yang terbentuk pada proses SHT. Larutan padat Cu akan menjadi
larutan pada Cu lewat jenuh (). Pada proses ini juga memperbaiki ketahanan
terhadap korosi. Sampel yang memperoleh perlakuan akhir quenching. Memiliki
kekerasan yang kecil (lunak) karena larutan padat lewat jenuh (supersaturated
solid solution) yang memiliki sifat sangat lunak dan ulet serta pergerakan
dislokasi tidak dapat tertahan oleh larutan padat lewat jenuh tersebut.
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Setelah diberikan perlakuan SHT maka terjadinya fasa tunggal, sehingga diberikan perlakuan
quenching agar fasa tunggal yang tadi tidak dapat berubah lagi (super saturated alfa)
Aging
atom-atom yang dipaksa diam mulai kembali bergerak karena proses pemanasan yang
dilakukan dan berdifusi membentuk presipitat fasa kedua, kehadiran presipitat inilah
yang akan memberikan efek penguatan. Presipitat yang tersebar secara halus dan
merata akan menghambat gerakan dislokasi. Precipitation sendiri ada beberapa macam :
o Artificial Aging
presipitat tersebar merata dan membentuk kelompok-kelompok, pada tahap ini
bias dihasilkan efek penguatan yang optimum.
o Natural Aging
Dalam proses natural aging ini paduan tidak mengalami pemanasan, hanya
dibiarkan dalam temperature kamar, pada proses ini memerlukan waktu yang
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
cukup lama, dan presipitat dalam matrix masih dalam keadaan acak sehingga efek
penguatan yang diberikan tidak begitu besar.
4. Vickers Hardness
Kekerasan ini diukur dengan menggunakan alat uji Hardness Tester. Dalam
pengujian kekerasan Vickers digunakan pyramid intan dengan sudut bidang 136o sebagai
penekan. Kekerasan Vickers ditentukan dengan membagi beban dengan luas permukaan
bekas penekanan (VHN). Besarnya beban yang digunakan pada pengujian Vickers berkisar
antara 1-120 Kg. Pengujian ini banyak dilakukan pada proses penelitian, karena metode
ini dapat memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinyu untuk suatu suatu
beban tertentu, dan dapat dapat digunakan pada logam yang sangat lunak sampai dengan
bahan yang sangat keras. Jejak injakan dari pendetrator yang ditimbulkan relative sangat
kecil sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti dan dapat digunakan untuk
pengukuran kekerasan bahan-bahan yang tipis. Sedangkan kerugian dari penggunaan
metode ini adalah kurang sesuai un tuk bahanbahan yang kurang homogen, memerlukan
waktu persiapan relative cukup lama dan diperlukan permukaan benda uji yang benarbenar halus, rata serta permukaan bagian atas dan bawah harus benar-benar sejajar karena
jejak injakannya kecil. Pengukuran panjang diagonal jejak injakan telah dilakukan maka
nilai kekerasan Vickers dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
Dengan VHN
5. Coring Effect
Coring adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gradient komposisi kimia pada
paduan karena oleh pendinginan cepat dari keadaan lelehan. Coring adalah kondisi dari
variable komposisi antara pusat dan permukaan dari unit microstructure (seperti dendrit,
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
butiran, atau inclusion). Coring akibat dari non equilibrium growth, yang mana terjadi
perbedaan yang tinggi dari temperature dan komposisi. Coring dapat dihilangkan dengan
homogenesis perlakuan panas pada temperature dibawah titik solidur untuk komposisi
paduan khusus. Selama prosess ini, difusi atom terjadi, yang mana memproduksi komposisi
butiran homogen
10
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
2. Waktu untuk natural aging sebaiknya membutuhkan lebih dari 4 hari karena waktu
tersebut sangat optimal untuk suatu larutan pada jenuh terdistribusi secara merata dan
berangsur angsur menjadi keras
Daftar Pustaka
1. Davis, J.R. Metals Handbook Desk Edition, Second Edition. ASM International
Handbook Committee. 1998.
2. Basuki, Eddy agus. Diktat Transformasi Fasa dan Perlakuan Panas Logam.
Bandung. Departement Teknik Pertambangan. 2005
3. Reed-Hill, R.E, Abbaschian,Reza. Physical Metallurgy Principles fourth edition.2009
4. Callister, William D. Materials Science and Engineering An Introduction, Fifth
Edition New York: John wiley & Sons.2001.
5. Marcel Dekker, Inc, New York:Handbook of Aluminium Vol 1 Physical and
Metallurgy Processes
6. Marsalin, Suminar Pratpa. Pengaruh Perlakuan panas aging terhadap perilaku
Korosi Paduan Aluminium seri 6061 dala Larutan 0,0 M HCL
7. Moniz, B. J., Metallurgy. American Technical Publisher. 1994
Lampiran
11
Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung
12