Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Analisis Struktur Mikro Pada Sampel Cu-Zn, Zinc

Based, Alumunium (AC4B), Stainless Steel 304, Grey Cast Iron, S45C Heat
Treatment

Eddie Susanto, Arief Rahman Syamsul, Nadiva Rahmah Citra, Ramses Juan, Rana Khansa, Reynaldy Putranto, Zahra
1
Nadia.

1
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia

Abstrak. Struktur mikro merupakan penentu sifat inheren material, baik mekanis dan properties lainnya. Struktur mikro
pada setiap material berbeda sehingga dibutuhkan metode metallography untuk mengamatinya. Metallography merupakan
merupakan bidang yang memelajari struktur dari material logam dan paduan menggunakan mikroskop (baik optical dan electron)
dan x-ray diffraction. Spesimen perlu di preparasi sebelum dapat diuji dan dilihat miktostrukturnya, preparasi sampel meliputi
beberapa tahap secaera berurut: cutting terutama pada bagian yang ingin diamati, mounting dengan menggunakan castable resin
dan hardener, grinding menggunakan grit 80, 120, 240, 320, 400, 600, 800, 1000, 1200 untuk menghaluskan, meratakan, dan
menyeragamkan arah. Lalu dilakukan polishing menggunakan kovak hingga mengkilap, selanjutnya sampel di etsa dengan
variabel waktu dan zat pengetsa sesuai dengan jenis materialnya agar memermudah pengamatan dibawah mikroskop. Setelahnya
sampel dibilas dan dikeringkan sebelum dapat diamati. Proses pengamatan dilakukan menggunakan optical microscope (OM)
dengan variasi perbesaran. Sampel yang telah diamati akan dibandingkan satu dengan lainnya. Selain proses pengamatan
mikrostruktur pada percobaan juga dilakukan perlakuan panas untuk mengubah mikrostruktur tanpa mengubah komposisi
kimianya, perlakuan panas memiliki beberapa variabel seperti: atmosfir, laju pendinginan suhu, dan waktu. Spesimen perlakuan
panas S45CHT dan jominy test yang disesuaikan dengan standar ASTM. Kedua sampel dipanaskan lalu didinginkan cepat
(quenching) dengan air suling dan secara berurut akan diuji kekerasannya dengan metode: mikro Vickers dan Rockwell-C.
Terdapat juga perhitungan menggunakan Jeffries Planimetric untuk menghitung jumlah dan besar butir.

Kata Kunci : Alumunium , Grey Cast Iron, Cu-Zn, Zn, Stainless Steel 304, S45CHT, Jominy, Vickers, Rockwell

1. Pendahuluan Secara umum proses perlakuan panas terbagi menjadi


dua, yaitu mendekati keseimbangan (near equilibrium)
Metalografi merupakan bidang ilmu yang mengamati, dan tidak setimbang (non equilibrium). Perlakuan panas
menentukan struktur dan distribusi spasial dari konstituen, yang mendekati setimbang bertujuan untuk melunakkan
inklusi serta fasa dari logam atau paduan menggunakan struktur kristal, menghaluskan butir, menghilangkan
optical microscope (OM), electron microscope, dan x-ray tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis
diffractions tergantung perbesaran dan jenis pengamatan dari perlakuan ini adalah full annealing, stress relief
yang diinginkan. Pengamatan mikrostruktur menjadi annealing, spheroidizing annealing, dan normalizing.
penting karena ia dapat memberikan informasi seperti: Sedangkan perlakuan panas tidak setimbang bertujuan
fasa yang terbentuk, komposisi kimia, bentuk butir, untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih
ukuran butir, dan keseragaman butir yang memengaruhi tinggi. Jenis perlakuan ini adalah hardening,
kekuatan mekanis (compressive strength, tensile strength, martempering, austempering dan surface hardening[4].
elongation etc), sifat kelisitrikan dan termal [1-2]. Apabila suhu baja dinaikan hingga melewati suhu
Material dengan komposisi kimia yang sama dapat austenisasi lalu dilakukan proses quenching (pendinginan
memiliki kemampuan mekanis yang berbeda, hal ini cepat) maka karbon akan terperangkap dalam matriks dan
disebabkan oleh perbedaan mikrostruktur. Mikrostruktur menyebabkan distorsi pada latis karena tidak dapat keluar
dapat dilakukan perlakuan panas. Perlakuan panas berdifusi pada batas butir. Hal ini menyebabkan
merupakan proses yang melibatkan pemanasan dan kekerasannya meningkat, namun sifatnya akan menjadi
pendinginan dengan laju sebagai variabel terhadap bagian brittle sehingga membutuhkan tempering untuk
atau keseluruhan baik logam dan paduan tanpa mengubah memerbaiki dan membuatnya dapat ke proses selanjutnya.
bentuknya untuk memeroleh sifat tertentu. [3]. Kekerasan akan sangat tergantung dari hardenability
Title of the conference

(terdiri atas kadar karbon, paduan lainnya, dan besar butir hingga terlihat mikrostuktur yang akan analisis. Serta
austenite) dan media quenchnya.[5] pada sampel SC45HT akan dilakukan pengujian
kekerasan menggunakan mikro Vickers dimana akan
mengukur diameter rata-rata indentasinya dan metode
2. Metode Penelitian kuantitatif Jeffries Planimetric untuk menghitung ukuran
Pada pengamatan metallography membutuhkan dan jumlah butir, Sedangkan pada Jominy akan
castable resin, hardener, cetakan, kertas amplas/grinding digunakan Rockwell-C pada beberapa titik dari yang
(Dari grit: 80, 120, 240, 400, 800, 1000, 1200, dan 1500), terdekat dengan media quench hingga titik terjauh.
grinding machine, polishing machine, Kovak (TiO2),
larutan etsa, alat elektro-etsa, hair dryer, dan mikroskop. 2.2 Pengujian Jominy
Sedangkan untuk heat treeatment membutuhkan oven,
alat uji kekerasan mikro Vickers dan Rockwell-C. Pengujian jominy dilakukan untuk menentukan
Sampel di dipreparasi mulai dari pemotongan, hardenability dari suatu material yang dipengaruhi oleh
melakukan mounting pada cetakan bersama castable derajat pendinginan. Hardenability akan dilihat dari
resin dan hardener, grinding dari grit nomor terkecil bagian spesimen yang paling dekat dengan media quench
hingga terbesar dengan memerhatikan arah, polishing hingga yang paling jauh. Pada pengujian Jominy
menggunakan kain halus, dan etching tergantung pada mengguankan alat dan bahan yaitu sampel jominy, oven,
jenis sampel sebelum dapat dilakukan pengamatan air, ember, dan rak Jominy. Pengujian kekerasan
dibawah mikroskop. dilakukan dengan Rockwell.
Pada sampel SC45HT dan Jominy dilakukan
pemanasan diatas suhu austenisasi lalu di quenching. Pada pengujian Jominy sampel dilakukan pre heating
Sampel SC45HT mengikuti prosedur diatas dengan ke suhu 438 derajat celcius selama 10 menit untuk
tambahan pengujian mikro Vickers dan perhitungan mencegah thermal shock lalu di heating hingga suhu 730
Jeffries Planimetric sedangkan sampel Jominy diletakan derajat Celcius dengan holding time 60 menit, lalu di
diatas rak Jominy untuk di quench yang akan diuji heating hingga suhu 850 derajat celcius dengan holding
Rockwell-C. time 60 menit agar semua bagian telah berubah menjadi
austenite. Setelah itu dilakukan proses end-quench
2.1 Pengamatan Mikrostruktur menggunakan air selama kurang lebih 2 jam. Lalu sampel
di amplas secara manual untuk menghilangkan crack.
Sampel yang akan diujikan pada percobaan ini ialah: Setelah itu ditentukan 5 titik untuk diamati pada sampel
Cu-Zn, Zn based, Alumunium AC4B, Stainless Steel 304, dan titik yang telah ditandai akan dibebani 150kgf oleh
SC45 HT, Fe Grey Cast iron. Sampel sudah di cutting Rockwel-C dengan indentor berlian 120 derajat.
sesuai daerah yang ingin diamati, lalu di mounting agar
memudahkan penanganan menggunakan castable resin
yang dicampur hardener dengan pengadukan yang stabil
agar tidak terjadi cacat pada mounting. Setelah itu
dilakukan grinding pada grinding maching untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan
memerhatikan arahnya (Dapat diubah ke arah 45 atau 90
derajat untuk menghilangkan goresan dari proses
sebelumnya) menggunakan kertas amplas dengan nomor
grit terkecil hingga terbesar. Tahapan selanjutnya ialah
polishing menggunakan kovak (TiO2) yang diletakan
pada kain yang halus (selvyt, sutera, dan lainnya) hingga
mengkilap dan menghasilkan pantulan gambar yang baik.
Tahapan terakhir ialah etsa, penyerangan batas butir Gambar 1. Grafik perlakuan pemanasan jominy test
secara selektif yang bertujuan untuk memunculkan detail
mikrostruktur material secara jelas untuk memermudah 2.3 Perlakuan Panas
pengamatan. Terdapat berbagai jenis etsa tergantung dari
jenis materialnya. Zat etsa yang digunakan untuk Pada proses perlakuann panas digunakan sampel
Stainless Steel 304 ialah asam oksalat, Zn Based SC45HT yang telah di cutting dan siap untuk di preparasi.
menggunakan HNO3, Fe Nodular menggunakan Nital Proses perlakuan panas hampir serupa dengan Jominy
3%, CuZn Cast menggunakan Ferric Clhoride, ADC12 dengan pengecualian sampel dikeluarkan setelah berada
menggunakan keller, SC45HT menggunakan pikral. pada suhu 730 derajat celcius dengan holding time 60
Waktu etsa harus tepat agar tidak terjadi overetching. menit. Pengujian kekerasan sampel diberi beban 0.3kgf
Sampel yang sudah dietsa akan dibawa ke mikroskop selama 10 detik. Untuk proses pemanasannya pertama
untuk dilihat mikrostrukturnya, apabila terjadi pada Temperature 438 derajat Celcius di hold selama 10
overetching maka sampel akan kembali di polishing dan menit, lalu di quench hingga suhu 730 derajat Celcius dan
di etsa ulang. di hold selama 60 menit.Setelah di hold, heat treatment
Pengamatan mikroskop secara kuantitatif dilakukan dikeluarkan lalu di quench menggunakan air lalu
menggunakan perbesaran 50x, 100x, 200x dan 500x mengikuti proses metalografi untuk pengamatan
Title of the conference

mikrostruktur. Sampel diuji kekerasannya dengan diberi dan poles kurang maksimal sehingga akan menghasilkan
beban 0.3 kgf selama 10 detik oleh alat mikro Vickers sampel yang kurang baik. Selain itu pada saat pengerjaan
dengan indentor piramida intan 136 derajat. Berikut terjadi overetching karena waktu etching berlebih
adalah grafik dari sampel SC45HT dengan asumsi suhu sehingga dapat dilihat pada sampel ada bagian yang
ruang 30 derajat celcius: gosong dibeberapa bagian.
Dalam mikrostruktur wrought Al/ Alumunium tempa
yang telah diroll yang ditunjukkan pada gambar 3 dan 4
dibawah. Terlihat bahwa pada sampel tersebut, butir
butirnya terelongasi/ terorientasi ke arah tertentu karena
diberikan perlakuan rolling dengan batas butir tidak
terlalu jelas. Hal itu disebabkan karena pengaruh etching.
Zat etching dianggap kurang efektif dalam waktu 3 detik
sehingga dijadikan 9 detik dan terjadilah overetching.
Selain overetching, hal lain yang terdapat dalam
mikrostruktur terdapat bulat hitam yang diindikasikan
sebagai substitusi dari solid solution berupa elemen Cu
karena komposisi Al based adalah 99% Al dan maksimal
Gambar 2. Grafik perlakuan pemanasan sampel SC45HT 0.2% Cu [9][10]. Beberapa bagian mikrostruktur terdapat
scractch karena proses grinding dan polishing yang sulit.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengamatan Mikrostruktur

3.1.1 Mikrostruktur Aluminium AC4B

Aluminium AC4B merupakan alumunium tuang


dengan komposisi 7.00-10.00% Si, max 0.80% Fe, 2.00-
4.00% Cu, max 0.5% Mn, max 0.5% Mg, max 0.2% Cr,
max 0.35% Ni, max 1.0% Zn, max 0.20% Ti, max 0.20%
Pb, max 0.10% Zn, dan sisanya ialah Aluminium.
Alumunium memiliki struktur kristal FCC dikenal
memiliki ketahanan korosi yang baik, densitasnya rendah
sehinga ia ringan, konduktor dan penghantar panas serta
listrik yang baik, melting point rendah, memiliki sifat
Gambar 3. Mikrostruktur Al-Rolled (Perbesaran 50 kali)
machinability, formability, castability, weldability dan
workability yang cukup bagus. Namun ia memiliki
kekuatan dan kekerasan yang relatif rendah, ketahanan
aus yang rendah sehingga pada aplikasinya sering
dipadukan dengan unsur lain.[6-7]
Dalam mikrostruktur Al (AC4B) pada Gambar 3
dengan perbesaran 50x dan 4 dengan perbesaran 100x .
teretching dengan baik sehingga tidak gosong
menggunakan HF selama 15 detik. Sehingga dapat dilihat
mikrostruktur yang berwarna gelap, terang, dan ada yang
berbentuk dendrit. Pada Aluminium AC4B, silikon
membentuk fasa eutektik bersama aluminium pada
temperature ruang. Morfologi silikon seperti ini
menimbulkan sifat aluminium menjadi lebih keras dan
brittle. Fasa dominan yang terdapat pada sampel adalah
fasa pada diagram fasa Al-Si dan Al-Cu [8]. Sehingga
untuk mikrostruktur berwarna terang akan terlihat seperti Gambar 4. Mikrostruktur Al-Rolled (perbesaran 100 kali)
dendritic, sedangkan untuk mikrostruktur berwarna gelap
merupakan fasa Al-Si berbentuk lamellar dengan fasa
silikon.
Gambar 6 yaitu Al(ADC12) yang memiliki kadar
silikon lebih tinggi, pada komposisi ini paduan Al-Si
dapat membeku secara langsung (dari fasa cair ke fasa
padat) dan dendrit terlihat lebih jelas pada sampel
tersebut jika dibandingkan dengan Al (AC4B). Hal
tersebut dikarenakan pada saat pengerjaan proses amplas
Title of the conference

terlihat adanya scratch yang disebabkan oleh grinding


yang kurang baik. Menurut literatur, adanya paduan Cu-
Zn diperoleh melalui metode penguatan solid solution
melalui substitusi [11-13].

Gambar 5. Mikrostruktur Al-Rolled (perbesaran 200 kali)

Gambar 7. Mikrostruktur Cu-Zn roll (Perbesaran 50 kali)

Gambar 6. Mikrostruktur ADC 12(Ukuran 200 mikron)

3.1.2 Mikrostruktur Cu-Zn

Cu-Zn merupakan paduan logam yang berbasis


tembaga dimana seng menjadi logam paduan utamanya. Gambar 8. Mikrostrukur Cu-Zn cast (Perbesaran 200 kali)
Selain seng, terdapat juga beberapa logam lain yang
terkandung sebagai impurities namun dalam jumlah yang 3.1.3 Mikrostruktur Zn Based
sangat kecil. Unsur paduan lain yang ditambahkan ke
dalam kuningan biasanya bertujuan untuk meningkatkan Zn pada sampel memiliki komposisi Zn 99%, Pb
beberapa sifat sesuai dengan kebutuhan [11] 0.10%, dan sisanya unsur lain sebagai pengotor. Seng
Pada sampel Cu-Zn hasil roll, didapat ukuran butir merupakan logam dengan urutan keempat paling banyak
yang besar dan berbentuk cukup panjang. Pada Gambar digunakan di dunia industri setelah baja, aluminium, dan
6 terlihat mikrostruktur yang berwarna terang, gelap dan tembaga. Seng digunakan sebagai coating anoda untuk
terdapat bulatan yang berwarna hitam. Pada gambar melindungi baja dari korosi, paduan menjadi kuningan,
terdapat bercak hitam akibat overetching karena waktu unsur paduan pada tembaga, aluminium, dan magnesium,
etsa yang ditentukan oleh laboratorium adalah selama 5 sebagai paduan seng tempa, dan untuk material yang
detik. Bentuk butir yang memanjang diakibatkan proses bersifat kimiawi. Keunggulan utama dari semg dan
rolling, Cu-Zn roll memiliki kekerasan yang lebih baik paduannya adalah castability yang baik karena melting
apabila dibandingkan dengan Cu-Zn cast dikarenakan point yang rendah serta biaya produksi yang rendah. Ia
terjadi penumpukan dislokasi yang menyebabkan juga ramah lingkungan. Aplikasi seng sangat terbatas
dislokasi lebih sulit bergerak.[11] karena pada suhu seng mengalami creep dan rekristalisasi
Fasa yang berwarna lebih terang adalah fasa alfa, pada suhu ruang [5][11].
sedangkan fasa yang berwarna lebih gelap adalah fasa Pada literatur, dalam pengamatan mikrostruktur seng
beta yang terdiri dari banyak Zn. Sedangkan pada sampel murni menunjukkan bahwa memang terdapat unsur
Cu-Zn hasil casting, didapat distribusi butir yang besar timbal (Pb) berupa tetesan yang berbentuk bulat kecil,
dan bulat. Pada Mikrostruktur Cu-Zn etsa yang tetapi karena kelunakkan dari seng murni maka tetesan
digunakan adalah Ferric Chloride dengan waktu tersebut dapat hilang ketika di polishing, meninggalkan
pencelupan selama 5 detik. Terdapat scratch hasil dari bentuk seperti lubang yang berwarna hitam dalam
amplas dan poles tidak maksimal. Pada Gambar 7 pun mikrostrukturnya. Oleh karena itu, dibutuhkan perlakuan
Title of the conference

khusus ketika proses polishing untuk menahan partikel


timbal. Seng yang mengandung pengotor dapat
menurunkan kelarutan pada solid solution dengan
menurunkan kadarnya.[11]
Pada proses pendinginan cepat saat pengecoran,
terjadi segregasi kristal dimana perbedaan konsentrasi di
dalam setiap butiran sehingga pertumbuhannya tidak
sempat terseragamkan, maka pada struktur ini pula
ditemukan dendrit-dendrit yang baru seperti yang dapat
dilihat pada gambar 10. Dendrit tersebut dapat
dihilangkan dan menjadi butiran yang lebih homogen
dengan proses pemanasan pada temperature tinggi [11].
Pada Gambar 9 terdapat daerah yang terang, daerah
yang gelap dan terdapat beberapa bulatan berbentuk
hitam. Daerah yang berwarna terang merupakan matriks
Zn, bagian hitam merupakan hasil overetching. Gambar 10. Mikrostruktur Zn Based (Perbesaran 50 kali).
Sedangkan bulat hitam pada mikrostruktur dimungkinkan
merupakan unsur Pb sebagai bagian dari solid solution
[11]. Pada mikrostruktur dapat terlihat perbedaan kontras
warna pada daerah gelap dan terang, hal ini diakibatkan
zat etsa yang digunakan adalah HNO3 sedangkan pada
literatur seharusnya menggunakan etsa NaOH.
Pada Gambar 10 terdapat scratch pada mikrostruktur
dikarenakanpada saat proses etching selesai dan hendak
melihat mikrostruktur secara menggunakan mikroskop
tanpa disengaja praktikan menjatuhkan sampel ke lantai
sehingga terbentuknya scratch pada sampel. Terlihat
dendrit yang cukup jelas, sedangkan bintik hitam adalah
Pb.
Berbeda pada mikrostruktur Zn based pada Literatur Gambar 11. Mikrostruktur Zn Based berdasarkan literatur
dengan perbesaran 200x, butirnya terlihat menunjukkan
bentuk butir yang memanjang, terelongasi, dan
bertumpuk. Karena bentuk butir seperti ini, Zn biasanya
dipadukan dengan unsur lain supaya dapat menghasilkan
sifat mekanis yang lebih baik dan sesuai keinginan..
3.1.4 Mikrostruktur SS 304

Baja paduan Stainless Steel 304 merupakan jenis baja


tahan karat austenitic stainless steel yang memiliki
komposisi 0.042%C, 1.19%Mn, 0.034%P, 0.006%S,
0.049%Si, 18.24%Cr, 8.15%Ni, dan sisanya Fe. Ia dibuat
dengan metode casting dan forging. Kandungan Ni dan
Cr meningkatkan kemampuan korosi dan hardenability
[12] Ia merupakan baja yang paling tahan korosi, namun
tidak dapat digunakan di air garam karena ion klor dapat
merusak lapisan pasif Cr sehingga menyebabkan lubang
dan dikenal sebagai pitting corrosion. [14] Karena
ketahanan korosinya yang sangat baik ia di etching
menggunakana elektro-etsa dengan asam oksalat selama
60 detik.
Beberapa sifat mekanik yang dimiliki baja karbon tipe
304 ini antara lain: kekuatan tarik 646 Mpa, yield
Gambar 9. Mikrostruktur Zn Based (Perbesaran 50 kali)
strength 270 Mpa, elongation 50%, kekerasan 82 HRB.
Stainless steel tipe 304 merupakan jenis baja tahan karat
yang serbaguna dan paling banyak digunakan. Komposisi
kimia, kekuatan mekanik, kemampuan las dan ketahanan
korosinya sangat baik dengan harga yang relative
terjangkau [12].
Pada Gambar 11, dapat dilihat dalam mikrostruktur
terdapat bulatan berwarna hitam, hal ini dikarenakan pada
proses pengamplasan tidak baik. Selain itu terdapat
Title of the conference

bentuk seperti networks yang merupakan delta-ferrite Biasanya bentuk ini dapat ditemukan oleh lapisan
pada matriks yang berasal dari pemanasan austenite. austenite disekitarnya. karena didalam Fe nodular
Pada Gambar 12, pengamatan mikrostruktur SS 304 terdapat grafit, maka tensile strength, modulus elastisitas
ditemukan literatur bahwa gambar mikrostruktur antara maupun impact resistance secara proporsional akan lebih
sampel dan literatur tidak jauh berbeda. Dimana pada rendah dari baja karbon dengan matriks yang serupa [17].
literatur terdapat bulatan berwarna hitam serta adanya
bentuk seperti networks. Bulatan hitam tersebut
merupakan fasa sigma. Sedangkan bentuk networks
merupakan delta ferrite. Bentuk delta ferrite tersebut
dapat terlihat karena adanya pengaruh dari NaOH sebagai
media etsa. [15]

Gambar 13. Mikrostruktur Fe (Perbesaran 100 kali)

Gambar 11. Mikrostruktur SS 304 (Perbesaran 500 kali)

Gambar 14. Mikrostruktur Fe nodular (Perbesaran 200 kali)

Besi tuang nodular tetap memiliki sifat kekuatan


dan ketangguhan tinggi akibat spheroidal pada karbonnya
Gambar 12. Mikrostruktur SS 304 (Perbesaran 100 kali) serta juga besi tuang nodular ini memiliki keuletan yang
diambil dari literatur tinggi akibat dari transformasi tersebut. Ia juga memiliki
kemampuan damping capacity dimana flakesnya dapat
pecah untuk meredam getaran.[17]
3.1.5 Mikrostruktur Grey Cast Iron
3.2 Pengujian Jominy
Pada Gambar 13 Mikrostruktur Grey Cast Iron
terdapat flakes berbentuk tidak seragam dengan arah acak Pada pengujian Jominy, sampel dipanaskan diatas
pada matriks ferrite. Flakes grafit tersebut didapat dari suhu austenisasi lalu di quench dengan media air. Setelah
karbon yang dalam fasa austenite berubah menjadi itu sampel akan diuji kekerasanya menggunakan metode
presipitat [16]. Pada mikrostruktur tersebut terlihat Rockwell-C. Nilai kekerasan sebanyak 5 penjejakan
bentuk biru bulat yang di dalamnya berwarna hitam yang dilampirkan pada Tabel 1 dibawah ini. Ia di indentasi
menandakan mikrostruktur tersebut mengalami dengan intan spheroconical 120 derajat dengan dwell
overetching. Ia di etsa menggunakan Nital 3% time 5 detik.
Pada Gambar 14 merupakan mikrostruktur Fe
nodular memiliki mikrostruktur berbentuk spheroidal Tabel 1. Hasil Pengujian Kekerasan Rockwell Pengujian
yang membuat flakes bertrnaformasi menjadi nodular. Jominy
Pada gambar tersebut memiliki bentuk yang berbeda beda,
terdapat mikrostruktur yang berbentuk bulat besar.
Title of the conference

Jarak Indentasi Nilai Kekerasan


(mm) (HRC)

10 mm
39.2 HRC

20 mm
26.5 HRC Gambar 15. Grafik Kemampukerasan Jominy Test (Jarak
Indentasi vs Nilai kekerasan

30 mm
26.7 HRC 3.3 Pengaruh Perlakuan Panas (S45C HT)

Pada umumnya tipe baja karbon S45C HT ini


40 mm mempunyai komposisi kimia dengan kandungan –
26.7 HRC kandungan utamanya antara lain : karbon 0.44%C,
manganese antara 0.57 – 0.69%Mn, 0.013 – 0.037%P,
0.033 – 0.038%S, 0.16 – 0,.20%Si. Sedangkan
50 mm kandungan – kandungan lain dalam jumlah yang relatif
24 HRC sangat kecil dapat untuk memperbaiki sifat mekanis
seperti : Cr, Ni, Cu, dan Al [12] .
Pada sampel SC45HT mengalami proses perlakuan
panas dengan melewati 3 tahap, yaitu pertama saat
Pada Tabel 1 hasil Pengujian kekerasan Rockwell sampel dilakukan machining, yang kedua pre heating ke
Pengujian Jominy menurun seiring menjauh sampel dari 438 derajat selama 10 menit lalu dilanjutkan heating ke
media quench, akan tetapi ada pada jarak indentasi 30 temperatur 730 derajat Celcius dengan waktu hold selama
mm nilai kekerasannya meningkat sedikit dan pada jarak 60 menit agar semua fasa telah berubah menjadi austenite
indentasi 40 mm nilai kekerasannya konstan dengan nilai kemudian dilakukan quenching dengan media air [18].
sebelumnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh kecerobohan Sampel yang telah mengalami proses perlakuan panas
jatuhnya sampel saat pemindahan dari oven. dan di quench akan membentuk fasa martensite (BCT/
Pada Gambar 15 dibawah menunjukan tren nilai Body Centered Tetragonal) yang terbentuk dari austenite
kekerasan dari quench end dan jarak indentasi metode dan akan meningkatkan kekerasannya.
Pengujian Jominy. Dari grafik tersebut nilai kekerasan Pada Gambar 16 yang menunjukkan mikrostruktur
cenderung variatif dikarenakan ada nilai yang menurun dari sampel S45CHT dimana mikrostruktur tersebut
tetapi ada juga nilai yang naik serta kosntan. Hal ini memiliki fasa Martensite yang dominan dan merata.
disebabkan karena ketidaksempurnaan pengamplasan Terbentuknya fasa martensite ini diakibatkan oleh
untuk membersihkan crack serta terjatuhnya sampel saat kecepatan pendinginan yang sangat cepat dan juga media
pemindahan. yang digunakan yaitu air suling yang karena terbebas dari
Dapat dilihat dari data tersebut bahwa nilai kekerasan pengotor dan mineral [15]. Pada mikrostruktur tersebut
tertinggi terdapat pada sampel yang paling dekat dengan pun terlihat adanya bulatan berwarna hitam, hal ini
media quench. Hal ini dikarenakan sampel menagalami diakibatkan karena proses overetching.
rapid quenching sehingga memilki kekerasan paling besar. Pada Gambar 17 yang menunjukkan mikrostruktur
Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur, dimana dari sampel S45CHT pembanding. Dimana pada gambar
semakin kecil jarak indentasi maka semakin besar nilai tersebut menunjukan mikrostruktur sampel dalam fasa
kekerasan yang didapat dan semakin baik pula sifat Martensite namun dengan kadar yang relative sedikit.
hardenability. Ujung batang sampel terletak paling dekat Terlihat juga adanya daerah berwarna hitam yang
dengan media pendingin akan betransformasi menjadi dikarenakan oleh proses overeching. Pada gambar
fasa 100% Martensite, hal ini dikarenakan pengujian tersebut dapat dilihat bahwa ada banyak scratch, hal ini
Jominy dipengaruhi oleh derajat pendinginan. diakibatkan bahwa pada saat proses pengamplasan tidak
tidak baik.
Title of the conference

⺀ μm μm
D3= = ⺀ μm

⺀ μm ⺀ ⺀ μm ⺀ μm
D =
3
D = ⺀ μm
D = 0 0⺀ ⺀ mm

Setelah didapatkan D rata rata dari tiga penjejakan


yang dilakukan, selanjutnya adalah dilakukan
perhitungan kekerasan VickersSC45HT water quench
sebagai berikut :
03
= ⺀
0 0⺀ ⺀
Gambar 16. Mikrostruktur S45C HT (Perbesaran 500 kali)
= 0
Dari hasil perhitungan kekerasan vickers diatas, S45C HT
water quench mempunyai nilai kekerasan sebesar
170.7028 HV.

3.5 Analisis Metalografi Kuantitatif

Pada analisis metalografi kuantitatif mengenai


perhitungan secara kuantitatif untuk mengetahui besar
ukuran butir. Metalografi kuantitatif adalah pengukuran
gambar struktur dari potongan, replica, atau lapisan tipis
dari logam [15]. Metode yang digunakan adalah metode
Jeffries Planimetric. Berikut dibawah ini merupakan
perhitungan Jeffries:

Gambar 17. Mikrostruktur S45C HT pembanding (Perbesaran


500 kali)

3.4 Pengujian Kekerasan mikro Vickers

Pengujian vickers dilakukan pada sampel SC45HT


yang telah diberikan perlakuan panas dengan dua media
quenching yang berbeda yaitu water quench. Pengujian
dilakukan dengan memberikan penjejakan menggunakan
beban tekan 0.3 kgf pada sampel selama 10 detik.
Indentor yang digunakan adalah piramida intan yang
memiliki sisi berlawanan dengan sudut 136º. Piramida
intan kemudian ditekan ke permukaan S445C HT hasil
water-quench dan ukuran penjejakan diukur dengan
menggunakan mikroskop. Nilai kekerasan vickers (HV)
dihitung dengan menggunakan rumus : Gambar 18. Daerah perhitungan metode Jeffries
⺀ p lanimetri pada mikrostruktur
HV =

dimana P adalah beban yang diaplikasikan (kgf) dan D


adalah panjang diagonal rata-rata (mm).
Berikut adalah hasil panjang diagonal indentasi yang f = M2 / 5000
diperoleh dari pengujian Vickers SC45HT water-quench :
NA = f (Ninside + (Nintercept/2))
D = μm ⺀ μm = ⺀ μm
G = (3.322log10NA) – 2.954
μm ⺀ μm
D = = ⺀ ⺀ μm Perhitungan lingkaran ke-1 :
Title of the conference

݊ ݅ ݁݅‫ݎ‬ Sedangkan untuk sampel Al (AC4B) terdapat


=t ݊ ݅
mikrostruktur yang sama dengan Al (AC4B) akan tetapi
3 terjadi overetching sehingga terlihat gosong pada
=
beberapa bagian. Untuk sampel CuZn roll dan cast,
= 3⺀ e t keduanya , keduanya menunjukkan daerah terang (fase
alpha) dan gelap (fase beta) tetapi dibedakan atas bentuk
= 33 պ ⺀ butirnya dimana pada hasil rolling berbentuk panjang
akibat hasil deformasi sedangkan hasil cast berbentuk
= 33 log 3⺀ ⺀ equiaxed. Untuk sampel Zn terlihat mikrostruktur berupa
daerah hitam (overetching) dan putih (Zn) serta adanya
= bulat hitam (Unsur Pb), selain itu adanya scratch akibat
kecerobohan .Untuk Zn pada literatur memiliki bentuk
Perhitungan Lingkaran ke-2 : butir yang elongated, panjang dan bertumpuk. Pada
sampel SS304 terdapat bulatan berwarna hitam serta
݊ ݅ ݁݅‫ݎ‬ adanya bentuk seperti networks. Bulatan hitam tersebut
=t ݊ ݅
merupakan fasa sigma. Sedangkan bentuk networks
0 merupakan delta ferrite. Dimana delta ferrite tersebut
= 0
berasal dari pemanasan austenite Untuk sampel Fe
= e t nodular memiliki mikrostruktur berbentuk spheroidal
dimana flakes berubah menjadi nodular. Grey Cast Iron
= 33 պ ⺀ terdapat flakes dengan bentuk tidak seragam dan arahnya
= 33 log ⺀ acak pada matriks ferrite. Pada mikrostrukturnya terdapat
= ⺀ 0003 bulatan hitam yang merupakan hasil dari overetching.
Pada perhitungan metalografi kuantitatif,
Perhitungan Lingkaran ke-3 : digunakan metode jeffries planimetry dimana diperoleh
ukuran butir ASTM yaitu sebesar 4,991, metode ini
݊ ݅ ݁݅‫ݎ‬ efektif dalam penentuan ukuran butir karena melingkupi
=t ݊ ݅
berbagai butir butir dalam jumlah yang relatif banyak.
3
= 0
= ⺀ e t 5. Referensi

= 33 պ ⺀ [1] -. (2013, October 18) Metallography - An


= 33 log ⺀ ⺀ Introduction. Retrived from https://www.leica-
3 = ⺀ 0⺀ microsystems.com/science-lab/metallography-an-
introduction/
Dari ketiga nilai G yang telah diperoleh, maka bisa
diperoleh besar butir rata-rata dari ke-3 lingkaran dengan
rumus : [2] -. (2019, April 04) Metallography. Retrived from
https://www.britannica.com/science/metallograph
D U D = y

⺀ 0003 ⺀ 0⺀ [3] -. (2019, May 18) What is Heat Treatment?


i݅ ݅ =
3 Hardening, Tempering, Annealing, Normalizing,
Carburization, Surface Hardening. Retrived from
D U D = https://www.brighthubengineering.com/manufact
uring-technology/30476-what-is-heat-treatment
Diperoleh besar butir rata-rata untuk sampel ini yaitu
G = 4,991. Sehingga menurut perhitungan Jeffries [4] Krauss, George. (1990). Steel: heat tretament and
Planimetry, ukuran butir ASTM sampel SC45HT adalah processing principles.Ohio: ASM international
4,991.
[5] Asm International. (2006). Fundamentals of
4. Kesimpulan Heat Treatment [PDF File]. Retrived November 17, 2019
from
Pada pengujian Praktikum Analisis Struktur/ https://www.asminternational.org/documents/10192/1849
Heat Surface Treatment and Metallography, dilakukan 770/ACF180B.pdf
pengamatan secara metalografi terhadap bebberapa
sampel yaitu: Al, CuZN, Zn, SS304, Fe Grey Cast Iron,
dan S45C HT. Pada sampel Al(AC4B) tidak terjadi [6] TWI. (-) Weldability of Materials - Alumunium
overetching dan untuk struktur mikronya terdapat bentuk Aloys. Retrived from https://www.twi-
dendritic, mikrostruktur berwarna gelap dan terang. global.com/technical-knowledge/job-
Title of the conference

knowledge/weldability-of-materials-aluminium-alloys- Terhadap Struktur Mikro Material….” 2015.


021

[7] 鋁 錠 ,常 琪 鋁 業 股 份 有 限 公 司 . (-). Chemical


Composition of an Aluminium Alloy Ingot (%). Retrived
from http://ccal-tw.com/en/factory-6137/Chemical-
Compositions-of-an-Aluminum-Alloy-Ingot-percent.html

[8] Wan, L., Nakashima, T., Kato, E., & Nomura, H.


(2002). Local pressurization during solidification of Al-
Si-Cu alloys. International Journal of Cast Metals
Research.
https://doi.org/10.1080/13640461.2003.11819481

[9] F. Ui, “Pengaruh proses..., Muhammad Kozin,


FMIPA UI, 2012,” 2012.

[10] J. Dossett and G.E. Totten “ASTM Metal


handbook”, 1991

[11] Collini, Luca. (2012). Copper Alloys - Early


Applications and Current Performance -
Enhancing Processes. InTech

[12] Sumarji, “STUDI PERBANDINGAN


KETAHANAN KOROSI STAINLESS STEEL
TIPE SS 304 DAN SS 201 MENGGUNAKAN
METODE U-BEND TEST SECARA SIKLIK
DENGAN VARIASI SUHU DAN PH” 2011.

[13] Marcin Go´rny and Edward Tyrała, Effect of


Cooling Rate on Microstructure and
MechanicalProperties of Thin-Walled Ductile Iron
Castings, 2012

[14] -. (2015, December 21) Pitting and Crevice


corrosion of offshore Stainless Steel tubing.
Retrived from https://www.offshore-
mag.com/business-briefs/equipment-
engineering/article/16761447/pitting-and-crevice-
corrosion-of-offshore-stainless-steel-tubing

[15] W. Baldwin, “VOLUME 9. Metallography and


Microstructures,” ASM Handbook., vol. 9, p.
2733, 1993.
[16] Marcin Go´rny and Edward Tyrała, Effect of
Cooling Rate on Microstructure and
MechanicalProperties of Thin-Walled Ductile
Iron Castings, 2012
[17] Behnam, M. M. J., Davami, P., & Varahram, N..
Effect of cooling rate on microstructure and
mechanical properties of gray cast iron. Materials
Science & Engineering A, 2010

[18] W. Hadi, “Analisis Pengaruh Perlakuan Panas


Title of the conference

6. Lampiran Tugas Tambahan 1


Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424,
1. Sebutkan apa itu EDM? Indonesia
Electric Discharge Machining
2. Mekanisme aging dalam skala atom?
Proses aging/precipitation hardening akan
menyebabkan matriks larut jenuh atau dikenal super
saturated solid solution sehingga ketika dilakukan
pemanasan kembali dalam waktu yang cukup lama maka
presipitat akan tersebar merata sehingga butir akan lebih
halus dan baik.
3. Berapa suhu untuk alat active plasma nitridasi ?
500 hingga 580 derajat celcius.
4. Jelaskan apa itu tribological properties ?
Tribological properties adalah ilmu dan
teknologi yang mempelajari peristiwa interaksi
dua permukaan yang bergerak relatif satu
terhadap lainnya, dimana didalamnya terdapat
fenomena gesekan, pelumasan, dan keausan.
5. Langkah Kerja dari Ion Implantation sebagai
Metode Surface Modification ( liat dari tetam )?
Langkah kerja metode ini atom-atom nitrogen atau
karbon diubah menjadi bentuk ion oleh tumbukan
elektron dalam plasma, difokuskan ke aliran
menggunakan magnet dan dipercepat oleh gradien
tegangan menuju substrat. Dengan menggunakan
pendekatan ini, sinar ion energi tinggi (50 hingga
200keV) dapat diarahkan ke permukaan komponen.
Implantasi ion bukanlah proses pelapisan
permukaan, itu merupakan teknik yang
menanamkan ion nitrogen atau karbon di bawah
permukaan substrat dan ke dalam matriks bahan
substrat. Kedalaman implantasi berkisar dari sekitar
0,1 hingga 0,3 μm. Analognya itu dengan proses
difusi seperti karburasi atau nitridasi, tetapi
membutuhkan suhu substrat yang jauh lebih rendah
sekitar 200 ° C. Dosis ion bervariasi dari 1015
hingga 1018 ion / cm2 tergantung pada spesies ion,
bahan komponen dan persyaratan properties.

6. Kelebihan dan kekurangan Ion Implantation sebagai


Metode Surface Modification?
Kelebihan
• Pengotor yang ditambahkan diamati dari berkas
ion
• Temperature yang dibutuhkan tidak perlu tinggi
• Lapisan doping dapat ditanamkan tanpa
mengganggu daerah yang sebelumnya tersebar
• Kecenderungan penyebaran lateralnya kecil
• Tidak memerlukan perawatan lebih lanjut
sebelum digunakan
Kekurangan :
• Menghasilkan kerusakan yang tersisa pada
lapisan yang diimplantasi
• Lapisan implantasi sangat tipis jika
dibandingkan dengan proses pelapisan
permukaan yang lain
• Daerah yang dimplan relatif kecil, untuk
memproses daerah yang lebih luas maka benda
kerja harus digerakkan

Anda mungkin juga menyukai