Mochammad K. Admui, Irsan B.M. Harahap, Ardhito J. Naindraputra, Fredrik Andrianto, Farhan R. Digita dan Elvira Nuraini 1
1
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
Abstrak. Praktikum terdiri dari tiga rangkaian. Percobaan pertama merupakan pengamatan struktur mikro secara
kualitatif dan kuantitatif. Pengujian Kualitatif dilakukan pada sampel ferrous dan non-ferrous. Sampel untuk
pengamatan metalografi kualitatif yang telah dilakukan pemotongan kemudian dimounting dengan dimasukkan
kedalam cetakkan lalu diberi resin dan hardener untuk memudahkan perlakuan sampel selanjutnya. Setelah
dimounting, sampel diamplas (grinding) menggunakan kertas amplas berbahan SiC dengan kehalusan bertahap dari
kasar ke halus dengan nomor grit 120, 240, 320, 400, 600, 800, 1000 dan 1200. Setelah dilakukan penamplasan,
sampel kemudian dipoles menggunakan kain beludru dan cairan TiO2 untuk mendapatkan permukaan sampel yang
halus dan mengkilap untuk memudahkan pengamatan. Pada tahap preparasi terakhir, sampel dietsa dengan HF, Asam
Oksalat, Nital dan ferric chloride disesuaikan berdasarkan jenis material. Setelah dipreparasi, kemudian dilakukan
pengamatan mikrostruktur menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 50x, 100x, 200x dan 500x. Setelah
mendapatkan gambaran mikrostruktur, sampel dengan material sama dibandingkan mikrostrukturnya berdasarkan
perlakuan pembentukannya. Untuk pengamatan metalografi kuantitatif dilakukan dengan metode jefferies planimetry
yang dilakukan terhadap sampel AISI A36 non-HT. Rangkaian percobaan selanjutnya adalah perlakuan panas pada
sampel Fe A36 dengan temperatur austenisasi sebesar 875oC dan ditahan selama 30 menit untuk kemudian di quench
dengan media quench oli. Setelah itu, dilakukan pengujian kekerasan dengan metode Vickers. Selain pada Fe A36,
dilakukan juga pengujian kemampukerasan pada baja karbon S45C dengan menggunakan metode pengujian Jominy.
Setelah dilakukan perlakuan panas, sampel kemudian diuji kekerasannya menggunakan metode Rockwell pada
beberapa titik dengan jarak berbeda dari quench end untuk mengetahui kemampukerasan sampel tersebut.
Terakhir, sampel yang telah dipoles dietsa dengan zat selama 50 menit kemudian ditahan pada suhu tersebut
etsa yang sesuai. kemudian mengamati struktur sampel selama 60 menit. Dilakukan pemanasan selanjutnya pada
menggunakan mikroskop optik. Pengamatan dilanjutkan segmen 2 hingga mencapai suhu austenisasi yaitu 875 oC
dengan menggambar struktur yang tampak dan memberi selama 50 menit lalu dilakukan penahanan (holding time)
keterangan. Fe nodular dietsa menggunakan etsa kimia selama 30 menit. Setelah mencapai suhu tersebut, sampel
dengan larutan Nital, Al Rolled dietsa menggunakan etsa sesegera mungkin di-quench kedalam quenchant. Setelah
kimia dengan larutan HF, CuZn Cast dietsa dilakukan quenching, sampel kemudian dipreparasi
menggunakan etsa kimia dengan larutan Ferric Chloride, dengan diamplas, poles, dan dietsa dengan nital. Sampel
Zn based dietsa menggunakan etsa kimia dengan larutan hasil preparasi kemudian diamati mikrostrukturnya
Nital dan SS 304 dietsa menggunakan etsa elektrokimia dengan mikroskop optik dan diuji keras dengan metode
dengan larutan Asam Oksalat. vickers.
Sampel yang telah dipreparasi kemudian diamati Pengujian Vickers dilakukan dengan indentor berupa
mikrstrukturya menggunakan mikroskop optik dengan piramida diamond dengan sudut 136o dan beban 300gf.
perbesaran 50x, 100x, 200x dan 500x. Sementara untuk Pengukuran dilakukan pada panjang diagonal-diagonal
metalografi kuantitatif, dilakukan pengukuran butir untuk penjejakan pada mikroskop dengan cara memutar tuas
sampel FeA36 dengan menggunakan metode Jeffries indentor sehingga garis tebal dan tipis pada lensa
Planimetry. mikroskop mengenai ujung dari diagonal penjejakan.
Dari diagonal tersebut, nilai kekerasan Vickers dapat
2.2 Pengujian Jominy dihitung.
(b)
Gambar 3. Mikrostruktur Fe Nodular pada perbesaran 100x Gambar 5. Mikrostruktur perbesaran 100x Al 7xxx
(a) (a)
Gambar 4. Mikrostruktur perbesaran 100x Al Rolled Gambar 6. Mikrostruktur pada perbesaran 200x: (a) CuZn
Cast;
Praktikum Analisis Struktur 2018
(b)
Gambar 7. Mikrostruktur pada perbesaran 200x CuZn Rolled Gambar 8. Mikrostruktur Zn pada perbesaran 100x.
6 mm 19.4 HRC
9 mm 10.7 HRC
12 mm 4.6 HRC
15 mm 4.1 HRC
Selain fasa martensite yang terbentuk, terdapat Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan Vickers
austenit sisa yang belum terbentuk menjadi martensite.
Fenomena tersebut mungkin terjadi karena fasa austenite Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
belum semua bertransformasi ke martensite.
Pada gambar 14 dapat diamati mikrostruktur Fe A36
yang diquench dalam media oli. Sayangnya, D1 0.7 0.445 0.77
mikrostruktur dari sampel tersebut tidak dapat dianalisis
dengan jelas karena sampel mengalami overetching. D2 0.7 0.455 0.77
Namun menurut literatur, pendinginan dengan oli lebih
lambat dibandingkan dengan air [2]. Maka kemungkinan
besar pada sampel yang diquench dengan oli terdapat fasa Sampel yang digunakan adala Fe A36 HT. Diameter
pearlite atau bainite yang terbentuk karena pendinginan rata-rata adalah 0.64mm dengan waktu hold 30 menit.
yang tidak terlalu cepat. Nilai kekerasan vickers adalah
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin cepat
HV = 1.854 x P / D2 (2)
pendinginan, fasa martensite akan semakin mudah
dibentuk, dan kekerasan semakin meningkat. Dengan HV adalah nilai kekerasan vickers, P adalah
beban yang diberikan (kgf) dan D adalah panjang
diagonal jejak rata-rata (mm). Maka didapatkan nilai
kekerasan vickers 135,7 HV
= 186,7 HV
Sampel A36 diukur besar butirnya dengan metalografi Perhitungan Lingkaran ke-2 :
kuantitatif. Metode penghitungan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah metode Jeffries Planimetric.
Keterangan :
NA = grain number per mm2
f = Jefferie’s multiple
Ninside = jumlah butir dalam lingkaran Dari perhitungan Jeffries Planimetry Diperoleh
Nintercept = jumlah butir yang menyiggung lingkaran ukuran butir rata-rata sampel FeA36 adalah sebesar G =
M = perbesaran 3.609.
Diketahui:
Ninside = 323
Nintercept = 72 4 Kesimpulan
M = 200x
1. Metalografi
Perhitungan lingkaran ke-1 : a. Sampel Fe nodular memiliki struktur nodular,Fe
grey memiliki struktur flakes. Butir Fe nodular
lebih halus dari Fe grey. Batas butir Fe nodular
lebih banyak dari Fe grey. Fe nodular lebih ulet
dari Fe grey.
b. Al 7XXX memiliki bentuk butir lebih equiaxed
dari Al rolled yang memiliki butir pipih.
Kekuatan Al rolled lebih tinggi karena
mengalami strain hardening ketika diroll.
c. CuZn cast memiliki bentuk butir yang lebih
equiaxed dibanding CuZn Rolled. Ukuran butir
dari hasil roll juga lebih kecil dibandingkan
CuZn cast. CuZn cast lebih ulet dari CuZn
rolled. CuZn rolled lebih keras dari CuZn cast
karena mengalami strain hardening saat di roll
d. Seng dengan kemurnian tinggi memiliki
mikrostruktur yang terbebas dari
microsegregation
Praktikum Analisis Struktur 2018
e. SS304 memiliki fasa austenite. SS304 memiliki [7] J. Dossett and George E. Totten, "ASM
komposisi 66.4% Fe, 0.08% C, 19.0% Cr, 9.25% Handbook, Volume 4A: Steel Heat Treating
Ni, dan 2.0% Mn yang dapat membentuk Fundamentals and Processes"
inklusi. [8] Megahed, H., & El-Khassif, E. (2018). Effect of
f. Metode Jeffries Planimetry mampu holding time, thickness and heat treatment on
memperkirakan rata-rata ukuran butir. microstructure and mechanical properties of
compacted graphite cast iron.
2. Heat Treatment
a. Semakin cepat pendinginan, semakin mudah
membentuk fasa martensite dan semakin tinggi
kekerasan. 6 Tugas Tambahan
b. Air mampu mendinginkan lebih cepat daripada
oli 1. Sebutkan dan jelaskan 5 jenis stainless steel
c. Semakin lama holding time pada proses heat a. Martensitic Stainless Steel
treatment akan semakin banyak terbentuk fasa Kadar karbon tinggi, kekuatan tinggi,
pearlite dan semakin sulit membentuk ketahanan aus tinggi, kemampulasan
martensite. Maka semakin lama holding time buruk,ketahanan korosi sedang,
nilai kekerasan akan berkurang. magnetik.
b. Austenitic Stainless Steel
Fasa Austenite, ketahanan korosi baik,
kemampulasan dan kemampubentukan
5 Referensi baik, ketahanan aus baik, nonmagnetik.
c. Duplex Stainless Steel
Struktur mikro ferritic-austenitic,
[1] F. Ui, “Pengaruh proses..., Muhammad Kozin, ketangguhan tinggi, kekuatan tinggi,
FMIPA UI, 2012,” 2012. ketahanan korosi baik, kemampulasan
baik, ringan, magnetik
[2] W. Baldwin, “VOLUME 9. Metallography and d. Ferritic Stainless Steel
Microstructures,” ASM Handbook., vol. 9, p. Memiliki kandungan nikel dan karbon
2733, 1993. rendah, ketahanan korosi baik,
ketangguhan baik, kemampulasan baik,
magnetik.
[3] Kova, T., Mironov, S., Korznikov, A.,
e. Precipitation Hardening (AERO)
Korznikova, G., Myshlyaev, M. M., & Semiatin,
Memiliki kandungan Cr dan Ni,
S. L. (2015). Grain structure evolution during
Memiliki kombinasi sifat fasa
cryogenic rolling of alpha brass. Journal of
martensitic dan austenitic, memiliki
Alloys and Compounds, 629, 140–147.
kekuatan tinggi dan ketahanan korosi
http://doi.org/10.1016/j.jallcom.2014.12.241
tinggi
2. Penjelasan tentang ImageJ
[4] Mohammadtaheri, M. A. S. O. U. D., Haddad- ImageJ adalah program pemrosesan gambar
Sabzevar, M., & Mazinani, M. (2012). The sumber terbuka yang dirancang untuk gambar
Effects of Heat Treatment and Cold Working on multidimensi ilmiah, sangat mudah diperluas,
the Microstructure of Aluminum Alloys Welded dengan ribuan plugin dan skrip untuk melakukan
by Friction Stir Welding (FSW) Technique. In berbagai tugas, dan komunitas pengguna yang
Advanced Materials Research (Vol. 409, pp. 287- besar.
292). Trans Tech Publications. 3. Tuliskan rumus Hall-Petch
[6] Zhemin W., Yuan F., Junjie Q., Yue Z., Yan Y.,
Jiachun W., "microstructure analysis of AISI 304
stainless steel produced by twin-roll thin strip
casting process", Journal of University of Science
and Technology Beijing, Mineral, Metallurgy,
Material,Volume 14, Issue 5, October 2007,
Pages 420-424