Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Analisa Struktur 2018

Mochammad K. Admui, Irsan B.M. Harahap, Ardhito J. Naindraputra, Fredrik Andrianto, Farhan R. Digita dan Elvira Nuraini 1
1
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia

Abstrak. Praktikum terdiri dari tiga rangkaian. Percobaan pertama merupakan pengamatan struktur mikro secara
kualitatif dan kuantitatif. Pengujian Kualitatif dilakukan pada sampel ferrous dan non-ferrous. Sampel untuk
pengamatan metalografi kualitatif yang telah dilakukan pemotongan kemudian dimounting dengan dimasukkan
kedalam cetakkan lalu diberi resin dan hardener untuk memudahkan perlakuan sampel selanjutnya. Setelah
dimounting, sampel diamplas (grinding) menggunakan kertas amplas berbahan SiC dengan kehalusan bertahap dari
kasar ke halus dengan nomor grit 120, 240, 320, 400, 600, 800, 1000 dan 1200. Setelah dilakukan penamplasan,
sampel kemudian dipoles menggunakan kain beludru dan cairan TiO2 untuk mendapatkan permukaan sampel yang
halus dan mengkilap untuk memudahkan pengamatan. Pada tahap preparasi terakhir, sampel dietsa dengan HF, Asam
Oksalat, Nital dan ferric chloride disesuaikan berdasarkan jenis material. Setelah dipreparasi, kemudian dilakukan
pengamatan mikrostruktur menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 50x, 100x, 200x dan 500x. Setelah
mendapatkan gambaran mikrostruktur, sampel dengan material sama dibandingkan mikrostrukturnya berdasarkan
perlakuan pembentukannya. Untuk pengamatan metalografi kuantitatif dilakukan dengan metode jefferies planimetry
yang dilakukan terhadap sampel AISI A36 non-HT. Rangkaian percobaan selanjutnya adalah perlakuan panas pada
sampel Fe A36 dengan temperatur austenisasi sebesar 875oC dan ditahan selama 30 menit untuk kemudian di quench
dengan media quench oli. Setelah itu, dilakukan pengujian kekerasan dengan metode Vickers. Selain pada Fe A36,
dilakukan juga pengujian kemampukerasan pada baja karbon S45C dengan menggunakan metode pengujian Jominy.
Setelah dilakukan perlakuan panas, sampel kemudian diuji kekerasannya menggunakan metode Rockwell pada
beberapa titik dengan jarak berbeda dari quench end untuk mengetahui kemampukerasan sampel tersebut.

1 Pendahuluan 2 Metode Penelitian


Metalografi adalah ilmu yang mempelajari metode
observasi untuk menentukan atau mempelajari hubungan 2.1 Pengamatan Mikrostruktur
antara struktur dengan sifat atau karakter suatu logam
Pengamatan mikrostruktur dilakukan pada sampel Fe
atau paduan. Sebagian besar sifat makroskopik dari
nodular, Al Rolled, CuZn Cast, Zn based dan SS 304.
material dipengaruhi oleh mikrotruktur [1]. Mikrostruktur
Langkah pertama untuk mengamati mikrostruktur
pada suatu material juga mempengaruhi sifat mekanik
sampel adalah dengan melakukan preparasi sampel yang
material seperti tensile strength, elongasi, sifat terhadap
terdiri dari pemotongan, mounting, grinding, polishing
panas dan sifat kelistrikan. Dengan mengamati
dan etching. Sampel yang telah dipotong kemudian di
mikrostruktur suatu material, maka performa material
mounting dengan cetakan dari potongan pipa yang telah
tersebut dapat dilihat [1]. Kita dapat memperkirakan sifat
diberi isolasi dibagian bawah. Sampel diletakkan
mekanik material tersebut. Pengamatan Metalografi
dibagian bawah cetakan lalu diberi campuran resin dan
biasanya dilakukan dengan alat mikroskop optik. Hasil
hardener dan didiamkan selama 30 menit.
pengamatan mikroskop tersebut dapat dianalisis ukuran,
Langkah selanjutnya adalah mengamplas (grinding)
bentuk dan distribusi fasa dari material [1]. Jika data
sampel yang telah di mounting dengan menggunakan
mikrostruktur sudah didapat, maka sifat mekanik dapat
kertas amplas mulai dari grit 120-1200 dengan
diprediksi. melakukan pengubahan arah amplas sebesar 90o setiap
Perlakuan panas adalah operasi pemberian penggantian nomor grit kertas amplas. Pengamplasan
pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan terkontrol dilakukan pada mesin amplas dengan tambahan air untuk
pada logam paduan atau paduan dalam keadaan padat, memperpanjang masa pakai amplas. Pengamplasan
untuk memperoleh sifat-sifat tertentu [2]. Secara umum dilakukan sampai permukaan sampel memiliki arah yang
proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi dua jenis seragam dan tidak membentuk lebih dari satu bidang
yaitu annealing dan hardening. Annealing adalah proses untuk mendapatkan gambar dengan kualitas baik saat
melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir, dilakukan pengamatan.
menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki mampu Sampel hasil amplas kemudian dipoles dengan
mesin [2]. Hardening adalah proses yang bertujuan untuk menggunakan kertas beludru yang telah dipasang pada
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. mesin poles. Sampel dipoles pada mesin poles dengan
Perlakuan panas pada permukaan (surface treatment) ditambahkan air dan larutan kovak untuk menghindari
adalah suatu proses perlakuan panas yang bertujuan terbentuknya goresan yang dihasilkan dari kontak sampel
untuk mendapatkan kekerasan hanya pada permukaan dengan beludru.
material [2].
Praktikum Analisis Struktur 2018

Terakhir, sampel yang telah dipoles dietsa dengan zat selama 50 menit kemudian ditahan pada suhu tersebut
etsa yang sesuai. kemudian mengamati struktur sampel selama 60 menit. Dilakukan pemanasan selanjutnya pada
menggunakan mikroskop optik. Pengamatan dilanjutkan segmen 2 hingga mencapai suhu austenisasi yaitu 875 oC
dengan menggambar struktur yang tampak dan memberi selama 50 menit lalu dilakukan penahanan (holding time)
keterangan. Fe nodular dietsa menggunakan etsa kimia selama 30 menit. Setelah mencapai suhu tersebut, sampel
dengan larutan Nital, Al Rolled dietsa menggunakan etsa sesegera mungkin di-quench kedalam quenchant. Setelah
kimia dengan larutan HF, CuZn Cast dietsa dilakukan quenching, sampel kemudian dipreparasi
menggunakan etsa kimia dengan larutan Ferric Chloride, dengan diamplas, poles, dan dietsa dengan nital. Sampel
Zn based dietsa menggunakan etsa kimia dengan larutan hasil preparasi kemudian diamati mikrostrukturnya
Nital dan SS 304 dietsa menggunakan etsa elektrokimia dengan mikroskop optik dan diuji keras dengan metode
dengan larutan Asam Oksalat. vickers.
Sampel yang telah dipreparasi kemudian diamati Pengujian Vickers dilakukan dengan indentor berupa
mikrstrukturya menggunakan mikroskop optik dengan piramida diamond dengan sudut 136o dan beban 300gf.
perbesaran 50x, 100x, 200x dan 500x. Sementara untuk Pengukuran dilakukan pada panjang diagonal-diagonal
metalografi kuantitatif, dilakukan pengukuran butir untuk penjejakan pada mikroskop dengan cara memutar tuas
sampel FeA36 dengan menggunakan metode Jeffries indentor sehingga garis tebal dan tipis pada lensa
Planimetry. mikroskop mengenai ujung dari diagonal penjejakan.
Dari diagonal tersebut, nilai kekerasan Vickers dapat
2.2 Pengujian Jominy dihitung.

Pengujian kemampukerasan dilakukan pada sampel baja


S45C dengan metode Jominy. Alat yang digunakan pada 3 Hasil dan Pembahasan
percobaan iniadalah Furnace, keran air dengan tekanan
cukup dan penyangga jominy. Selain itu, diperlukan alat 3.1 Pengamatan Mikrostruktur
uji Rockwell untuk mengukur kekerasan sampel di titik
yang bervariasi.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah memasukkan 3.1.1 Mikrostruktur Fe (Nodular vs Grey)
sampel yang dimensinya telah sesuai standar ASTM
A255 dan Fe kedalam oven dengan pemanasan segmen Mikrostruktur yang dihasilkan Fe nodular berbentuk
pertama sampai suhu 525oC dengan waktu pemanasan nodular atau equiaxed serta memiiki ukuran yang kecil
selama 50 menit kemudian dijaga suhunya selama 30 jika dibandingkan dengan gambar 1 yang merupakan Fe-
menit. Setelah itu dilakukan pemanasan segmen 2 grey yang memiliki struktur atau bentuk butir yang
hinggan mencapai suhu austenisasi 875oC dan ditahan berbentuk flakes dan hanya memiliki sedikit batas butir.
selama 60 menit. Selanjutnya, sampel dikeluarkan dari Sehingga jika dibandingkan nilai keuletan dari Fe
furnace sesegera mungkin diletakkan di penyangga nodular akan lebih tinggi dibandingkan Fe gray cast.
Jominy untuk kemudian di quench dengan menggunakan Adanya bintik-bintik hitam pada gambar 2 (Fe
media air yang bertekanan pada salahsatu ujungnya. nodular) kemungkinan besar disebabkan oleh porositas
Seluruh proses pemanasan sampel dibuatkan grafik antara dikarenakan jumlahnya yang lebih sedikit dibandingkan
suhu dengan waktu yang ditunjukkan pada gambar 1. dengan bintik hitam yang dihasilkan karena etsa yang
Setelah di quench, sampel diuji kekerasannya pada 7 titik terjebak.
yang memiliki jarak berbeda dari quench-end. Lalu
dianalisis nilai kekerasan pada keenam titik tersebut
untuk menentukan nilai kemampukerasan.

Gambar 1. Grafik perlakuan pemanasan jominy test

2.3 Perlakuan Panas Gambar 2. Mikrostruktur Fe-Gray pada perbesaran 100x.


Perlakuan panas diberikan pada sampel Fe A36.
Perlakuan panas dilakukan dalam tungku yang dimulai
dari segmen 1 yaitu pre-heating hingga suhu 525oC
(a)
Praktikum Analisis Struktur 2018

(b)

Gambar 3. Mikrostruktur Fe Nodular pada perbesaran 100x Gambar 5. Mikrostruktur perbesaran 100x Al 7xxx

3.1.2 Mikrostruktur Al (Rolled vs 7xxx) 3.1.3 Mikrostruktur CuZn (Cast vs Rolled)


Pada percobaan dengan sampel berbahan Al, dilakukan Pada percobaan dengan sampel CuZn, dilakukan
pembandingan mikrostruktur antara Al hasil roll dengan perbandingan mikrostruktur antara CuZn hasil cast
paduan Al 7xxx. Perbandingan mikrostruktur dari Al dengan CuZn hasil roll. Perbandingan mikrostruktur dari
rolled dan Al 7xxx dapat diamati pada Gambar 4 dan 5. CuZn Cast dan CuZn Roll terdapat pada Gambar 6 dan 7.
Aluminium 7xxx merupakan paduan aluminium Mikrostruktur pada Gambar 6. (CuZn cast)
dengan unsur paduan Zn[2]. Pada struktur mikro Al 7xxx memiliki kecenderungan bentuk butir yang lebih
(Gambar 5.) terdapat butir memiliki kecenderungan equiaxed dibanding mikrostruktur pada gambar 7. (CuZn
berbentuk bulat. Terdapat juga perbedaan warna pada Rolled). Mikrostruktur CuZn hasil Roll terlihat lebih
gambar yang menunjukan adanya perbedaan fasa.. pipih dan memanjang menuju satu arah. Ukuran butir dari
Material hasil rolling memiliki mikrostruktur yang hasil roll juga lebih kecil dibandingkan CuZn cast.
pipih atau panjang-panjang akibat dari tekanan yang Perbedaan mikrostruktur ini terjadi karena pada
didapatkan pada saat coldwork[4]. Namun bentuk butir ketika CuZn di roll, butir dari material tersebut
tersebut tidak didapatkan pada mikrostruktur Al rolled terdeformasi membuat bentuk yang pipih searah dengan
hasil percobaan. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan arah roll. Selain itu, deformasi membuat dislokasi saling
pengamatan. Bidang yang diamati kemungkinan adalah menumpuk dan pergerakannya saling terhambat satu
bidang yang tegak lurus dengan arah roll sehingga tidak sama lain[3]. Terhambatnya pergerakan dislokasi tersebut
dapat menunjukkan bentuk butir pipih khas material hasil membuat kekuatan material semakin tinggi. Maka secara
roll teori CuZn hasil roll memiliki kekuatan yang lebih baik
Pada sampel Al 7xxx terlihat gambar mikrostruktur dibanding CuZn hasil cast.
hanya fokus pada titik tertentu. Bagian kanan gambar Gambar CuZn rolled hanya fokus pada titik tertentu
terlihat kurang fokus atau blur. Fenomena tersebur dpat (tengah), terlihat bagian sisi-sisi gambar kurang fokus
terjadi karena pengamplasan yang tidak sempurna dan sulit diamati. Hal ini disebabkan oleh proses
sehingga mengakibatkan terbentuknya bidang lebih dari pengamplasan yang tidak sempurna sehingga membentuk
satu bidang. Membuat blur mikrostruktur. bidang. Perbedaan bidang akan membuat gambar blur.

(a) (a)

Gambar 4. Mikrostruktur perbesaran 100x Al Rolled Gambar 6. Mikrostruktur pada perbesaran 200x: (a) CuZn
Cast;
Praktikum Analisis Struktur 2018

(b)

Gambar 7. Mikrostruktur pada perbesaran 200x CuZn Rolled Gambar 8. Mikrostruktur Zn pada perbesaran 100x.

3.1.4. Mikrostruktur Zn Based

Mikrostruktur material Zn based hasil percobaan dengan


perbesaran 100x dapat diamati pada gambar 8.
Mikrostruktur tersebut dianalisis dengan pembanding
literatur ASM Handbook vol.9 (Gambar 9.).
Sampel Zn based, memiliki komposisi Zn 99% Zn
dengan maksimal kadar pengotor berupa Pb sebesar
0.10%wt. Pengotor, atau paduan dapat membatasi
kelarutan solid solution [2]. Seng dengan kemurnian
tinggi memiliki mikrostruktur yang terbebas dari
microsegregation [2].
Selain itu, dalam pengamatan mikrostruktur seng
dengan kadar kemurnian tinggi teramati adanya unsur
timbal (Pb) berupa titik yang berbentuk bulat kecil.
Namun karena kelunakkan dari seng murni cukup tinggi, Gambar 9. Mikrostruktur Zn literatur pada perbesaran 100x
maka tetesan tersebut dapat hilang ketika dipolish,
meninggalkan bentuk seperti lubang yang berwarna hitam
3.1.5. Mikrostruktur SS304
dalam mikrostrukturnya [2]. Oleh karena itu, dibutuhkan
perlakuan khusus ketika proses polishing untuk menahan Stainless Steel 304 merupakan salah satu Austenitic
partikel timbal Stainless Steel yang memiliki komposisi 66.4% Fe,
Mikrostruktur hasil percobaan sudah sesuai dengan 0.08% C, 19.0% Cr, 9.25% Ni, dan 2.0% Mn. Stainless
gambar pembanding. Namun ada beberapa hal yang steel jenis ini memiliki ketahanan korosi yang sangat
menjadi perbedaan. Pertama,mikrostruktur terlihat lebih baik, Stainless steel jenis ini biasanya difabrikasi dengan
gelap dari gambar pembanding. Hal ini mungkin terjadi cara casting atau forging [5].
karena intensitas cahaya mikroskop kurang. Penyebab Mikrostruktur yang diperoleh dari percobaan pada
lain yang mungkin menjadi penyebab adalah sampel Stainless Steel 304 (Gambar 10) dibandingkan
ketidaksempurnaan proses poles. dengan gambar dari literatur (Gambar 11). Kedua gambar
Kedua, batas butir dari gambar pembanding terlihat tersebut secara umum telah sama dari segi mikrostruktur.
lebih jelas dibanding hasil percobaan. Faktor ini Terdapat matriks yang berbentuk jaringan yang
disebabkan oleh proses etsa yang kurang sehingga batas merupakan fasa austenite[2].
butir dari Zn belum terkorosi sempurna. Hal tersebut Selain matriks berbentuk jaringan, terdapat pula titik-
membuat batas butir masih sulit diamati. titik hitam yang merupakan inklusi. Sebagian besar
Selain itu, kemungkinan lain yang menyebabkan hal inklusi dan presipitat adalah senyawa kompleks bulat
tersebut adalah proses amplas yang kurang sempurna, yang terdiri dari oksida, seperti, SiO2, MnO, Al2O3,
sampel masih memiliki orientasi yang tidak seragam, Cr2O3, dan FeO atau oksida multiplisitas mereka dari
sehingga mikrostruktur lebih sulit diamati dibanding MnO · Al2O3, 2FeO · SiO2, dan 2MnO · SiO2[6].
gambar pembanding. Jika diperhatikan, pada mikrostruktur hasil percobaan
juga terdapat garis panjang di pojok kanan atas. Garis
tersebut kemungkinan besar adalah scratch yang
dihasilkan karena proses amplas dan poles yang kurang
halus.
Praktikum Analisis Struktur 2018

Kedua fenomena tersebut terjadi karena kegagalan


pembantukan fasa martensite. Kegagalan terbentuknya
fasa martensite disebabkan oleh kecepatan pendinginan
yang terlalu lama. Kecepatan pendinginan terlalu lama
membuat karbon sempat berdifusi keluar matriks Fe
sehingga fasa yang terbentuk bukan martensite.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kekerasan Rockwell Pengujian
Jominy

Jarak Indentasi (mm) Nilai Kekerasan (HRC)

Gambar 10. Mikrostruktur SS 304 (Perbesaran 200 kali) 3 mm 23.8 HRC

6 mm 19.4 HRC

9 mm 10.7 HRC

12 mm 4.6 HRC

15 mm 4.1 HRC

Gambar 11. Mikrostruktur SS 304 (Perbesaran 200 kali) 18 mm 6.8 HRC


diambil dari literatur [5]

3.2 Pengujian Jominy 21 mm 5.9 HRC


Pengujian Jominy dilakukan dengan cara quenching
salahsatu ujung sampel yang telah diaustenisasi. Setelah
di Quench, sampel diuji keras di 7 titik berbeda yang
semuanya memiliki jarak berbeda dengan titik quench-
end untuk mengetahui sejauh mana material tersebut
terkeraskan. Metode uji keras yang dilakukan adalah
metode Rockwell C.
Data pengujian dapat dilihat di tabel 1. Dari tabel
tersebut, nilai kekerasan pada quench end yang
seharusnya paling besar pun memiliki nilai sangat jauh
jika dibandingkan dengan literatur yang menyatakan
bahwa kekerasan martensite seharusnya minimal 50
HRC. Tren nilai kekerasan cenderung menurun seiring Gambar 12. Grafik Kemampukerasan Jominy Test (Jarak
pertambahan jarak dari quench end [7]. Indentasi vs Nilai kekerasan
Dari tabel dapat dilihat bahwa titik paling dekat
dengan quench end pun hanya memiliki nilai kekerasan
sebesar 23.8 HRC. Fenomena tersebut menunjukkan 3.3 Pengaruh Perlakuan Panas
bahwa pada titik tersebut fasa martensite tidak terbentuk.
Selain itu, Tren nilai kekerasan yang seharusnya Sampel Fe A36 diaustenisasi lalu diquenching dengan
menurun seiring bertambah jauh jarak titik indentasi tidak dua jenis quenchant berbeda, yaitu air dan oli. Setelah itu
selalu terjadi dalam percobaan ini, seperti pada Gambar sampel dipreparasi dengan amplas, poles, dan etsa.
12., nilai kekerasan sempat mengalami kenaikan padahal Gambar 13 menunjukkan mikrostruktur dari sampel Fe
jarak dari quench end bertambah. Seperti dapat dilihat A36 yang diquenching dengan media air. Fasa yang
pada Gambar 12 dimana nilai kekerasan di jarak 18 mm terbentuk pada sampel yang di quench oleh air adalah
jusrtu lebih besar dari nilai kekerasan pada titik indentasi Plate Martensite dan Fine Martensite [2]. Fasa
15 mm dari quench end. martensite terbentuk karena kecepatan pendinginan yang
sangat cepat karena menggunakan quenchant air.
Praktikum Analisis Struktur 2018

Selain fasa martensite yang terbentuk, terdapat Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan Vickers
austenit sisa yang belum terbentuk menjadi martensite.
Fenomena tersebut mungkin terjadi karena fasa austenite Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
belum semua bertransformasi ke martensite.
Pada gambar 14 dapat diamati mikrostruktur Fe A36
yang diquench dalam media oli. Sayangnya, D1 0.7 0.445 0.77
mikrostruktur dari sampel tersebut tidak dapat dianalisis
dengan jelas karena sampel mengalami overetching. D2 0.7 0.455 0.77
Namun menurut literatur, pendinginan dengan oli lebih
lambat dibandingkan dengan air [2]. Maka kemungkinan
besar pada sampel yang diquench dengan oli terdapat fasa Sampel yang digunakan adala Fe A36 HT. Diameter
pearlite atau bainite yang terbentuk karena pendinginan rata-rata adalah 0.64mm dengan waktu hold 30 menit.
yang tidak terlalu cepat. Nilai kekerasan vickers adalah
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin cepat
HV = 1.854 x P / D2 (2)
pendinginan, fasa martensite akan semakin mudah
dibentuk, dan kekerasan semakin meningkat. Dengan HV adalah nilai kekerasan vickers, P adalah
beban yang diberikan (kgf) dan D adalah panjang
diagonal jejak rata-rata (mm). Maka didapatkan nilai
kekerasan vickers 135,7 HV

Tabel 3. Hasil diameter perngujian kekerasan vickers


kelompok 4

Gambar 13. Mikrostruktur Fe Water Quenched (Perbesaran


1000 kali)
Kelompok 4 memiliki holding time 10 menit. Jika
dihitung dalam rumus maka hasil yang diperoleh adalah:

= 186,7 HV

Sampel kelompok 5 memiiki waktu holding time pada


saat proses HT lebih lama yaitu 30 menit, sedangkan
kelompok 4 10 menit. Berdasarkan jurnal Megahed[8],
semakin lama holding time pada proses heat treatment
akan semakin banyak terbentuk fasa pearlite dan semakin
sulit membentuk martensite. Maka semakin lama holding
time nilai kekerasan akan berkurang. Hasil pengujian
kekerasan telah sesuai dengan pernyataan pada literatur
karena kekerasan vickers kelompok 5 yang memiliki
Gambar 14. Mikrostruktur Fe Oil Quenched (Perbesaran 1000
kali) holding time lebih lama memiliki nilai kekerasan lebih
kecil dibanding kelompok 4 yang memiliki holding time
lebih sebentar .
3.4 Pengujian Kekerasan Vickers

Nilai uji keras Vickers didapatkan dengan menggunakan


beban 300g, dan loading time 10s. Semakin besar nilai 3.5 Analisis Metalografi Kuantitatif
vickers, semakin keras suatu material. Berikut tabel hasil
Metalografi kuantitatif merupakan pengukuran gambar
percobaan kekerasan vickers.
struktur dari potongan, replika, atau lapisan tipis dari
logam [2].
Praktikum Analisis Struktur 2018

Sampel A36 diukur besar butirnya dengan metalografi Perhitungan Lingkaran ke-2 :
kuantitatif. Metode penghitungan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah metode Jeffries Planimetric.

Perhitungan Lingkaran ke-3 :

Gambar 15. Daerah perhitungan metode Jeffries


p lanimetri pada mikrostruktur Fe A36

Berikut perhitungan Jeffries:

Ukuran butir rata-rata :

Keterangan :
NA = grain number per mm2
f = Jefferie’s multiple
Ninside = jumlah butir dalam lingkaran Dari perhitungan Jeffries Planimetry Diperoleh
Nintercept = jumlah butir yang menyiggung lingkaran ukuran butir rata-rata sampel FeA36 adalah sebesar G =
M = perbesaran 3.609.
Diketahui:
Ninside = 323
Nintercept = 72 4 Kesimpulan
M = 200x
1. Metalografi
Perhitungan lingkaran ke-1 : a. Sampel Fe nodular memiliki struktur nodular,Fe
grey memiliki struktur flakes. Butir Fe nodular
lebih halus dari Fe grey. Batas butir Fe nodular
lebih banyak dari Fe grey. Fe nodular lebih ulet
dari Fe grey.
b. Al 7XXX memiliki bentuk butir lebih equiaxed
dari Al rolled yang memiliki butir pipih.
Kekuatan Al rolled lebih tinggi karena
mengalami strain hardening ketika diroll.
c. CuZn cast memiliki bentuk butir yang lebih
equiaxed dibanding CuZn Rolled. Ukuran butir
dari hasil roll juga lebih kecil dibandingkan
CuZn cast. CuZn cast lebih ulet dari CuZn
rolled. CuZn rolled lebih keras dari CuZn cast
karena mengalami strain hardening saat di roll
d. Seng dengan kemurnian tinggi memiliki
mikrostruktur yang terbebas dari
microsegregation
Praktikum Analisis Struktur 2018

e. SS304 memiliki fasa austenite. SS304 memiliki [7] J. Dossett and George E. Totten, "ASM
komposisi 66.4% Fe, 0.08% C, 19.0% Cr, 9.25% Handbook, Volume 4A: Steel Heat Treating
Ni, dan 2.0% Mn yang dapat membentuk Fundamentals and Processes"
inklusi. [8] Megahed, H., & El-Khassif, E. (2018). Effect of
f. Metode Jeffries Planimetry mampu holding time, thickness and heat treatment on
memperkirakan rata-rata ukuran butir. microstructure and mechanical properties of
compacted graphite cast iron.
2. Heat Treatment
a. Semakin cepat pendinginan, semakin mudah
membentuk fasa martensite dan semakin tinggi
kekerasan. 6 Tugas Tambahan
b. Air mampu mendinginkan lebih cepat daripada
oli 1. Sebutkan dan jelaskan 5 jenis stainless steel
c. Semakin lama holding time pada proses heat a. Martensitic Stainless Steel
treatment akan semakin banyak terbentuk fasa Kadar karbon tinggi, kekuatan tinggi,
pearlite dan semakin sulit membentuk ketahanan aus tinggi, kemampulasan
martensite. Maka semakin lama holding time buruk,ketahanan korosi sedang,
nilai kekerasan akan berkurang. magnetik.
b. Austenitic Stainless Steel
Fasa Austenite, ketahanan korosi baik,
kemampulasan dan kemampubentukan
5 Referensi baik, ketahanan aus baik, nonmagnetik.
c. Duplex Stainless Steel
Struktur mikro ferritic-austenitic,
[1] F. Ui, “Pengaruh proses..., Muhammad Kozin, ketangguhan tinggi, kekuatan tinggi,
FMIPA UI, 2012,” 2012. ketahanan korosi baik, kemampulasan
baik, ringan, magnetik
[2] W. Baldwin, “VOLUME 9. Metallography and d. Ferritic Stainless Steel
Microstructures,” ASM Handbook., vol. 9, p. Memiliki kandungan nikel dan karbon
2733, 1993. rendah, ketahanan korosi baik,
ketangguhan baik, kemampulasan baik,
magnetik.
[3] Kova, T., Mironov, S., Korznikov, A.,
e. Precipitation Hardening (AERO)
Korznikova, G., Myshlyaev, M. M., & Semiatin,
Memiliki kandungan Cr dan Ni,
S. L. (2015). Grain structure evolution during
Memiliki kombinasi sifat fasa
cryogenic rolling of alpha brass. Journal of
martensitic dan austenitic, memiliki
Alloys and Compounds, 629, 140–147.
kekuatan tinggi dan ketahanan korosi
http://doi.org/10.1016/j.jallcom.2014.12.241
tinggi
2. Penjelasan tentang ImageJ
[4] Mohammadtaheri, M. A. S. O. U. D., Haddad- ImageJ adalah program pemrosesan gambar
Sabzevar, M., & Mazinani, M. (2012). The sumber terbuka yang dirancang untuk gambar
Effects of Heat Treatment and Cold Working on multidimensi ilmiah, sangat mudah diperluas,
the Microstructure of Aluminum Alloys Welded dengan ribuan plugin dan skrip untuk melakukan
by Friction Stir Welding (FSW) Technique. In berbagai tugas, dan komunitas pengguna yang
Advanced Materials Research (Vol. 409, pp. 287- besar.
292). Trans Tech Publications. 3. Tuliskan rumus Hall-Petch

[5] D. Samantaray, V. Kumar, A. K. Bhaduri, and P.


Dutta, “Microstructural Evolution and
Mechanical Properties of Type 304 L Stainless
Steel Processed in Semi-Solid State,” Int. J. M
etallurgical Eng., vol. 2013, no. 2, pp. 149–153,
2013.

[6] Zhemin W., Yuan F., Junjie Q., Yue Z., Yan Y.,
Jiachun W., "microstructure analysis of AISI 304
stainless steel produced by twin-roll thin strip
casting process", Journal of University of Science
and Technology Beijing, Mineral, Metallurgy,
Material,Volume 14, Issue 5, October 2007,
Pages 420-424

Anda mungkin juga menyukai