Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK METALOGRAFI

• Pengetahuan metalografi 🡪 mempelajari karakteristik


struktural baik struktur mikro maupun makro dan susunan
dari bahan dalam hubungannya dengan sifat sifat bahan,
analisis kimia dan metalografi dari bahan tersebut.

• Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang


sangat penting untuk dipelajari. Karena struktur mikro sangat
berpengaruh pada sifat fisik dan mekanik suatu logam.
Struktur mikro yang berbeda sifat logam akan berbeda pula.

• Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam


akan meningkat. Dan juga sebaliknya, struktur mikro yang
besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya
menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh
komposisi kimia dari logam atau paduan logam tersebut serta
proses yang dialaminya.
Pengamatan metalografi didasarkan pada
perbedaan intensitas sinar pantul permukaan
logam yang masuk kedalm mikroskop sehingga
terjadi gambar yang berbeda ( gelap, agak gelap,
terang).
Apabila terhadap prmukaan logam yang telah
dihaluskan (polish) dicelupkan kedalam suatu
majen kimia (etsa), maka permukaan logam
tersebut akan dilarutkan.
Mikrostruktur yang berbeda, akan dilarutkan
dengan kecepatan yang berbeda pula, sehingga
akan meninggalkan bekas pada permukaan logam
dengan orientasi sudaut yang berbeda.
Dengan demikian, apabila seberkas sinar
dikenakan pada permukaan logam yang telah
dietsa maka sinar tersebut akan dipantulkan
sesuai dengan orientasi sudut permukaan bidang
yang terkena
Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua,yaitu:
1. Metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam
dengan pembesaran 10 ± 100kali.
2. Metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam
dengan pembesaran 1000 kali.
Tujuan dari pengamatan metalografi :
❑ membedakan mikrostruktur suatu • jenis logam,
logam • komposisi kimia,
❑ mengamati bentuk butir • sifat mekanis
❑ menentukan ukuran butir • pengerjaan yang
❑ melihat adanya cacat mikro telah dialami oleh
logam tersebut.
❑ melihat adanya impuritas
Manfaat pengujian metalografi

• Dapat memperoleh karakteristik/sifat dari bahan, misalnya


sifat fisik, sifat mekanik, sifat thermal
• Mengetahui fase-fase yang terjadi pada saat pendinginan
dilakukan.
• Mengetahui reaksi-reaksi pembentukan.
• Dapat melihat perbedaan setiap fasa logam yang diuji.
• Dapat mengetahui dampak perlakuan panas dan media
pendingin terhadap karakteristik logam, sehingga dapat
memilih ataupun memprediksi kualitas bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan produk.
• Memperbaiki hasil produksi dan mengurangi biaya produksi.
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk
pada logam tersebut biasanya memakai mikroskop.

Jenis jenis mikroskop


• Mikroskop optik
• SEM (Scanning Electron Microscopy)
• TEM (transmission Electron Microscopy)
Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya (Compound light microscope) adalah


mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai
sumber cahayanya dan pengaturan lensa untuk
pengambilan gambarnya.

Terdiri atas 3 lensa yaitu :


1. Lensa obyektif
2. Lensa okuler
3. Lensa kondensor
Lensa obyektif berfungsi guna pembentukan bayangan pertama
dan menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat
pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk memperbesar
bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai "apertura" yaitu
suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan
menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua
benda yang terpisah.

  Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian


ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh
lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.

Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung


terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan dilihat
sehingga dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh
daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal maka
dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannyapun
akan kurang optimal.
 Agar pada saat diamati benda uji terlihat
dengan jelas, karena sangatlah penting hasil
gambar pada metalografi maka sampel harus
dipreparasi terlebih dahulu.
Semakin sempurna preparasi benda uji, semakin
jelas gambar struktur yang diperoleh.
Tahapan preparasinya meliputi
1. pemotongan specimen
2. mounting specimen
3. grinding dan polishing
4. Etsa
1. PEMOTONGAN SPESIMEN
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan :
• pematahan : untuk bahan getas dan keras
• pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang
tipis dan lunak
• Penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari
350 HB
• pemotongan abrasi
• electric discharge machining : untuk bahan dengan
konduktivitas baik di mana sampel direndam
dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum
dipotong dengan memasang catu listrik antara
elektroda dan sampel.
2. MOUNTING
Spesimen ukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan
akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan pengamplasan
dan pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen yang berupa
kawat, lembaran metal tipis, potongan yang tipis, dll. Untuk
memudahkan penanganannya, maka spesimen tersebut harus
ditempatkan pada suatu media (media mounting).
Secara umum syarat-syarat sebagai bahan mounting adalah :
•  Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupun zat etsa)
•  Sifat eksoterimis rendah,  Viskositas rendah
•  Penyusutan linier rendah
•  Sifat adhesi baik
•  Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel
•  Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk
ketidakteraturan yang terdapat pada sampel
•  Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan
mounting harus kondusif
Pada umumnya mounting
menggunakan material
plastik sintetik.
Materialnya dapat berupa
resin (castable resin) yang
dicampur dengan
hardener, atau bakelit.

Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang


digunakan lebih sederhana dibandingkan bakelit, karena
tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan
castable resin ini tidak memiliki sifat mekanis yang baik
(lunak) sehingga kurang cocok untuk material-material yang
keras.
Teknik mounting yang paling baik
menggunakan thermosetting
resin dengan menggunakan
material bakelit. Material ini
berupa bubuk yang tersedia
dengan warna yang beragam.
Thermosetting mounting
membutuhkan alat khusus,
karena dibutuhkan aplikasi
tekanan (4200 lb/in2) dan panas
(1490C) pada mold saat
mounting.
3. GRINDING DAN POLISHING
GRINDING
Grinding atau pengamplasan
adalah proses untuk mereduksi
suatu permukaan dengan
pergerakan permukaan abrasif
yang bergerak relatif lambat
sehingga panas yang dihasilkan
tidak terlalu signifikan.

Pengamplasan bertujuan untuk


meratakan dan menghaluskan
permukaan sampel yang akan
diamati. Pengamplasan ini
dilakukan secara berurutan yaitu
dengan memakai amplas kasar
hingga amplas halus.
ANSI / CAMI FEPA
Grit Number Size in Microns Grit Number Size in Microns (µm)
(µm)
120 116.0 P120 125.0
180 78.0 P150 100.0
240 51.8 P280 52.2
600 14.5 P1200 15.3
800 11.5 P1500 12.6
1500 8.0 P2500 8.4
• Penggerindaan kasar yaitu meratakan permukaan
sampel dengan cara menggosokkan sampel pada
gerinda.
• pengamplasan yang dilakukan dengan menggunakan
amplas dengan nomor di bawah 180 #, dan masih
menyisakan permukaan benda kerja yg belum halus.
• Tujuan gerinda kasar untuk menghilangkan deformasi
pada permukaan akibat pemotongan dan pemanasan
yang berlebih. Sampel yang baru saja dipotong atau
sampel yang telah terkorosi memiliki permukaan yang
kasar. Permukaan yang kasar tersebut harus diratakan
agar pengamatan struktur mudah dilakukan.
• Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel
pada kertas amplas dengan permukaan yang akan
diamati bersentuhan langsung dengan bagian
kertas amplas yang kasar, kemudian sampel
ditekan dengan gerakan searah.Selama
pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan
sampel dan kertas amplas yang memungkinkan
terjadinya kenaikan suhu yang dapat
mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga
diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air.
• Apabila ingin mengganti arah pengamplasan,
sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak
lurus terhadap arah mula-mula.Pengamplasan
selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-
goresan pada permukaan sampel, selanjutnya
sampel siap dipoles.
• Penggerindaan halus adalah pengamplasan yang
dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor
lebih tinggi dari 180 #, dam menghasilkan permukaan
yang halus.
Ukuran kertas amplas (grit) untuk pengamplasan pertama
⮚ Gergaji pita 60 – 120
⮚ Gergaji abrasif 120 – 240
⮚ Gergaji kawat / intan kecepatan rendah 320 – 400
Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan
adalah pemberian air. Air berfungsi sebagai pemindah
geram, memperkecil kerusakan akibat panas yang timbul
yang dapat merubah struktur mikro sampel dan
memperpanjang masa pemakaian kertas amplas.
Copper specimen ground with 180 grit paper Copper specimen ground with 400 grit paper

Copper specimen ground with 800 grit paper Copper specimen ground with 1200 grit pape
POLISHING (Pemolesan)
Pemolesan adalah proses yang dilakukan untuk
menghilangkan bagian-bagian yang terdeformasi
karena perlakuan sebelumnya .
Setelah diamplas sampai halus (600#), sampel harus
dilakukan pemolesan. Pemolesan bertujuan untuk
memperoleh permukaan sampel yang halus bebas
goresan dan mengkilap seperti cermin dan
menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde
0.01 μm.
Pemolesan dibagi dua :
1. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam
range sekitar 30 - 3µm.
2. pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar
1µm atau di bawahnya.
Copper specimen polished Copper specimen polished
to 6 micron level to 1 micron level.
Tahap pemolesan dimulai dengan pemolesan kasar terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemolesan halus.
Ada 3 metode pemolesan antara lain yaitu sebagai berikut :
1. Pemolesan Elektrolit Kimia
Hubungan rapat arus & tegangan bervariasi untuk larutan
elektrolit dan material yang berbeda dimana untuk tegangan,
terbentuk lapisan tipis pada permukaan, dan hampir tidak
ada arus yang lewat, maka terjadi proses etsa. Sedangkan
pada tegangan tinggi terjadi proses pemolesan.
2. Pemolesan Kimia Mekanis
Merupakan kombinasi antara etsa kimia dan pemolesan
mekanis yang dilakukan serentak di atas piringan halus.
Partikel pemoles abrasif dicampur dengan larutan pengetsa
yang umum digunakan.
3. Pemolesan Elektro Mekanis (Metode Reinacher)
Merupakan kombinasi antara pemolesan elektrolit dan
mekanis pada piring pemoles. Metode ini sangat baik untuk
logam mulia, tembaga, kuningan, dan perunggu.
4. ETSA
• Pengetsaan adalah proses yang dilakukan untuk melihat
struktur mikro dari sebuah spesimen dengan
menggunakan mikroskop.
• Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga
struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan
mikroskop. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia
pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir,
kedalaman butir dan komposisi dari sampel.
• Pada intinya proses pengetsaan dilakukan menggunakan
cairan kimia untuk memunculkan detail struktur mikro
pada spesimen. Dilakukan dengan cara mencelupkan
mount kedalam wadah zat etsa.
• Untuk beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika
diberikan zat etsa. Sehingga perlu pengetahuan yang tepat
untuk memilih zat etsa yang tepat.
• Sampel harus bersih dan kering.
• Selama etsa, permukaan sampel harus selalu terendam
dalam etsa.
• Waktu etsa harus tepat, tidak boleh terlalu lama agar
permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena
terlalu lama (sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi
alkohol untuk memperlambat reaksi)
• Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara
mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya
tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan
dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering.
Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh
untuk mencegah permukaan menjadi kusam.
• Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah
mikroskop.
a.  Etsa Kimia
proses etsa dengan menggunakan larutan kimia dimana zat
etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang
akan diamati. Contohnya antara lain : nitrid acid / nital
(asam nitrit + alkohol 95%), picral (asam picric + alkohol),
ferric chloride, hydroflouric acid, dll. Perlu diingat bahwa
waktu etsa jangan terlalu lam (umumnya sekitar 4 – 30
detik), dan setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir
lalu dengan alkohol kemudian dikeringkan dengan alat
pengering.

b.  Elektro Etsa (Etsa Elektrolitik)


Merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi
elektroetsa. Cara ini dilakukan dengan pengaturan tegangan
dan kuat arus listrik serta waktu pengetsaan. Etsa jenis ini
biasanya khusus untuk stainless steel karena dengan etsa
kimia susah untuk medapatkan detil strukturnya
Metode perhitungan besar butir
1.  Metode Perbandingan
2.  Metode Intercept (Heyne)
3. Metode Planimetri (Jeffries)

merupakan besar butir pendekatan,


sebab butir memiliki 3 dimensi bukan 2 dimensi.
 Metode Perbandingan
Foto mikrostruktur bahan dengan perbesaran 100x
dibandingkan dengan grafik ASTM E112-63, dapat
ditentukan besar butir. Nomor besar butir
ditentukan dengan rumus :
N–2n-1
Dimana n = ukuran buti
N = jumlah butir per inch2 dengan
perbesaran 100x.
Metode ini cocok untuk sampel dengan butir
beraturan.
Metode Intercept (Heyne)

• Plastik transparan dengan grid (bergaris kotak-


kotak) diletakkan di atas foto atau sampel.
Kemudian dihitung semua butir yang
berpotongan pada akhir garis dianggap
setengah.
• Perhitungan dilakukan pada tiga daerah agar
mewakili.
• Nilai diameter rata-rata ditentukan dengan
membagi jumlah butir yang berpotongan
dengan panjang garis.
• Metode ini cocok untuk butir yang tidak
beraturan.

Anda mungkin juga menyukai