Copper specimen ground with 800 grit paper Copper specimen ground with 1200 grit pape
POLISHING (Pemolesan)
Pemolesan adalah proses yang dilakukan untuk
menghilangkan bagian-bagian yang terdeformasi
karena perlakuan sebelumnya .
Setelah diamplas sampai halus (600#), sampel harus
dilakukan pemolesan. Pemolesan bertujuan untuk
memperoleh permukaan sampel yang halus bebas
goresan dan mengkilap seperti cermin dan
menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde
0.01 μm.
Pemolesan dibagi dua :
1. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam
range sekitar 30 - 3µm.
2. pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar
1µm atau di bawahnya.
Copper specimen polished Copper specimen polished
to 6 micron level to 1 micron level.
Tahap pemolesan dimulai dengan pemolesan kasar terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemolesan halus.
Ada 3 metode pemolesan antara lain yaitu sebagai berikut :
1. Pemolesan Elektrolit Kimia
Hubungan rapat arus & tegangan bervariasi untuk larutan
elektrolit dan material yang berbeda dimana untuk tegangan,
terbentuk lapisan tipis pada permukaan, dan hampir tidak
ada arus yang lewat, maka terjadi proses etsa. Sedangkan
pada tegangan tinggi terjadi proses pemolesan.
2. Pemolesan Kimia Mekanis
Merupakan kombinasi antara etsa kimia dan pemolesan
mekanis yang dilakukan serentak di atas piringan halus.
Partikel pemoles abrasif dicampur dengan larutan pengetsa
yang umum digunakan.
3. Pemolesan Elektro Mekanis (Metode Reinacher)
Merupakan kombinasi antara pemolesan elektrolit dan
mekanis pada piring pemoles. Metode ini sangat baik untuk
logam mulia, tembaga, kuningan, dan perunggu.
4. ETSA
• Pengetsaan adalah proses yang dilakukan untuk melihat
struktur mikro dari sebuah spesimen dengan
menggunakan mikroskop.
• Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga
struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan
mikroskop. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia
pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir,
kedalaman butir dan komposisi dari sampel.
• Pada intinya proses pengetsaan dilakukan menggunakan
cairan kimia untuk memunculkan detail struktur mikro
pada spesimen. Dilakukan dengan cara mencelupkan
mount kedalam wadah zat etsa.
• Untuk beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika
diberikan zat etsa. Sehingga perlu pengetahuan yang tepat
untuk memilih zat etsa yang tepat.
• Sampel harus bersih dan kering.
• Selama etsa, permukaan sampel harus selalu terendam
dalam etsa.
• Waktu etsa harus tepat, tidak boleh terlalu lama agar
permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena
terlalu lama (sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi
alkohol untuk memperlambat reaksi)
• Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara
mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya
tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan
dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering.
Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh
untuk mencegah permukaan menjadi kusam.
• Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah
mikroskop.
a. Etsa Kimia
proses etsa dengan menggunakan larutan kimia dimana zat
etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang
akan diamati. Contohnya antara lain : nitrid acid / nital
(asam nitrit + alkohol 95%), picral (asam picric + alkohol),
ferric chloride, hydroflouric acid, dll. Perlu diingat bahwa
waktu etsa jangan terlalu lam (umumnya sekitar 4 – 30
detik), dan setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir
lalu dengan alkohol kemudian dikeringkan dengan alat
pengering.