1. TUJUAN PENGAMATAN
a. Mengamati dan membandingkan struktur mikro dari beberapan material
dengan mikroskop metalografi.
b. Membandingkan struktur mikro logam baja dan alumunium setelah diberi
perlakuan panas quenching dan tempering.
2. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Mikroskop Metalurgi
b. Amplas
c. Oven
d. Penjepit
e. Larutan etsa HNO3 100 % , HNO3 5 % , NaOH 50 %
f. Air
g. Autosol
h. Loop
2. Bahan
a. Baja
b. Besi Cor
c. Alumunium
d. Tembaga
e. Kuningan
a. Permukaan benda dihaluskan dan dibersikan pada kedua sisi sehingga permukaan
rata dan sejajar pada kedua sisi dengan menggunakan amplas kasar sampai amplas
halus.
b. Beri autosol pada permukaan , kemudian digosok hingga mengkilap.
c. Bersikan permukaan benda uji dengan aquades kemudian dikeringkan dan
dihembuskan ke udara.
d. Berikan larutan etsa pada salah satu permukaan benda uji , larutan yang digunakan
adalah :
HNO3 100 % : Kuningan dan Tembaga
HNO3 5 % : Baja dan Besi Cor
NaOH 50 % : Alumunium
e. Masukan benda uji dalam alkohol untuk menetrakan larutan etsa , kemudian cuci
benda uji dengan aquades dan keringkan.
f. Periksa struktur mikro benda uji dengan mengunakan mikroskop metalurgi dan
ambilah gambar struktur mikronya . ( lakukan prosedur a – f untuk semua
material).
g. Periksa kekerasan untuk material dengan menggunakan alat uji kekerasan Brinel
dan ukur diameter dengan menggunakan mikroskop.
h. Benda uji diberi perlakuan panas Quenching , Benda uji dimasukan dalam oven
yang telah bersuhu 850 ⁰C untuk besi cor dan oven bersuhu 550 ⁰C untuk
alumunium , dilakukan masing masing selama 30 menit.
i. Keluarkan benda uji dari oven dan langsung dimasukan didalam air hingga benda
uji dingin.
j. Amplas permukaan benda uji setelah proses quenching hingga halus dan
mengkilat.
k. Periksa struktur mikro benda uji dengan mengunakan mikroskop metalurgi dan
ambilah gambar struktur mikronya.
l. Benda uji diberi perlakuan panas Tempering, Benda uji dimasukan dalam oven
yang telah bersuhu 600 ⁰C untuk besi cor dan oven bersuhu 400 ⁰C untuk
alumunium , dilakukan masiing masing selama 30 menit.
m. Matikan oven dan tunggu benda uji hingga dingin.
n. Lakukan prosedur j – k.
a. Aluminium
Aluminium adalah logam putihh keperakan, elemen ke 13 dalam tabel
periodik unsur. Untuk menghasilkan gambar struktur yang jelas, diberikan etsa NaOH
50%. NaOH sendiri merupakan salah satu unsur ion yang bersifat basa kuat, kaustik
dan memiliki sifat korosif. Pada gambar struktur mikro Aluminium diatas, mula-mula
gambar yang dihasilkan kurang jelas sehingga sulit untuk di identifikasi oleh
praktikan, namun jika dilihat secara sepintas, Aluminium tersebut memiliki sifat
intergranullar yaitu retak yang menyebar diantara butir yang melewati batas butir.
Dilihat lagi dari gambar tersebut Aluminium memiliki tingkat kerapatan yang relatif
rapat. Menurut sumber dari internet tingkat kepadatan Aluminium mencapai 2.7
gram/cm3. Pada gambar Aluminium mula-mula terdapat pola gelap terang, hal
tersebut menunjukkan bahwa ada bagian yang terkorosi selektif. Bagian yang
berwarna gelap adalah bagian yang terkena korosi selektif.
Auminium sendiri memiliki titik leleh pada suhu 660 o C. Quenching ini
bertujuan untuk menambah kekerasan pada Aluminium. Quenching pada Aluminium
menggunakan oven metallurgi dengan suhu 550 o C. Namun ketika akan dikeluarkan
dai oven, suhu dilebihkan sehingan saat dikeluarkan masih berada di antara 500 o C.
Dilihat dari gambar Aluminium Quenching batas butir aemakin terlihat dan lebh
meyakinkan bahwa Aluminium bersifat interganullar. Grafit yang terdapat pada
Aluminium terlihat sedikit, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Auminium
memiliki sifat kekrasan yang rendah.
b. Baja
Baja dapat dikategorikan : baja karbon rendah ( C < 0.3% ), baja karbon
sedang ( 0.3 < C < 0.6 ), dan baja karbon tinggi ( C > 0.7 ). Baja Hypoeutectoid
( 0.022 < C < 0.77 ) dan Baja Hypereutectoid ( C > 0.77 ). Di dalam micrograph
bagian yang terlihat gelap disebut cementite dan bagian yang terang disebut ferrite.
Akibat dari perlakuan panas yang diberikan kepada baja, pola struktur menjadi
lebih buram dan sulit dibedakan yang mana feritte dan yag mana cementite.
c. Besi Cor
Besi Cor memiliki konsentrasi kabon diatas 2.11% dan dibawah 6.7%. Besi
cor dibagi menjadi 2 yaitu besi cor putih dan besi cor kelabu. Tingkat pendinginan
yang tinggi dan ekuvivalen karbon yang mmbantu pembentukan besi cor putih,
sedangkan tingkat pendinginan yang rendah akan meningkatkan besi cor abu-abu.
Besi cor abu-abu mengandung grafit dalam matrik yang bersifat pearlite.
Struktur dari pearlite dapat diamati, tampak terdiri dari lapisan feritte dan cementite.
Daerah terang berbintik-bintik disebut eutektik fosfin.
d. Tembaga
Tembaga adalah logam yang memiliki titik lebur 1083 o C dan memiliki titik
didih 2595o C. Gambar struktur mikro tembaga memperlihatkan strukur mikro dari
tembaga yang sudah diberi etsa HNO3 100%.
Pada gambar tersebut, yang berwarna gelap disebut eutektik. Eutektik sendiri
adalah campuran titik leleh yang lebih rendah dari tembaga murni dan cupprous.
Kemudian terdapat juga badan globular yang tersebar dalam latar belakang tembaga
partiel oksida cupprous membentuk jarngan, menguraikan sel dendritik.
e. Kuningan
Kuningan adalah paduan seng tembaga. Secara umum mereka memiliki
kekuatan dan ketahanan korosi yang baik, walaupun struktur dan sifatnya merupakan
fungsi dan kandungan seng.
Dilihat dari gambar diatas, setelah dietsa menggunaka HNO 3 100% terbentuk
suatu pola-pola mirip kristal yang dinamakan dendritik. Kristal-kristal tersebut tak
merata dan bentuknya berbeda-beda. Terdapat juga pola gelap terang yang
menunjukkan hasil etsa. Batas butir yang terdapat pada gambar kurang jelas
Kita dapat membaningkan dan mengamati struktur mikro dari beberapa logam
yang diuji dengan mikrosop metalurgi seperti pada pembahasan dan kita dapat
membandingkan struktur mikro dari logam baja akibat perlakuan panas seperti pada
pembahasan. Walaupun pembahasan diatas masih banyak kekurangan dan kesalahan.