Anda di halaman 1dari 12

PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO

http://boo-cah.blogspot.co.id/2013/09/pengujian-struktur-mikro.html

DASAR TEORI
Suatu logam mempunyai sifat mekanik yang tidak hanya tergantung pada komposisi
kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan
komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat
mekaniknyapun akan berbeda. Ini tergantung pada proses pengerjaan dan proses laku-panas
yang diterima selama proses pengerjaan. Pengamatan struktur mikro dapat menggunakan
mikroskop, dengan prinsip seperti ditunjukkan Gambar

Gambar (a) Prinsip dan komponen mikroskop metalurgi dan pencahayaan dari sistem optik
, obyek dan penampakannya, (b) Penampakan butir yang telah dipolis dan dietsa
menggunakan mikroskop optic.
Baja (steel) merupakan paduan Fe dan C dengan kandungan karbon kurang dari 2,1 %.
Besi murni sering disebut ferit (Gambar 5.2(a). Baja itu sendiri menurut kandungan
karbonnya terbagi menjadi yaitu baja hipotektoid dan baja eutektoid
Hipereutektoid (Gambar, (b), (c), dan (d)). Pada suhu ruang,baja hipotektoid (kandungan
karbon kurang dari 0,77%) terdiri dari butir-butir kristal ferrit clan perlit. baja hipereutektoid

berupa jaringan sementit dan perlit, sedangkan untuk baja eutektoid terdiri dari perlit
eutektoid.

Gambar Strukturmikro baja (a) ferit, C= 0 % pembesarn 95 X , (b)Hipotektoid,C=0,38


% pembesaran 635 x, (c) Perlit pembesaran500 X, dan (d)Hipereutektoid C=1,0
% pembesaran 1000 X.

Dalam suatu proses laku panas, transformasi austenit pada pendinginan memegang
peranan penting terhadap sifat baja.yang dikenai suatu proses laku panas. Austenit dari baja
hypoeutektoid bila didinginkan dengan lambat maka pada temperatur kamar akan berstruktur
mikro ferit (proeutektoid) dan struktur yang berlapis-lapis (lamellar) terdiri dari ferrit dan
sementit, yang disebut perlit (pearlite). Semakin tinggi kadar karbon dari baja ini makin
banyak jumlah perlitnya dibandingkan dengan jumlah ferritnya, clan struktur akan terdiri dari
perlit seluruhnya pada baja dengan komposisi eutektoid (baja eutektoid, 0,77 % C).
Transformasi dari austenit menjadi perlit terjadi karena perpindahan atomatom secara
diffusi, karenanya akan memerlukan waktu lama. Dengan pendinginan lambat akan tersedia
cukup waktu berlangsungnya diffusi sehingga dapat terbentuk perlit yang lamellar. Bila
pendinginan agak cepat maka tidak lagi cukup waktu untuk menyelesaikan seluruh
transformasi pada temperatur eutektoid A1. Transformasiakan berlangsung pada temperatur
yang lebih rendah, dan pada temperatur yang lebih rendah ini gerakan atom-atom (diffusi)

menjadi lebih terbatas, sehingga lebar lamel menjadi lebih kecil dan butiran-butiran kristal
yang terjadi akan lebih kecil/halus. Bahkan bila pendinginan berlangsung lebih cepat lagi
akan dapat terbentuk struktur mikro yang berbeda dari apa yang terbentuk pada pendinginan
lambat yaitu menjadi fasa martensit yang bersifat mekanis sangat keras tetapi getas (Gambar)

Gambar Struktur Martensit, 200X

Dalam diagram Fe-Fe3C di atas paduan Fe dan C dimana kandungan karbon lebih besar
dari 2,1 % sampai dengan 6,57 % , maka disebut besi cor . Besi cor bermacam-macam
jenisnya tergantung dari proses dan sifat mekanisnya. Seperti ditunjukkan oleh Gambar

Gambar (a) Struktur mikro besi cor kelabu dengan grafit serpih, matriks perlit, 500 x,b) Besi
cor nodular, 200 x, (c) besi cor putih, 400 x, (d) besi cor malleabele, 150 x

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui fase struktur mikro yang terdapat pada suatu bahan logam.
2. Mahasiswa mengetahui bentuk struktur mikro bahan logam yang
diteliti.
3. Mahasiswa mengetahui sifat fisis dan mekanik bahan logam berdasar struktur mikronya.
ALAT DAN BAHAN
1.

Peralatan Praktikum
a. Mikroskop metalografi
b. Kamera dan film
c. Gergaji d. Kikir
e. Mesin Amplas dan Poleshing

f. Perata Spesimen dan Dudukan Spesimen


g. Kertas Amplas No. 120, 200, 400, 800, 1000, 1200
h. Pengering Spesimen
i. Alkohol
j. Aquades
k.Larutan HN035%
l. Autosol
m. Kain Pembersih(Kain Majun)
2. Bahan Praktikum
a. Baja quenching air
b. Baja tanpa perlakuan panas
c. Baja quenching minyak
d. Baja di Annealing

PERSIAPAN BENDA UJI


1. Posisi Pengambilan Spesimen
a.

Pemotongan benda dilakukan dengan gerinda secara hati-hati supaya:


o tidak terjadi perubahan struktur akibat panas yang timbul
saat pemotongan
o tidak terjadi perubahan bentuk specimen akibat beban alat
potong

b.

Untuk arah pemotongan specimen yaitu arah memanjang, arah menyilang dan arah
sejajar.

c.

Buat benda uji dengan ukuran yang baik sesuai petunjuk

2. Langkah-Langkah Preparasi Spesimen/ penyiapan spesimen


a.

Menentukan bidang pengujian, kemudian bidang tersebut


digerinda, chamfer sisi-sisi tajam. Untuk menghindari panas,
benda uji dicelupkan benda uji ke wadah air secara periodic
selama proses penggerindaan.

b.

Melakukan
pengampelasan
kering,
gunakan
air
untuk
pendinginan benda uji sampai didapat alur goresan segaris dan
alur hasil gerinda sebelumnya hilang.

c.

Melakukan pengampelasan basah mulai dari No. 120 sampai


dengan 1200 dengan dilakukan berurutan dari kasar ke halus.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan cepat harus diperhatikan
hal-hal berikut:
o Air mengalir untuk pendingin harus cukup
o Tekan benda uji sehingga terasa memotong dan memakan
bidang benda uji.
o Arah alur minimum dua kali berubah arah (pemakanan tegak
lurus alur lama)
o Jika alat tidak dipakai dalam beberapa saat, biarkan air
mengalir pada kertas amplas
o Sebelum ganti amplas biarkan dulu air mengalir pada kertas
amplas dan benda uji dicuci dengan air lalu keringkan.
o Kertas amplas diganti setelah alur sisa amplas sebelumnya
sudah hilang.
o Jika dilakukan dengan benar dan hati-hati maka waktu yang
dibutuhkan 30 menit, setelah itu benda uji dapat dipoles.

3. Langkah-Langkah Pemolesan
a.

Melakukan polishing untuk benda uji sampai didapatkan permukaan


benda uji yang rata mengkilap, tidak ada bekas amplas. Dalam
polishing yang harus diperhatikan:
o polishing dilakukan tanpa air mengalir
o media poles yang digunakan Alumina/ Autosol secukupnya

o setelah permukaan benda uji halus dan mengkilap tanpa


goresan, bersihlcan permukaan benda uji dengan alcohol
atau air.
b.

Mengeringkan permukaan benda uji dengan pengering, jangan


disentuh dengan tangan karena lemak dari tangan dapat menempel/
mengotori permukaan benda uji

4. Pengetsaan Spesimen
a.

Bahan etsa yang dipakai yaitu Nital


o Untuk besi cor, besi cor nodular: dietsa pada setengah
permukaan
o Untuk steel : di etsa pada seluruh permukaan

b. Pembuatan bahan etsa yaitu Nital


o Menyiapkan larutan HN03 : 98% sebanyak besarnya % natal
yang akan digunakan (2%, 3%, 4%, 5%, dll.)
o Menyiapkan alcohol
sebanyak 100%.

sebagai

pencampur

larutan

HN03

o Campurkan kedua larutan tersebut dan gunakan untuk etsa.


c.

Proses pengetsaan specimen


o Membersihkan specimen / dilap dengan tissue setelah
specimen dipoles Celupkan specimen ke dalam larutan Nital
dengan konsentrasi tertentu selama 5 -10 detik.
o Mencuci specimen dengan air bersih / aquades.
o Membersihkan specimen dengan mengusap specimen
dengan kapas yang telah dibasahi dengan alcohol atau
aseto
o Mengeringkan specimen dengan `hair dryer'
o Melihat struktur mikro specimen pada mikroskop metalografi.

PROSEDUR PELAKSANAAN

1.

Persiapan Alat Pengujian


a.

Menyiapkan benda uji dan pastikan permukaan benda


bersih dan telah dietsa.

b.

Meletakkan dan tempelkan benda uji pada malam


yang berada pada plat landasan agar benda uji berada
pada posisi horizontal

c.

Meratakan benda uji dengan perata sample, lindungi


permukaan benda uji dengan tissue agar permukaan
tidak tergores.

d.

Menyiapkan Mikroskop untuk pengujian


o Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung yang
disebut lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa
obyektif: lensa yang dekat dengan benda, lensa
okuler: lensa yang dekat mata.
o Prinsip kerja dari mikroskop adalah lensa obyektif
berhadapan langsung dengan benda uji dengan jarak
tertentu dan jarak ini dapat diatur dengan menaik
atau menurunkan meja benda uji untuk mendapatkan
titik focus. Bayangan nyata terbalik tadi oleh lensa
okuler
diperbesar
menjadi
bayangan
maya.
Sedangkan ukuran perbesaran bayangan maya
benda uji tadi terhadap benda uji desebut dengan
`Perbesaran'.

e.

Meletakkan benda uji dibawah lensa obyektif dari


mikroskop

f.

2.

Menghidupkan lampu mikroskop

g.

Mengarahkan pandangan mikroskop pada bagian


benda uji yang akan diamati dengan cara memutar
posisi maju-mundur da kanan-kiri.

h.

melakukan pengamatan dan bandingkan dengan


`Table Metal Handbook.Kemudian lakukan pemotretan.

Pemotretan Spesimen
a.

Memeriksa baterai yang digunakan kamera (dengan


menghidupkan kamera)

b.

Melepaskan
kamera
dengan
menekan
pengencang dengan diputar dan tarik ke atas

c.

Memasang negative film (Asa 100 atau 200)

d.

Memasang kembali kamera pada tempat semula

e.

Menghidupkan kamera

f.
g.

kunci

Melakukan pengesetan kamera agar proses pemotretan


dapat berjalan lancer.
Memfokuskan benda uji dibawah lensa obyektif

h.

Melakukan penekanan tombol untuk proses pemotretan


sesuai dengan pembesaran yang dinginkdiinginkan

i.

Pada setiap pemotretan kembalikan tombol foto ke


posisi semula

j.

Setelah negative film habis untuk pemotretan lakukan


penggulungan film k. Cucikan negative film kemudian
cetak.

3.PengamatanSpesimn
a. Memeriksa cetakan gambar specimen dilakukan analisa, jika pelanggan minta untuk
dianalisa mengenai bentuka, susunan dan ukuran grafit sesuai standar yang digunakan
yaitu SNI 07-3622-1994.
b. Membanding standar digunakan untuk penentuan bentuk susunan dan besar grafit
digunakan pembesaran 100X.
c. Mengamatkan pembandingan gambar specimen juga menggunakan `Tabel Metal
Handbook'.
d. Dalam menentukan struktur dari benda uji jika digunakan pembanding disesuaikan
dengan pembesaran dari pembanding tersebut.
e. Untuk memperlihatkan mikrostruktur atau memperjelas dapat digunakan pembesaran
yang lebih besar, tergantung dari kebutuhan.
f. Memperhitungkan pembesaran sebenarnya pada gambar adalah sebagai berikut

Pembesaran =

dengan :

Pob = Pembesaran lensa obyek


Pok = Pembesaran lensa okuler
Pcf

= panjang cetakan film

Pfn

= Panjang negatif film

fk

= Faktor koreksi

ALAT-ALAT PENGUJIAN BAHAN LOGAM


http://yohan46.blogspot.co.id/2012/04/alat-alat-pengujian-bahan-logam.html

1) Pengujian Mikrostruktur
2) Pengujian Kekerasan
3) Pengujian Kekuatan Tarik
4) Pengujian Kekuatan Kejut
5) Pengujian Jominy
Dapur Listrik
Alat ini digunakan untuk proses pemanasan (heating), penahanan (holding), atau pendinginan (cooling) dalam
Spesifikasi dapur listrik yang digunakan adalah:
Merk : OPENBAU HOFMAN
Tipe : E/90
Voltage : 220 volt
Daya : 3.3 kW
Suhu Maks.: 1100 oC
Buatan : Austria

Mesin Uji Tarik


Pengujian tarik dilakukan dengan memberikan gaya tarik ke arah aksial pada spesimen. Tegngan tarik dinyata
Spesifikasi mesin tarik yaitu:
Merk : MFL Piuf-Und Me Bsyteme GmbH D 6800 Mannheim
Kapasitas : 100 kN
Tipe : U PD 10
Tahun ; 1982
Mesin ini memiliki tiga skala pengukuran beban, yaitu:
A = 0 s/d 20 kN
A+B = 0 s/d 50 kN
A+B+C = 0 s/d 100 kN

Centrifugal Sand Paper Machine


Alat ini digunakan untuk membersihkan permukaan material logam dari karat dan kotoran lain yang tidak dip
Spesifikasi :
Merk : Saphir
Buatan : Jerman
Diameter : 15 cm
Putaran : 120 rpm

Bejana Pendingin Jominy


Alat ini digunakan untuk proses pendinginan pada uji jominy. Spesimen setelah diberi proses heating dan hol
Spesifikasi alat :
Diameter spesimen : 20 mm

Posted in: Pengujian Bahan

Anda mungkin juga menyukai