1706037245
Permukaan atas dan bawah adalah zona butiran halus dengan ukuran butir
rata-rata permukaan atas dan bawah adalah 70,74 μ m dan 70,28 μ m.
Sedangkan pada permukaan tengah adalah butiran kasar equiaxed dengan
ukuran butir rata-rata adalah 93,08 μ m. Selain itu, tidak ditemukan struktur
dendrit dan cacat metalurgi lainnya.
Amalia Tri Wahyuni
1706037245
Struktur mikro optik dari permukaan (a), cross-section (b), dan longitudinal
(c) dari hot rolled 5052+Er dengan ketebalan sekitar 4,5 mm :
Annealing dari pelat alloy 5052+Er setelah cold rolled dilakukan, sifat
mekanik pada suhu kamar dengan suhu annealing yang berbeda :
Proses annealing dibagi menjadi tiga tahap : tahap pertama pada 220 ℃ - 320
℃ (tensile strength dan yield strength menurun serta elongasi meningkat
perlahan), tahap kedua pada 340 ℃ - 360 ℃ (tensile strength dan yield
strength menurun dengan cepat, tetapi elongasi meningkat dengan cepat), dan
tahap ketiga pada 380 ℃ - 440 ℃ (perubahan tensile strength, yield strength,
dan elongasi cenderung lambat). Hal ini dikarenakan cold rolled sheet
mengalami deformasi plastik besar. Penyimpanan energi deformasi, recovery
dan recrystallization terjadi selama annealing. Recrystallization akan
mengimbangi deformasi dalam hardening dan mengurangi kekuatan serta
meningkatkan plastisitas.
Struktur mikro dari cold rolled dan annealed 5052+Er dengan temperatur
berbeda :
Amalia Tri Wahyuni
1706037245
5052+Er alloy dengan cold-rolled dan annealed (a) pada 220 ℃ (b) struktur
mikro berupa deformasi rolling yang berbentuk fiber. Ketika suhu annealing
naik ke 320 ℃ (c) terdapat partial recrystallization. Pada suhu 360 ℃ (d)
alloy telah mengalami full recrystallization, membentuk fine grains, dan
struktur fiber menghilang. Suhu terus meningkat hingga 400 ℃ (e), tidak ada
hardness untuk fine grain recrystallization, tetapi ketika menjadi 440 ℃ (f),
alloy telah terjadi grain growth.
Struktur mikro TEM dari paduan cold rolled dan anneal 5052+Er dengan
suhu yang berbeda :
Setelah multi-pass cold rolling treatment (a), terjadi elongasi butir dan
dikompresi di sepanjang arah rolling. Setelah annealing pada suhu 220 ℃
(b) selama 2,5 jam, kepadatan dislokasi dalam alloy menurun. Pada suhu
anneal ke 320 ℃ (c) terjadi recrystallization, struktur sub-grain, dan terlihat
keberadaan partikel fase kedua di area lokal. Saat suhu 360 ℃ (d), terjadi
nukleasi recrystallization. Ketika suhu naik ke 440 ℃ (f), butir
recrystallization terjadi sampai tingkat tertentu dari hardening dan growth.
Amalia Tri Wahyuni
1706037245
Partikel fase kedua dalam alloy 5052+Er di-annealing pada 360 ℃ selama
2,5 jam diamati oleh TEM :
Partikel fase kedua berbentuk peanut dengan ukuran sekitar 20-30nm dapat
ditemukan pada sub-grain, jarak rata-rata antara partikel sekitar 0,07μm, area
difraksi elektron menunjukkan bahwa partikel fase kedua adalah fase Al3Er
yang menunjukkan hubungan koheren / semi koheren dengan matriks, dapat
memainkan peran pada grain boundaries.
Kesimpulan 1) Ukuran butiran rata-rata dari permukaan atas, bawah, dan tengah pada
pelat alloy 5052+Er adalah 70,74 μ m, 70.28 μm dan 93.08 μ m. Grain tidak
memiliki karakteristik yang jelas dari dendritik struktur, permukaan 5052+Er
alloy hot rolled slab muncul butir recrystallization, dan butir di cross-section
dan elongasi diratakan dan memanjang.
2) Dengan meningkatnya suhu annealing, tensile strength dan yield strength
menunjukkan penurunan dan elongasi meningkat. Ketika suhu annealing
pada 340 ℃ - 360 ℃, tensile strength dan yield strength alloy 5052+Er
menunjukkan penurunan yang lebih besar, sedangkan elongasi meningkat.
3) Suhu awal recrystallization 5052+Er adalah 320 ℃, sedangkan suhu akhir
recrystallization adalah 360 ℃. Fase Al3Er kedua dengan ukuran sekitar 20-
30nm memiliki hubungan koheren / semi koheren dengan matriks, yang
memainkan peran penghambatan recrystallization.