Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS UJI KEKERASAN

Disusun oleh :

Adib Thoriq Nur Afronzi 5201416074

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
Uji kekerasan

Latar Belakang

Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu
yang berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material
terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran
dari tegangan alir, untuk insinyur Lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi nilai Itu adalah ketahanan
terhadap goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna Kepada
ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong. Begitu banyak konsep
kekerasan mater ial yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsep-
konsep tersebut dapat. Dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis
dari material yang diuji.

Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian
ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu material.
Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai
kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan dengan
melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet
atau getas.

Uji keras juga dapat digunakan sebaagai salah satu metode untuk mengetahui
pengaruh perlakuan panas atau dingin terhadap material. Material yang teah
mengalami cold working, hot working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran
perubahan kekuatannya, dengan mengukur kekerasan permuakaan suatu material. Oleh
sebab itu, dengan uji keras kita sapat dengan mudah melakukan quality control
terhadap material.
PENGUJIAN KEKERASAN

Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis yang


diakibatkan oleh tekanan atau goresan dari benda lain. Kekerasan merupakan sifat
suatu logam, yang memberi kemampuan logam tahan terhadap deformasi permanen
(bengkok, rusak, atau bentuk yang berubah), ketika suatu beban diterapkan. Pada
umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam
dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau
deformasi permanen. Untuk orang yang berkecimpung dalam mekanika pengujian
bahan, banyak yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap
lekukan. Untuk para perancang bangunan, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran
kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan
perlakuan panas dari suatu logam. Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu
material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya
penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa
mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun ndentasi dari material keras
terhadap suatu permukaan benda uji. Untuk melakukan pengujian kekerasan ada 3
metode, yaitu:

1. Metode goresan
2. Metode elastis atau pantulan ( rebound )
3. Metode indentasi

A. Metode Goresan

Kekersana goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan


mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain disusun berdasarkan
kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan goresan diukur dengan
skala Mohs. Skala ini terdiri atas sepuluh standar mineral disusun berdasarkan
kemampuannya untuk digores. Mineral yang paling lunak pada skala ini adalah talk
(kekerasan goresan 1), kuku jari mempunyai nilai kekerasan sekitar 2, tembaga yang
dilunakkan kekerasannya 3, martensit 7, logam yang paling keras mempunyai harga
kekerasan pada skala Mohs antara 4 sampai 8. Sedangkan intan mempunyai kekerasan
10. kelemahan dari penilaian kekerasan dengan skala Mohs adalah penilaiannya tidak
cocok untuk logam karena interval skala pada nilai kekerasan.

B. Metode Elastis atau Pantulan

Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material dintentukan oleh alat yang
dinamakan Scleroscop yang merupakan contoh paling umum dari suatu alat penguji
kekerasan dinamik, mengukur kekerasan yang dinyatakan dengan tinggi lekukan atau
tinggi pantulan. Semakin tinggi pantulan maka kekerasan suatu benda uji semakin
tinggi.

C. Metode Indentasi

Metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan menggunakan


indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Prinsip kerja dari
metode ini dengan menentukan jejak dari indentasi yang dihasilkan. Nilai kekerasan
dari suatu bahan dilihat dari kedalaman jejak yang ditinggalkan. Jejak yang
ditinggalkan menandakan bahwa logam tersebut telah terdeformasi plastis. Metode
indentasi ini di klasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang
diperkeras (hardened steel ball). Hasil penekanan adalah jejak
berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dibawah
mikroskop khusus pengukur jejak.
2. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida
dengan sudut 136o. Prinsip pengujian adalah sama dengan metode
brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar
berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop
pengukur jejak. Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada
pekerjaan penelitian karena metode tersebut memberikan hasil berupa
skala kekerasan yang kontinu, untuk suatu beban tertentu; dan
digunakan pada logam yang sangat lunak, yakni DPHnya 5 hingga
logam yang sangat keras, dengan DPH 1500.
3. Metode Rockwell
Metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan
langsung (direct reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri
karena pertimbangan praktis. Indentor yang digunakan terbuat dari baja
diperkeras berbentuk bola dan selain itu ada juga yang berbentuk
kerucut intan. Uji kekerasan Rockwell sangat berguna dan mempunyai
kemampuan ulang (reproducible) sejumlah kondisi sederhana yang
diperlukan dapat dipenuhi. Uji kekerasan Rockwell ini paling banyak
dipergunakan. Hal ini disebabkan oleh sifat–sifatnya yaitu cepat, bebas
dari kesalahan manusia, mampu untuk membedakan perbedaan
kekerasan yang kecil pada baja yang diperkeras, dan ukuran lekukannya
kecil sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas yang lengkap
dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan. Pengujian ini
menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai
ukuran kekerasan. Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu
mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola
baja.

4. Metode Meyer
Meyer mengajukan definisi mengenai kekerasan yang lebih
rasional dibanding yang diajukan oleh Brinell, yakni berdasarkan luas
proyeksi jejak, bukan luas permukaannya. Tekanan rata-rata antara luas
penumbuk (indentor) dan lekukan adalah sama dengan beban dibagi
luas proyeksi lekukan. Kekerasan Meyer kurang peka terhadap beban
yang diterapkan dibanding kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang
mengalami pengerjaan dingin, kekerasan Meyer pada dasarnya tetap
dan tidak tergantung pada beban, sedangkan kekerasan Brinell akan
mengecil bila beban bertambah besar.

DAFTAR PUSTAKA

Tri Jaka, IR.. ME. 2012. Materi Kuliah Pengujian Logam. FT Untirta : Cilegon.

Fauji. 2010. Pengetahuan Sifat Logam (Fisik & Mekanik).

Tim laboratorium metalurgi. 2012. ”Buku panduan praktikum Laboratorium


MetalurgiI”, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon

http://pengetahuan-sifat-logam-mekanik-fisik.html

http://www.calce.umd.edu/TSFA/Hardness_ad_.htm

http://www.ccitonline.com/mekanika/tiki-kiwi

http://www.google.com/search?ie=UTF8&oe=UTF8&sourceid=navclient&gfns=1&
Material+Teknik.%0B+Pengujian+++Kekerasan+dan+Metalografi

Anda mungkin juga menyukai