Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL

PENGUJIAN KEKERASAN

Oleh:
Akbar Khoir Darmawan Kesuma
122170007

Asisten Praktikum:
Latifah Winda Ervina
121170072

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bidang mekanik dan pemesinan secara tidak langsung dituntut untuk
berkembang guna mengimbangi dunia industri yang semakin maju. Dalam
aspek ini tidak lepas dari tujuan utama yaitu menghasilkan barang berkualitas
seefisien mungkin untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Salah satu bentuk
peningkatan kualitas ialah rekayasa material bahan untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan dari suatu material. Material logam merupakan material
yang sering dilakukan rekayasa bahan hal ini bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan dari material logam agar sesuai kebutuhan yang diharapkan.

Material logam sering digunakan pada kehidupan sehari-hari, dalam


penggunaannya material logam biasanya sudah mengalami rekayasa bahan,
yaitu campuran beberapa unsur kimia dengan logam sebagai unsur utamanya
guna mendapatkan karakteristik logam yang diinginkan. Dalam
penggunaannya material logam biasanya digunakan sebagai bahan
pembuatan mesin, konstruksi umum, alat perkakas serta konstruksi alat
transportasi. Pada proses pembuatannya material logam yang sudah jadi
biasanya dilakukan proses pengujian.

Salah satu pengujian untuk material logam guna mencapai ukuran atau nilai
yang diinginkan ialah pengujian kekerasan ( hardness test ). pada suatu
produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan logam.
Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan
kualitas dari material logam tersebut. Pada umumnya kekerasan menyatakan
ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut
merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastis atau deformasi
permanen ( Dieter, 1987 ) oleh sebab itu pengujian kekerasan material logam
penting untuk dilakukan di setiap produksinya.

Kekerasan merupakan istilah yang sulit didefinisikan secara tepat karena pada
setiap bidang ilmu memiliki definisinya sendiri-sendiri sesuai pada persepsi
serta keperluannya. Dalam dunia engineering yang menyangkut material
logam atau ilmu material, kekerasan dinyatakan sebagai ketahanan suatu
logam menahan indentasi, penetrasi serta abrasi. Pengujian kekerasan
memiliki peran krusial dalam berbagai sektor seperti manufaktur, konstruksi
dan penelitian. Pengujian kekerasan merupakan metode penting untuk
mengetahui dampak perlakuan panas maupun dingin terhadap sebuah
material logam.

Secara umum kekerasan mencerminkan kemampuan material untuk menahan


deformasi yang mengindikasikan sejauh mana logam dapat mengalami
perubahan bentuk permanen atau plastis. Untuk logam metode yang paling
umum digunakan untuk menguji kekerasan material logam adalah metode
kekerasan lekukan. Proses pengujian kekerasan dapat dijelaskan sebagai
kapasitas suatu sampel bahan untuk menahan deformasi permanen ketika
dikenai beban. Maka dari itu ketika gaya tertentu diterapkan pada benda uji
yang kemudian mengakibatkan deformasi lalu dapat diukur tingkat kekerasan
bahan tersebut dengan mengamati besar beban yang dibutuhkan dan area
yang terpengaruh oleh beban tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum pengujian kekerasan kali ini adalah sebagai berikut
diantaranya :
a. Mengetahui prosedur pengujian kekerasan
b. Mengetahui cara penggunaan alat praktikum dengan benar.
c. Mengetahui hasil pengujian Vickers.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metodologi
Pada umumnya kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan
merupakan ukuran ketahanan logam terhadap deformasi plastik atau
deformasi permanen. Untuk para insinyur perancang, kekerasan sering
diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan
sesuatu mengenai kekuatan dan perlakukan panas dari suatu logam ( dietter,
1987 ). Untuk logam metode yang paling sering digunakan untuk pengujian
kekerasan, ialah metode kekerasan lekukan, suatu pengujian kekerasan dapat
dijelaskan sebagai kapasitas suatu bahan material untuk menahan deformasi
permanen ketika dikenai suatu beban. Ketika gaya tertentu diterapkan pada
benda uji yang mengakibatkan deformasi sehingga dapat diukur tingkat
kekerasan material logam tersebut, dengan mengamati besar beban yang
dibutuhkan serta area yang terpengaruh oleh material yang diuji.

Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan


beban identasi atau penetrasi (penekanan). Kekerasan ialah ukuran ketahanan
bahan terhadap deformasi tekan. Deformasi yang terjadi dapat berupa
kombinasi perilaku elastis dan plastis. Pada permukaan dari dua komponen
yang saling bersinggungan dan bergerak satu terhadap lainnya akan terjadi
deformasi elastis maupun plastis. Ada beberapa cara pengujian kekerasan
yang standar untuk menguji kekerasan logam yaitu; pengujian brinell,
rockwell, vickers, dan lain lain. Pada dasarnya pengujian kekerasan dilakukan
dengan menekankan sebuah indentor yang lebih keras sifatnya dari bahan uji
dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik), bekas tapak tekan pada
permukaan benda uji diukur untuk menentukan nilai kekerasan dengan cara
gaya tekan dibagi luas tapak tekan.

Pengujian kekerasan bahan merupakan kemampuan bahan terhadap


pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya tertentu diberikan pada
suatu benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut dapat dianalisis dari besarnya
beban yang diberikan terhadap luasan bidang yang menerima pembebanan.
Indentor dapat berupa bola baja atau kerucut intan dengan ujung yang
membulat (brale). Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi, tetapi terdapat
juga indentor dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2 inchi untuk
bahan-bahan yang lunak. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan beban minor 10 kg, dan kemudian beban mayor diaplikasikan.
Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg untuk indentor bola baja dan 150 kg
untuk indentor brale. Mesikpun demikian, dapat digunakan beban dan
indentor sesuai kondisi pengujian. Karena pada pengujian rockwell, angka
kekerasan yang ditunjukkan merupakan kombinasi antara beban dan indentor
yang dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf pada angka kekerasan yang
menunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu untuk skala beban
yang digunakan.

Dalam penerapannya di dunia industri, pengujian kekerasan sering dilakukan


untuk mengevaluasi sifat-sifat mekanis dari material termasuk kekuatan,
ketahanan aus dan kekuatan impak. Pada berbagai pengaplikasiannya
pengujian kekerasan juga penting seperti pengujian material konstruksi,
kontrol kualitas manufaktur dan penelitian ilmiah. Ada berbagai macam
kekerasan yang paling umum diantaranya: uji kekerasan brinell, rockwell. dan
vickers . Apabila metode pengujian yang digunakan berbeda, maka hasil dari
sifat mekanisnya pun akan berbeda. Ada beberapa jenis kekerasan yaitu , Ball
identation test (Brinell), Pyramida identation (Vickers), Cone and ball
identation test (Rockwell), Uji kekerasan mikro atau knoop hardness. Metode
ini dibedakan oleh Indentor dan beban uji yang digunakan.

Kekerasan atau Hardness adalah salah satu sifat mekanik mechanical


properties dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami
pergesekan frictional force, dalam hal ini bidang keilmuan yang berperan
penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan teknik Metallurgy Engineering.
Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan
beban identasi atau penetrasi (penekanan). Kekerasan adalah sebagai tahanan
sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/ daya tembus dari benda yang
lainnya yang lebih keras (penetrator).

2.2 Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan merupakan salah satu metode yang ada dan penting
dalam ilmu rekayasa material. Pengujiannya merupakan teknik yang berguna
untuk mengukur daya tahan suatu material terhadap deformasi plastis ataupun
deformasi permanen maupun perubahan bentuk akibat beban atau tekanan. Di
dalam pengujian kekerasan ini menjadi sangat penting dan memiliki aspek
kritis dalam pengembangan material baru, kontrol kualitas dan pemahaman
tentang sifat-sifat mekanik yang ada pada suatu material. Untuk mengetahui
dampak dan hasil dari perlakuan panas maupun dingin terhadap sebuah
material logam, pengujian kekerasan ini sangat penting untuk dilakukan pada
proses hot working, cold working dan heat treatment pada sebuah sampel
material mampu memberikan gambaran terkait perubahan kekuatan, yang
bisa terdeteksi melalui pengukuran kekerasan permukaan sampel material
logam tersebut dan pengujian kekerasan dapat mempermudah proses
pengendalian kualitas material.
Hardness tester atau disebut uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu
metode yang berguna untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas dan
perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold
working, hot working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran
perubahan kekuatannya, dengan cara mengukur kekerasan permukaan suatu
material. Oleh sebab itu, dengan pengujian keras ini kita dapat mengambil
manfaatnya salah satunya kita dapat dengan mudah melakukan quality
control terhadap material. Kekerasan bukanlah konstanta fisika, nilainya
tidak hanya bergantung pada material yang diuji, namun juga dipengaruhi
oleh metode pengujiannya. Apabila metode pengujian yang digunakan
berbeda, maka hasil dari sifat mekanisnya pun akan berbeda.

Setiap logam mampu memiliki kekerasan kekerasan yang berbeda-beda yang


disebabkan faktor paduannya dan juga pada proses perlakuan logam tersebut.
Di dalam suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat
kekerasan logam dikarenakan sifat kekerasan pada logam dapat digunakan
untuk menentukan kualitas suatu logam. Pada prosesnya pengujian kekerasan
memiliki beberapa cara perlakuan pengujian yang dilakukan diantaranya :
a. Scratch hardness (kekerasan goresan)
Sebuah pengujian dengan metode yang dilakukan dengan cara mengukur
kemampuan suatu material dengan cara menggoreskan material yang diuji
kepada suatu spesimen. Skala uji yang dipakai pada uji ini adalah skala
mohs, yang terdiri dari 10 nilai-nilai material standard yang baik dalam
menggores material mulai dari nilai 1 yang paling lunak sampai dengan
nilai 10 yang paling keras. Kelemahan dari skala mohs ini adalah jarak
antara intervalnya kurang spesifik yaitu nilai kekerasan tiap-tiap benda
yang kurang akurat.
b. Indentation hardness (kekerasan lekukan)
Sebuah pengujian dengan metode indentansi atau dengan cara penekanan
ialah sebuah pengujian dengan cara mengukur ketahanan dari suatu
material terhadap gaya tekanan yang dihasilkan oleh indentor dengan
meilhat besar beban yang diberikan.
c. Rebound (kekerasan pantulan atau kekerasan keramik)
Yaitu sebuah pengujian dengan metode dinamik yang dilakukan dengan
cara menghitung sebuah energi yang dihasilkan oleh suatu indentor yang
dijatuhkan pada permukaan sebuah spesimen. Indentor turun ke
permukaan material, kemudian terjadilah pantulan yang tinggi. Perbedaan
ketinggian saat dijatuhkan dan pantulannya menunjukan besarnya suatu
energi yang diserap oleh suatu material dan pada metode dinamik ini
indentor berupa bola.

2.3 Pengujian Kekerasan Vickers


Pengujian kekerasan vikers sering diterapkan di dunia penelitian, karena
pengujiannya memberikan hasil dalam bentuk skala kekerasan yang sangat
fleksibel, yang berkisar dari DPH 5 hingga material logam yang sangat keras
dengan DPH 1500. Pada metode pengujian kekerasan brinell atau vickers,
perlu dilakukan perubahan beban pada titik-titik tertentu, agar hasil
pengukuran pada skala kekerasan yang sangat ekstrem dapat dibandingkan
dengan skala kekerasan lain.
Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji brinell. Perbedaannya
metode pengujian kekerasan vickers dilaksanakan dengan cara menekan
benda uji atau spesimen dengan indentor intan yang berbentuk piramida
dengan alas segi empat dan besar sudut dari permukaan-permukaan yang
berhadapan 136°. Penekanan oleh indentor akan menghasilkan suatu bekas
jejak atau lekukan pada permukaan benda uji. Nilai keras mikro vickers
adalah hasil bagi antara beban tekan statis maksimum dengan luas bidang
penetrator.

Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan


lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik
panjang diagonal jejak. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian
metode vickers adalah:
a. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban.
b. Memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati
c. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang
diagonal. (Affan, 2018)

Dan untuk mendapatkan nilai kekerasannya pada benda uji, langkah awal
adalah mengukur diagonal rata-rata dari jejak tersebut menggunakan
mikroskop. Dalam pengambilan angka kekerasan vickers diperoleh dengan
membagi besar beban uji yang digunakan dengan luas permukaan jejak. Di
dalam pengujian vikers perlu diperhatikan mengenai jarak minimal dari titik
pusat jejak ke bagian pinggir spesimen, dimana menurut standar ASTM
adalah sebesar 2,5 kali diagonal jejak dan jarak minimal antara jejak-jejak
yang berdekatan juga 2,5 kali diagonal.

2.4 Pengujian Kekerasan Rockwell


Prinsip pengujian dalam metode rockwell ialah dengan menggunakan
penetrator yang ditekan ke dalam benda kerja dengan penerapan beban
tambahan akan menentukan nilai kekerasannya. Pada pengujian kekerasan
rockwell sering digunakan untuk material yang keras, ini disebabkan karena
metodenya yang cepat, tidak rentan terhadap kesalahan manusia, mampu
membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang telah
mengalami proses pengerasan dan ukuran lekukan yang dihasilkan relatif
kecil. Oleh sebab itu bagian-bagian yang telah mengalami perlakuan panas
lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa risiko kekerasan yang signifikan (
Setiawan 2012 ). Pengujian kekerasan ini hampir mirip dengan pengujian
kekerasan brinell, yang dimana hasil angka kekerasan setelah pengujian yang
diperoleh merupakan fungsi identasi. Beban dan juga identor yang digunakan
bervariasi tergantung pada kondisi pengujian yang dilakukan.
Adapun kelebihan – kelebihan yang terdapat pada pengujian brinell adalah
sebagai berikut:
a. Keuntungan utamanya adalah kemampuannya mengukur kekerasan
berbagai jenis material, termasuk yang memiliki tingkat kekerasan
yang bervariasi.
b. Jenis pengujian yang relatif tidak merusak
c. Pengujian ini dapat digunakan pada hampir semua jenis logam

2.5 Pengujian Kekerasan Brinell


Pengujian kekerasan metode brinel merupakan salah satu metode pengujian
kekerasan yang sering dilakukan. Metode pengujian brinell dilakukan dengan
menekan bola baja yang terbuat dari baja krom yang telah mengalami proses
pengerasan. Dengan diameter tertentu, pada permukaan logam yang diuji
harus datar dan bersih. Diameter paling atas tersebut kemudian diukur secara
teliti. dalam pengujian ini, bola baja indentor ditekan terhadap permukaan
logam selama selang waktu tertentu dan permukaan hasil identasi. Pengujian
kekerasan brinell bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan suatu material terhadap indentor yang ditekankan
pada permukaan material uji tersebut. Uji kekerasan ini pertama kali
digunakan oleh J.A Brinell pada tahun 1990. Dalam pengujian ini, bola baja
(indentor) ditekan terhadap permukaan logam (datar, halus dan tidak
berdebu) selama periode waktu tertentu (sesuai standar ASTM) dan
permukaan hasil indentasi diukur. Beban (dalam kg) dibagi dengan luas (mm)
hasil indentasi pada logam dalam HB.

2.6 Proses Hardening dan Tempering


Tujuan utama dari proses pengerasan ialah merupakan untuk meningkatkan
kekerasan benda kerja dan meningkatkan ketahanan ausnya. Semakin tinggi
tingkat kekerasannya semakin tinggi pula ketahanan ausnya, contoh
penggunaan benda kerja yang memerlukan kekerasan yang tinggi meliputi
roda gigi, spindle dan alat-alat medis. Setelah proses pengerasan baja
biasanya sangat keras dan getas, oleh karena itu diperlukan proses lanjutan
yang disebut tempering. Tempering melibatkan pemanasan ulang baja yang
telah mengalami pengerasan dengan tujuan mencapai kombinasi antara
kekuatan, keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Proses tempering
melibatkan pemanasan baja hingga temperatur di bawah temperatur A1,
mempertahankannya pada suhu tersebut selama periode waktu tertentu, lalu
kemudian mendinginkannya di ruangan pada suhu ruang. Tujuan dari
tempering ialah mengurangi kekerasan, mengurangi tegangan dalam dan
memperbaiki susunan struktur mikronya.

Tempering adalah prosedur yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan


dalam penggunaan baja seperti kekerasan, ketahanan terhadap gesekan atau
beban kerja berat. Baja harus mengalami proses pengerasan ( hardening )
yang melibatkan pemanasan hingga mencapai titik temperatur austenite.
Setelah itu dimatikan secara tiba-tiba dengan kecepatan pendinginan yang
melebihi tingkat kritis agar martensite terbentuk, menghasilkan tingkat
kekerasan yang tinggi. suhu pemanasan austenite bervariasi berdasarkan jenis
baja.

2.7 Sifat Mekanik Material


Sifat mekanik material merupakan sifat yang menunjukkan karakteristik
tertentu terhadap suatu pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya torsi,
gaya tekan, gaya tarik atau energi lainnya yang menyatakan kemampuan
suatu material untuk menerima energi, gaya serta beban tanpa menimbulkan
kerusakan pada material tersebut. Adapun sifat mekanik pada suatu material
diantaranya adalah :
a. Kekuatan, ialah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan material menjadi patah ada beberapa jenis kekuatan
dan berdasarkan beban yang bekerja yaitu kekuatan tarik kekuatan geser
kemudian tekan kekuatan torsi dan kekuatan lengkung.
b. Kekakuan, merupakan kemampuan suatu material untuk menerima
tegangan atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi atau
difleksi.
c. Kekerasan, adalah ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi
serta penetrasi, sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance)
yaitu ketahanan material terhadap penggoresan atau pengikisan material,
yang berhubungan pada kuatnya susunan atom suatu material.
d. Ketangguhan, merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah
energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan pada material.
Ketangguhan material dapat di uji dengan memberikan beban energi
melebihi kekerasannya.
e. Keuletan, adalah suatu sifat yang berkaitan dengan aplikasi kekuatan tarik,
keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu persentase uji
keregangan sifat ini biasanya digunakan dalam bidang perteknikan.
Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu, persentase
keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidang perteknikan, dan
bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga, aluminium,
nikel, dan lain – lain.
f. Kegetasan, ialah satu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan
dengan keuletan kegetasan merupakan suatu sifat pecah dari suatu logam
atau material dengan sedikit pergeseran permanen. Contoh bahan yang
memiliki sifat kegetasan ini yaitu besi cor.

2.8 Baja AISI 1045


Baja adalah paduan besi (Fe) dengan unsur pemadu utama karbon (C), silikon
(Si), mangan (Mn), khrom (Cr), dan unsur lain untuk keperluan khusus. Baja
dan paduannya secara luas dengan kemajuan industri di zaman sekarang biasa
digunakan mulai dari peralatan perkakas, peralatan rumah tangga, komponen
otomotif, konstruksi gedung, dan lain sebagainya hingga bahan struktur
reaktor nuklir. Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang memiliki komposisi
kandungan 0,42-0,50% C, 0,50-0,80% Mn, 0,035% S,0,17-0,37% Si, 0,25%
Ni, 0,25% Cr, 0,035% P dan termasuk golongan baja karbon menengah
(medium carbon steel). Baja karbon menengah jenis ini banyak digunakan
sebagai komponen otomotif misalnya untuk pembuatan roda gigi, poros, dan
bantalan pada kendaraan bermotor.

Pada penerapannya, baja harus memiliki sifat ketahanan aus yang baik,
dikarenakan sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat
dari gesekan dan beban tekanan. Ketahanan aus dapat didefinisikan sebagai
ketahanan suatu material terhadap pengurangan dimensi akibat dari suatu
gesekan antara permukaan tertentu. Salah satu usaha agar umur baja lebih
tahan lama terhadap gesekan atau tekanan adalah melalui proses perlakuan
panas (heat treatment). Baja AISI 1045 sering disebut sebagai baja karbon
dikarenakan sesuai dengan pengkodean internasional, yaitu seri 10xx
berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of
Automotive Engineers) pada angka 10 pertama merupakan kode yang
menunjukan plain carbon, selanjutnya pada kode xx setelah angka 10
menunjukan komposisi kadar karbon pada baja AISI 1045 .

2.9 Penjelasan Rumus


Adapun rumus yang digunakan pada praktikum hardness test pada metode
vickers kali ini adalah sebagai berikut:
a. Rumus pengujian
𝑑 +𝑑
𝑑̅ = 1 2 2 .......................................... (1)

Keterangan:
d̅ = Nilai rata-rata diagonal (mm)
d1 = Nilai diagonal sumbu X (mm)
d2 = Nilai diagonal sumbu Y (mm)

b. Rumus Beban
θ
2.P. sin ( ) (1,854) P
2
HV= 2 = .................................. (2)
d d2

Keterangan:
P = Beban yang diterapkan (kgf)
θ = Sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 136˚
d = Panjang diagonal rata – rata (μm)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat
Adapun lat-alat yang digunakan dalam praktikum pengujian kekuatan kali ini
adalah sebagai berikut:
a. Perangkat Komputer (PC)

Gambar 3.1 Perangkat Komputer (PC)


Sumber: Laboraturium Teknik Rekayasa Material

b. Universal Hardness Tester Zwick Roell

Gambar 3.2 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models
Sumber: Laboraturium Teknik Rekayasa Material

3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah metal block pada praktikum kali ini
adalah:
a. Spesimen Vickers
Gambar 3.5 Spesimen Vickers
Sumber: Laboraturium Teknik Rekayasa Material

3.3. Prosedur Praktikum


Adapun prosedur kerja pada praktikum pengujian kekerasan atau hardness
tes adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan permukaan benda kerja dengan meratakan permukaan
menggunakan grinding polishing.
b. Menyiapkan komputer dan menyiapkan alat universal hardness testing.
c. Menghidupkan PC dan memastikan komputer siap.
d. Menghidupkan alat universal hardness testing.
e. Membuka aplikasi zwick roell HD indentec Zhu HD-S.
f. Memilih menu option lalu memilih, menekan preferens.
g. Menyesuaikan jenis material dan metode yang digunakan.
1. jika menggunakan vickers ( HV ) menggunakan standar blok dengan
pembebanan 150 kgf, perbesaran lens x10, menggunakan identor
piramid.
2. menggunakan rockwell ( HRC ) menggunakan standar blok dengan
pembebanan 150 kgf, perbesaran x10, menggunakan indentor brace
3. menggunakan brinnel ( HBW ) dengan menggunakan standar berupa
pembebanan 30 kgf, perbesaran x10, menggunakan indentor dengan
diameter 1 mm.
h. memutar meja dengan spesimen yang telah diletakkan untuk mengatur
fokus.
i. lalu memilih menu run > test, menunggu 10 detik dan akan muncul hasil
kekerasan. dan mengulangi pengujian sampai tiga kali pada 3 tempat yang
berbeda.
j. menghitung kekerasan di masing-masing titik, lalu ambil rata-ratanya.
mengulanginya untuk metode yang lain.

3.4. Prosedur Penggunaan


Adapun prosedur penggunaan alat Universal Hardness Tester Swick Roell
ZHU 250 CL MODELS, sebagai berikut:
a. Memastikan sambungan litrik dan grounding (maks 1 volt) terpasang
b. Menghidupkan komputer terlebih dahulu, pastikan komputer siap
digunakan
c. Menghidupkan tombol ON pada Universal Hardness Tester
d. Menurunkan Turn Wheel dengan cara memutar, untuk menghindari
indentor menyentuh sampel pada saat switch.
e. Membuka Aplikasi Indentec ZHµ.HD-S
f. Menyiapkan material sampel uji, sesuaikan ukuran dan jenis material
dengan metode (Vickers, Brinell, dan Rockwell) yang akan diuji.
Pastikan sampel material uji memiliki permukaan yang rata, karna
mempengaruhi hasil uji kekerasan.
g. Meletakkan material pada Material Block Test
h. Memutar Turn Wheel untuk mencari titik focus
i. Untuk menggeser sampel material uji tinggal memutar mickrometer
pada Material Block Test
j. Pada aplikasi memilih menu Option > Preferences
k. Memilih metode yang digunakan, sesuaikan metode dengan indentor
dan besarnya, lalu tekan OK.
l. Setelah itu, memilih waktu dan besarnya pembebanan.
m. Kemudian pilih Menu Run > Test Run
n. Menunggu selama 10 detik dan hasil akan muncul secara otomatis di
aplikasi.
o. Kita juga dapat melakukan pengukuran secara manual
p. Untuk mematikan turunkan Turn Wheel, close aplikasi, kemudian tekan
tombol (OFF) pada Universal Hardness Tester dan matikan komputer.
q. Menutup kembali Universal Hardness Tester dengan pelindung yang
tersedia.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengolahan Data


Adapun pengumpulan data yang didapat pada saat praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
a. Lembar Kerja
Alat : Universal Hardness Tester Zwick Roell
Merek : ZHU 250 CL Models
Spesimen : Metal Block Test Vickers

Tabel 4. 1 Data yang diambil selama praktikum (Vickers)


Jenis Beban No Test dx (µm) dy (µm) Nilai HV
Material (KGF)

Metal 10 1 254,51 255,60 285,07


block

Tabel 4. 2 Gambar Hasil Kekerasan (Vickers)


Hasil Indentasi Keterangan Spesimen

Indentasi Vickers Metal Block Vickers


4.1 Perhitungan Data
Adapun perhitungan untuk mencari nilai HV pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Perhitungan untuk mencari nilai HV
4.2

No. Langkah Formulir Keterangan Nama


pengamatan Gambar/Grafik
acuan
1. Nilai Lihat Tabel
Kekerasan 4.4. 𝑑1+𝑑2
𝑑= =
Vickers:
2
a. Mengku Spesifikasi
254.51 µ𝑚+255.60 µ𝑚
kur =
2
diamter data yang
lekukan =255055 µ𝑚
diambil Gambar
(d)
dalam =0.255055 mm 4.3 diameter
lekukan (d)
praktikum

(Vickers)
𝜃
b. Menghit Lihat Tabel 2𝑃 sin( )
2

4.5. 𝐻𝑉 = =
ung Nilai 𝑑2
Kekerasa Spesifikasi (1.854)𝑝
=
n Vickers data yang
𝑑2

diambil (1.854)10
=
dalam (0.255055𝑚𝑚)2

praktikum
284.998 mm
(Vickers)
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis dan Pembahasan


Berdasarkan pengujian yang telah saya lakukan pada metode pengujian vickers
menggunakan indentor piramid intan dengan tingkat kekerasan tertinggi,
didapatkan indentasi yang berbentuk belah ketupat dengan sudut puncak
piramid sekitar 136°.

Pada indentasi yang dihasilkan pada dilakukan pada praktikum kali ini terdapat
identasi berbentuk ketupat. Lekukan berbentuk ketupat ini diakibat
penimbunan ke atas logam-logam di sekitar permukaan penekan tedapat pada
logam-logam yang mengalami proses pengerjaan dingin. Setiap indentasi pasti
memeiliki perbedaan, perbedaan ini diakibatkan oleh berbagai macam faktor.
Pertama ialah material itu sendiri, karena setiap material pasti memiliki nilai
kekerasannya sendiri. Kedua, akibat perlakuan panas, pada setiap perlakuan
panas memiliki perlakuan yang berbeda-beda, sehingga hal ini akan
memepengaruhi kekerasan pada material. Ketiga ialah faktor beban yang
diterima pada material, semakin besar beban yang diberikan, maka akan
semakin besar pula diameter indentasi yang dihasilkan. Keempat kondisi
material, material harus terbebas dari karat, karena karat mempengaruhi
kekerasan material, ini juga berpengaruh pada hasil indentasi karena dapat
menghambat indentasi pada material uji.

Hasil uji kekerasan menggunakan metode Vickers menunjukkan angka 285,07


HV berdasarkan pengukuran alat, sedangkan hasil perhitungan manual
menghasilkan 284,998 HV. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor
manusia, variasi bahan, kalibrasi, serta ketepatan pengukuran diameter dan
diagonal.
Dari pengujian vickers ini kita bisa menganalisis bahwa pengujian vickers
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya yaitu: kelebihannya
memiliki nilai kekerasan yang lebih akurat dan dapat digunakan di berbagai
jenis logam. Sedangkan kekurangannya yaitu pada waktu yang lama serta
terdapat pengaruh kesalahan manusia pada penentuan panjang diagonal.

Waktu pengujian juga berpengaruh terhadap hasil. Semakin lama pengujian,


indentasi pada material akan lebih dalam, tergantung pada beban tekan yang
diberikan. Lubang hasil indentasi akan menjadi lebih lebar dengan indentasi
yang lebih dalam, dan sebaliknya. Dengan demikian, hasil uji kekerasan
dipengaruhi oleh beban dan durasi pengujian.

Pada umumnya nilai kekerasan suatu material akan berbanding lurus dengan
nilai kekuatan tarik material. Jika keuatan tarik material meningkat maka akan
berakibat nilai kekerasan material meningkat. Sedangkan, ketika nilai kekuatan
material menurun, akan menurun juga kekuatan tariknya. Oleh karena itu,
untuk mengetahui kekuatan suatu material dapat melakukan pengujian
kekerasan saja. Namun, pengujian kekerasan tidak dapa menggantikan
pengujian tarik, dikarenakan fokus uji yang berbeda. Jika kekerasan hanya
berfokus pada satu titik saja, maka uji tarik merupkan uji untuk menegtahui
sifat material secara menyeluruh.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum uji
kekerasan kali ini, adalah sebagai berikut :
a. Pada prosedur pengujian kekerasan, tiga jenis perlakuan spesimen
ditempatkan di atas meja kerja yang dilengkapi dengan alat uji kekerasan.
Setelah itu, komputer dinyalakan guna memudahkan pengamatan yang
dilakukan terhadap spesimen serta mempermudah pengambilan dan
pengumpulan data. Selanjutnya, posisi alat diatur hingga jarum penguji
mencapai spesimen. Jika jarum penguji belum mencapai spesimen, maka
posisi meja kerja disesuaikan agar mencapai alat penguji dengan memutar
beberapa fitur hingga mendekatkan jarum penguji ke spesimen. Langkah
terakhir adalah melakukan pengambilan data dari komputer untuk kemudian
diolah secara lebih lanjut. Dengan demikian, prosedur pengujian kekerasan
dapat dilakukan dengan efisien dan akurat untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.

b. Sebelum memulai praktikum, penting untuk memahami penggunaan dua


alat utama, yaitu komputer (PC) dan Universal Hardness Tester Zwick Roell
ZHU 250 CL. Langkah pertama adalah memastikan bahwa sambungan
listrik dan grounding telah terpasang dengan benar. Kemudian, komputer
dihidupkan terlebih dahulu dan dipastikan siap digunakan. Pada Universal
Hardness Tester, tombol ON diaktifkan, lalu turn wheel turun dengan cara
memutar untuk menghindari indentor menyentuh sampel saat tombol switch
diaktifkan. Selanjutnya, aplikasi Zwick Roiell HD Indentec ZHµ. HD-S
dibuka, dan material sampel uji disiapkan dan diletakkan di atas meja kerja.
Proses mencari titik fokus dilakukan dengan memutar turn wheel hingga
fokus tercapai. Setelah titik fokus terpilih, langkah selanjutnya adalah
memilih menu Option > Preference dan memilih metode yang akan
digunakan. Metode tersebut kemudian disesuaikan dengan indentor dan
besarnya, lalu ditekan tombol OK. Selanjutnya, besar pembebanan dipilih
dan proses pengujian dapat dimulai dengan memilih menu run > free test.
Hasil dari pengujian akan muncul secara otomatis di aplikasi setelah
menunggu selama 10 detik. Untuk mengakhiri proses, turn wheel
diturunkan, aplikasi ditutup, tombol Off pada Universal Hardness Tester
ditekan, dan komputer dimatikan. Penting untuk memastikan bahwa aliran
listrik terputus dari kedua alat sebelum menutup kembali Universal
Hardness Tester dengan menggunakan pelindung yang telah disediakan.
Dengan demikian, prosedur praktikum pengujian kekerasan dapat
dilaksanakan dengan aman dan efisien.

c. Pada pengujian Vickers, tingkat kekerasan yang ada pada material


cenderung tinggi karena indentor pengujian menggunakan piramida intan,
yang dikenal sebagai material paling keras dibandingkan dengan material
lainnya. Bekas indentasi ini memiliki bentuk bujur sangkar atau ketupat
yang memungkinkan untuk mengukur panjang masing-masing diagonalnya.
Penerapan pengujian Vickers ini memiliki kaitan erat dengan kekuatan tarik,
di mana semakin tinggi tingkat kekerasan suatu material, maka nilai
kekuatan tarik pada material tersebut juga akan meningkat.

6.2 Saran
Adapun kritik dan saran yang dapat saya berikan setelah melakukan
persiapan material adalah :
a. Sekiranya praktikan bisa lebih hati-hati saat menggunakan alat
praktikum.
b. Sekiranya praktikan bisa lebih mempersiapkan diri sebelum praktikum
contohnya dengan melihat video di youtube.
c. Disarankan untuk memeriksa alat praktikum sebelum melakukan
penggunaan alat.
d. Pada saat praktikum praktikan diharapkan jangan bersenda gurau karna
dapat menganggu berjalannya proses praktikum
e. Pada saat berada di laboratorium diharapkan praktikan dapat lebih
memerhatikan tanda garis-garis yang ada di lantai.
DAFTAR PUSTAKA

Affan, A. I. (2018). Laporan Praktikum Hardnest. Bandung: SCRIBD.


Ahmadin, A. (2021). Majalah Teknik Simes. Pengujian Kekerasan Dan Struktur
MIkro Plat Baja Karbon Rendah Setelah Proses Pemanasan Dengan Suhu
8000c Di Quencing Bio Solar, 8-14.
Dharmawan, O. (2019). Pengaruh Variasi Suhu Preheat Terhadap Kekuatan Tarik
Dan Lebar Haz Pada Material A36 Dengan Metode Las GTAW, 23-24.
Kumayasari, M. F. (2017). Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. Studi Uji
Kekerasan Rocwell Superficial vs Micro Vickers.
Rauf, F. (2018). Jurnal Tekno Mesin. Uji Kekerasan dengan Menggunakan Alat
Michrohardness Vickers pada berbagai jenis Material Teknik.
Wahyudi, T. N. (2021). Kajian Eksperimental Pengaruh Variasi Temperatur
Pemanasan dan Media Pendinginan Proses Quenching Terhadap Perubahan
Kekerasan Sprocket Gear Sepeda Motor Non Original. . Teknik Sains:
Jurnal Ilmu Teknik ,, 19.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai