PENGUJIAN KEKERASAN
Oleh:
Akbar Khoir Darmawan Kesuma
122170007
Asisten Praktikum:
Latifah Winda Ervina
121170072
Salah satu pengujian untuk material logam guna mencapai ukuran atau nilai
yang diinginkan ialah pengujian kekerasan ( hardness test ). pada suatu
produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan logam.
Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan
kualitas dari material logam tersebut. Pada umumnya kekerasan menyatakan
ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut
merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastis atau deformasi
permanen ( Dieter, 1987 ) oleh sebab itu pengujian kekerasan material logam
penting untuk dilakukan di setiap produksinya.
Kekerasan merupakan istilah yang sulit didefinisikan secara tepat karena pada
setiap bidang ilmu memiliki definisinya sendiri-sendiri sesuai pada persepsi
serta keperluannya. Dalam dunia engineering yang menyangkut material
logam atau ilmu material, kekerasan dinyatakan sebagai ketahanan suatu
logam menahan indentasi, penetrasi serta abrasi. Pengujian kekerasan
memiliki peran krusial dalam berbagai sektor seperti manufaktur, konstruksi
dan penelitian. Pengujian kekerasan merupakan metode penting untuk
mengetahui dampak perlakuan panas maupun dingin terhadap sebuah
material logam.
2.1 Metodologi
Pada umumnya kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan
merupakan ukuran ketahanan logam terhadap deformasi plastik atau
deformasi permanen. Untuk para insinyur perancang, kekerasan sering
diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan
sesuatu mengenai kekuatan dan perlakukan panas dari suatu logam ( dietter,
1987 ). Untuk logam metode yang paling sering digunakan untuk pengujian
kekerasan, ialah metode kekerasan lekukan, suatu pengujian kekerasan dapat
dijelaskan sebagai kapasitas suatu bahan material untuk menahan deformasi
permanen ketika dikenai suatu beban. Ketika gaya tertentu diterapkan pada
benda uji yang mengakibatkan deformasi sehingga dapat diukur tingkat
kekerasan material logam tersebut, dengan mengamati besar beban yang
dibutuhkan serta area yang terpengaruh oleh material yang diuji.
Dan untuk mendapatkan nilai kekerasannya pada benda uji, langkah awal
adalah mengukur diagonal rata-rata dari jejak tersebut menggunakan
mikroskop. Dalam pengambilan angka kekerasan vickers diperoleh dengan
membagi besar beban uji yang digunakan dengan luas permukaan jejak. Di
dalam pengujian vikers perlu diperhatikan mengenai jarak minimal dari titik
pusat jejak ke bagian pinggir spesimen, dimana menurut standar ASTM
adalah sebesar 2,5 kali diagonal jejak dan jarak minimal antara jejak-jejak
yang berdekatan juga 2,5 kali diagonal.
Pada penerapannya, baja harus memiliki sifat ketahanan aus yang baik,
dikarenakan sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat
dari gesekan dan beban tekanan. Ketahanan aus dapat didefinisikan sebagai
ketahanan suatu material terhadap pengurangan dimensi akibat dari suatu
gesekan antara permukaan tertentu. Salah satu usaha agar umur baja lebih
tahan lama terhadap gesekan atau tekanan adalah melalui proses perlakuan
panas (heat treatment). Baja AISI 1045 sering disebut sebagai baja karbon
dikarenakan sesuai dengan pengkodean internasional, yaitu seri 10xx
berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of
Automotive Engineers) pada angka 10 pertama merupakan kode yang
menunjukan plain carbon, selanjutnya pada kode xx setelah angka 10
menunjukan komposisi kadar karbon pada baja AISI 1045 .
Keterangan:
d̅ = Nilai rata-rata diagonal (mm)
d1 = Nilai diagonal sumbu X (mm)
d2 = Nilai diagonal sumbu Y (mm)
b. Rumus Beban
θ
2.P. sin ( ) (1,854) P
2
HV= 2 = .................................. (2)
d d2
Keterangan:
P = Beban yang diterapkan (kgf)
θ = Sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 136˚
d = Panjang diagonal rata – rata (μm)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat
Adapun lat-alat yang digunakan dalam praktikum pengujian kekuatan kali ini
adalah sebagai berikut:
a. Perangkat Komputer (PC)
Gambar 3.2 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models
Sumber: Laboraturium Teknik Rekayasa Material
3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah metal block pada praktikum kali ini
adalah:
a. Spesimen Vickers
Gambar 3.5 Spesimen Vickers
Sumber: Laboraturium Teknik Rekayasa Material
(Vickers)
𝜃
b. Menghit Lihat Tabel 2𝑃 sin( )
2
4.5. 𝐻𝑉 = =
ung Nilai 𝑑2
Kekerasa Spesifikasi (1.854)𝑝
=
n Vickers data yang
𝑑2
diambil (1.854)10
=
dalam (0.255055𝑚𝑚)2
praktikum
284.998 mm
(Vickers)
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada indentasi yang dihasilkan pada dilakukan pada praktikum kali ini terdapat
identasi berbentuk ketupat. Lekukan berbentuk ketupat ini diakibat
penimbunan ke atas logam-logam di sekitar permukaan penekan tedapat pada
logam-logam yang mengalami proses pengerjaan dingin. Setiap indentasi pasti
memeiliki perbedaan, perbedaan ini diakibatkan oleh berbagai macam faktor.
Pertama ialah material itu sendiri, karena setiap material pasti memiliki nilai
kekerasannya sendiri. Kedua, akibat perlakuan panas, pada setiap perlakuan
panas memiliki perlakuan yang berbeda-beda, sehingga hal ini akan
memepengaruhi kekerasan pada material. Ketiga ialah faktor beban yang
diterima pada material, semakin besar beban yang diberikan, maka akan
semakin besar pula diameter indentasi yang dihasilkan. Keempat kondisi
material, material harus terbebas dari karat, karena karat mempengaruhi
kekerasan material, ini juga berpengaruh pada hasil indentasi karena dapat
menghambat indentasi pada material uji.
Pada umumnya nilai kekerasan suatu material akan berbanding lurus dengan
nilai kekuatan tarik material. Jika keuatan tarik material meningkat maka akan
berakibat nilai kekerasan material meningkat. Sedangkan, ketika nilai kekuatan
material menurun, akan menurun juga kekuatan tariknya. Oleh karena itu,
untuk mengetahui kekuatan suatu material dapat melakukan pengujian
kekerasan saja. Namun, pengujian kekerasan tidak dapa menggantikan
pengujian tarik, dikarenakan fokus uji yang berbeda. Jika kekerasan hanya
berfokus pada satu titik saja, maka uji tarik merupkan uji untuk menegtahui
sifat material secara menyeluruh.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum uji
kekerasan kali ini, adalah sebagai berikut :
a. Pada prosedur pengujian kekerasan, tiga jenis perlakuan spesimen
ditempatkan di atas meja kerja yang dilengkapi dengan alat uji kekerasan.
Setelah itu, komputer dinyalakan guna memudahkan pengamatan yang
dilakukan terhadap spesimen serta mempermudah pengambilan dan
pengumpulan data. Selanjutnya, posisi alat diatur hingga jarum penguji
mencapai spesimen. Jika jarum penguji belum mencapai spesimen, maka
posisi meja kerja disesuaikan agar mencapai alat penguji dengan memutar
beberapa fitur hingga mendekatkan jarum penguji ke spesimen. Langkah
terakhir adalah melakukan pengambilan data dari komputer untuk kemudian
diolah secara lebih lanjut. Dengan demikian, prosedur pengujian kekerasan
dapat dilakukan dengan efisien dan akurat untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
6.2 Saran
Adapun kritik dan saran yang dapat saya berikan setelah melakukan
persiapan material adalah :
a. Sekiranya praktikan bisa lebih hati-hati saat menggunakan alat
praktikum.
b. Sekiranya praktikan bisa lebih mempersiapkan diri sebelum praktikum
contohnya dengan melihat video di youtube.
c. Disarankan untuk memeriksa alat praktikum sebelum melakukan
penggunaan alat.
d. Pada saat praktikum praktikan diharapkan jangan bersenda gurau karna
dapat menganggu berjalannya proses praktikum
e. Pada saat berada di laboratorium diharapkan praktikan dapat lebih
memerhatikan tanda garis-garis yang ada di lantai.
DAFTAR PUSTAKA