Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pada masa kini berkembang dengan pesatnya seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat pula. Teknologi

dituntut untuk bergerak menjadi semakin kuantitatif dalam pemenuhan

kebutuhan manusia di bidang industri yang merupakan sektor sentral

kebutuhan manusia.Bidang mekanik dan pemesinan secara tidak

langsung juga ditntut untuk berkembang pula untuk mengimbangi dunia

industri yang semakin maju. Hal ini tidak lepas dari tujuan utama yaitu

menghasilkan barang berkualitas seefisien mungkin untuk pemenuhan

kebutuhan manusia. Salah satu bentuk peningkatan kualitas ialah rekayasa

material bahan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari suatu

material (Rauf,2018).

Material juga dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet

ataupun getas. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau

daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan

suatu material. Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk

kelompok bidang ilmu yang berbeda. nilai kekerasan adalah ketahanan

material terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur desain nilai

tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi kekerasan

berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para insinyur

mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

mekanik workshop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap

suatu proses pemotongan.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum Rockwell ini adalah :

1. Praktikan bisa mengetahui kekerasan dari bahan.

2. Praktikan bisa membuat grafik hubungan hasil kekerasan dengan

media pendingin dan tanpa perlakuan dengan pengaruh temperatur.

3. Praktikan bisa mengetahui cara-cara pengujian Rockwell.

4. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kekerasan

dengan perlakuan panas dan keperluannya.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk

menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan), kekerasan merupakan

ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi tekan. Deformasi yang terjadi

dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis. Pada permukaan dari

dua komponen yang saling bersinggungan dan bergerak satu terhadap

lainnya akan terjadi deformasi elastis maupun plastis. Deformasi elastis

kemungkinan terjadi pada permukaan yang keras, sedangkan deformasi

plastis terjadi pada permukaan yang lebih lunak. Ada beberapa jenis

kekerasan yaitu , Ball identation test (Brinnel), Pyramida identation (Vickers),

Cone and ball identation test (Rockwell), Uji kekerasan mikro atau knoop

hardness. Kekerasan Rockwell bertujuan untuk menentukan kekerasan

suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa

bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material

uji tersebut (Kumayasari dkk, 2017).

Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam,

karena selama indentasi (penjejakan) logam mengalami deformasi sehingga

terjadi regangan dengan persentase tertentu. Nilai kekerasan Vickers

didefinisikan sama dengan beban dibagi luas jejak piramida (indentor) dalam

kg/mm dan besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh untuk
Evandy Brilliant Putra Fathikah
2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

logam-logam yang tidak mengalami pengerjaan pengerasan cukup berarti.

Keras-lunak permukaan bahan logam di setiap lokasi penjejakan akan

berbeda-beda karena faktor kehalusan permukaan, porositas, jenis

perlakuan maupun perbedaan unsur-unsur paduan. Diagonal jejakan (d)

yang lebih panjang pada suatu bahan uji memberikan pengertian bahwa nilai

kekerasan bahan rendah, sebaliknya diagonal jejakan lebih pendek

memberikan pengertian bahwa nilai kekerasan bahan tinggi. Makin besar

beban, diagonal indentasi (d) makin besar pula di sisi lain makin besar

diagonal indentasi maka nilai kekerasan makin rendah.

Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada

1. Permukaan material

2. Jenis dan dimensi material

3. Jenis data yang diinginkan

4. Ketersedian alat uji.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekerasan

Adapun faktor yang mempengaruhi kekerasan adalah :

2.2.1 Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan

Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan merupakan

sifat mekanik yang dimiliki baja. Penambahan kadar karbon sangat

mempengaruhi mempengaruhi kekerasan, dimana dengan meningkatnya

kadar karbon maka kekerasannya semakin meningkat pula. Semakin sukar

pula untuk bahan tersebut rusak.

2.2.2 Unsur Paduan

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Unsur paduan logam juga berpengaruh dalam sifat kekerasan logam,

beberapa jenis unsur dalam paduan logam yang berpengaruh

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Karbon (C)

Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat

sebanding dengan kekuatan karbonnya, tetapi keuletannya menurun dengan

naiknya kadar karbon.

b. Mangan (Mn)

Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan

ausnya. Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau bersih

dan menambah kekuatan dan ketahanan panas.

c. Silikon (Si)

Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat

menaikan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis

sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan

pembuat pegas

d. Posfor (P)

Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum

0.04% yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material

terhadap korosi.

e. Belerang (S)

Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin.

Keuntungan sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan

pada gesekan tinggi.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

f. Khrom (Cr)

Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menambah

keliatan, menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan

yang tinggi,

keuletan berkurang.

g. Nikel (Ni)

Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel

memperbaiki kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnetnya.

h. Molibden (Mo)

Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan

karbida, serta memperbaiki kekuatan baja.

2.3 Metode Pengujian Kekerasan

Ada beberapa macam metode teknik pengujian kekerasan logam, baik

itu pengujian dengan cara merusak (Destruction Test) ataupun tanpa

merusak (Non Destruction Test) dan juga pengujian metallography.

Penggunaan metodenya tergantung pada data apa yang diperlukan.

2.3.1 Pengujian tanpa merusak (Non Destruction Test)

Pengujian tanpa merusak adalah pengujian yang dilakukan tanpa

menyebabkan adanya cacat pada benda yang kita uji. Beberapa

pengujiantanpa merusak yang banyak digunakan antara lain:

1. Pengujian secara visual.

2. Pengujian dengan magnetik partikel untuk pengujian cacat luar.

3. Radiografi sinar x untuk mendeteksi cacat dalam.

4. Pengujian ultrasonik untuk mengetahui adanya cacat dalam.

5. Radiografi sinar gamma untuk mendeteksi cacat dalam.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

6. Pengujian dengan dye penetron untuk pengujian cacat luar.

2.3.2 Pengujian Dengan Merusak (Destruction Test)

Sesuai dengan namanya pengujian ini akan menimbulkan cacat

pada benda uji. Karena pada pengujian ini hanya diambil sampel sampel

tertentu sehingga setelah pengujian akan diketahui bagaimana sifat dari

bahan tersebut. Ada beberapa macam pengujian pada destruction test ini

antara lain:

1. Pengujian tarik.

2. Pengujian pukulan.

3. Pengujian tekan.

4. Pengujian kekerasan.

5. Pengujian bengkok.

6. Pengujian impact.

7. Dan lain sebagainya

Metode yang sering digunakan dalam pengujian kekerasan suatu

bahan adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Brinnell

2. Pengujian Vickers

3. Pengujian Rockwell

Harga kekerasan tidak memiliki standar atau skala yang mutlak, oleh

karena harga kekerasan dari suatu jenis pengujian memiliki skala tersendiri,

walaupun terdapat beberapa hubungan dari skala yang satu dengan yang

lain .tetapi dalam membuat perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati,

karena skala dalam setiap pengujian diukur dari benda yang berbeda.

2.4 Pengujian Brinnell

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Semenjak tahun 1900, pengujian kekerasan dilakukan dengan

menggunakan bola baja berdiameter D yang telah dikeraskan. Kemudian

bola baja tersebut ditekan pada permukaan benda uji secara tegak lurus

dengan gaya penekan sebesar F. Penekanan dilakukan 10 sampai dengan

15 detik. Setelah beban dan bola baja dipindahkan (diangkat), diameter

lekukan yang terjadi diukur. Angka kekerasan Brinell diperoleh dari hasil

pembagian antara gaya yang digunakan untuk penekanan dengan luas

lekukan yang terjadi. Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan

untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan

material uji tersebut (spesimen).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengujian Brinel adalah sebagai

berikut:

1. Bola-bola baja yang berdiameter 10;5;2,5; dan 1 mm, biasa

dipergunakan dengan batas kekerasan maksimal 400 HB. Untuk benda

uji yang mempunyai kekerasan diatas 400 HB, digunakan bola penguji

dari logam keras atau menggunakan system pengujian yang lain,

seperti pengujian Vickers.

2. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang teliti, ditentukan lamanya

pembebanan.

3. Supaya tidak terjadi perubahan bentuk struktur atau dikenal dengan

istilah deformasi pada bagian belakang benda uji karena penekanan

bola uji, maka ketebalan benda uji tersebut minimal 10 kali kedalaman

penekanan.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

4. Jarak sumbu lingkaran antara dua hasil penekanan minimal 2d.

5. Diameter hasil penekanan tidak diperbolehkan lebih kecil dari 0,2D dan

lebih besar dari 0,7D.

Gambar 2.1 Diameter hasil penekanan


(Sumber : Samlawi, 2017)

6. Untuk menghasilkan data yang tepat dan sebanding, maka dan di

standarisasikan.

Cara penulisan harga kekerasan Brinell menggunakan symbol HB

dilengkapi indeks yang menunjukan kondisi pengujian dengan urutan

sebagai berikut :

a. Diameter bola baja


b. Beban
c. Lama pembebanan
Contoh:

105 HB 2,5/187,5/15

Keterangan :

105 = Menunjukan kekerasan bahan

HB = Menggunakan cara pengujian Hardness Brinnell

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

2,5 = Menunjukkan diameter boal baja ( mm )

187,5 = Menunjukkan beban yang digunakkan ( kgf )

15 = Menunjukkan lama pembebanan

Keuntungan pengujian Brinnell adalah biasa menghasilkan harga

kekerasan yang teliti untuk material (logam) dengan struktur heterogen,

seperti besi tuang.

2.5 Pengujian Kekerasan Vickers

Dengan adanya kesulitan didalam pemeriksaan kekerasan diatas 400

HB, maka pada tahun 1925 Smith dan Sandland dari inggris membuat suatu

sistem pengujian kekerasan yang dikenal dengan pengujian Vickers. Pada

pengujian dengan metode Vickers ini digunakan penetrator berbentuk

piramid intan , dengan bidang dasar piramid merupakan bujur sangkar dan

sudut puncak antara dua bidang yang berhadapan 136°.

Cara pengujian ini pada prinsipnya sama dengan pengujian metode

Brinnell, hanya saja lekukkan yang terjadi diukur pada kedua diagonalnya.

lekukan yang terjadi selalu berbanding lurus dengan beban, sehingga nilai

kekerasan yang diperoleh tidak tergantung pada besarnya beban penekan.

Keuntungan pengujian Vickers adalah sebagai berikut:

1. Penggunakan intan penguji berbentuk piramida, maka ketelitian

pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh kedalamannya penekan.

2. Bisa digunakan pada benda uji yang tipis.

3. Bisa untuk memeriksa kekerasan yang tinggi.

2.6 Pengujian Kekerasan Rockwell

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Pengujian kekerasan Rockwell merupakan salah satu pengujian

kekerasan bahan yang banyak digunakan, hal ini dikarenakan pengujian

kekerasan Rockwell yang sederhana, cepat, tidak memerlukan mikroskop

untuk mengukur jejak, dan relatif tidak merusak. Pengujian kekerasan

Rockwell dilaksanakan dengan cara menekan permukaan spesimen (benda

uji) dengan suatu indentor. Penekanan indentor ke dalam benda uji dilakukan

dengan menerapkan beban pendahuluan (beban minor), kemudian ditambah

dengan beban utama (beban mayor), lalu beban utama dilepaskan

sedangkan beban minor masih dipertahankan. Pengujian Rockwell yang

umumnya dipakai ada tiga jenis, yaitu HRA, HRB, dan HRC. HR itu sendiri

merupakan suatu singkatan kekerasan Rockwell atau Rockwell Hardness

Number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja. Singkatan ini

bertujuan untuk mengelompokkan jenis-jenis dari kekerasan Rockwell.

(Krisnha, 2013)

Gambar 2.2 Proses Pengujian Kekerasan Rockwell


(Sumber : Samlawi, 2018)

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Pengujian kekerasan dalam Rockwell ini dapat dengan membaca

langsung kedalaman yang ditimbulkan oleh penekan alat uji, merupakan

pengujian yang sangat praktis dan mudah. Sehingga sejak tahun 1931

pengujian kekerasan ini sangat banyak dikalangan industri. Pada pengujian

kekerasan Rockwell digunakan penetrator berbentuk bola baja yang

dikeraskan dengan diameter 1,16’’ untuk bahan yang lunak, dan kerucut

intan dengan sudut puncak 120°. Ujung kerucut dibulatkan dengan radius 0,2

mm untuk bahan keras. Gaya awal sebesar Fo= 10 kgf diperlukan supaya

pengaruh deformasi indentor yang elastis terhadap hasil pengujian menjadi

minimal. Gaya lanjutan digunakan untuk menekan indentor tersebut

sehingga meningkatkan kedalaman penetrasi indentor pada benda kerja.

Kemudian seluruh gaya dihilangkan dan terdapat pengurangan kedalaman

penetrasi. Hal ini disebabkan deformasi bahan yang diuji tidak seluruhnya

bersifat plastis. Perbedaan kedalaman awal sebelum gaya ditambah dan

kedalaman akhir penetrasi indentor dapat ditentukan. Beban standart yang

digunakan adalah 100 kgf untuk penetrator bola baja dan 100 kgf untuk

penetrator kerucut intan.

Gambar 2.3 Tahapan Penekanan


(Sumber : Samlawi, 2017)

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Ada perlakuan khusus untuk beberapa produk seperti paduan keras

(hard alloy) diijinkan untuk mengaplikasikan lebih dari skala yang telah

ditentukan di atas. Kondisi yang mampu untuk skala umum diberikan

beberapa contoh :

a. Skala A adalah sesuai untuk mengukur metal, logam yang dikeraskan

( hardness ) di atas 67 HRC seperti : Tungsten carbide hard alloy

yang dikeraskan (hardness) diatas 67 HRC seperti: Tungsten carbide

hard alloy (paduan keras paduan carbide)

b. Skala B adalah untuk mengukur bahan yang agak lunak (middle hard

metal) dan baja yang tidak dicelup.

c. Skala C adalah untuk mengukur kekerasan dari baja perlakuan panas.

Kondisi untuk jarak pengukuran dan kemampuan ukur untuk skala lain

disesuaikan dengan standart professional.

Keuntungannya adalah dapat dibaca langsung dari kedalaman hasil

penekanan pada skala dial indikatornya mesin uji tersebut, sehingga

pengukuran penampang bekas penekanan dan pembacaan yang

membutuhkan waktu tidak dibutuhkan lagi. Kerugiannya adalah pada

ketebalan benda uji yang dibatasi minimal 10 kali kedalaman penekanan. Uji

kekerasan rockwell menggunakan hardness tester yang sudah didesain

khusus untuk melakukan metode rockwell.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Gambar 2.4 Hardness Tester Rockwell


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Rockwell ini dilaksanakan pada Sabtu , tanggal 07

November 2023 pukul 09:00 WITA – selesai, bertempat di Laboratorium

Material Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Rockwell

sebagai berikut:

1. Hardness Tester MH600.

2. Baja ST-37 setelah Heat Treatment dan pendinginan dengan oli, air,

udara, air garam, air radiator, aquades dan tanpa perlakuan.

3.3 Langkah percobaan

Adapun Langkah-langkah praktikum Rockwell ini adalah sebagai

berikut :

1. Siapkan spesimen baja ST-37 yang telah di heat treatment dan

didinginkan menggunakan oli, air, udara, dan tanpa perlakuan.

2. Kalibrasi alat pengukur kekerasan MH600 Hardness Tester.

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

3. Lakukan Pengujian kekerasan pada baja ST-37 heat treatment

(pendinginan oli, air, udara, dan tanpa perlakuan), sebanyak 5 kali/titik

tiap spesimen menggunakan alat MH600 Hardness tester.

4. Catat Hasil yang didapat pada proses pengujian kekerasan.

3.4 Diagram alir

Mulai

Persiapan spesimen
setelah metallography

Kalibrasi alat pengukur


kekerasan MH600
Hardness

Pemilihan dan
peletakan spesimen
pada alat

Melakukan
pengujian sebanyak
3 kali di setiap
spesimen dari
atas,tengah dan

Simpan foto dan


Catat hasil pengujian
Evandy Brilliant Putra Fathikah
yang keluar dari alat
2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Hardness Tester

Hasil percobaan Hardness Tester menggunakan alat uji MH600

Hardness Tester, di tunjukkan pada tabel di bawah ini :

 Jenis pengujian : Hardness Tester

 Jenis Spesimen : Baja ST-37

 Bentuk bahan uji : Bulat

Tabel 4.1 Hasil Uji kekerasan pada Baja ST-37


Rata – Rata-
Pendinginan Spesimen Atas Tengah Bawah Rata Rata
(HRB) Total

1 107 102 115 108


Air 108,7
2 105 111 114 110
3 115 109 101 108
1 108 104 114 109
Air Aquades 2 113 103 115 110 107
3 103 102 100 102
1 105 108 107 107
Air Garam 2 100 104 112 105 105,7
3 92 109 115 105
1 93 99 114 102
Air Radiator 2 103 97 98 99 103,3
3 108 109 109 109
1 116 105 93 105
Udara 2 109 96 97 101 105, 7
3 115 103 116 111
Oli 1 114 110 114 113 112,3
Evandy Brilliant Putra Fathikah
2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

2 116 114 113 114


3 115 99 114 110
Tanpa
1 114 105 106 108 106
Perlakuan

(Sumber: Data pengamatan praktikum 2023)

4.2 Grafik Pengujian

Berikut ini adalah hasil pengujian hardness tester menggunakan alat

MH600 Hardness Tester terhadap spesimen baja ST-37 yang di tuangkan

dalam bentuk grafik, yang mana membandingkan antara dengan

menggunakan air, air aquades, air garam

Grafik rata - rata pengujian air,air aquades dan air


garam Air radiator,udara,Oli,dan Tanpa
perlakuan
120 108.7 112.3
107 105.7 103.3 105.7 106
100

80

60

40

20

0
Air Air Aquades Air Garam Air Radiator Udara Oli Tanpa Perlakuan

Rata-Rata Total

Gambar 4.2.1 Grafik rata-rata Hubungan Hasil Kekerasan Spesimen dengan

Media Pendingin dan tanpa perlakuan

Dari percobaan pada uji penekanan dengan alat MH600 hardness

tester, hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji dengan Heat treatment

650°C dengan Quenching menggunakan air pada spesimen 1 adalah 108,

pada spesimen 2 adalah 110, pada spesimen 3 adalah 108. Selanjutnya

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji dengan Heat treatment 650°C

dengan Quenching menggunakan Aquades pada spesimen 1 adalah 109,

pada spesimen 2 adalah 110, pada spesimen 3 adalah 102. Selanjutnya

hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji dengan Heat treatment 650°C

dengan Quenching menggunakan udara pada spesimen 1 adalah 107, pada

spesimen 2 adalah 105, pada spesimen 3 adalah 105. Berikutnya adalah

hasil pengujian hardness tester menggunakan alat MH600 Hardness Tester

terhadap spesimen baja ST-37 yang di tuangkan dalam bentuk grafik, yang

mana membandingkan antara dengan menggunakan oli, udara, dan tanpa

perlakuan. Selanjutnya hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji dengan

Heat treatment 650°C dengan Quenching menggunakan Air radiator pada

spesimen 1 adalah 102, pada spesimen 2 adalah 99, pada spesimen 3

adalah 109. Selanjutnya hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji

dengan Heat treatment 650°C dengan Quenching menggunakan udara pada

spesimen 1 adalah 105, pada spesimen 2 adalah 101, pada spesimen 3

adalah 111. Selanjutnya hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang diuji

dengan Heat treatment 650°C dengan Quenching menggunakan oli pada

spesimen 1 adalah 113, pada spesimen 2 adalah 114, pada spesimen 3

adalah 110. Selanjutnya hasil rata-rata kekerasan dari 3 titik yang tanpa

perlakuan pada spesimen 1 adalah 108, dan pada spesimen 2 adalah 104.

4.3 Pembahasan

Pada pengujian ini menggunakan metode Quenching atau pendinginan

yang ,menggunakan media cair yaitu air biasa ,air aquades,air garam,air

radiator,udara,oli dan juga tanpa perlakuan. Metode Quenching sangat

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

berpengaruh pada suatu perubah kekerasan pada baja sesuai dengan

pernyataan berikut .

Quenching adalah proses pemanasan baja pada suhu pengerasan

kemudian didinginkan secara cepat pada media pendingin untuk

menghasilkan sifat baja yang keras. Baja yang dipanaskan mencapai suhu

austenit kemudian didinginkan secara cepat akan terbentuk struktur

martensit yang memiliki kekerasan lebih tinggi dari struktur perlit maupun

ferit. Struktur martensit terbentuk jika bahan dikejutkan secara cepat dalam

media pendingin. Proses perlakuan panas biasanya akan meningkatkan nilai

kekerasan, dan nilai kekerasan tersebut dipengaruhi oleh temperatur

pemanasan.(Nurdiawan,2019)

Setelah metode Quenching dilakukan dan juga spesimen telah melalui

percobaan metallography, sepsimen akan masuk ke percobaan Rockwell

yang dimana akan di tes hasil kekerasan dari suatu spesimen setelah di

dinginkan dari proses heat treatment.

Setelah pengujian Rockwell telah dilakukan akan mendapatkan data

seperti diatas yang ternyata proses Quenching sangat berpengaruh pada

hasil dari kekerasan dari spesimen tersebut dan dibantu pernyataan diatas.

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data yang didapat bahwanya air

radiator adalah pendinginan yang menghasilkan kekerasan yang paling tinggi

di lihat dari jumlah karbon yang ada pada salah satu spesimen setelah di

heat treatment

Air radiator mengandung etilen glikol dan bahan kimia lainnya, maka

digunakan dalam penelitian ini sebagai media pendingin yang berfungsi

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

untuk meningkatkan titik didih, maka dari itu diharapkan memberikan laju

pendinginan yang cepat dibanding air biasa. (Salsabila ,2022)

Setelah pengujian Rockwell telah dilakukan akan mendapatkan data

seperti diatas yang ternyata proses Quenching sangat berpengaruh pada

hasil dari kekerasan dari spesimen tersebut dan dibantu pernyataan diatas.

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data yang didapat bahwanya air

radiator adalah pendinginan yang menghasilkan kekerasan yang paling tinggi

di lihat dari jumlah karbon yang ada pada salah satu spesimen setelah di

heat treatment

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan pengujian kekerasan pada spesimen baja ST-37

didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Jadi dari hasil praktimum uji kekerasan ini diperoleh hasil baja yang

memiliki kekerasan yang paling tinggi adalah pada baja dengan media

pendingin pada air dibanding dengan media pendingin oli, tanpa

perlakuan, dan udara.

2. Dari hasil praktikum, rata-rata nilai tertinggi adalah dengan media air:

(108,7 HRB), Air aquades (107 HRB), Air garam (105,7 HRB), Air

radiator (103,3 HRB), Udara (105,7), Oli (112,3),dan Tanpa perlakuan

(106).

3. Harga kekerasan Rockwell di notasikan dengan simbol HR yang

didahului dengan harga kekerasannya dilengkapi dengan huruf yang

menunjukkan skala.

4. faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan specimen uji adalah,

perubahan suhu yang tinggi saat proses Heattreatment di dalam

Furnace, holding time dan media pendinginan

5.2 Saran

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Praktikan harus teliti dalam menggunakan alat uji Hardness Tester agar

mendapatkan hasil yang lebih akurat dan tepat. Kemudian asdos praktikum

atau asisten lab harus menyediakan alat tester yang tanpa menggunakan

alat uji tester elektronik, sehingga praktikan bisa memaksimalkan hasil

praktikum.

Daftar Pustaka

Nurdiawan, Hanif Fery. (2019). Pengaruh Perlakuan Panas Quenching Dan


Tempering Terhadap Kekerasan Dan Struktur Mikro Sambungan
Logam Las Plat Baja St-60 Dengan Pengelasan Mig (Metal Inert
Gas). http://lib.unnes.ac.id/30903/1/5201413060.pdf

Kumayasari, M. F., & Sultoni, A. I. (2017). Studi Uji kekerasan Rockwell


Superficial vs Micro Vickers. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi
Industri, 2(2).

Rauf, F. A., Sappu, F. P., & Lakat, A. M. (2018). Uji Kekerasan dengan
Menggunaan Alat Microhardness Vickers pada Berbagai Jenis
Material Teknik. Jurnal Tekno Mesin, 5(1).

Sari, N. H. (2018). Material teknik. Deepublish.

Taqwa, M. Z. (2017). Analisis Hasil Uji Kekerasan Pada Limbah Plastik


Daur Ulang Dengan Metode Rockwell (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Evandy Brilliant Putra Fathikah


2210816310002

Anda mungkin juga menyukai